Anda di halaman 1dari 94

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah
FAMILY NURSING
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KANKER MAMAE
Kelompok 2 : B 2020

1. Dian Rosmalina 012021009


2. Ester Apriani 012021012
3. Hanida Dyah Wulandari 012021010
4. Laila Safitri 012021007
5. Marensha Souhuwat 012021011
6. Yuyud Wahyudi 012021008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
TA: 2020 -2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan
disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh serta menyebabkan
kematian. Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani dan
Nuryani, 2013).
Kanker adalah penyebab kematian kedua di dunia dan diperkirakan mencapai 9,6 juta
kematian pada tahun 2018. Beberapa jenis kanker yang paling umum terjadi di berbagai
negara berdasarkan estimasi Globocan (IARC), pada tahun 2018 yaitu kanker paru-paru
11,6% (2,094 juta orang), kanker payudara 11,6% (2,089 juta orang), kanker prostat
7,1% (1,3 juta orang), kanker kolorektal 6,1% (1,8 juta orang), kanker lambung 8,2% (1
juta orang), dan kanker hati sebesar 8,2%. Kanker payudara adalah kanker yang paling
umum didiagnosis dan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita (WHO,
2018).
Jumlah penderita kanker payudara di berbagai negara terus mengalami peningkatan.
American Cancer Society pada tahun 2017 menemukan bahwa di Amerika Serikat
terdapat sebanyak 252.710 kasus baru dari kanker payudara invasif dan 63.410 kasus
baru dari kanker payudara in situ (American Cancer Society, 2017) Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI (2017), mencatat bahwa kanker payudara dan
kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang tertinggi prevalensinya pada
perempuan di Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim
dan kanker payudara, dimana sampai dengan tahun 2017 ditemukan 3.601 orang
dicurigai kanker leher rahim, 3.079 orang dicurigai kanker payudara dan tumor
payudara 3.601 orang (Kemenkes, 2018).
Riskesdas ( 2018 ) adanya peningkatan prevalensi kanker di Indonesia dari 1,4‰
menjadi 1,49‰. Provinsi Gorontalo memiliki peningkatan tertinggi dari 0,2‰ pada
Riskesdas 2013 menjadi 2,44‰ pada Riskesdas 2018. Terjadi peningkatan signifikan
juga terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat
beberapa provinsi yang mengalami penurunan prevalensi yaitu Jambi, Bengkulu,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Maluku Utara. Prevalensi kanker di
Provinsi DI Yogyakarta tergolong tinggi dibandingkan provinsi lainnya, yaitu sebesar
4,86% pada Riskesdas 2018 (Riskesdas, 2018)
Salah satu pendekatan keluarga tersebut dengan cara pemberian asuhan keperawatan
keluarga. Dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, karena
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga dijadikan sebagai unit
pelayanan karena masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya atau masyarakat sekitarnya. Keluarga juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit (Harlinawati, 2013).
Hasil wawancara awal dengan salah satu pasien kanker payudara di RSCM pada tanggal
2 juli 2021, pasien mengatakan bahwasanya tidak mengetahui tentang penyakit kanker
payudara yang akan menyerang dirinya karena gejala awalnya tidak dirasakan. Pasien
juga mengungkapkan bahwasanya memang ada riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara. Pasien mengatakan merasa malu dengan kondisinya. Selain itu keluarga tidak
tahu cara perawatan pada anggota keluarga yang menderita kanker payudara. Keluarga
tidak memahami berapa lama jangka pengobatan untuk penderita kanker payudara.
Perawat sebagai salah satu anggota yang terlibat dalam memberikan asuhan
keperawatan, harus bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas
hidup pasien dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, melalui
proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan. Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga
pada Pasien dengan Kanker Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan
RSCM tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penerapan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM tahun 2020.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum :
Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
b. Tujuan Khusus :
1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada keluarga dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
2. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan
Kanker Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada keluarga dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada keluarga dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan Kanker
Payudara di Ruang Rawat Lt 2 Gedung A Kebidanan RSCM.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Kanker Payudara
2.1.1 Pengertian Kanker Mamae
Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani dan
Nuryani, 2013). Kanker payudara adalah entitas patologi yang dimulai dengan
perubahan genetik pada sel tunggal dan memerlukan waktu beberapa tahun
untuk dapat terpalpasi (Smeltzer dan Bare, 2013). Sedangkan menurut Pusdatin
(2016), kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel
payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat
menyebar di antara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh
lainnya. Klasifikasi kanker payudara menurut Wijaya dan Putri (2013); Mulyani
dan Nuryani (2013) adalah:
1. Ductal Carsinoma In Situ (DCIS)
Ductal Carsinoma In Situ atau Karsinoma Duktal Menginfeltrasi dianggap
sebagai kanker payudara non-infasif (tidak menyebar) atau pre-invasif (belum
menyebar). Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodus aksila,
perognosa buruk. Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran
yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan
karsinoma duktal. Kanker ini terjadi sebelum maupun sesudah masa
menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan
mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik- bintik kecil dari endapan
kalsium (mikrokalsifikasi), kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu
di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.
Sekitar 25- 35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif
(biasanya pada payudara yang sama).
2. Karsinoma Lobuler menginfiltrasi (LCIS)
Terjadi penebalan pada salah satu atau kedua payudara yang dapat menyebar
ke tulang, paru, hepar, bahkan otak. Karsinoma lobuler ini terletak atau
muncul pada kelenjar susu, umumnya tipe ini terjadi setelah menopause. Tipe
ini tidak dapat diraba dan juga tidak terlihat pada pemeriksaan mamogram,
tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan
mammografi yang dilakukan untuk keperluan lainnya. Sekitar 25-30%
penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif
(pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau bahkan pada kedua
payudara).
3. Karsinoma medular (60%)
Kanker ini biasanya terjadi pada kelenjar susu. Biasanya terdapat pada capsul
atau dalam duktus, dapat membesar tetapi perluasan jenis ini termasuk dalam
kategori lambat.
4. Kanker musinus (3%)
Tipe ini biasanya mengeluarkan atau menghasilkan lendir, pertumbuhannya
termasuk lambat.
5. Kanker duktus tubulen
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada
wanita perimenopause dan pada periode awal menopause.
6. Karsinoma inflamatom (1- %)
Tipe ini jarang terjadi, gejala dari tipe ini berbeda nyeri tekan dan sangat
nyeri, payudara biasanya membesar dan keras, terjadi udema, terdapat retraksi
puting susu, payudara terlihat meradang (merah dan hangat) dengan adanya
cekungan dan atau pinggiran yang tebal yang disebabkan oleh sel kanker
yang menyumbat pembuluh limfe kulit pembungkus payudara dan
perkembangan tipe ini termasuk cepat.
7. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya.
8. Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik
(menyebar ke bagian tubuh lainnya). sekitar 80% kanker payudara invasif
adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.

