Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena melalui rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Pasien dengan Benign Hiperplasia Prostat yang
dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dalam penulisan makalah ini, kami tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari segala pihak oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
ibu Ethyca Sari Laua S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada staf dan karyawan
di Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. Para staf perpustakaan yang
secara tidak langsung telah membantu kami dalam penyediaan sarana yang kami
butuhkan.
Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran pada makalah ini. Hal itu
tentunya sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Surabaya , 09 September
2015
Penyusun
Daftar Isi
Halaman judul....................................................................................................i
Kata pengantar...................................................................................................1
Daftar isi.............................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar belakang........................................................................................3
1.2
Rumusan masalah...................................................................................4
1.3
Tujuan.....................................................................................................4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah
pembesaran jinak
kelenjar
uretra
berasal
dilakukan
dengan:
supresor
lain
(misalnya:
Kriyoterapi,
Hipertermia,
BPH
Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan BPH
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
uretra
progresif
umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat
obstruksi uretral dan pembatasan
671 ).
2.2 Penyebab
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon
androgen. Beberapa peneliti berteori bahwa rasio estrogen-androgen yang lebih
tinggi yang terjadi seiring usia (penurunan kadar testosteron serum dan
peningkatan kadar estrogen serum) merangsang pembesaran prostat. ( Jaime L.
Stocklager, 2007 : 206)
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada
beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :
1) Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2) Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3) Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast
Kirby, 1994 : 38 ).
2.3 Patofisiologi dan WOC
Pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius.
Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis
yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian
detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor
akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli
akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara
serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan
sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase
kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi
retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
atas. (Mansjoer Arif, 2000 : 165)
WOC BPH
Usia
lanjut
6
Estrogen
meningkat
Testosterone
menurun
Mempengaruhi
RNA dalam inti
Proliferasi sel-sel
prostat
Penyempitan
lumen uretra
BPH
Kurang informasi
tentang penyakitnya
Tekanan intravesikel
meningkat
MK: Kurang
pengetahuan
MK: cemas
Dekompensasi otot
detrusor
Penurunan daya tahan tubuh
MK: resti
perdarahan
pembedahan
Ancaman
perubahan
status
kesehatan
Insisi prostatektomi
Terputusnya
kontinuitas jaringan
Pelepasan mediator
kimiawi nyeri
Resiko
impotensi
Sindrom
TURP
MK: perubahan
disfungsi
seksual
MK: nyeri
2.
Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah
berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 100 cc dan beratnya + 20
40 gram.
3.
Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba,
sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4.
Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
tanpa
phitoterapi
disertai
penyulit. Obat
yang
digunakan
berasal
dari:
10
sering dijumpai pada. kasus postoperasi BPH yang terjadi karena kekurangan
volume cairan.
b. Integritas Ego
Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas egonya karena
memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat dilihat dari
tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku.
c. Eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh pasien
dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam memulai aliran urin, aliran
urin berkurang, pengosongan kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih,
nokturia, disuria dan hematuria. Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi
karena tindakan invasif serta prosedur pembedahan sehingga perlu adanya
obervasi drainase kateter untuk mengetahui adanya perdarahan dengan
mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh : merah terang dengan
bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna
keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada
kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada preoperasi BPH hal tersebut terjadi
karena protrusi prostat ke dalam rektum, sedangkan pada postoperasi BPH, karena
perubahan pola makan dan makanan.
d. Makanan dan cairan
Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena efek
penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari anastesi pada
postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan
berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran
baik cairan maupun nutrisinya.
e. Nyeri dan kenyamanan
Menurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan dasar yang
utama. Karena menghindari nyeri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Pada pasien postoperasi biasanya ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul
tajam dan kuat, nyeri punggung bawah.
f. Keselamatan/ keamanan
11
Pada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH faktor keselamatan tidak
luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat penting untuk menghindari
segala jenis tuntutan akibat kelalaian paramedik, tindakan yang perlu dilakukan
adalah kaji adanya tanda-tanda infeksi saluran perkemihan seperti adanya demam
(pada preoperasi), sedang pada postoperasi perlu adanya inspeksi balutan dan juga
adanya tanda-tanda infeksi baik pada luka bedah maupun pada saluran
perkemihannya.
g. Seksualitas
Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami
masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya, takut
inkontinensia/menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi saat
ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri tekan pada prostat.
h. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan pada pasien preoperasi maupun postoperasi
BPH. Pada preoperasi perlu dikaji, antara lain urin analisa, kultur urin, urologi.,
urin, BUN/kreatinin, asam fosfat serum, SDP/sel darah putih. Sedangkan pada
postoperasinya perlu dikaji kadar hemoglobin dan hematokrit karena imbas dari
perdarahan. Dan kadar leukosit untuk mengetahui ada tidaknya infeksi.
B) Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera ( iritasi kandung kemih, spame,
sesuai dengan prosedur bedah atau tekanan dari balon kandung kemih).
3)
4)
12
1)
2)
3)
4)
5)
2.
3.
4.
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Katerisasi urine
1. Pantau asupan dalam haluaran urine.
2. Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.
13
atau hilang.
a.
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
4.
5.
Perubahan TTV
b.
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
4.
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Nyeri
1. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,
intensitas, dan faktor penyebab.
14
2. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
3. Berikan analgetik dengan tepat.
4. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
5. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,terapi
musik,distraksi)
Diagnosa III : Resiko infeksi berhubungan dengan peningkaran paparan
lingkungan terhadap patogen (pemasangan kateter).
Tujuan:
terjadi.
a.
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
b.
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
4.
Ket Skala:
1 = Selalu menunjukkan
2 = Sering menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Jarang menunjukkan
5 = Tidak pernah menunjukkan
NIC: Teaching diases proses
1. Deskripsikan proses penyakit dengan tepat
2. Sediakan informasi tentang kondisi pasien
15
2.
3.
4.
5.
Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC: Penurunan Kecemasan
1. Tenangkan Klien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan
3. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
4. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.
5. Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.
Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
mengenai pengobatan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien
dan keluarga bertambah.
16
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC:
a. NIC 1: Health Care Information exchange
1. Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain
2. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan
keperawatan setelah penjelasan
3. Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan
4. Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.
5. Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan
b.
1. Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi
dalam perilaku kesehatan.
2. Jelaskan
pengaruh
kesehatan
danperilaku
gaya
hidup
individu,keluarga/lingkungan.
3. Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.
4. Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat
perilaku kondusif.
17
Pasca Operasi
Diagnosa I: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca
obstruksi dengan diuresis dari drainase cepat kkandung kemih yang terlalu
distensi secara kronis.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
NOC: Fluid balance
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik.
4. Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Fluid manajement
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosa II: Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ( terputusnya
kontinuitas jaringan akibat pembedahan).
Tujuan:
atau hilang.
a.
Kriteria Hasil:
18
1.
2.
3.
4.
5.
b.
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
4.
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Nyeri
1. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,
intensitas, dan faktor penyebab.
2. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
3. Berikan analgetik dengan tepat.
4. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
5. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,terapi
musik,distraksi)
Diagnosa III: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler (nyeri).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi
NOC: Mobility level
19
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keseimbangan penampilan
Memposisikan tubuh
Gerakan otot
Gerakan sendi
Ambulansi jalan
Ambulansi kursi roda
Ket Skala:
1 = Dibantu total
2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat
3 = Memerlukan orang lain
4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat
5 = Mandiri
NIC: Exercise Therapy: Ambulation
1. Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan cegah
2.
3.
4.
5.
Sensasi normal
Elastisitas normal
Warna
Tekstur
Jaringan bebas lesi
Adanya pertumbuhan rambut dikulit
Kulit utuh
Ket Skala:
1 = Kompromi luar biasa
20
2 = Kompromi baik
3 = Kompromi kadang-kadang
4 = Jarang kompromi
5 = Tidak pernah kompromi
Diagnosa V
terjadi.
NOC 1: Deteksi Infeksi
Kriteria Hasil:
1.
2.
3.
2.
3.
4.
