Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan
sejak sebelum usia 6 bulan.
USIA 0 6 BULAN
Tidak babbling
USIA 6 12 BULAN
Tidak babbling
USIA 1 -2 tahun
USIA 2 3 TAHUN
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk screening (uji tapis) pada penderita autism
sejak usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat kesehatan anak di dunia yaitu CHAT
(Checklist Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and
joint attention.
BAGIAN I.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi
sosial.
Mimik datar
Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Gangguan perilaku
DIAGNOSIS AUTIS
Diagnosis Autis adalah dianopsis klinis tidak ada satu pemeriksaan lain berupa
laboratorium ataupun tes yang dapat memastikannya. Diagnosis klinis adalah mengamati
secara langsng riwayat perkembangan sebelumnya dan pengamatan yang cermat tentang
berbagai perkembangan yang ada. Menegakkan diagnosis autis memang tidaklah mudah
karena membutuhkan kecermatan, pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak
sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat
mendiagnosa langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam
berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism yang disebabkan oleh adanya gangguan
selain autis.
Karena karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya sehingga cara
diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter
ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa,
ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autis.
Tes alergi IgG4, tes rambut, tes bioresonansi dan berbagai tes lainnya untuk memastikan
penyebab makanan yang mengganggu autis tidak sensitif dan sebaiknya tidak diulakukan.
Banyak klinisi yang mengirimkan tes IgG4 yang harus dikirm ke Amerika Serikat). tes ini
sendiri tidak direkomendasikan oleh FDA (Food Drug Administration America), hal itu
tertulis kecil di bagian bawah hasil pemeriksaan. Untuk memastikan penyebab alergin
atau reaksi simpang makanan adalah dengan eliminasi provokasi. (baca : Challenge Tes
(Eliminasi Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan)
Sedangkan pemeriksaan lain seperti EEG, CT scan, MRI atau tes kultur feses, dan
pemeriksaan feses lainnya hanya sebatas untuk kepentingan penelitian. Bukan untuk
dilakukan tindakan rutin.
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional yang hanya mempunyai sedikit
pengetahuan dan wawasan mengenai autis akan mengalami kesulitan dalam mendiagnosa
autis. Kadang kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional keliru melakukan
diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam
pemahaman autis dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada
penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan
rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari
kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi
perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa.
Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan
mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan
nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul
secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autis dengan yang lainnya
sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk
menentukan terapi yang tepat.
1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka,
posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga
masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan
autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa
anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara
(nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya
minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning
autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi,
mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan
mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi
dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan
maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autis. Kiranya melalui
media ini penulis menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autis untuk semakin
mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka. Apalagi
mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan
autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi,
apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi
yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka.
Autis sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dari
berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun
komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening
yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak
yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan
perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya
dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan
mendengar dan komunikasi verbal
The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme pada
masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan
oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala
item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan
komunikasi dan sosial mereka
The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak usia 2
tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang
kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah standar Amerika
DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang memuat kriteria yang
harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya dapat dilakukan
oleh tim dokter atau praktisi ahli bersadarkan pengamatan seksama terhadap perilaku
anak autisme dan disertai konsultasi dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategori atau jenis autisme mengingat
tjarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme yang mempunyai gejala yang
sama. Setiap penyandang autisme mempunyai ke-khas-annya sendiri sendiri. Dengan
kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak
dapat diperinci satu persatu.
Istilah yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah kelainan spektrum autisme atau
ASD (Autism Spectrum Disorder). Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam
kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan
lainnya. Terdapat begitu banyaknya jenis atau ciri penyandang autisme, sehingga lebih
berupa rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali (sangat bervariasi).
Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan karena
jika dikatakan berat atau parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti berusaha
karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan atau tidak parah
maka orang tua merasa senang dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa anaknya
akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan
terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit mandiri. Meskipun sejauh nini belum ada
pembagian tegas untuk menunjukkan derajat autism, apakah ringan, sedang atau berat.
Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah
satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive Development Disorder) di luar
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder).
Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan
beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya
hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif
serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Aspergers Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan
aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan
bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
4. Retts Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak
laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan
fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-
ulang pada rentang usia 1 4 tahun.
SINDROM RETTS
Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif, ketidakmampuan yang
semakin hari semakin parah (progresif). Hanya menimpa anak
perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan
keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik- khususnya
kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti
menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang (seperti mencuci
tangan) mulai pada umur 1 hingga 4 tahun.
Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18 bulan
Pertumbuhan kepala lambat
Bahasa
Kemampuan sosial
Bermain
Kemampuan motorik
SINDROM ASPERGERS
Aspergers Syndrome gejala khas yang timbul adalah gangguan
intteraksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku,
ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan kualitatif dalam
interaksi sosial, sedikitnya dua gejala dari :
Tidak ada satupun pemeriksaan medis yang dapat memastikan suatu diagnosis Autis pada
anak. Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis yang dapat
digunakan sebagai dasar intervensi dan strategi pengobatan. Tetapi sebaiknya
pemeriksaan tersebut dilakukan bila hanya mencurigai adanya gangguan organik
pada penderita
PENILAIAN FUNGSIONAL:
Tujuan untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi perubahan perilaku (seperti perilaku
motorik yang aneh). Berdasarkan pertimbangan itu bahwa perubahan perilakuj adalah
suatu cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Penilaian fungsional termasuk
wawancara, observasi langsung dan interaksi secara langsung untuk mengetahui apakah
anak menderita autism atau dikaitkan ketidakmampuan dalam komunikasi melalui
perilaku anak.Penilaian secara fungsional ini akan membantu dalam perencanaan
intervensi atau terapi okupasi yang harus diberikan.
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melakukan
deteksi dini dan melaporkan kepada dokter bila anak mengalami keterlambatan atau
gangguan perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini adalah bahwa orang tua sering
menganggap bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan
cukup ditunggu saja. Misalnya bila anak mengalami keterlambatan bicara, nenek
mengatakan bahwa ayah atau ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang
cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari
orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan bicara
Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak
dapat melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya.
Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang
diidentifikasi sebagai abnormal karena bicara terlambat. Sebagian besar diantaranya
memang secara alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari. Bahkan kadang-kadang
masih ditemukan dokter atau dokter anak yang masih menganggap bukan kelainan, dan
dikatakan kepada pasien: Tidak apa-apa, ditunggu saja.
Peranan orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi
keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai
keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah
hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan yang serius. Jangan berpegang
pada pendapat :Nanti juga akan berkembang sendiri atau Anak semata-mata hanya
terlambat sedikit tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan diagnosis yang
terlambat dan penatalaksanaan yang semakin sulit.
END POINT :
Untuk memastikan diagnosis Autis hanya dengan diagnosis klinis atau dengan mengenali
secara cermat riwayat perkembangan anak sejak lahir dan pengamatan perkembangan
anak saat sekarang
Pemeriksaan mencari penyebab alergi atau reaksi simpang makanan lain hanya dengan
melakukan eliminasi provokasi makanan BUKAN DENGAN TES ALERGI (baca :
Challenge Tes (Eliminasi Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan)
Ternyata banyak sekali anak yang hanya mengalami sebagian kecil gejala tersebut.
Kelompok anak ini bukanlah penderita Autis dan normal tetapi dalam kehidupan sehari
hari sangat mengganggu terutama gangguan konsentrasi di sekolah. Jumlah penderita
yang masuk area abu-abu ini sangat banyak seperti fenomena gunung es.Pada keadaan
tertentu kelompok seperti ini divonis Autis Ringan atau gejala Autis. Sebenarnya tidak
ada Diagnosis Autis ringan atau gejala Autis, biasanya diagnosis ini diberikan oleh
dokter yang ragu-ragu dalam diagnosisnya. Kelompok anak seperti ini sering terjadi
pada penderita alergi atau hipersensitifitas makanan.