Mengetahui stadium kanker payudara membantu memahami bagaimana


sebenarnya kondisi kanker di dalam tubuh, kemudian untuk menentukan
perawatan yang paling tepat. Stadium kanker juga memberikan gambaran
mengenai tingkat keparahan kanker yang diderita. Tahap-tahap stadium kanker
payudara bisanya ditandai dengan skala 0 sampai IV. Stadium 0 berarti kanker
tersebut merupakan jenis yang tidak menyebar yang tetap tinggal di tempat awal
dimana kanker itu tumbuh. Sedangkan stadium IV berarti kanker tersebut telah
menyebar hingga sampai ke bagian organ tubuh lainya (Savitri dkk, 2015):
a. Stadium 0
Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan carsinoma in situ. Ada
tiga jenis carsinoma in situ yaitu ductal carsinoma in situ (DCIS), lobular
carsinoma in situ (LCIS) dan penyakit Paget putting susu.
b. Stadium I
Pada stadium I, kanker umumnya sudah mulai terbentuk. Stadium I kanker
payudara dibagi ke dalam dua bagian tergantung ukuran dan beberapa faktor
lainnya.
1) Stadium IA tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum menyebar
keluar payudara.
2) Stadium IB tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak berada pada
payudara melainkan pada kelenjar getah bening.
c. Stadium II
Pada stadium II kanker umunya telah tumbuh membesar. Stadium II dibagi
dalam dua bagian yaitu :
1) Stadium IIA kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan pada 3
lajur kelenjar getah bening.
2) Stadium IIB kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan menyebar
pada 1-3 lajur getah bening dan atau terletak di dekat tulang dada.
d. Stadium III
Pada tahap ini, kanker dibagi menjadi stadium yaitu :
1) Stadium III A kanker berukuran lebih dari 5 cm dan ditemukan pada 4-9
lajur kelenjar getah bening dan atau di area dekat tulang dada.
2) Stadium IIIB ukuran kanker sangat beragam dan umunya telah
menyebar ke dinding dada hingga mencapai kulit sehingga menimbulkan
infeksi pada kulit payudara.
3) Stadium IIIC ukuran kanker sangat beragam dan umunya telah
menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara sehingga
mengakibatkan pembengkakan atau luka. Kelenjar juga mungkin sudah
menyebar ke 10 lajur kelenjar getah bening atau kelenjar getah bening
yang berada di bawah tulang selangka atau tulang dada.
e. Stadium IV
Pada stadium ini kanker telah menyebar dari kelanjar getah bening menuju
aliran darah dan mencapai organ lain dari tubuh seperti otak, paru-paru, hati
dan tulang
2.1.2 Penyebab
Penyebab kanker payudara secara pasti belum jelas hingga saat ini. Namun
menurut Smeltzer dan Bare (2013); Ariani (2015); Savitri dkk (2015), ada
beberapa faktor resiko yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan
payudara antara lain sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Wanita memiliki resiko lebih besar mengalami kanker payudara. Namun,
laki-laki pun dapat terserang kanker payudara, yakni kurang dari 1% dari total
kasus kanker payudara. Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki lebih
sedikit hormon esterogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan
sel kanker. Selain itu, payudara laki-laki sebagian besar terdiri dari lemak,
bukan kelenjar seperti wanita.
b. Mutasi Genetik (BRCA-1 dan BRCA-2)
Sebanyak 5-10% kasus kanker payudara disebabkan adanya kerusakan
genetik (mutasi) yang diturunkan dari orang tua. Apabila orang tua
mengalami kerusakan genetik (mutasi) maka sifat tersebut diturunkan ke
anaknya dan anakpun akan memiliki resiko yang lebih besar menderita
kanker payudara.
c. Usia
Wanita yang berumur lebih dari 50 tahun dan telah mengalami monopouse
mempunyai risiko kanker payudara lebih besar dibanding wanita yang
berumur kurang dari 50 tahun. Hal ini dikarenakan kebanyakan wanita di
umur tersebut melakukan mamografi pada program pemeriksaan payudara
setempat.
d. Riwayat Keluarga
Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara seperti ibu
dan saudara kandung mempunyai risiko 4 sampai 6 kali lipat dibanding
wanita yang tidak punya faktor risiko ini.
e. Usia Melahirkan Anak Pertama
Wanita yang melahirkan anak pertama setelah umur 30 tahun beresiko 2 kali
lebih besar menderita kanker payudara, ini juga berlaku pada wanita yang
melahirkan anak pertama sebelum umur 20 tahun.
f. Menarche Dini
Produksi hormon esterogen dimulai ketika wanita mengalami menstruasi
pertama kali. Pada wanita yang riwayat menarche awal sebelum berusia 12
tahun memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker payudara, karena tubuh
lebih lama terpapar hormon estrogen.
g. Menoupause Lama
Wanita yang umur Menopause nya terlambat atau diatas usia 50 tahun
mempunyai risiko terkena kanker payudara lebih besar dibanding wanita yang
umur menopause nya normal, yaitu kurang dari usia 50 tahun.
h. Riwayat Tumor
Wanita yang pernah menderita tumor jinak mungkin memiliki resiko kanker
payudara. Beberapa jenis tumor jinak seperti atypical ductal hyperplasia atau
lobular carsinoma in situ cenderung berkembang sebagai kanker payudara
suatu hari nanti.
i. Radiasi
Wanita yang pernah terpapar radiasi di bagian dada (sebagai salah satu terapi
kanker yang dideritanya saat anak-anak/remaja) juga beresiko menderita
kanker payudara. Resiko tertinggi kanker payudara terjadi jika radiasi
diberikan selama masa remaja, ketika payudara masih berkembang.
Pengobatan radiasi setelah usia 40 tahun tidak meningkatkan resiko kanker
payudara.
j. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah
memasuki masa menopause memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker
payudara. Wanita menopouse yang mengalami obesitas memiliki tingkat
esterogen yang jauh lebih tinggi daripada seharusnya, dimana hal itu
dianggap menjadi peningkatan resiko kanker payudara.
k. Terapi hormonal
Penggunaan oral kontrasepsi (pil KB) lebih dari 8-10 tahun juga
meningkatkan resiko kanker payudara. Selain pil KB, kontrasepsi hormonal
lainnya seperti KB suntik lebih dari 5 tahun juga dapat meningkatkan resiko
kanker payudara.
2.1.3 Faktor resiko
Faktor resiko karsinoma mamae menurut Pudiastuti (2011) sebagai berikut :
a. Pernah menderita kanker payudara/non kanker payudara
b. Usia diatas 60 tahun
c. Riwayat keluarga yang menderita kanker
d. Faktor genetik dan hormonal
e. Menarche pertama sebelum usia 12 tahun , menopouse setelah usia 55 tahun,
kehamilan pertama setelah usia 30 tahun .
f. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen. (Pudiastuti, 2011).
2.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala penyakit kanker menurut Pudiastuti, (2011) adalah
a. Ada benjolan pada ketiak
b. Perubahan bentuk payudara
c. Kemerahan dan bengkak pada payudara
d. Puting susu gatal dan bersisik
e. Adanya cairan abnormal pada payudara (Pudiastuti, 2011).
Sedangkan menurut Irianto (2015) ada tanda dan gejala yang khas
menunjukkan adanya suatu keganasan, antara lain :
a. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam atau
masuk dalam payudara)berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi
edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk ( peau d “orange), mengkerut
atau timbul borok ( ulkus ) pada payudara . Ulkus makin lama makin besar
dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara , sering
berbau busuk dan mudah berdarah.
b. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari muara
duktus satu payudara dan mungkin berdarah ,timbul perbesaran kelenjar getah
bening diketiak, bengkak (edema) pada lengan dan penyebaran kanker ke
seluruh tubuh. Kanker payudara yang sudah lanjut sangat mudah dikenali
dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut :
1. Benjolan payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula tidak nyeri makin lama makin besar,
lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara
atau pada puting susu.
2. Adanya nodul satelit pada kulit payudara ,kanker jenis mastitis
karsinimatosa; terdapat nodul pada sternal; nodul pada supraklavikula;
adanya edema lengan; adanya metastase jauh
3. Kulit terfiksasi pada dinding thorak, kelenjar getah bening aksila
berdiameter 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
2.1.4 Patofisiologi
Penyebab kanker payudara sampai saat ini masih belum jelas, tetapi terdapat
faktor resiko yang mempengaruhi kejadian kanker yaitu faktor hormonal
(menarche dini, late manopause, obesitas, kontrasepsi oral, usia saat melahirkan
anak pertama), genetik, pertambahan usia, riwayat kanker sebelumnya di
payudara maupun organ lain, terpajan radiasi. Pada kanker payudara terjadi
pembelahan sel abnormal di jaringan payudara yang menyebabkan jumlah sel
meningkat dan terjadi hipermetabolisme di jaringan kanker, hal ini dapat
mengurangi suplai nutrisi dan O2 ke jaringan lain yang dapat mempengaruhi
penurunan berat badan dan terjadinya anemia perifer.
Selanjutnya kanker payudara ini mendesak jaringan sekitarnya dan menekan
jaringan pada payudara, lalu payudara yang terkena kanker tersebut
membengkak dan mendesak jaringan di luar payudara seperti paru-paru. Di
paru-paru terjadi infiltrasi pleura yang selanjutnya menjadi efusi pleura, hal ini
berpengaruh pada ekspansi lapangan paru dan dapat menyebabkan sesak nafas.
Pendesakan payudara ke jaringan luar tadi juga dapat menyebabkan
terganggunya perfusi jaringan payudara yang dapat mengakibatkan nekrosis dan
ulserasi payudara.
Payudara yang asimetris dapat menyebabkan beberapa hal seperti ketidaktepatan
interpretasi karena kurangnya pengetahuan tentang kanker payudara dan
menimbulkan kecemasan serta gangguan body image. Sel kanker tersebut dapat
mendesak sel syaraf yang selanjutnya akan mempengaruhi sel syaraf yang peka
terhadap rangsangan nyeri dan terjadilah nyeri akut.
Pembuluh darah juga dapat terpengaruh akibat pendesakan sel kanker yang
selanjutnya akan menghambat aliran darah dan terjadi hipoksia jaringan lalu
menimbulkan bakteri patogen (anaerob) yang dapat menyebabkan infeksi.
Bakteri patogen tersebut masuk ke sirkulasi (hematogen) yang selanjutnya akan
menyebabkan anak sebar (metastase) ke organ lain. Infeksi dapat meningkatkan
respon mekanisme tubuh terhadap bakteri dan menyebabkan peningkatan suhu
tubuh (Price, 2012 ; Wijaya dan Putri, 2013).
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh
dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun
supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor
menyebar ke organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak. Akan tetapi dari
penelitian para pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa
didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya
dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru dan liver tanpa
disadari oleh penderita. Oleh karena itu penderita kanker payudara ditemukan
benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula
kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Diduga penyebab
terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling
sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana
p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam
di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara
telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi
dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah
yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang
menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).

2.1.5 Prognosis
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila
tidak diobati ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%. Sedang ketahanan
hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup tergantung pada tingkat
penyakit saat mulai pengobatan,gambaran histopatologik, dan uji reseptor
estrogen yang bila positip lebih baik. Stadium klinis dari kanker merupakan
indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan
hidup % tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan
yang sesuai mendekati :
a) 95% untuk stadium 0
b) 88% untuk stadium I
c) 66% untuk stadium II
d) 36% untuk stadium III
e) 7% untuk stadium IV
Harapan hidup dengan adanya metastase mencapai 2 sampai 3,5 tahun
walaupun beberapa pasien (25%-35%) dapat hidupselama 5 tahun, dan lainnya (
10%) dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien yang mengalami metastasis lama
setelah didiagnosis awal atau yang mengalami metastasis ke tulang atau ke
jaringan lunak memiliki prognosis yang lebih baik (Irianto, 2015).
2.1.6 Manifestasi Klinis
Salah satu cara yang dapat membantu mendeteksi tanda-tanda kanker payudara
sedini mungkin menurut Savitri dkk (2015), adalah dengan mengenali gejala-
gejalanya. Selain itu, melakukan pemeriksaan sendiri pada payudara setiap 5 - 7
hari setelah masa menstruasi sangat membantu mengetahui apakah ada benjolan
atau perubahan lain pada payudara. Tanda-tanda awal kanker payudara tidak
sama pada setiap wanita. Tanda yang paling umum terjadi adalah perubahan
bentuk payudara dan puting. Sedangkan tanda- tanda kanker telah menyebar
adalah:
a. Nyeri tulang;
b. Pembengkakan lengan atau luka pada kulit;
c. Penumpukan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura);
d. Mual;
e. Kehilangan nafsu makan;
f. Penurunan berat badan;
g. Penyakit kuning;
h. Sesak nafas;
i. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
Sedangkan beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat
cukup jelas, antara lain:
a) Munculnya benjolan pada payudara;
b) Munculnya benjolan di ketiak (aksila);
c) Perubahan bentuk dan ukuran payudara;
d) Keluarnya cairan dari puting;
e) Perubahan pada puting susu;
f) Kulit payudara berkerut.

2.1.7 Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma
payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan
juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk
metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama
tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih jarang
adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium (Irianto,
2015).