Ket Skala:
1 = Selalu menunjukkan
21
2 = Sering menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Jarang menunjukkan
5 = Tidak pernah menunjukkan
EVALUASI
Pre Operasi
Diagnosa I:
Kriteria hasil:
NOC: Inkontinensi urine
1. Bebas dari kebocoran urine diantara berkemih. (4 )
2. Kandung kemih kosong sempurna. (4)
3. Tidak ada sisa setelah buang air > 100-200cc. (4)
4. Asupan cairan dalam rentang yang diharapkan.(4)
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Diagnosa II:
Kriteria hasil:
NOC 1: Level Nyeri
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
23
5 = Selalu menunjukkan
Diagnosa IV:
Kriteria hasil:
NOC: Control Cemas
1. Monitor Intensitas kecemasan (4)
2. Menurunkanstimulasi lingkungan ketika cemas (4)
3. Menggunakan strategi koping efektif (4)
4. Mencari informasi untuk menurunkan cemas (4)
5. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas (4)
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Diagnosa V:
Kriteria hasil:
NOC: Pengetahuan: proses penyakit.
1. Mengenal tentang penyakit (4)
2. Menjelaskan proses penyakit(4)
3. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan 4
4. Menjelaskan faktor resiko(4)
5. Menjelaskan komplikasi dari penyakit(4)
6. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit(4)
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
24
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Pasca Operasi
Diagnosa I:
Kriteria hasil:
NOC: Fluid balance
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia (4)
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal(4)
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. (4)
4. Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. (4)
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Diagnosa II:
Kriteria hasil:
NOC 1: Level Nyeri
1.
2.
3.
4.
5.
Perubahan TTV(4)
2.
3.
4.
25
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Diagnosa III:
Kriteria hasil:
NOC: Mobility level
1. Keseimbangan penampilan (5)
2. Memposisikan tubuh(5)
3. Gerakan otot(5)
4. Gerakan sendi(5)
5. Ambulansi jalan(5)
Keterangan skala:
1 = Dibantu total
2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat
3 = Memerlukan orang lain
4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat
5 = Mandiri
Diagnosa IV:
Kriteria hasil:
NOC: Integritas Jaringan: kulit dan membran mukosa
1. Sensasi normal(4)
2. Elastisitas normal(4)
3. Warna(4)
4. Tekstur(4)
5. Jaringan bebas lesi(4)
6. Adanya pertumbuhan rambut dikulit(4)
7. Kulit utuh(4)
26
Keterangan skala:
1 = Kompromi luar biasa
2 = Kompromi baik
3 = Kompromi kadang-kadang
4 = Jarang kompromi
5 = Tidak pernah kompromi
Diagnosa V:
Kriteria hasil:
NOC 1: Deteksi Infeksi
1.
2.
3.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas
1) Klien
Nama
: Tn. Y. W
Umur
: 68 Tahun
: laki-laki
Alamat
: Babatan, Surabaya
Pendidikan terakhir
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Suku bangsa
: Minahasa/ Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Status perkawinan
: Kawin
Tgl MRS
: 26 Juni 2008
Tgl Operasi
Tgl Pengkajian
Diagnosa Medis
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri saat BAK dan susah BAK.
2) Riwayat penyakit sekarang dan pengobatannya
Klien mengatakan menderita nyeri saat BAK dan susah BAK sejak 1 tahun,
namun baru diketahui pada bulan April saat klien memeriksakan diri ke rumah
28
sakit. Dokter mendiagnosa klien menderita BPH dan harus dioperasi, namun
karena belum memiliki biaya, akhirnya klien belum dioperasi. Setelah memiliki
biaya yang cukup, klien datang ke rumah sakit untuk operasi. Klien masuk ke
rumah sakit tanggal 26 juni 2008, dan dokter merencanakan untuk dioperasi pada
tanggal 30 juni 2008. Klien sudah dioperasi (tanggal 30 juni 2008, jam 18.0020.00 WIB). Klien mengatakan nyeri daerah perut bagian bawah/ pada daerah
luka operasi prostatektomi. Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, di tangan
kanan terpasang infus NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, terpasang kateter urine (volume
urine 10 jam: 1200 cc). Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis (GCS 1516), ada keterbatasan mobilitas karena terpasang drainase dan kateter.
4) Riwayat Operasi (prostatektomi)
Klien dioperasi tanggal 30 Juni 2008, dengan tindakan operasi protatektomi, jenis
anatesi; regional, operasi dipimpin oleh Dr. S, berlangsung selama 2 jam. Pada
jam 20.00 WIB, selesai operasi, klien dipindahkan keruangan untuk pemulihan
dan mendapat perawatan lanjutan.
5) Riwayat Kesehatan Lalu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, MERS.
Dan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus, asthma.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak pernah menderita penyakit menular
seperti TBC, MERS. Dan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
Diabetes Mellitus, asthma.
C. Riwayat Psiko-Sosial
1) Psikososial
Klien tampak tenang, klien mengatakan tidak takut lagi karena sudah dioperasi.
Klien mengatakan sebelum operasi, klien merasa takut karena baru kali pertama
dioperasi, namun setelah operasi klien sudah tidak takut lagi. Klien sangat
29
: 37, 2 C
Pernapasan
: spontan, 20 x/ menit
Nadi
: 74 x/ menit
3. Sistem Pernapasan
a. Hidung: Lubang hidung ada, pernapasan baik (20 x/ menit), tampak ada sekret,
tidak ada nyeri tekan daerah sinus.
b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba tekanan vena jugularis
c. Dada: Bentuk dada normal, pergerakan dada, simetris kiri dan kanan.
Auskultasi bunyi nafas: tidak ada ronkhi/ whezzing, auskultasi jantung S1-S2;
Lub-Dub, irama; regular, Hearth Rate; 70-an.
30
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Pola Irama Jantung
- Irama
: regular
- HR
: 70 90
: Reguler
- HR
: 60 80 (sinus ritme)
- PR Interval
: 0, 10
- QRS Compleks
: 0, 06
- ST segmen
- AXIS
: 55 60
b. Pembuluh Darah
- Vena jugularis
: teraba
- Nadi (frekwensi)
- Kekuatan nadi
: Kuat
c. warna bibir dan konjungtiva : pucat, tidak ada sianosis perifer atau central.
5. Sistem Pencernaan
a. Sclera: tidak ikterus
b. Bibir: pucat
c. Mulut: mukosa mulut lembab, jumlah gigi masih lengkap
d. Abdomen: tampak lemas, ada luka operasi, melintang di perut bagian bawah
diatas simpisis, panjang luka 16 cm, terbungkus perban, perban tampak basah.
Nyeri tekan dan nyeri lepas pada daerah luka operasi.
e. Anus : tampa lubang anus, kebersihan cukup, klien mengatakan belum BAB
sejak 2 hari yang lalu.
6. Sistem Indera
31
a. Mata: tidak ada odema, klien mengatakan mata sebelah kanan pernah dioperasi
karena katarak. Klien mengatakan, jika mata kiri digunakan untuk melihat, klien
dapat melihat dengan jarak 500 m, namun penglihatan kabur.
b. Hidung: penciuman baik, tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus, tampak ada
sekret.
c. Telinga: daun telinga tampak bersih, tidak ada sekret, pendengaran baik (saat
berkomunikasi, walau dengan menggunakan suara yang kecil/tidak terlalu keras,
klien tetap dapat mendengar dan menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan).
7. Sistem Saraf
a. Status mental: orienatsi tempat, orang dan waktu; baik, klien masih mampu
mengingat
kejadian
beberapa
waktu
yang
lalu.
Klien
mampu
32
b. saat pengakjian
3) Eliminasi
a. sebelum sakit: BAB; klien biasa BAB 2 hari sekali, konsistensi padat, warna
kuning. BAK; klien mengatakan sulit BAK, dan jika BAK, hanya sedikit-sedikit.
33
Saat memeriksakan diri pada bulan April, klien didiagnosa oleh dokter, menderita
BPH.
b. saat pengakjian: BAB; sudah 2 hari belum BAB. BAK; menggunakan kateter
urine, (volume urine 10 jam: 1200 cc).
4) Personal Hygiene
a. sebelum sakit: Mandi 1-2 x/ hari, cuci rambut, sikat gigi, ganti baju sesuai
kebutuhan.
b. saat pengkajian: Klien dibersihkan tubuhnya setiap hari 2 x (pagi dan sore).
Tubuh dibersihkan menggunakan kain basah.
5) Aktifitas dan Olahraga
a. sebelum sakit :
kadang-kadang.
b. saat pengkajian: Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, aktifitas terbatas
arena nyeri dan terpasangnya alat-alat invasif, aktifitas dibantu oleh keluarga dan
perawat.
6) Ketergantungan
a. rokok: klien mengatakan sudah 2 tahun berhenti merokok
b. alkohol: klien mengatakan sudah 2 tahun, berhenti minum alcohol.
c. obat: tidak ada.