2.1.8 Penatalaksanaan
Mulyani dan Nuryani (2013); Wijaya dan Putri (2013), mengatakan pengobatan
kanker payudara tergantung tipe dan stadium yang dialami penderita. Pada
umumnya seseorang diketahui menderita kanker payudara ketika stadium lanjut.
Hal tersebut dikarenakan tentang kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan
deteksi dini. Pengobatan kanker payudara itu sendiri meliputi pembedahan,
kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini bertujuan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Secara garis besar, pengobatan kanker payudara yang disepakati oleh ahli kanker
di dunia adalah sebagai berikut :
1) Stadium I : Operasi + Kemoterapi
2) Stadium II : Operasi + Kemoterapi
3) Stadium III : Operasi + Kemoterapi + Radiasi
4) Stadium IV : Kemoterapi + Radiasi
Sedangkan, secara spesifik disebutkan bahwa pengobatan kanker payudara
yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit ada tiga
macam, yakni mastektomi, radiasi, dan kemoterapi.
1) Mastektomi
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara tergantung pada beberapa
faktor, meliputi usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause,
dimensi tumor, tahapan tumor dan seberapa luas penyerapannya, stadium
tumor dan keganasannya, status reseptor hormon tumor, serta penyebaran
tumor telah mencapai simpul limfa atau belum.
Berikut beragam tipe mastektomi :
a) Radical Mastectomy
Merupakan operasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy)
dan operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Lumpectomy
ini biasanya direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang
dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara.
b) Total Mastectomy
Merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara saja bukan kelenjer di
ketiak/axilla.
c) Modified Radical Mastectomy
merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di
tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak
/ axilla. Setelah dilakukan masektomi pasien akan merasakan dinding dada
nyeri dan kesemutan bawah lengan. Nyeri juga dirasakan di bahu, bekas
luka, lengan, atau axilla. Keluhan umum lainnya yang dirasakan termasuk
nyeri tertusuk/ tajam, rasa gatal tak tertahankan atau mati rasa.
2) Radiasi atau Radioterapi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Adapun efek
pengobatan ini yaitu tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna
kulit di sekitar payudara menjadi lebih gelap, dan limfedema (kelebihan
cairan yang muncul di lengan akibat tersumbatnya kelenjer getah bening di
ketiak.
Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka kekambuhan sebesar 50-75
%. Namun, radioterapi dapat menyebabkan efek samping di kemudian hari.
Oleh karena itu, radaioterapi setelah operasi dibatasi pada pasien dengan
risiko tinggi kekambuhannya. Resiko tinggi adalah pasien dengan tumor besar
saampai mengenai kulit payudara atau dinding dada, atau untuk paasien yang
kankernya tersebar di kelenjar ketiak.
3) Kemoterapi
Kemoterapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi yang biasanya
diterapkan setelah operasi untuk menghancurkan sel- sel kanker dan
kemoterapi sebelum operasi yang digunakan untuk mengecilkan tumor.
Kemoterapi biasanya menggunakan obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau melalui infus yang bertujuaan membunuh sel kanker. Efek
kemoterapi yaitu pasien mengalami mual dan muntah, rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan kemoterapi, hilangnya nafsu makan, perubahan siklus
dalam menstruasi, menjadi mudah lelah karena rendahnya jumlah sel darah
merah, rentan terkena infeksi, terasa ngilu pada tulang-tulang serta kuku dan
kulit menghitam, kadang kulit kering. Pengobatan kemoterapi ini sangat kuat
efeknya (anti kanker). Pengobatan ini harus diberikan secara berulang-
berulang dengan siklus yaang berlangsung antara 3-6 bulan.
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien menurut Mulyani dan
Nuryani (2013), adalah untuk menurunkan insidensi kanker payudara dan
secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker
payudara itu sendiri. Adapun strategi untuk menurunkan risiko kanker
payudara menurut Mulyani dan Nuryani (2013); Savitri dkk (2015), antara
lain:
a. Terapkan Pola Hidup Sehat
1) Menjaga berat badan ideal
Untuk menjaga berat badan ideal dengan cara hindari mengalami
kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan, karena kegemukan
dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Selain itu, hindari juga
kenaikan berat badan mendadak setelah usia 18 tahun karena berisiko
besar.
2) Pemberian ASI
Memberikan asi pada anak setelah melahirkan selama 2 tahun
(setidaknya 3-6 bulan) dapat mengurangi risiko terkena kanker
payudara. Ini di sebabkan selama proses menyusui, tubuh akan
memproduksi hormon oksitosin yang dapat mengurangi produksi
hormon esterogen karena hormon esterogen memegang peranan penting
dalam perkembangan sel kanker payudara.
3) Memilih diet dengan mengkonsumsi sayuran, buah-buahan dan
kacang-kacangan serta mengurangi konsumsi makanan berkanji yang
diproses.
4) Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons sehari. Lebih baik
memilih ikan, ayam atau daging yang bukan dari hewan ternak untuk
menggantikan daging merah.
5) Menghentikan mengkonsumsi alkohol.
b. Konsumsi Makanan Pencegah Kanker Payudara
Selain menerapkan pola hidup sehat dengan olahraga teratur,
mengkonsumsi bahan makanan yang tepat juga dapat menghentikan
perkembangan sel kanker. Berikut ini adalah makanan yang diketahui
dapat menjauhkan dari kanker payudara:
1) Tomat
Bahan makanan ini banyak mengandung likopen yang berkhasiat untuk
menurunkan resiko kanker payudara.
2) Alpukat
Alpukat tinggi akan kadar asam folat yang bermanfaat untuk mencegah
kanker payudara.
3) Blueberry
Menurut studi, fitokimia pada blueberry dapat menghentikan
pertumbuhan dan penyebaran kanker payudara, karena kandungan
antioksidannya yang sangat tinggi.
4) Kunyit
Kunyit dapat membantu mencegah penyebaran kanker payudara.
5) Teh hijau
Minum teh hijau dapat menurunkan risiko kanker payudara dan
mencegah penyebaran pada wanita yang sudah terkena. Hal ini karena
zat katekin yang terkandung dalam teh hijau.
6) Brokoli
Bahan makanan ini mengandung indo-3-karbonal yang melawan kanker
payudara dengan megubah esterogen yang menyebabkan kanker
menjadi zat pelindung kanker.
7) Bawang putih
Bawang putih dapat menghilangkan sel-sel kanker payudara. Bawang
putih yang dimasak dengan daging dapat mengurangi kadar
karsinogenik dalam daging yang dapat menyebabkan kanker payudara.
2.1.9 Pencegahan Kanker secara alami
a. Olahraga teratur, dapat menurunkan estrogen yang diproduksi tubuh sehingga
mengurangi resiko kanker payudara
b. Kurangi Lemak, yaitu lemak jenuh dalam daging, mentega makanan yang
mengandung susu full cream dan asam lemak dalam margarin yang dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
c. Jangan terlalu matang memasak daging: daging yang
dimasak/dipanggang lama menghasilkan lama menghasilkan senyawa
karsinogenik ( amino heterosiklik).
d. Konsumsi suplemen antioksidan
e. Konsumsi makanan berserat, sayur dan buah selain makanan berserat juga
antioksidan yang akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan sehingga
kadarnya dalam darah berkurang.
f. Konsumsi makanan yang mengandung kedelai/protein, makanan berasal
darikedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen).
Makanan berkedelai menghalangi estrogen tubuh mencapai sel reseptor, juga
mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
g. Hindari alkohol, minuman beralkohol meningkatkan kadar estrogen dalam
darah
h. Berat Kontrol Badan, kenaikan setiap pon setelah usia 18 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan
bertambahnya lemak tubuh , maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu
kanker payudara dalam darah pun akan meningkat.
i. Hindari Xeno-estrogen adalah dengan mengurangi konsumsi daging, unggas,
dan produk susu (whole milk dairy product).
j. Berjemur dibawah sinar matahari, Saat tubuh mengenaikulit, tubuh akan
membuat vitamin D, yang akan membantu jaringan payudara menyerap
calcium sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
k. Hindari merokok
l. Berikan ASI rutin pada anak, menyusui berhubungan dengan berkurangnya
resiko kanker payudara sebelum menopause,
m. Pertimbangkan sebelum melakukan HRT (Hormon Replacement Therapy),
karena akan menambah resiko kanker payudara (Irianto, 2015).
2.1.10 Pemeriksaan SADARI
1. Mulailah dengan melihat payudara dicermin dengan bahu lurus dan tangan
diletakkan dipinggul. Amatilah ukuran, bentuk dan warna payudara, apakah
ada perubahan yang mudah terlihat benjolan .
2. Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil melihat
cermin, perlahan-lahan tekan puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk serta
lakukan cek terhadap pengeluaran puting susu (dapat berupa air susu, atau
cairan kekuningan atau darah).
3. Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring. Gunakan tangan
kanan untuk meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba payudara
kanan. Gunakan sentuhan yang lembut dengan menggunakan tiga jari tangan
(telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi berdekatan satu sama lain.
Sentuh payudara dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari tulang selangka ke
bagian atas perut dan dari ketiak ke belahan dada.
4. Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama
sambil berdiri atau duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah
merasakan payudaranya dalam kondisi basah sehingga sering dilakukan saat
mandi (Irianto K, 2015).

2.1.11 Cara Merawat Pasien Kanker Payudara bagi Keluarga Perawatan terhadap
pasien kanker payudara stadium lanjut dapat dilakukan sendiri oleh keluarga
dirumah. Namun keluarga harus tetapterpantau dan berkonsultasi
dengan paramedis untuk perawatan yang tepat. Berikut seperti yang dilansir
oleh Tanjung (2007):
a) Bersihkan luka kanker payudara setiap hari, disarankan menggunakan
saline water (cairan infus) NaCl 0,9% atau air hangat. Pastikan
menggunakan sarung tangan saat membersihkan luka. Pencucian bertujuan
untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa
balutan yang digunakan dan sisa metabolic tubuh pada cairan luka yang
berfungsi untuk mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari
kemungkinan terjadinya infeksi.
b) Mempertahankan kelembaban.
c) Gunakan pakaian yang longgar.
d) Mengontrol bau tidak sedap pada luka. Penggunaan terapi antibiotik topikal
pada luka seperti metronidazole, sangat efektif untuk membunuh bakteri
yang dapat menimbulkan bau.
e) Mengatasi produksi cairan yang berlebihan, jika cairan tidak terlalu banyak,
cukup menggunakan salep dan kassa kering kemudian dibaluti rapi secara
keseluruhan menutup seluruh area luka.
f) Mencegah dan mengontrol terjadinya pendarahan dengan hati- hati dalam
membuka balutan. Menciptakan suasana lembab pada luka akan
memudahkan dalam penggantian balutan.
g) Mencuci luka dengan lemah lembut, menghindari perlakuan kasar yang
dapat menimbulkan perdarahan saat mencuci luka.
Perawatan terhadap pasien kanker payudara tidak hanya secara fisik namun
juga psikologis. Berikut seperti yang dilansir oleh American Cancer Society
(2016):
a. Bangunlah mental pasien dengan mendukung keputusan yang ia buat,
memberikan hiburan dan menjadi kawan curahan hati agar ia tidak merasa
stress, cemas dan takut.
b. Pasien dengan kanker stadium lanjut memiliki kecenderungan untuk takut
ditinggalkan dan ditolak masyarakat, serta rasa takut luar biasa terutama
pada malam hari. Untuk mengatasinya, anggota keluarga perlu
menemaninya secara fisik agar ia merasa nyaman.
c. Pasien dengan penyakit kronis memiliki perasaan yang lebih sensitif dari
biasanya. Oleh karena itu, sebisa mungkin agar anggota keluarga tidak
marah ataupun terlihat lelah dimatanya karena akan membuatnya semakin
down.
d. Keluarga sebaiknya memperhatikan pola makan pasien utamanya saat
pasien sedang menjalani radioterapi dan kemoterapi. Berikan jadwal diet
yang sesuai dengan petunjuk dokter dan berikan pengertian ke pasien bahwa
nutrisi yang masuk ke tubuhnya tidak boleh sembarangan demi
kesehatannya. Biasanya pasien ingin merasakan makanan lain yang bahkan
merupakan pantangan baginya. Di saat seperti ini, keluarga harus pintar-
pintar membujuknya.
e. Pasien yang merasakan nyeri, lebih baik keluarga memberikan hal yang
dapat mengalihkan perhatiannya seperti teknik distraksi: menonton tv,
mendengarkan musik; dan relaksasi: teknik nafas dalam.
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan.
Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan
fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil
analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017)
Keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan
dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan
budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
2.2.2 Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis
maupun adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah.
Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara
sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan
nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal
ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family
Kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau
pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family
Kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu tumah atau berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya
seperti kamar mandi, dapur, televise dll.
g. Keluarga Campuran (Blended Family)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone)
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Family
Pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan di rumah terpisah
dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak merawat anak-anak
mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya
jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir
Bentuk keluarga setelah cerai di mana anak menjadi anggota dari suatu
sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.2.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat juga penyembuhan dari sakit

2.2.4 Struktur Keluarga


Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga
yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural.
Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati
(2018)
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018)
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan
keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan
keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk
mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam
struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional
3. Struktur Peran menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018)
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga Peran formal dalam keluarga dalah
posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota
keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga
memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa
aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial
tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.

4. Struktur Nilai menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018)


Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana
keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
Lain halnya menurut Harlinawati (2013), struktur keluarga
menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga
dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

2.2.5 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Tugas pokok keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (2010), antara
lain :
1. Mengatasi masalah keseahatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan – perubahan yang
di alami anggota keluarganya, keluaraga perlu mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan mengenai masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga, keluarga perlu mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui keadaan penyakitnya, sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang dibutuhkaan untuk perawatan,
sumber-sumber yang ada dalam keluarga (keuangan dan financial, fasilitas
fisik, psikososisal) dan bagaimana sikap keluarga terhadap anggota yang
sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Keluarga
mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat dan keluarga mengetahui sumber dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta bagaimana upaya pencegahan pada penyakitnya.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Ketika merujuk
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengatahui keuntungan
dan keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat di jangkau oleh keluarga.
2.2.6 Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit,
adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap
tenaga kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau
salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga
terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan
atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga
yang dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya
dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.2.7 Tahapan Keluarga Sejahtera
Tingkat kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) :
1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Dengan
kata lain tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera
tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum
bisa memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, seperti pendidikan, KB,
interaksi dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi. Indikator nya
yaitu melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah
bukan dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan
kesehatan).
3. Keluarga Sejahtera Tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal,
dapat memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.
Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan
melaksanakan kegiatan agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai
lauk pauk minimal satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2 ,
kondisi anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun
keatas memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu
membaca dan menulis.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah
memenuhi keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan
perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal
pada masyarakat dalam bentuk material dan keuangan dan belum berperan
serta dalam lembaga kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya
keluarga menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama minimal
satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, dapat memperoleh berita
dari media cetak maupun media elektronik, anggota keluarga mampu
menggunakan sarana transportasi.
2.2.8 Peran perawat keluarga
Peran perawat di keluarga menurut Friedman (2010), adalah sebagai berikut :
1. Pelaksana
Peran perawat sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian sampai evaluasi.
Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif,
preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
2. Pendidik
Peran perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi kebutuhan,
menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
3. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling atau
bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah kesehatan di
keluarga
Selain peran perawat keluarga di atas, menurut Kholifa (2016) ada juga peran
perawat keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut :
a. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang penting dalam
upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara hidup sehat.
b. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya penyakit
pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera yang dapat dilakukan
oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan sekunder,
sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder
adalah mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan lebih
lanjut. Peran perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.
c. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan mengurangi luasnya
dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat meminimalkan
ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi tubuh. Fokus utama
adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang
cacat akibat penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat
yang paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.
2.2.9 Teori Perkembangan Keluarga
Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari
waktu-kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017).
Paradigma siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan
anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan
Miller, 1987 dalam Zakaria, 2017)

Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah - hamil)


Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30 bulan)
Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2 - 6 tahu
n)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 – 13 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13-20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga
pasangan meninggal dunia)
2.2.10 Tingkat Kemandirian Keluarga
Tingkat kemandirian keluarga menurut IPKKI (2017), berdasarkan
kemampuan yang telah dicapai oleh keluarga, terdiri dari:
1. Tingkat Kemandirian I
Pada tingkat I keluarga menerima perawat, keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga.
2. Tingkat Kemandirian II
Pada tingkat II keluarga menerima perawat, keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai anjuran,
keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai anjuran.
3. Tingkat Kemandirian III
Pada tingkat III keluarga menerima perawat, keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai anjuran,
keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai anjuran,
keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif.
4. Tingkat Kemandirian IV
Pada tingkat IV keluarga menerima perawat, keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai anjuran,
keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai anjuran,
keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, keluarga
melakukan tindakan promotif secara aktif

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Asuhan keperawatan keluarga ialah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey
& Grace, 2011 ).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi
pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi
keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Abi Muslihin, 2012). Tahap-tahap
proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahap awal dalam proses keperawatan, dimana seorang
perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. (Andarmoyo, 2012).

Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga
adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Kepala Keluarga (KK)
2) TTL/Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di identifikasi
sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi keluarga dengan
mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudian
diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran
mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan
setiap anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan
pendidikan.
6) Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga (pohon keluarga).
7) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
8) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa keluarga yang terkait dengan kesehatan.
9) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
10) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
11) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton
televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat keluarga dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Diidentifikasi melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah
jendela, pemanfaatan ruangan, peletakkan perabot rumah tangga, jenis septic
tank, dan jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk
setempat, dan budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga


Ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpulserta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi
dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga : menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga : kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
memengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran : menjelaskan peran dari masing masing anggota keluarga, baik
secara formal, maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga : menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang dikaji : gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki, dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji : bagaiman interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disi[lin, norma, budaya dan perilaku
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji : berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan
jumlah anggota keluarga, dan metode apa yang digunakan keluarga dalam
upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji :
1. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan
2. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek & panjang
a) Jangka pendek : stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan
b) Jangka panjang : stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu < 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang dikaji : sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi apa yang digunakan keluarga dalam menyelesaikan masalah
4) Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik ( head to toe ).
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga adalah keputusan tentang respon keluarga tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan
perawat, (Setiadi, 2009).
Tahapan dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa data
Analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara analisa data yaitu: validasi data,
mengelompokkan data, membandingkan dengan standart dan membuat
kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan. Dalam menganalisa data ada
3 norma yang diperlukan diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan
keluarga yaitu :
1. Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga yang meliputi :
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
c) Keadaan gizi anggota keluarga.
d) Status imunisasi anggota keluarga.
e) Kehamilan dan KB.
2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :
a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas
rumah dan sebagainya.
b) Sumber air minum.
c) Jamban keluarga.
d) Tempat pembuangan air limbah.
e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
3. Karakteristik keluarga, yang meliputi :
a) Sifat-sifat keluarga.
b) Dinamika dalam keluarga.
c) Komunikasi dalam keluarga.
d) Interaksi antara anggota keluarga.
e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.
f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga (Setiadi, 2008).

b. Diagnosa keperawatan keluarga


Merupakan perpanjangan dari diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya
serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan
keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk
menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman. komponen diagnosa
keperawatan keluarga meliputi problem (masalah), etiologi (penyebab), dan
sign/ simpton (tanda) (Friedman, 2010).
1. Masalah (Problem)
suatu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang
diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan penulisan pernyataan
masalah adalah menjelaskan status kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin, (Setiadi, 2008).
2. Penyebab (etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu
kepada lima tugas keluarga, yaitu sebagai berikut :
1) Mengenal masalah keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis
keperawatan keluarga adalah adanya :
(1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan
persepsi).
(2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
Kemungkinan diagnosa keperawatan keluarga dengan kanker
payudara mengacu pada problem NANDA (2015-2017) serta etiologi
Friedman (2010) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat keluarga yang sakit
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat keluarga yang sakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang
sakit.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat keluarga yang sakit
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
7. Anxietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan.
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan.
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat keluarga yang sakit.
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang
ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (Skala Baylon dan
Maglaya, 2019).
3. Skoring
Tabel 2.2
N Kriteria Skala Bobot
o
1 SIFAT MASALAH
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIU
BAH
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0

3 POTENSIAL MASALAH UNTUK DICEGA


H
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 MENONJOLNYA MASALAH
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Maglaya, 2009

MENGHITUNG SKORING
a. Menentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor
X bobot
Angka tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d. Urutkan diagnosis yang skornya paling besar
4. Perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam sebuah proses keperawatan keluarga.
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan sehingga
masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan (Susanto, 2012).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan keperawatan keluarga,
yaitu (IPKKI, 2017) :
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan untuk
mencapai suatu hasil
2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar- benar bisa
diukur dan dapat dicapai oleh keluarga
3) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
dipilih oleh keluarga
4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan
5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab keluarga
dalam pemecahan masalah.

5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Mura, 2011).
Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi (IPKKI, 2017) :
a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah.
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk
individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawt anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang
ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat, dengan cara menemukan sumber- sumber yang dapat digunakan keluarga,
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memnafaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga, membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
6. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kungjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/keluarga. Tahapan
evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir
pemberian asuhan. Perawat bertanggungjawab untuk mengevaluasi status dan
kemajuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan
status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu
dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan (IPKKI, 2017).

BAB III
ANALISA MASALAH
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bpk. H ( 38th)
2. Alamat dan Telepon : Jl. Suryodiningratan MJ II/897
3. Komposisi keluarga

N Nam Hub TTL/Umur Pendidik Pekerjaan


o a dengan an
KK
1. Bpk. Hendri Suami Solo, 11/06/1980 (41th) SMA Wiraswas
Suardi ta
2. Ibu Hamidah Istri Boyolali, 16/3/1981 SMP IRT
(40th)
3. Laura Suardi Anak Jakarta, 26/11/2008 SMP Pelajar
(13th)
4. M. Nur Latif Anak Jakarta, 05/05/2014 (7th) SD Pelajar

Genogram :

Keterangan :
: laki-laki : : garis perkawinan

: garis keturunan
perempuan

: laki-laki meninggal : tinggal serumah


perempuan meninggal
:
: pasien
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. H merupakan keluarga inti. Keluarga ini terdiri dari
Bpk. H (38 tahun) sebagai kepala keluarga, Ibu H sebagai istri (37
tahun), An. L (10 tahun) sebagai anak sulung, dan An. M (4 tahun)
sebagai anak bungsu.
5. Suku
Semua anggota keluarga Bpk. H bersuku jawa, tidak ada budaya jawa
yang mempengaruhi kesehatan keluarga Bpk. H
6. Agama
Semua anggota keluarga Bpk. H beragama islam. Tidak ada perbedaan
agama dalam keluarga. Keluarga Ibu H selalu melaksanakan sholat 5
waktu dirumah. Tidak ada kebiasaan menurut agama Ibu H yang
mempengaruhi kesehatannya. Ibu H pasrah kepada tuhan dengan
keadaanya saat ini dan selalu berdoa untuk kesehatan dirinya dan
keluarga.
7. Status Sosek Keluarga
Bpk. H sebagai kepala keluarga bekerja sebagai pembawa mesin
kontraktor dengan gaji tergantung dengan harga proyek yang didapat
biasanya gaji yang didapat Rp 1,5 juta – 10 juta perproyek. Ibu H
membuka warung kecil dirumah nya dengan hasil jualan sehari ± Rp
20.000. Selain itu untuk menambah penghasilan Ibu H juga bekerja
sebagai pembuka kulit bawang merah dari tetangga dengan upah Rp
2000/Kg bawang merah. Sehingga penghasilan yang didapat keluarga
Bpk. H dalam seminggu ± Rp 300.000. Biaya listrik tiap bulan ± Rp
50.000. Selain itu biaya ojek untuk antar jemput pergi sekolah anaknya
yang pertama 10.000/hari. Jika keluarga Bpk. H berobat, mereka
menggunakan BPJS.
8. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Bpk. H sehari-hari selalu ada di rumah berkumpul dengan seluruh
anggota keluarganya. Namun tidak setiap saat karena pekerjaan Bapak
H sistimnya kontrak proyek. Kadang Bpk. H mendapat proyek kadang
tidak. Sehingga aktivitas kumpul bersama dengan anak, istri tidak
terlaksana secara rutin. Namun, jika tidak ada proyek keluarga Bpk. H
pergi berlibur atau rekreasi. Sedangkan ibu H selalu ada dirumah
berkumpul dan mengobrol dengan anak sambil menonton TV.

II. RIWAYAT & TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Bpk. H saat ini adalah keluarga dengan
anak usia sekolah.
2. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga Bpk. H pada tahap anak usia sekolah
yang sudah terpenuhi yaitu membimbing dan mempersiapkan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, memfasilitasi anggota
keluarganya dalam pemenuhan nutrisi, perhatian, kasih sayang,
kesehatan, pengenalan dan pengajaran yang baik pada anaknya, serta
mempersiapkan anaknya untuk bersosialisasi dengan baik pada
lingkungan.
Sedangkan tugas perkembangan keluarga Bpk. H yang belum terpenuhi
yaitu belum bisanya orang tua untuk mengantar dan menjemput anak
pergi sekolah karena Bpk H yang bekerja dan Ibu H yang tidak bisa
mengendarai motor.
3. Riwayat Keluarga Inti
Riwayat keluarga inti Bpk. H. Saat ini Bpk. H tidak memiliki keluhan
mengenai kesehatannya, Bpk. H tidak pernah dirawat dirumah sakit.
Bpk. H merokok, tidak memiliki riwayat hipertensi, tidak pernah
memeriksa tekanan darah. Ibu H menderita kanker payudara sejak 1
tahun yang lalu. Ibu H pernah dirawat di rumah sakit untuk melakukan
kemoterapi sebanyak 6 kali dan pembedahan pada payudara sebelah kiri
serta tumor jinak yang terdapat pada jempol tangan kanan. Ibu H tidak
mempunyai riwayat Diabetes Melitus. Saat ini keluhan yang dirasakan
Ibu H adalah kadang-kadang Ibu H masih merasakan nyeri pada
payudara kiri seperti berdenyut-denyut dan nyeri pada bekas luka
operasi tumor yang terdapat di jempol tangan kanan yang baru selesai
dioperasi, Ibu H masih merasakan ngilu pada gigi nya karena efek
kemoterapi serta Ibu H saat ini cemas akan kondisi. Ibu H takut
penyakitnya kambuh kembali dan anak nya suatu saat nanti juga
menderita penyakit yang sama dengannya dan Ibu H kurang percaya
diri dengan kondisinya saat ini. Ibu H tidak mengerti penyakit kanker
payudara dan bagaimana pencegahannya. Ibu H mengatakan An. L dan
An. M tidak ada keluhan mengenai kondisi kesehatannya.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Orang tua perempuan Ibu H menderita hipertensi dan juga menderita
kanker payudara serta saudara Ibu H juga menderita tumor jinak.