G. Pemeriksaan Penunjang.
a. Laboratorium tanggal 26/ 6 2008
- ureum
: 18, 9 mg/dl
- Creatinin
: 1,3 mg/ dl
- HGB
: 12, 7 g/dl
- HCT
: 34,4 L %
(normal: 42 % - 51%)
- MCV
: 79, 1 L fl
(normal: 80 95 fl)
- MCH
: 29, 2 Pg
(normal: 27 31 Pg)
- McHc
: 36, 9 H g/dl
- Hematologi Lengkap;
34
> LED
: 50
> Hb
: 12, 7
> HT
: 34, 4
> Leuko
: 11.000
: - N. segmen : 66
- Limfosit
: 31
- monosit
:3
: regular
- HR
: 60 80 (sinus ritme)
- PR Interval
: 0, 10
- QRS Compleks : 0, 06
- ST segmen
- AXIS
: 55 60
: 13, 3 u/l
- GPT
: 9 u/l
H. Terapi Medis.
- tradyl/ Rolac
: drips/ 8 jam
- Actacef
: 2 x 1 gr / IV
(10.30 22.30)
- Kalnex
: 3 x 1 am/ IV
35
Analisa Data
Tanggal
01
2008
Jam
Juli 10.0
0
Pengelompokan Data
Kemungkinan Masalah
DS:
Penyebab
luka operasi nyeri
84x/menit,
suhu=
36,7oC.
-
klien
tampak
sedikit
tidak
ada
10.1
perembesan darah.
DS:
mobilitas
fisik
terpasangnya
Gangguan
nyeri
- klien mengatakan tidak
36
klien
mengatakan
membersihkan
badan
klien
tampak
sedikit
aktifitas
sehari-hari
- pergerakan terbatas.
DS:
luka
prostatektomi
DO:
dan
tidak
ada invasive
perembesan darah.
- terpasang kateter urine
9vol; 10 jam adlah 1200 cc)
- terpasang drainase pada
luka operasi
37
mmHg,
N:
84
38
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
No
Tanda
Tangan
01 Juli
2008
Nyeri
berhubungan
dengan
luka
operasi
mmHg,
nadi=
84x/menit,
suhu=
alat-alat
invasive,
ditandai
klien
mengatakan
membersihkan
luka
terpasangnya
operasi
alat-alat
prostatektomi
invasive,
dan
ditandai
39
40
Tindakan Keperawatan
Tanggal
No.d
No
Tanda tangan
x
01 Juli 1
2008
Mengobservasi TTV
R:/
TD=
120/90
mmHg,
nadi=
Menjelaskan
kepada
pasien
cara
kepada
perawat/keluarga
barang-barang
yang
41
mobilisasi
secara
bertahap.
R:/Pasien miring kanan kiri
Mengobservasi keterbatasan aktifitas,
kepada
pasien
agar
diskusikan
tanda-tanda
infeksi.
R:/ Pasien dapat menjelaskan kembali
pentingnya menjaga luka jahitannya
dan tanda-tanda infeksi.
Menganjurkan kepada pasien agar
2
jika
terjadi
tanda-tanda
infeksi.
Mengobservasi luka jahitan terhadap
3
tanda-tanda infeksi.
R:/ Tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi.
Melakukan teknik aseptik dalam
perawatan luka.
42
Evaluasi
Tanggal
10 juli 2008
Jam
14.00
Evaluasi
Tanda tangan
S=
43
S= O=
- terpasang kateter urine
- terpasang drainase pada luka operasi
- terpasang infus NaCl 0,9 %, 20 tts/
menit, di tangan kanan
- klien tampak terbaring di atas tempat
tidur
- aktifitas sehari-hari dibantu oleh
perawat dan keluarga
A= Masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi no 2,3,4,5
14.20
S= O=
- tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
- terdapat luka jahitan post-op tertutup
kasa steril dan hypafix, tidak ada
44
perembesan darah.
- terpasang kateter urine 9vol
- terpasang drainase pada luka operasi
- terpasang infus NaCl 0,9 %, 20 tts/
menit, di tangan kanan
- Tanda-tanda vital, TD: 120/80
mmHg, N: 88 x/menit, suhu: 37,1 oC .
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
45
uretra
DAFTAR PUSTAKA
46
47