III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Rumah keluarga Bpk. H adalah jenis rumah permanen dengan atap
seng, ukuran 7x12 m, Halaman depan: teras rumah tampak bersih, tidak
ada sampah maupun kotoran yang berserakan. Sedangkan halaman
rumah berserakan dedaunan pohon yang jatuh dan sudah mengering
lantai semen, terdapat tiga kamar tidur dengan ukuran 2 x 3 m,
penerangan dikamar baik, terdapat jendela di dalam kamar dengan
ventilasi kecil, tampak ada kain selesai dicuci berserakan diatas kasur,
rumah terlihat rapi dan cukup bersih, tidak banyak perabot didalam
rumah. Bangunan rumah memiliki 4 jendela di ruang tamu tetapi
jendela tidak dibuka sehingga sehingga cahaya yang masuk sedikit dan
pertukaran udara sangat kurang dan 2 jendela di dapur. Terdapat 2
Kamar mandi dan wc, kamar mandi dan wc tidak terpisah, sumber air
mandi dan dan air minum berasal dari sumur yang dialirkan
menggunakan mesin pompa dan dari PDAM, pembuangan air kotor
melalui saluran yang langsung mengalir ke selokan di belakang rumah.
Warung: terletak tepat di jendela ruang tamu depan sehingga jendela
tidak bisa dibuka.

Poltekkes Kemenkes Padang


Kamar mandi
Dapur
Kamar mandi

Kamar 3

Ruang tamu Kamar 2

Kamar 1

Keterangan :
: Pintu
: Jendela Kayu
: Jendela Kaca
: Teras Depan
: Jalan

2. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW


Sebagian penduduk sekitar rumah keluarga Bpk. H merupakan
penduduk asli wilayah tersebut dan juga bekerja sebagai pedagang.
Hubungan keluarga Bpk. H dengan warga sekitar cukup baik, saling
membantu bila ada kesulitan
3. Mobilisasi Geografis Keluarga
Sejak menikah keluarga Bpk. H sudah menempati rumah tersebut, dan
tidak pernah pindah ke daerah lain.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Ibu H selalu berkumpul dan mengobrol dengan anak nya setelah sholat
magrib sambil menunggu waktu isya lalu tidur. Bpk. H jarang
berkumpul bersama karena jarang dirumah akibat pekerjaan nya tetapi
sering menelpon. Ibu H jarang mengikuti kegiatan wirid di mushola dan
biasanya sesekali ikut membantu jika ada tetangga yang mengadakan
acara.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Jika terjadi masalah di dalam keluarga Bpk. H yang tidak dapat
diselesaikan maka Ibu H akan meminta bantuan kepada saudara dan
tetangganya. Jika ada yang sakit maka, saudara Ibu H yang akan
mengantar berobat, untuk masalah biaya pengobatan biasanya Ibu H
menggunakan BPJS.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga sehari-harinya berkomunikasi dengan bahasa indonesia
bahasa daerah (jawa). Bpk H dan Ibu H selalu berdiskusi jika terdapat
masalah dalam keluarganya. Tidak ada masalah dalam komunikasi
antara anggota keluarga Bpk. H.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dikeluarga Bpk. H kekuasaan dibagi menurut perannya masing-masing.
Untuk masalah kebutuhan rumah rangga sepenuhnya diserahkan kepada
Ibu H. Namun jika terjadi masalah, Ibu H akan meminta bantuan pada
Bpk. H. Untuk mengambil keputusan dalam setiap masalah diserahkan
kepada Bpk. H dan Ibu H menyetujui nya.
3. Struktur Peran
Bpk. H : ayah dan suami, ia bukan satu-satunya pencari nafkah
dikeluarga dan merupakan pimpinan keluarga. Perannya dikeluarga
dilakukan dengan baik; Ibu H: ibu dan istri, merupakan ibu rumah
tangga dan ikut menjadi pencari nafkah untuk mendukung keuangan
keluarga. Ibu H selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dan
menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya.
4. Nilai dan Norma Budaya
Budaya / kebiasaan Ibu H tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan seperti berobat ke dukun jika sakit. Keluarga Bpk. H akan
pergi ke fasilitas kesehatan seperti ke bidan jika sakit. Selain itu
keluarga Bpk. H juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat herbal
yang berasal dari tanaman obat yang ditanam dibelakang rumah jika
sakit.

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Bpk. H saling menyayangi dan saling peduli
satu sama lain. Jika terjadi masalah pada anggota keluarga yang lain
akan berusaha memberikan bantuan moril dan materil.
2. Fungsi Sosialisasi
Tidak ada anggota keluarga yang mengikuti kegiatan organisasi di
masyarakat. Bpk. H jarang mengikuti kegiatan organisasi di masyarakat
karena sibuk bekerja, dan Ibu H juga jarang mengikuti kegiatan
organisai di masyarakat karena sakit dan tidak ada teman yang seusia
Ibu H Akan tetapi hubungannya dengan warga sekitar tetap baik.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
a. Mengenal Masalah
Keluarga Bpk. H mengatakan keluarganya kurang mengenal
masalah kesehatan seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
dampak/akibat, serta faktor persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan. Keluarga Bpk. H hanya tahu bahwa keluhaan yang dirasa
anggota keluarganya yang sakit merupakan hal yang perlu ditangani
segera.
b. Mengambil Keputusan yang Tepat
Keluarga Bpk. H hanya tahu bahwa sifat dan masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarganya yang sakit perlu ditangani segera
agar masalah tersebut tidak semakin parah. Ibu H mengatakan
bahwa awalnya keluarga memutuskan untuk hanya periksa kebidan
karena payudara nya terasa keras, nyeri, keluar cairan pada putting
dan terasa panas, namun karena bidan menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit tentang
kondisinya saat ini, keluarga memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan ke rumah sakit.
c. Memberikan Perawatan pada Anggota yang Sakit
Keluarga Bpk. H belum sepenuhnya tahu bagaimana cara perawatan
mandiri yang dapat dilakukan di rumah pada anggota keluarga yang
sakit terkait penyakit yang dialami. Keluarga hanya tahu cara
perawatan seperti menghindari makanan cepat saji, makanan yang
dibakar, serta minum obat alternatif tradisional untuk menghindari
timbulnya kanker kembali.
d. Memodifikasi lingkungan
Keluarga Bpk. H kurang mampu memodifikasi lingkungan, itu
terlihat dari jendela depan yang tidak dibuka sehingga cahaya yang
masuk sedikit dan pertukaran udara sangat kurang, tampak kain
yang selesai dicuci diatas kasur beserakan
e. Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Keluarga Bpk. H mengetahui fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk menunjang kesehatan anggota keluarganya, karena
saat ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke klinik bidan dan
jika masih belum sembuh, keluarga membawa ke puskesmas.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek
Keluarga tidak merasakan adanya stressor saat ini. Hanya saja, keluhan
yang Ibu H rasakan yaitu nyeri pada payudara dan ngilu pada gigi.
Menurut Ibu H nyeri dan ngilu yang ia rasakan akan sembuh sendiri
dalam beberapa hari.
2. Stressor Jangka Panjang
Keluarga Bpk. H mengkhawatirkan kelangsungan hidup anggota
keluarganya, terutama anak-anaknya terkait pendidikan dan kesehatan.
Ibu H khawatir kalau pendapatannya kurang untuk pendidikan anak-
anaknya nanti, dan khawatir jika nanti dan Ibu H takut jika nanti anak
perempuan nya juga mendapat penyakitnya yang sama sepertinya.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Keluarga merespon masalah dengan baik. Karna memiliki beberapa
sistem pendukung seperti anak – anak dan saudara yang siap membantu.
Selain itu, jika terjadi masalah kesehatan dalam keluarga, fasilitas
kesehatan dapat dijangkau oleh keluarga.
4. Strategi Koping Yang Digunakan
Strategi koping yang digunakan aalah berdasarkan pengalaman masa
lalu atau pengalaman dari orang tuanya untuk menangani masalah
kesehatan, yaitu berobat ke bidan dan mengkonsumsi tanaman obat saat
sakit.
5. Startegi Adaptasi Disfungsional
Adaptasi disfungsional pada keluarga Bpk. H adalah jika sakit maka ia
akan pergi ke fasilitas kesehatan bidan dan jika tidak kunjung sembuh
setelah pergi ke bidan keluarga akan pergi ke puskesmas.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Pem. Fis Ny. An. L An. M
H
KU Baik Baik Baik
TD 110/70 mmhg - -
Nadi 78x/i 90x/i 110x/i
RR 20x/i 23x/i 28x/i
Suhu 36oc 36.5oc 36.5oc
BB/TB 58 kg/155cm 20 kg/120 cm 13 kg/85 cm
Kepala Rambut bersih, Rambut bersih, Rambut bersih,
warna hitam, tidak warna hitam, tidak warna hitam, tidak
ada benjolan, rontok, kekuatan rontok, kekuatan
rambut pasien rambut bagus, tidak rambut bagus, tidak
mengalami ada benjolan ada benjolan
kerontokan yang
diakibatkan oleh
kemoterapi
Mata Simetris, sklera Simetris, sklera Simetris, sklera tidak
tidak ikterik, tidak ikterik, ikterik, konjungtiva
konjungtiva tidak konjungtiva tidak tidak anemis, tidak
anemis, tidak ada anemis, tidak ada ada kotoran mata
kotoran mata kotoran mata
Hidung Simetris, bersih, Simetris, bersih, Simetris, bersih,
tidak ada sekret, tidak ada sekret, tidak ada sekret,
tidak ada luka/lesi, tidak ada luka/lesi, tidak ada luka/lesi,
tidak ada nafas tidak ada nafas tidak ada nafas
cuping hidung cuping hidung cuping hidung
Telinga Ki-Ka simetris, Ki-Ka simetris, Ki-Ka simetris,
bersih tidak ada tampak ada sedikit tampak ada sedikit
serumen telinga, serumen telinga, serumen telinga,
pendengaran bagus pendengaran bagus pendengaran bagus
Mulut Mulut dan lidah Mulut dan lidah Mulut dan lidah
bersih, mukosa bersih, mukosa bersih, Mukosa bibir
bibir lembab, bibir lembab,warna lembab,warna bibir
warna bibir merah bibir merah muda, merah muda, tidak
muda dibagian tidak ada stomatitis, ada stomatitis, tidak
Tengah dan tidak ada caries ada caries
kecoklatan bagian
tepi bibir, tidak ada
stomatitis, tidak
ada caries
Leher Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
menelan, tidak ada menelan, tidak ada menelan, tidak ada
pembengkakan pembengkakan Pembengkakan KGB
KGB KGB
Dada Tidak ada tarikan Tidak ada tarikan Tidak ada tarikan
Paru- dinding dada, dinding dada, dinding dada,
paru Pernapasan Pernapasan Pernapasan
vesikuler, fremitus vesikuler, fremitus vesikuler, fremitus
ki-ka sama ki-ka sama ki-ka sama
Jantung Iktus cordis tidak Iktus cordis tidak Iktus cordis tidak
terlihat dan tidak terlihat dan tidak terlihat dan tidak
Teraba Teraba teraba
Payudara Ada bekas luka
operasi pada
payudara kiri,luka
sudah kering dan - -
terlihat bersih,
tidak teraba masa
pada payudara
Kanan
Abdomen Tidak ada distensi Tidak ada distensi Tidak ada distensi
Abdomen, Bising Abdomen, Bising Abdomen, Bising
usus normal, tidak usus normal, tidak usus normal, tidak
Teraba adanya Teraba adanya Teraba adanya massa
massa Maupun massa Maupun Maupun pembesaran
pembesaran Organ pembesaran Organ Organ
Ektermitas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
otot atau sendi, otot atau sendi, otot atau sendi,
Tidak ada edema, Tidak ada edema, Tidak ada edema,
CRT <2 detik, ada CRT <2 detik CRT <2 detik
bekas luka operasi
di jempol tangan
sebelah kanan,
ujung-ujung kuku
dan kaki bewarna
hitam karena efek
kemoterapi
Genitalia Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

ANALISIS DATA
No Data Masalah Penyebab
1. Data Subjektif: Gangguan Program Program
- Ibu H mengeluh rambut nya mengalami Konsep pengobatan dan
kerontokan sehingga menjadi botak Diri (body ketidakmampuan
- Ibu H mengeluh ujung-ujung kuku image) keluarga mengenal
menghitam kanker payudara
- Ibu H mengatakan malu dengan
kondisinya saat ini
Data Objektif:
- Terlihat rambut Ibu H botak
- Terlihat ujung-ujung kuku ibu H
menghitam
- Terlihat salah satu payudara Ibu H
sudah diangkat.

2. Data Subjektif: Ansietas Ketidaktahuan


- Keluarga mengatakan takut kalau keluarga akan
penyakit yang sama juga akan menimpa prognosis
dirinya
- Keluarga mengatakan takut kalau
penyakit Ibu H akan kambuh lagi
- Ibu H mengatakan cemas akan
kambuhnya kanker payudara nya
kembali
- Ibu H mengatakan takut kalau anak nya
nanti juga menderita penyakit yang
sama
- Ibu H takut jika tidak bisa lagi punya
anak lagi karena sudah kehilangan salah
satu payudara nya.
Data Objektif:
- saat di anamnesa klien dan keluarga
tampak gelisah dan ekspresi wajah
terlihat cemas.
3. Data Subjektif: Defisiensi Kurang terpapar
- Keluarga mengatakan tidak mengetahui pengetahuan informasi
tentang masalah kesehatan anggota
keluarganya
- Ibu H mengatakan tidak tau penyebab
timbulnya kanker payudara
- Ibu H mengatakan tidak tau tanda dan
gejala kanker payudara
- Ibu H mengatakan tidak tau cara
pencegahan kanker payudara
- Keluarga mengatakan tidak memahami
cara merawat Ibu H

Data Objektif:
- Ibu H hanya tahu sebatasnya saja saat di
tanya tentang tanda gejala kanker
payudara, factor pencetus, dan
bagaimana penatalaksanaan kanker
payudara itu sendiri
4. Data Subjektif: Kerusakan Luka insisi
- Pasien mengatakan ada luka operasi integritas
pada payudara kiri kulit
Data Objektif:
- Tampak ada luka operasi pada
payudara kiri
- Panjang luka ukuran sekitar 12 cm posisi
melintang
Prioritas Masalah
Diagnosa keperawatan: Gangguan Konsep Diri (body image) berhubungan
dengan pengobatan dan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan.

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1. Sifat masalah
Aktual = 3
Risiko =2 3/3 x 1 = 1 1
Potensial = 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
Tinggi = 2 2/2 x 2= 2 2
Sedang = 1
Rendah = 0
3. Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3
dicegah 2/3
Mudah = 3
Cukup = 2 Tidak
dapat = 1
4. Menonjolkan masalah 1
Masalah dirasakan, dan 2/2 x 1 = 1
segera ditangani = 2
Masalah dirasakan = 1
Masalah tidak dirasakan = 0

Total 4 2/3
Diagnosa Keperawatan : Ansietas pada keluarga Bapak. H khususnya Ibu H
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1. Sifat masalah
Aktual = 3
Risiko =2 2/3 x 1 = 2/3 2/3
Potensial = 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
Tinggi = 2 2/2 x 2= 2 2
Sedang = 1
Rendah = 0
3. Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 2/3
dicegah
Mudah = 3
Cukup = 2 Tidak
dapat = 1
4. Menonjolkan masalah
Masalah dirasakan, dan 2/2 x 1 = 1 1
segera ditangani = 2
Masalah dirasakan = 1
Masalah tidak dirasakan = 0

Total 4 1/3
Diagnosa Keperawatan : Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Bapak H
khususnya Ibu H berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit
Kanker Payudara
.
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1. Sifat masalah
Aktual = 3
Risiko =2 3/3 x 1 = 1 1
Potensial = 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
Tinggi = 2 1/2 x 2= 1 1
Sedang = 1
Rendah = 0
3. Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 2/3
dicegah
Mudah = 3
Cukup = 2 Tidak
dapat = 1
4. Menonjolkan masalah
Masalah dirasakan, dan 2/2 x 1 = 1 1
segera ditangani = 2
Masalah dirasakan = 1
Masalah tidak dirasakan = 0
Total 3 2/3
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
1. Gangguan Konsep Diri (body image) berhubungan dengan pengobatan dan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan.
2. Ansietas pada keluarga Bapak. H khusunya Ibu.H berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.
3. Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Bapak. H khususnya Ibu H
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit kanker payudara.
RENCANA KEPERAWATAN

Dx kep Tujuan Evaluasi


N Umum Khusus Kriteria Standar Rencana
o Tindakan
1. Gangguan Setelah 1. Setelah a. Keluarga Gangguan citra 1. Gali
konsep dilakukan dilakukan mampu tubuh (body pengetahuan
diri (body kunjungan kunjunga menyebutkan image) adalah keluarga
image) keperawat n 1 x 30 pengertian perasaan, tentang
berhubung an selama menit gangguan pengalaman, pengertian
an dengan 5 x 30 keluarga konsep diri sikap dan gangguan
pengobata menit, mampu (body image) evaluasi yang konsep diri
n dan gangguan mengenal menurut dimiliki 2. Berikan
ketidakma body masalah bahas seseorang kesempatan
mpuan image gangguan sendiri: mengenai kepada
keluarga dapat konsep penilaian tubuhnya yang keluarga
mengenal teratasi diri (body seseorang meliputi bentuk untuk
masalah image) mengenai tubuh, ukuran mengungkap
tubuhnya tubuh, dan berat kan perasaan
sendiri, tubuh yang tentang
secara mengarah perubahan
penampilan kepada citra tubuh
fisik, berat penampilan fisik 3. Memberikan
tubuh secara yang bersifat kesempatan
keseluruhan. positif dan keluarga
negatif. untuk
bertanya.
4. Beri
reinforcemen
t positif atas
tindakan
yang
dilakukan
keluarga
b. keluarga Penyebab
mampu gangguan 1. Gali
menyebutka konsep diri pengetahuan
n 3 dari 5 (body image) : keluarga
penyebab 1. Cedera tentang
gangguan 2. Penyakit penyebab
konsep diri 3. Gangguan gangguan
(body fungsi konsep diri
image): psikososial (body image)
1. Cedera 4. Program 2. Diskusikan
Penyakit pengobatan dengan
Program (radiasi, keluarga
pengobata kemoterapi, tentang
n (radiasi, pembedahan) penyebab
kemoterap Perubahan gangguan
i, persepsi diri body image
pembedah dengan
an) menggunaka
n
lembar balik
dan leaflet.
3. Memberikan
kesempatan
keluarga
untuk
bertanya.

4. Beri
reinforceme
nt positif
atas tindakan
yang
dilakukan
keluarga.
2. Setelah di Keluarga Keluarga 1. Diskusikan
lakukan mampu menyatakan dengan
kunjunga menyatakan keputusannya keluarga
n dan mampu atau masalah
keperawa mengambil tidak dalam yang ada
tan keputusann mengatasi dalam
selama 1 ya dalam masalah kanker keluarga
x 30 mengatasi payudara 2. Lakukan
menit, masalah pengambila
keluarga kanker n keputusan
mampu : payudara 3. Ulangi apa
Mengam yang telah
bil didiskusika
keputusa n dengan
n untuk keluarga
mengatas 4. Beri
i masalah reinforceme
gangguan nt positif
konsep atas
diri (body tindakan
image) yang
dilakukan
keluarga
3. Setelah Keluarga Keluarga 1. Motivasi
dilakukan mampu mampu keluarga
kunjunga merawat merawat untuk
n anggota anggota merawat
keperawa keluarga keluarga yang anggota
tan dengan sakit dengan keluarga
selama 1 gangguan memberikan yang sakit
x30 konsep diri penguatan dan dengan
menit, (body image) motivasi kanker
keluarga dengan positif untuk payudara
mampu : memberikan meningkatkan 2. Mengajarka
merawat penguatan dan rasa percaya n keluarga
anggota motivasi positif diri tentang cara
keluarga untuk meningkatk
dengan peningkatan an body
gangguan percaya diri image:
konsep Optimis
diri (body mengarungi
image) kehidupan,
Yakin dapat
mengatasi
berbagai
masalah
yang
dihadapi,
penuh harap
dan yakin
dapat
meraih
kehidupan
yang lebih
baik, Segera
bangkit dari
kegagalan
dan tidak
larut dalam
duka
berkepanjan
gan, Tidak
ada hal yang
tidak
mungkin,
Penuh
percaya diri
3. Ulangi apa
yang telah
di
diskusikan
dan
dilakukan
bersama
keluarga
4. Beri
reinforceme
nt positif
atas
tindakan
yang
dilakukan
keluarga
4. Setelah Keluarga Keluarga 1. Diskusikan
dilakukan mampu mampu bersama
kunjunga memodifikasi memodifikasi keluarga
n lingkungan lingkungan dalam
keperawa untuk sesuai dengan menciptakan
tan menunjang standar lingkungan
keluarga kesehatan kesehatan: yang aman
selama 1x keluarga: pencahayaan dan nyaman.
30 menit, membuka yang cukup, 2. Libatkan
keluarga jendela agar kelembaban keluarga
mampu : terjadinya ruangan dalam
memodifi pertukaran terjaga, memodifika
kasi udara, mengatur terdapat si
lingkunga pencahayaan ventilasi udara lingkungan
n untuk agar sinar dan jendela, 3. Beri
menunjan matahari bisa rumah bebas reinforceme
g masuk kedalam kotoran dan nt positif
kesehatan rumah debu, menjaga atas
keluarga dengan kebisingan tindakan
membuka tirai, yang
menjaga dilakukan
kebisingan. keluarga
5. Setelah Keluarga Melakukan 1. Kaji
dilakukan mampu diskusi agar pengetahuan
kunjunga Membawa keluarga keluarga
n anggota memanfaatakan tentang
keperawa keluarga yang pelayanan manfaat
tan menderita kesehatan untuk fasilitas
keluarga kanker mengatasi kesehatan
selama 1x payudara ke masalah kanker 2. Diskusikan
30 menit, pelayanan payudara bersama
keluarga kesehatan seperti : keluarga
mampu : terdekat mencegah sedini bagaimana
memanfa mungkin memanfaatka
atkan masalah Kanker n fasilitas
pelayana Payudara pada pelayanan
n keluarga, kesehatan.
kesehatan mengetahui dan 3. Evaluasi
yang Memeriksa kembali
tersedia masalah bagaimana
kesehatan, memanfaatka
sebagai n fasilitas
pelayanan kesehatan
pengobatan pada semua
anggota
keluarga
4. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar.
2. Defisiensi Setelah 1. Setelah 1. Keluarga Kanker payudara 1. Gali
pengetahu dilakukan dilakukan mampu adalah tumor pengetahuan
an kunjungan kunjunga menyebutka ganas yang keluarga
berhubung keperawat n pengertian terbentuk dari tentang
an dengan an selama keperawa kanker sel-sel payudara pengertian
ketidakma 5 x 30 tan payudara yang tumbuh dan kanker
mpuan menit, selama 1 menurut berkembang payudara.
keluarga keluarga x30 bahasa tanpa terkendali 2. Diskusikan
mengenal mampu menit, sendiri: sehingga dapat dengan
masalah merawat keluarga Kanker menyebar di keluarga
keluarga mampu : payudara antara jaringan tentang
yang merawat adalah atau organ di pengertian
Sakit anggota timbulnya dekat payudara kanker
kanker keluarga benjolan pada atau ke bagian payudara
payudara dengan payudara. tubuh lainnya dengan
kanker menggunaka
payudara. n lembar
balik dan
leaflet
3. Memberika
n
kesempatan
keluarga
untuk
bertanya.
4. Beri
reinforceme
nt positif
atas tindakan
yang
dilakukan
keluarga.

2. Keluarga Faktor resiko 1. Gali


mampu kanker pengetahuan
menyebutka payudara adalah keluarga
n 9 dari 11 : tentang
faktor resiko 1. Jenis faktor resiko
kanker kelamin: kanker
payudara: wanita payudara.
1. Ada memiliki 2. Diskusikan
anggota resiko lebih dengan
keluarga besar keluarga
yang mengalami tentang
menderit kanker faktor resiko
a kanker payudara kanker
payudara 2. Genetik: payudara
2. Penggun kanker dengan
aan Pil payudara menggunaka
KB disebabkan n lembar
selama 8 adanya balik dan
tahun kerusakan leaflet.
3. Berusia genetik 3. Memberikan
> 50 yang di kesempatan
tahun turunkan keluarga
dan telah dari orang untuk
menopau tua bertanya.
se 3. Usia: wanita 4. Beri
4. Pernah yang berumur reinforcement

menderit >50 tahun positif atas

a tumor dan telah tindakan yang


dilakukan
jinak monopause
keluarga.
sebelum mempunyai
ny resiko kanker
5. Pernah payudara
terpapar lebih besar
radiasi 4. Pasien dengan
dibagian Riwayat
dada keluarga
6. Melahirk pernah
an anak menderita
pertama kanker
saat payudara
berumur 5. Wanita yang
lebih dari melahirkan
30 tahun anak pertama
7. Memiliki setelah umur
riwayat 30 tahun atau
menarch sebelum
e awal umur 20
sebelum tahun
berusia 6. Menarche
12 tahun dini:
8. Menopau wanita
se yang
terlambat riwayat
atau menarche
diatas awal
usia 50 sebelum
tahun berusia 12
9. Pasien tahun
mengala memiliki
mi resiko
obesitas lebih tinggi
setelah terkena
memasu kanker
ki masa payudara
menoupa 7. Wanita
use yang umur
monopause
nya
terlambat
atau diatas
usia 50
tahun
mempunya
i resiko
kanker
payudara
lebih besar
8. Wanita
yang
pernah
menderita
tumor jinak
9. Wanita yang
pernah
terpapar
radiasi
dibagian
dada
10. Wanita
yang
mengalami
obesitas
setelah
memasuki
masa
monopause
11. Pengguna
an alat
kontrasepsi,
seperti: pil
KB lebih
dari 8-10
tahun, KB
suntik lebih
dari 5 tahun
dapat
meningkatk
an resiko
kanker
payudara

c. Keluarga Tanda dan 1. Gali


mampu gejala kanker pengetahuan
menyebutkan payudara keluarga
4 dari 6 tanda adalah: tentang tanda
dan gejala 1. Munculnya dan gejala
kanker benjolan kanker
payudara: pada payudara
1. Munculny payudara. 2. Diskusikan
a benjolan 2. Munculnya dengan
pada benjolan keluarga
payudara pada ketiak tentang tanda
2. Munculny 3. Bentuk dan dan gejala
a benjolan ukuran kanker
pada payudara payudara
ketiak mungkin dengan
3. Ukuran terlihat menggunakan
kedua berubah. lembar balik
payudara Bisa lebih dan leaflet
berbeda kecil atau 3. Beri
4. Puting lebih besar kesempatan
payudara daripada keluarga
terasa payudara untuk
gatal dan sebelahnya. bertanya
tertarik Bisa juga 4. Beri
masuk ke terlihat turun reinforcement
dalam 4. Keluarnya positif atas
cairan pada tindakan yang
puting dilakukan
5. Perubahan keluarga
pada puting
payudara,
puting terasa
seperti
terbakar,
gatal dan
muncul luka
yang sulit
sembuh,
puting
tertarik ke
dalam,
puting
memerah
6. Kulit
payudara
muncul
kerutan
seperti kulit
jeruk
2. Setelah Keluarga Keluarga 1. Diskusikan
di mampu menyatakan dengan
lakukan menyatakan keputusannya keluarga
kunjung dan mampu atau masalah
an mengambil tidak dalam yang ada
keperaw keputusannya mengatasi dalam
atan dalam masalah keluarga
selama 1 mengatasi kanker 2. Lakukan
x 30 masalah payudara pengambilan
menit, kanker keputusan
keluarga payudara 3. Ulangi apa
mampu : yang telah
Mengam didiskusikan
bil dengan
keputusa keluarga
n untuk 4. Beri
mengata reinforceme
si nt positif
masalah atas
kanker tindakan
payudar yang
a dilakukan
keluarga
3. Setelah a. Keluarga a. Perawat 1. Motivasi
dilakukan mampu berperan keluarga
kunjunga merawat sebagai untuk
n anggota motivator merawat
keperawa keluarga dalam anggota
tan yang sakit memotivasi keluarga
selama dengan keluarga yang sakit
1x30 masalah agar dengan
menit, kanker mampu kanker
keluarga payudara merawat payudara
mampu: dengan anggota 2. Mengajarka
merawat memberikan keluarga n keluarga
anggota kompres yang sakit untuk
keluarga hangat dengan kompres
dengan untuk masalah hangat
kanker mengatasi kanker 3. Mengajarka
payudar nyeri yang payudara n keluarga
a. timbul dan tentang
b. Keluarga mengajarka teknik
termotivasi n keluarga ditraksi
merawat tentang untuk
anggota cara mengurangi
keluarga mengatasi nyeri,
yang sakit nyeri seperti
dengan dengan menonton
masalah teknik tv,
kanker kompres mendengark
payudara hangat, an musik,
teknik membaca
distraksi. buku
b. Keluarga 4. Ulangi apa
termotivasi yang telah di
merawat dan diskusikan
mampu dan
merawat dilakukan
anggota bersama
keluarga keluarga
yang sakit 5. Beri
dengan reinforceme
masalah nt positif
kanker atas tindakan
payudara, yang
seperti: dilakukan
pemberian keluarga
kompres
hangat untuk
mengurangi
nyeri,
membersihk
an luka
kanker
payudara
setiap hari,
memperhati
kan pola
makan
anggota
keluarga
dengan
kanker
payudara
4. Setelah Keluarga Keluarga 1. Diskusikan
dilakuka mampu mampu bersama
n memodifika memodifikas keluarga dalam
kunjung si i lingkungan menciptaka
an lingkungan sesuai n
keperaw untuk dengan lingkungan
atan menunjang standar yang aman
keluarga kesehatan kesehatan: dan
selama keluarga: pencahayaan nyaman.
1x 30 membuka yang cukup, 2. Libatkan
menit, jendela agar kelembaban keluarga
keluarga terjadinya ruangan dalam
mampu pertukaran terjaga, memodifika
: udara, terdapat si lingkunga
memodi mengatur ventilasi 3. Beri
fikasi pencahayaan udara dan reinforceme
lingkun agar sinar jendela, nt positif
gan matahari rumah atas tindakan
untuk bisa masuk bebas yang
menunja ke dalam kotoran dan dilakukan
ng rumah debu, keluarga
kesehata dengan menjaga
n membuka kebisingan.
keluarga tirai,
menjaga
kebisingan.

5. Setelah Keluarga Keluarga mampu 1. Kaji


dilakuka mampu menyebutkan pengetahuan
n menyebutkan 2 3 keluarga
kunjung dari 3 Keuntungan tentang
an keuntungan fasilitas Manfaat
keperaw fasilitas kesehatan: fasilitas
atan kesehatan: a. Memanfaatk kesehatan
keluarga a. Untuk an fasilitas 2. Diskusikan
selama mengetahui kesehatan bersama
1x30 dan untuk keluarga
menit, memeriksa mencegah bagaimana
keluarga masalah sedini memanfaatka
mampu : kesehatan. mungkin n fasilitas
memanf b. Sebagai masalah pelayanan
aatkan pelayanan kanker kesehatan.
pelayan pengobatan Payudara 3. Evaluasi
an keluarga. kembali
kesehata b. Untuk bagaimana
n yang mengetahui memanfaatka
tersedia dan n fasilitas
memeriksa kesehatan
masalah pada semua
kesehatan. anggota
Sebagai keluarga
pelayanan 4. Berikan
pengobatan pujian pada
keluarga
atas jawaban
yang benar.
3. Ansietas Setelah 1. Setelah Keluarga Faktor 1. Gali
pada dilakukan dilakukan mampu resiko pengetahuan
keluarga kunjungan kunjungan menyebutkan 9 kanker keluarga
berhubung keperawat keperawata dari 11 faktor payudara tentang
an dengan an selama n selama 1 resiko kanker adalah : faktor resiko
ketidakma 5 x 30 x 30 menit payudara: 1. Jenis kanker
mpuan menit, keluarga 1.Ada anggota kelamin: payudara.
keluarga Ansietas mampu keluarga wanita 2. Diskusikan
memanaje pada mengenal yang memiliki dengan
men stress keluarga masalah menderita resiko lebih keluarga
dapat a. Menjela kanker besar tentang
teratasi skan payudara mengalami faktor resiko
faktor 2.Penggunaan kanker kanker
resiko Pil KB payudara Payudara
dari selama 8 2. Genetik: dengan
Kanker tahun kanker menggunaka
Payudar 3.Berusia >50 payudara n lembar
a tahun dan disebabkan balik dan
telah adanya leaflet.
menopause kerusakan 3. Memberika
4.Pernah genetik yang n
menderita di turunkan kesempatan
tumor dari orang keluarga
sebelumnya. tua untuk
5.Pernah 3. Usia: wanita bertanya.
terpapar yang Beri
radiasi berumur >50 reinforcement
dibagian tahun dan positif atas
dada telah tindakan yang
6.Melahirkan monopause dilakukan
anak mempunyai keluarga
pertama saat resiko kanker
berumur payudara
lebih dari 30 lebih besar
tahun 4. Pasien
7. Memiliki dengan
riwayat Riwayat
menarche keluarga
awal sebelum pernah
berusia 12 menderita
tahun kanker
8. Monopausen payudara
ya terlambat 5. Wanita yang
atau diatas melahirkan
usia 50 tahun anak pertama
9. Pasien setelah umur
mengalami 30 tahun atau
obesitas sebelum
setelah umur 20
memasuki tahun
masa 6. Menarche
menopause dini: Wanita
yang riwayat
menarche
awal sebelum
berusia 12
tahun
memiliki
resiko lebih
tinggi terkena
kanker
payudara
7. Wanita yang
umur
monopause
nya
terlambat
atau diatas
usia 50
tahun
mempunyai
resiko kanker
payudara
lebih besar
8. Wanita yang
pernah
menderita
tumor jinak
9. Wanita yang
pernah terpapar
radiasi di
bagian dada
10. Wanita yang
mengalami
obesitas
setelah
memasuki
masa
monopause
11. Penggunaa
alat
kontrasepsi,
seperti: pil
KB lebih
dari 8-10
tahun, KB
suntik lebih
dari 5 tahun
dapat
meningkatk
an resiko
kanker
payudara
2. Setelah Keluarga Keluarga 1. Diskusikan
dilakuka mampu menyataka dengan
n menyatakan n keluarga
interven dan keputusan masalah yang
si mengambil nya ada dalam
keperaw keputusannya mampu keluarga
atan dalam atau tidak 2. Lakukan
selama mengatasi dalam pengambilan
1 x 30 masalah mengatasi keputusan
menit kanker masalah 3. Ulangi apa
keluarga payudara kanker yang telah
mampu payudara didiskusikan
: dengan
Menga keluarga
mbil 4. Beri
keputus reinforcement
an untuk positif atas
mengata tindakan yang
si dilakukan
kanker keluarga
payudar
a
3. Setelah a. Keluarga a. Keluarga 1. Motivasi
dilakuka mampu mampu keluarga untuk
n merawat merawat merawat
kunjung anggota anggota anggota
an keluarga keluarga yang keluarga yang
keperaw yang sakit sakit dengan sakit dengan
atan dengan memberikan kanker
selama : memberikan kompres hangat payudara
1x30 kompres untuk 2. Mengajarkan
menit, hangat untuk menghilangkan cara kompres
keluarga menghilangk nyeri yang hangat
mampu an nyeri yang timbul 3. Membantu
: timbul b. Keluarga klien latihan
merawat b.Keluarga mampu nafas dalam
anggota mampu melakukan 4. Ulangi apa
keluarga mengulang demonstrasi yang telah di
dengan kembali teknik nafas diskusikan dan
kanker demontrasi dalam dilakukan
payudar teknik nafas bersama
a. dalam yang keluarga
diajarkan 5. Beri
reinforcement
positif
4. Setelah Keluarga Keluarga 1. Diskusikan
dilakuka mampu mampu bersama
n memodifikasi memodifikasi keluarga
kunjung lingkungan lingkungan dalam
an untuk sesuai dengan menciptaka
keperaw menunjang standar n
atan kesehatan kesehatan: lingkungan
keluarga keluarga: pencahayaan yang aman
selama membuka yang dan
1x30 jendela agar cukup,kelemba nyaman.
menit, terjadinya ban ruangan 2. Libatkan
keluarga pertukaran terjaga, keluarga
mampu udara, terdapat dalam
: mengatur ventilasi udara memodifika
memodi pencahayaan dan jendela, si
fikasi agar sinar rumah bebas lingkungan
lingkun matahari bisa kotoran dan Beri
gan masuk debu, menjaga reinforcement
untuk ke dalam kebisingan positif
menunja rumah atas
ng dengan tindakan
kesehata membuka yang
n tirai, menjaga dilakukan
keluarga kebisingan. keluarga
5. Setelah Keluarga mampu Melakukan 1. Kaji
dilakuka Membawa diskusi agar pengetahuan
n anggota keluarga keluarga
kunjung keluarga yang memanfaatakan tentang
an menderita pelayanan manfaat
keperaw kanker kesehatan untuk fasilitas
atan payudara ke mengatasi kesehatan
keluarga pelayanan masalah kanker 2. Dsikusikan
selama kesehatan payudara seperti bersama
1x30 terdekat : mencegah keluarga
menit, sedini mungkin bagaimana
keluarga masalah Kanker memanfaatka
mampu : Payudara pada n fasilitas
memanf keluarga, pelayanan
aatkan mengetahui dan kesehatan.
pelayan Memeriksa 3. Evaluasi
an masalah kembali
kesehata kesehatan, bagaimana
n yang sebagai memanfaatkan
tersedia pelayanan fasilitas
pengobatan kesehatan
pada semua
anggota
keluarga
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi

1. Gangguan Konsep Diri (b Kamis, Mendiskusikan bersama keluar Struktur:


ody image) berhubungan d 1 juli ga tentang pengertian ganggu a.Keluarga Ny. H d
an konsep diri (body image)
engan pengobatan dan keti 2021 apat bekerjasama de
menurut bahas sendiri: penilai
dakmampuan keluarga dal jam 13. an seseorang mengenai tubuh ngan mahasiswa
am mengenal masalah kes 00 Wib nya sendiri, secara penampila
n fisik, berat tubuh secara kes b. Keluarga khususn
ehatan.
eluruhan. ya Tn. H dan Nn. L
Memotivasi klien dan keluarga mengerti maksud da
untuk mengambil keputusan da n kunjungan hari ini.
lam merawat Ny. H dengan ma
salah gangguan konsep diri (b Proses :
ody image)
a.Keluarga terlihat a
Mengajarkan keluarga tentang
cara meningkatkan body image ktif dalam diskusi
: Optimis mengarungi kehidupa
n, penuh harap dan yakin dapat b. Keluarga menunju
meraih k ehidupan yang lebih b kan minat terhadap k
aik
egiatan atau tindaka
n yang dilakukan

c. Keluarga dapat m
emberikan respon ve
rbal dan non verbal
yang baik

d. Keluarga kooperat
if selama kegiatan be
rlangsung

e. Keluarga bersedia
merawat, mendampi
ngi Ny. H sehingga
patuh dalam menjala
ni terapi.

Hasil

 Keluarga dap
at menjelaska
n kembali
pengertian ga
ngguan konse
p diri (body i
mage) menur
ut bahas send
iri: penilaian
seseorang me
ngenai tubuh
nya sendiri, s
ecara penamp
ilan
fisik, berat tu
buh secara ke
seluruhan.
 Keluarga dap
at menyebutk
an 3 dari 5 pe
nyebab gang
guan konsep
diri (body im
age)
 Keluarga dap
at menyataka
n dan menga
mbil keputus
annya dalam
mengatasi m
asalah kanker
payudara
 Keluarga dap
at merawat a
nggota keluar
ga yang sakit
dengan mem
berikan peng
uatan dan mo
tivasi positif
untuk menin
gkatkan rasa
percaya diri

2. Defisiensi pengetahuan be Kamis, -Mendiskusikan bersama kelu Struktur:


rhubungan dengan ketidak 1 juli arga tentang pengertian, tan a.Keluarga Ny. H d
mampuan keluarga menge 2021 da dan geala penyakit kan apat bekerjasama de
nal masalah jam 14. ker payudara dengan mengg ngan mahasiswa
00 WIB unakan media lembar balik da
b. Keluarga khususn
n leaflet.
-Memotivasi keluarga untuk ya Tn. H dan Nn. L
mengulang kembali mengenai mengerti maksud da
cara merawat penderita denga n kunjungan hari ini.
n kanker payudara.
-Memberikan penjelasan ke Proses :
pada pasien dan keluarga ten
a.Keluarga terlihat a
tang manfaat pelayanan kes
ktif dalam diskusi
ehatan yang tersedia.
-Memberikan reinforcement po b. Keluarga menunju
sitif atas usaha keluarga. kan minat terhadap k
egiatan atau tindaka
n yang dilakukan

c. Keluarga dapat m
emberikan respon ve
rbal dan non verbal
yang baik

d. Keluarga kooperat
if selama kegiatan be
rlangsung

Hasil

 Keluarga dap
at menjelaska
n kembali
pengertian ka
nker payudar
a menurut ba
hasa sendiri.
 Keluarga dan
pasien dapat
menjelaskan
manfaat dari
pelayanan ke
sehatan.
3 Ansietas pada keluarga ber Kamis, -Memotivasi keluarga dan pasie Struktur:
hubungan dengan ketidak 1 juli n untuk mengambil keputusan a.Keluarga Ny. H d
mampuan keluarga meman 2021 menggunakan terapi non farma apat bekerjasama de
kologi dengan cara mempraktek
ajemen stress jam 14. ngan mahasiswa
kan teknik relaksasi apabila ti
00 WIB
mbul rasa cemas. b. Keluarga khususn

Hasil : klien mengatakan cem ya Tn. H dan Nn. L


as lebih berkurang. mengerti maksud da

-Mendiskusikan bersama ke n kunjungan hari ini.

luarga tentang faktor - fakto Proses :


r resiko pada kanker payud
ara a.Keluarga terlihat a

-Menganjurkan untuk ktif dalam diskusi


modifikasi lingkungan
b. Keluarga menunju
Hasil: jendela kamar dibuka kan minat terhadap k
pada pagi hari.
egiatan atau tindaka
n yang dilakukan

c. Keluarga dapat m
emberikan respon ve
rbal dan non verbal
yang baik

d. Keluarga kooperat
if selama kegiatan be
rlangsung

e. Keluarga dan pasi


en dapat melakukan
teknik relaksasi napa
s dalam dan mengatu
r lingkungan kamar.

Hasil :

 Keluarga dap
at menyebutk
an pengertia
n, tujuan, dan
langkah-lang
kah cara tekn
ik relaksasi s
aat rasa cema
s muncul.
 Keluarga dap
at menjelaska
n 9 dari 11 fa
ktor resiko p
ada penyakit
kanker payud
ara.
DAFTAR PUSTAKA

Alimirzaie, S. (2019). Liquid biopsy in breast cancer: A comprehensive review.


Clinical Genetics, 643-660.
Deborah siregar, e. I. (2020). Keperawatan keluarga . Yayasan Kita Menulis .
Gardezi, S. J. (2019). Breast cancer detection and diagnosis using mammographic data:
Systematic review. Journal of Medical Internet Research, 1-22.
Harbeck, N. (2019). Breast cancer.
Harnilawati. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga . Sulawesi Selatan :
Pustaka As Salam .
Kurniati, Y. (2012). Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap Wanita Usia Subur yang
Telah Menikah Dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Jurnal Kebidanan : Jurnal Medical Science
Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan Budi .
Louro, J. (2019). A systematic review and quality assessment of individualised breast
cancer risk prediction models. British Journal of Cancer, 76-85.
Mokhatri-Hesari, P. (2020). Health-related quality of life in breast cancer patients:
Review of reviews from 2008 to 2018. Health and Quality of Life Outcomes, 1-
25.
Nursalikah, A. (2019, januari kamis). Pasien Kanker di RS Dharmais dan RSCM Terus
Meningkat.
Siti Nur Khalifah, N. W. (2016). keperawatan keluarga dan komunitas. jakarta selatan :
Pusdik SDM Kesehatan .
Spei, M. E. (2019). Physical activity in breast cancer survivors: A systematic review
and meta-analysis on overall and breast cancer survival. Breast, 144-152.
Waks, A. G. (2019). Breast Cancer Treatment: A Review. JAMA - Journal of the
American Medical Association, 288-300.
Mubarak,Wahit iqbal.2010.Ilmu Keperawatan komunitas 2.Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai