Anda di halaman 1dari 51

VOL.5 NO.

2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

TUGAS MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
“PERDARAHAN POST PARTUM”

Dosen Pengajar

Evi Yunita, M.Keb

Disusun Oleh

Risanti Putri R (P27824418003)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR

1
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, 9 September 2019

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

2
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................2

1.2 Tujuan .................................................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus ...........................................................................................................2

1.3 Manfaat ..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................3


2.1 Pengertian Perdarahan Post Partum.....................................................................................3
2.2 Tanda dan Gejala Perdarahan Post Partum..........................................................................3
2.3 Pemeriksaan Perdarahan Post Partum..................................................................................7
2.4 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum...........................................................................7

BAB III PENUTUP...................................................................................................................16


3.1 Kesimpulan........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari
500 – 600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
dalam kala IV lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Haemoragic Post Partum ( HPP ) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama
dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan
trombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua. Perdarahan postpartum dibagi atas dua
bagian yaitu perdarahan postpartum dini dan lanjut. Perdarahan postpartum dini adalah
perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai,

3
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

sedangkan perdarahan postpartum lanjut adalah perdarahan yang berlebihan selama masa
nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai. Di Indonesia,
Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin
di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat
datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai perdarahan post partum.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian perdarahan post partum.
Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala perdarahan post partum.
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan perdarahan post partum.
Mahasiswa mampu mengetahui penanganan perdarahan post partum.

1.3 Manfaat
Pembaca khususnya mahasiswa dapat memahami serta menjelaskan tentang perdarahan post
partum.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perdarahan Post Partum


Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam
24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya
darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. HPP biasanya
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran.
Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu ; seperempat dari kematian
ibu yang disebabkan oleh perdarahan ( perdarahan postpartum, plasenta previa, solution
plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptura uteri ) disebabkan oleh perdarahan
postpartum. Perdarahan postpartum sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia
mengurangkan daya tahan tubuh.
Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau
Perdarahan Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera).
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

4
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

2. Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau
Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH).
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan
pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak
baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
2.2 Tanda dan Gejala Perdarahan Post Partum
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
2.2.1 Atonia Uteri
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi
dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta
pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
 Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
 Umur yang terlalu muda / tua
 Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
 Partus lama dan partus terlantar
 Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
 Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio
plasenta
 Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2.2.2 Retensio plasenta
Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta:
a. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan
dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta
pembentukan constriction ring.
b. Kelainan dari placenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus.
c. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang
tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi
yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat
menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi
terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
Penyebab retensio plasenta :
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesive : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam.
b. Plasenta inkerta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke
serosa.
5
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembuus serosa atau peritoneum


dinding rahim.

Terapi :
Apabila plasenta dalam ½ jam setelah anak lahir, belum memperlihatkan gejala-gejala
perlepasan, maka dilakukan pelepasan, maka dilakukan manual plasenta.
1. Teknik pelepasan placenta secara manual: alat kelamin luar pasien di desinfeksi
begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong. Setelah tangan memakai sarung
tangan, labia disingkap, tangan kanan masuk secara obsteris ke dalam vagina. Tangan
luar menahan fundus uteri. Tangan dalam kini menyusuri tali pusat yang sedapat-
dapatnya diregangkan oleh asisten.
2. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan
sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas.
3. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara
bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar
dengan dinding rahim. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan
dengan perlahan-lahan ditarik ke luar.
Plasenta akreta
Terapi :
Plasenta akreta parsialis masih dapat dilepaskan secara manual tetapi plasenta
akreta komplit tidak boleh dilepaskan secara manual karena usaha ini dapat
menimbulkan perforasi dinding rahim. Terapi terbaik dalam hal ini adalah histerektomi.

2.2.3 Robekan Jalan Lahir


Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan
servik atau vagina.
Jenis Robekan Jalan Lahir
a. Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
6
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah
uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri
b. Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan terlihat dengan spekulum.
c. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi
digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.
Perdarahan pada traktus genetalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang
berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
Tingkatan robekan pada perineum:
 Tingkat 1: hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek
 Tingkat 2: dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan
otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.
 Tingkat 3: robekan total m. Spintcher ani externus dan kadang-kadang
dinding depan rektum.
Pada persalinan yang sulit, dapat pula terjadi kerusakan dan peregangan
m. puborectalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Kejadian ini
melemahkan diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya
prolapsus uteri

Penatalaksanaan :

a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan


sumber perdarahan.
b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic
c. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap
d. Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap operator.

7
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

e. Khusus pada rutura perineum komplit ( hingga anus dan sebagian rektum)
dilakuakan penjahitan lapis demi lapis dengan bantua busi pada rektum, sebagai
berikut:
 Setelah prosedur aseptik-antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung
robekan.
 Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa
menggunakan benang poliglikolik no.2/0(dexon/vicryl) hingga ke spingter
ani. Jepit kedua spingter ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0.
 Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan
benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur.Mukosa vagina dan kulit
perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler. Berikan antibiotika
profilaksis (ampisilin 2g dan metronidazol 1g per oral). Terapi penuh
antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan
tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas.

Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah
sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl.
Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil
4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partus
4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi,
masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
6. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
Pencegahan
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum
adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan
diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang
menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir,
dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.
2.2.4 Sisa Plasenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya
terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa
plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan
8
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan
subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal
dari rongga rahim.
Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila
kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa plasenta,
maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan
tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya perdarahan
dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai
akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.
Pengelolaan
1. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Dalam kondisi
tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif
tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
2. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral.
3. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

2.2.5 Kelainan pembekuan darah

Kegagalan pembekuan darah atau koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat
perdarahan yang hebat. Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari perdarahan hebat
dengan atau tanpa komplikasi trombosis, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya
terdeteksi oleh tes laboratorium. Setiap kelainan pembekuan, baik yang idiopatis maupun
yang diperoleh, dapat merupakan penyulit yang berbahaya bagi kehamilan dan
persalinan, seperti pada defisiensi faktor pembekuan, pembawa faktor hemofilik A
(carrier), trombopatia, penyakit Von Willebrand, leukemia, trombopenia dan purpura
trombositopenia. Dari semua itu yang terpenting dalam bidang obstetri dan ginekologi
ialah purpura trombositopenik dan hipofibrinogenemia.

a. Purpura trombositopenik Penyakit ini dapat bersifat idiopatis dan sekunder. Yang
terakhir disebabkan oleh keracunan obat-obat atau racun lainnya dan dapat pula
9
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

menyertai anemia aplastik, anemia hemolitik yang diperoleh, eklampsia,


hipofibrinogenemia karena solutio plasenta, infeksi, alergi dan radiasi.

b. Hipofibrinogenemia Adalah turunnya kadar fibrinogen dalam darah sampai melampaui


batas tertentu, yakni 100 mg%, yang lazim disebut ambang bahaya (critical level ).Dalam
kehamilan kadar berbagai faktor pembekuan meningkat, termasuk kadar fibrinogen.
Kadar fibribogen normal pada pria dan wanita rata-rata 300mg% (berkisar 200-400mg
%), dan pada wanita hamil menjadi 450mg% (berkisar antara 300-600mg%).

2.2.6 Inversio Uteri


Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum
uteri,dapat secara mendadak atau perlahan.kajadian ini biasanya disebabkan pada saat
melakukan persalinan plasenta secara crede,dengan otot rahim belum berkontraksi
dengan baik.inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan
syok.
a. Penyebab Inversio Uteri yaitu :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra
abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang
dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

b. Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri :


1.Tunus otot rahim yang lemah
2.Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intra abdominal, tekanan dengan tangan,
tarikan pada talipusat).
3. Canalis servikalis yang longgar.
4. Patulous kanalis servikalis.
Akibat traksi tali pusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri
dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan
inversio uteri
2.3 Pemeriksaan Perdarahan Post Partum
2.3.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua yakni pemeriksaan
umum dan khusus atau obstetri.

1.Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, nadi, laju napas,
tekanan darah, hidrasi kulit dan membran mukosa, capillary refill time (CRT), dan urine output.
10
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

Pemeriksaan fisik secara umum penting dilakukan terutama untuk menilai derajat keparahan
hipovolemik akibat perdarahan postpartum.
Tabel Derajat Hipovolemia

Klasifikasi Tanda Klinis

Keadaan umum pasien tampak lemas


Tekanan darah sistolik (80-100 mmHg)
Takikardia ringan
Mottled skin
Ringan Akral atau ekstremitas dingin
Jumlah perdarahan 1000-1500 mL CRT memanjang
(10-15%) Urine output menurun

Keadaan umum pasien tampak gelisah


Tekanan darah sistolik (70-80 mmHg)
Takikardia >110 kali per menit
Laju napas >30 kali per menit
Sedang Kulit pucat (telapak tangan, mukosa bibir)
Jumlah perdarahan 1500-2000 mL CRT memanjang
(25-35%) Urine output menurun (oligouria)

Keadaan umum pasien tampak agitasi atau bingung,


Berat terkadang tidak sadarkan diri
Jumlah perdarahan 2000-3000 mL Tekanan darah sistolik (50 - 70 mmHg)
(35-50%) Anuria
2.Pemeriksaan Fisik Khusus
Pada pemeriksaan fisik khusus atau obstetri dicari tahu penyebab dari perdarahan.
Pemeriksaan obstetri meliputi pemeriksaan kontraksi uterus, letak, konsistensi uterus,
pemeriksaan dalam untuk menilai adanya perdarahan atau sumber perdarahan, melihat keutuhan
plasenta, tali pusat, serta mencari apakah terdapat robekan pada jalan lahir.
Tabel Tanda dan Gejala pada Perdarahan Postpartum

Penyebab Tanda dan gejala

Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir


Atonia uteri Uterus tidak berkontraksi, konsistensi uterus lembek
Retensio plasenta Plasenta tidak keluar 30 menit setelah bayi lahir
Sisa plasenta Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pasca persalinan disertai

11
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

subinvolusi uterus
Robekan jalan lahir Perdarahan mengalir segera setelah bayi lahir

Fundus uteri tidak teraba


Liang vagina terisi massa
Inversio uteri Nyeri perut (ringan hingga berat)

Perdarahan sulit dihentikan, darah cenderung encer dan tidak terdapat


gumpalan darah
Kegagalan terbentuknya gumpalan darah muncul pada saat dilakukan
uji pembekuan darah
Gangguan Terdapat faktor predisposisi seperti solusio plasenta, intrauterine fetal
pembekuan darah death / IUFD, eklamsia, emboli air ketuban

2.3.2 Pemeriksaan penunjang


Pada perdarahan postpartum tidak selalu dilakukan, karena disesuaikan dengan jenis
perdarahan serta onset kejadian
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan Hemoglobin. Umumnya jika terjadi
perdarahan masih dapat ditemukan hasil Hb kurang dari 8 g/dL. selain itu apabila pada saat
asuhan antenatal ditemukan bahwa ibu mengalami anemia, maka keadaan ini dapat segera
dikoreksi.
Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan untuk kepentingan tatalaksana bila pasien
membutuhkan transfusi darah. Transfusi sebaiknya tidak ditunda dan tidak diputuskan
berdasarkan kadar hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan berdasarkan kondisi klinis
pasien.
Pemeriksaan waktu perdarahan atau waktu pembekuan, trombosit, protrombin
dan partial prothrombin time / PTT, untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan faktor
pembekuan darah.
Pemeriksaan fibrinogen atau D-dimer dapat digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis disseminated intravascular coagulation (DIC).
2.Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta ataupun
gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada saat antenatal dapat membantu dokter
mendeteksi plasenta previa dan plasenta akreta.
Penatalaksanaan pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua yakni tatalaksana umum dan
khusus.
2.4 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
2.4.1 Tatalaksana Umum
Penatalaksanaan secara umum pada perdarahan postpartum meliputi :
 Penilaian kegawatdaruratan, tanda-tanda syok, dan pemberian oksigen

12
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

 Memasang jalur intravena dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 G atau 18 G)


untuk resusitasi
 Pemberian cairan kristaloid atau normal saline. Dapat diberikan secara bolus jika
terdapat syok hipovolemik
 Pada pasien PPH primer dengan perdarahan aktif yang masif atau gejala hipovolemia
pada PPH primer dan sekunder, dilakukan pemeriksaan golongan darah, crossmatchdan darah
lengkap, serta transfusi sesuai protokol
 Memasang kateter urin untuk memantau urine output
 Pada PPH sekunder, persiapkan transfusi darah apabila Hb <8g/dL atau secara klinis
menunjukkan tanda-tanda anemia berat
 Pantau terus tanda-tanda vital pasien
 Menentukan penyebab atau sumber perdarahan dan mulai dilakukan tatalaksana khusus

2.4.2 Tatalaksana Khusus


Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan postpartum,
yakni mnemonic 4T.
Tonus
Pada keadaan gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk membantu
memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan. [19] Selain itu, obat-obat uterotonika yang
merangsang kontraksi uterus juga dapat digunakan, seperti :
 Oksitosin: Berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari miometrium agar dapat
berkontraksi dengan teratur dan dapat mengkonstriksi arteri-arteri spiral serta menurunkan aliran
darah ke uterus. Dosis yang direkomendasikan 20 – 40 IU dalam 1 liter normal saline, berikan
secara intravena sebanyak 500 mL dalam 10 menit, kemudian selanjutnya 250 mL setiap jam.
 Misoprostol: Bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara menyeluruh. Dosis
yang direkomendasikan adalah 800 – 1000 mcg diberikan per rektal atau 600 – 800 mcg
diberikan per sublingual atau per oral. Misoprostol digunakan hanya jika tidak tersedia oksitosin.
Trauma
Pada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat dilakukan penjahitan
laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio uteri dapat dilakukan reposisi uterus.
Tissue
Pada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan hati-hati. Sedangkan
pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan sisa.
Thrombin
Pada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat diberikan transfusi darah
lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel darah merah.

13
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai perdarahan yang melebihi 500 ml dalam 24
jam pertama setelah anak lahir12, atau setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio
sesarea.
Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage) : Perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama. Perdarahan Post Partum
Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage) : Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari, and Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Wahyuni, Sri, and Endang Surani. 2019. "Analisis determinan yang mempengaruhi kejadian perdarahan
postpartum di RS Sultan Agung Semarang."

Wardani, Psiari Kusuma. 2017. "Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan pasca salin."
ejournal.stikesaisyah.ac.id.

14
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

LAMPIRAN

15
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

ANALISIS DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN


POSTPARTUM DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Sri Wahyuni1, Endang Surani2


1,2
Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Email :sriwahyunijayus@gmail.com

ABSTRAK

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebanyak 475 kasus dengan penyebab
kematian ibu yang terbesar kedua di Jawa Tengah sebesar 21,23 % karena perdarahan post partum. Tujuan
penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum di RSI Sultan
Agung Semarang tahun 2016-2017.Jenis penelitian ini desktiptif analitik dengan pendekatan case
control.Populasi yaitu semua ibu bersalin yang mengalami perdarahan dan tidak perdarahan. Sampel kasus
berjumlah 73 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling dan sampel kontrol berjumlah 73
responden dengan teknik pengambilan simple random sampling. Uji statistik yang digunakan Chi-Square, Odds
Ratio dan regresi berganda logistik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur (p=0,000),anemia
(p=0,026), makrosomia (p= 0,026) dan polihidramnion (p= 0,000) terhadap kejadian perdarahan postpartum.
Tidak ada pengaruh oksitosin dripp (p=0,613), paritas (p=0,613), PEB (p=0,613) dengan kejadian perdarahan
post partum. Berdasarkan analisis multivariate dengan regresi logistic didapatkan polihidramnion merupakan
faktor dominan terhadap perdarahan postpartum. Polihidramnion berpengaruh secara positif dan signifikan
(p=0,04) terhadap kejadian perdarahan post partum.Anemia berpengaruh secara negative dan signifikan
(p=0,04) terhadap kejadian perdarahan post partum. Disarankan ibu hamil rutin memeriksakan kehamilannya
16
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

agar segera terdeteksi apabila mengalami polihidramnion. Disarankan ibu hamil rutin meminum tablet Fe dan
makan dengan menu seimbang agar mencegah terjadinya anemia.

Kata Kunci :Analisis determinan; Perdarahan post partum

THE ANALYSIS OF DETERMINANTS THAT INFLUENCE


THE INCIDENCE OF POSTPARTUM HAEMORRHAGE IN
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

ABSTRACT

The number of cases of maternal deaths in the province of Central Java in the year 2017 a number of 475 cases
with causes of maternal deaths are the second biggest in Central Java of 21.23% due to post partum
haemorrhage.This research was aimed to know the factors that influence the incidence of postpartum
haemorrhagic in RSI Sultan Agung Semarang year 2016-2017.This study was designed with analytic descriptive
approach with case control and sampling technique were total sampling and simple random sampling. The
statistical test used Chi-Square, Odds Ratio and multiple regressions logistic. The result showed that there was a
correlation between age (p = 0.000), anemia (p = 0,026), makrosomia (p = 0.026) and polihidramnion (p =
0.000) with post partum haemorrhage. There was no correlation of oxytocin dripp (p = 0,613), parity (p =
0,613), PEB (p = 0,613) and the incidence of post partum haemorrhage. Based on the analysis of multivariate
logistic regression, polihidramnion was the dominant factor against postpartum haemorrhage. Polihidramnion
effect in a positive and significant (p = 0.04), anemia are negative and significant (p = 0.04) against of post
partum haemorrhage. Advised expectant mothers regularly checked her pregnancy in order to be detected
immediately when experiencing polihidramnion. Recommended pregnant women routinely drank tablet Fe and
eating a well balanced menu in order to prevent the incidense of anemia.

Key Words: Analysys Of Determinans; Postpartum Haemoraghic

17
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

Pendahuluan

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap
100.0 kelahiran hidup. AKI pada tahun 2007 sebesar 228 namun pada tahun 2012
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes RI,
2017).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebanyak 475
kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 yang
sebanyak 602 kasus. Angka kematian ibu di Kota Semarang pada tahun 2016 terbanyak
yaitu sebanyak 32 kasus dan menjadi nomor ke 3 dari 35 di Provinsi Jawa Tengah. Penyebab
angka kematian ibu tertinggi kedua di Jawa Tengah adalah dikarenakan perdarahan yaitu
sebanyak 21, 23 % (Dinkes Provinsi Jateng, 2018).

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal


and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal
sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
neonatal dengan cara : 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru
lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan 2)
memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit , upaya
lain yang dapat dilakukan untuk munurunkan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2017).

Peran bidan dalam mencegah perdarahan postpartum yaitu mengurangi faktor resiko
dengan melakukan deteksi dini faktor resiko, memberi konseling kepada ibu untuk mengatur
umur reproduksi sehat ibu (20-35 tahun), paritas (2-3 anak), jarak kehamilan ≥2-5 tahun,
mengendalikan kadar Hb pada saat kehamilan (≥ 11 gr%), dan memberikan pemeriksaan

18
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

ANC minimal 4 kali (TM I = 1 kali, TM II = 1 kali, dan TM III= 2 kali), akan tetapi masih
banyak ibu hamil yang kurang memanfaatkan pelayanan pra-persalinan, khususnya di daerah
pedesaan (Kemenkes RI, 2015).

Rumah Sakit Islam Sultan Agung semarang adalah salah satu rumah sakit swasta
terbesar di Kota Semarang dengan akreditasi paripurna dan merupakan rumah sakit syariah
pertama di Indonesia. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di rumah sakit
islam sultan agung jumlah persalinan dari 2016-2017 adalah sejumlah 3217 persalinan. Angka
kejadian perdarahan post partum pada tahun tersebut sejumlah 73 kejadian perdarahan post
partum dengan penyebab perdarahan post partum terbanyak dikarenakan retensio plasenta.
Kebaruan dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel yang diteliti dan jumlah sampel karena
lebih banyak sehingga mengintrepetasikan hasil yang lebih baik. Tempat penelitian yang
digunakan juga berbeda.

Tinjauan Teoritis
Penyebab kematian ibu yang terbanyak disebabkan karena perdarahan dan faktor dari
penyebab perdarahan postpartum yaitu: paritas, umur, jarak hamil kurang dari 2 tahun, dan
anemia (Manuaba, 2007).

Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan
dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun angka kematian maternal
telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan,
persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap
merupakan faktor utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup
setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan
darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan
(Kemenkes RI, 2015).

Faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu umur ibu, paritas, janin yang
berukuran besar, riwayat buruk pada persalinan sebelumnya, anemia berat pada ibu,
kehamilan kembar atau gemelli, polihidramnion, partus yang lama, partus presipitatus,
penolong persalinan, penanganan yang salah pada kala III, penyakit hipertensi pada masa
kehamilan, adanya kelainan pada uterus, adanya infeksi pada uterus dan tindakan operatif
dengan anastesi yang terlalu dalam. Dampak yang bisa ditimbulkan dari perdarahan

19
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

postpartum adalah anemia, syok hemorrhage dan sindrom Sheehan. Perdarahan postpartum
dapat berupa perdarahan yang hebat sehingga dalam waktu singkat ibu dapat mengalami syok
atau terkadang berupa perdarahan yang hanya merembes perlahan namun secara terus
menerus sehingga tanpa disadari perdarahan telah fatal dan menyebabkan ibu lemas dan
mengalami syok. Pada perdarahan yang fatal akan menimbulkan gejala tekanan darah
menurun, extrimitas dingin, tampak pucat, nadi dan napas cepat. Apabila tidak ditangani
dengan cepat dan tepat akan menyebabkan kematian ibu (Mochtar, 2012).

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini desktiptif analitik dengan pendekatan case control. Populasi yaitu
semua ibu bersalin yang mengalami perdarahan dan tidak perdarahan. Sampel kasus
berjumlah 73 responden dengan teknik pengambilan sampel total samplingdan sampel kontrol
berjumlah 73 responden dengan teknik pengambilan sampel random sampling. Uji statistik
yang digunakan Chi-Square, Odds Ratio dan regresi berganda logistik. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan penelusuran dokumen berupa rekam medis di RSI
Sultan Agung Semarang tahun 2016-2017.

Hasil Penelitian
Analisis Determinan yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Post Partum secara
bivariat dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Hasil Analisis Bivariat Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum di RSI
Sultan Agung Semarang

No Faktor-faktor yang Tidak


Perdarahan
mempengaruhi perdaraha OR
(Kelompok P Value
n
Kasus)
(Kelompok
Kontrol)

1. Umur Berisiko (<20 tahun atau 24 0 0,000 2,49


> 35 tahun)

Umur Tidak berisiko (20-35 49 73


thn)

2. Anemia 52 34 0,026 4,930

Tidak anemia 21 39

20
VOL.5 NO.2 DES 2019 ISSN:2503 - 0388

3. Paritas Berisiko (1 atau >3) 39 49


0,613 0,562 Paritas Tidak Berisiko (2-3) 34
24
4. Dilakukan Induksi Oksitosin 38 10 0,613 0,562
Dripp
Tidak dilakukan induksi 35 63

Oksitosin dripp

21
No Faktor-faktor yang
Tidak
mempengaruhi Perdaraha
perdaraha OR
n P Value
n
(Kelompok
(Kelompok
Kasus) Kontrol)
5. Polihidramnion 27 59 0,000 0,191
Tidak Polihidramnion 46 14
6. Makrosomia 52 26 0,026 0,191
Tidak Makrosomia 21 47
7. PEB 42 45 0,613 0,562
Tidak PEB 31 28

Berdasarkan Tabel 1, pada variabel umur menunjukkan bahwa terdapat 24 responden


umur berisiko (<20 tahun atau > 35 tahun) mengalami perdarahan post partum, sebanyak 49
responden dengan umur tidak berisiko (20-35 tahun) juga mengalami perdarahan post partum.
Nilai p value setelah dianalisis menggunakan chi square sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa umur mempengaruhi kejadian perdarahan post partum. Untuk analisis
menggunakan OR didapatkan nilai OR untuk umur yaitu 2,49 . Ini berarti umur yang <20
tahun dan > 35 tahun mempunyai risiko mengalami perdarahan post partum 2,49 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu yang berumur 20-35 tahun.

Pada variabel anemia menunjukkan bahwa terdapat 52 responden mengalami anemia


dan mengalami perdarahan post partum, sebanyak 21 responden yang tidak anemia juga
mengalami perdarahan post partum. Nilai p value setelah dianalisis menggunakan chi square
sebesar 0,026 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa anemia mempengaruhi kejadian
perdarahan post partum. Untuk analisis menggunakan OR didapatkan nilai OR untuk anemia
yaitu 4,930. Ini berarti ibu bersalin dengan anemia mempunyai risiko mengalami perdarahan
post partum 4,930 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

Pada Variabel paritas, menunjukkan bahwa terdapat 39 responden dengan paritas


berisiko (1 atau >3) mengalami perdarahan post partum. sebanyak 34 responden yang
memiliki paritas tidak berisiko (2-3) juga mengalami perdarahan post partum. Nilai p value
setelah dianalisis menggunakan chi square sebesar 0,562 (>0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa paritas tidak mempengaruhi kejadian perdarahan post partum. Untuk analisis
menggunakan OR didapatkan nilai OR untuk anemia yaitu 0,562. Ini menjadi tidak berarti
karena nilai p value tidak kurang dari 0,05.
Pada Variabel Pemberian Oksitosin Dripp, menunjukkan bahwa terdapat 37 responden
dengan pemberian oskitosin drip mengalami perdarahan post partum. Sebanyak 35
responden yang tidak dilakukan induksi oksitosin dripp juga mengalami perdarahan post
partum. Nilai p value setelah dianalisis menggunakan chi square sebesar 0,613 (>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa oksitosin dripp tidak mempengaruhi kejadian perdarahan post
partum. Untuk analisis menggunakan OR didapatkan nilai OR untuk oksitosin dripp yaitu
0,562. Ini menjadi tidak berarti karena nilai p value tidak kurang dari 0,05.

Pada Variabel polihidramnion, menunjukkan bahwa terdapat 27 responden yang


polihidramnion mengalami perdarahan post partum, Sebanyak 46 responden yang tidak
polihidramnion juga mengalami perdarahan post partum. Nilai p value setelah dianalisis
menggunakan chi square sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa polihidramnion
mempengaruhi kejadian perdarahan post partum. Untuk analisis menggunakan OR didapatkan
nilai OR untuk polihidramnion yaitu 0,191. Ini berarti ibu bersalin dengan polihidramnion
mengalami perdarahan post partum 0,191 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak
polihidramnion.

Pada variabel makrosomia, menunjukkan bahwa terdapat 52 responden yang mengalami


makrosomia mengalami perdarahan post partum, Sebanyak 21 responden yang tidak
makrosomia juga mengalami perdarahan post partum. Nilai p value setelah dianalisis
menggunakan chi square sebesar 0,026 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa makrosomia
mempengaruhi kejadian perdarahan post partum. Untuk analisis menggunakan OR didapatkan
nilai OR untuk makrosomia yaitu 0,191. Ini berarti ibu bersalin dengan makrosomia
mengalami perdarahan post partum 0,191 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak
makrosomia.

Pada Variabel PEB menunjukkan bahwa terdapat 42 responden yang PEB mengalami
perdarahan post partum, Sebanyak 31 responden yang tidak PEB juga mengalami perdarahan
post partum. Nilai p value setelah dianalisis menggunakan chi square sebesar 0,613 (>0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa PEB tidak mempengaruhi kejadian perdarahan post partum.
Untuk analisis menggunakan OR didapatkan nilai OR untuk PEB yaitu 0,562. Ini sudah tidak
berarti lagi karena nilai p value untuk PEB >0,05.

Dari hasil analisi bivariate yang dapat dimasukkan ke dalam analisis multivariate dengan
logistic berganda adalah yang p value<0,25 yaitu variabel umur, anemia, polihidramnion,
makrosomia, PEB. Setelah dianalisis dengan analisis regresi logistik didapatkan sampai step
2a yang dieliminasi adalah makrosomia dan PEB.

Adapun hasil analisis multivariate dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Post Partum
di RSI Sultan Agung Semarang
No Variabel independent B EXP (B) sig
1. Umur -21, 639 0,000 0,998
2. Anemia -1, 244 0,288 0,04
3. Polihidramnion 1,885 6,587 0,000

Dari hasil diatas, maka dapat dilihat bahwa kekuatan hubungan terbesar adalah
polihidramnion (OR/Exp(B)=6,587) dan kekuatan hubungan terkecil adalah anemia (OR/
(Exp(B)=0,288). Meskipun secara bivariate variabel umur, makrosomia, PEB, dan anemia
juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan post partum, ternyata setelah dianalisis
menggunakan multivariate dengan regresi logistic secara bersama-sama didapatkan hasil
bahwa umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian perdarahan post
partum (p value 0,998 >0,05). Polihidramnion berpengaruh secara positif dan signifikan
(p value 0,04, nilai B 1,885) terhadap kejadian perdarahan post partum. Anemia
berpengaruh secara negative dan signifikan (p value 0,04, nilai B - 1,244) terhadap
kejadian perdarahan post partum.

Pembahasan
Hasil penelitian menurut analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistic
didapatkan bahwa polihidramnion merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian perdarahan post partum dan anemia juga berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian perdarahan post partum. Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan
polihidramnion memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk mengalami Perdarahan post partum
(Anderson, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Elmeida dan Ayu (2014) yang
menjelaskan bahwa peregangan uterus yang berlebihan seperti polihidramnion maupun
kehamilan ganda, maupun makrosomia mempengaruhi kejadian perdarahan post partum.
Polihidramnion adalah jumlah air ketuban yang berlebihan, dimana jumlahnya lebih dari 2
liter. Jika mengalami polihidramnion maka akan terjadi peregangan uterus yang berlebihan
yang mana ini merupakan salah satu faktor terjadinya perdarahan post partum. Dengan
bertambahnya peregangan uterus yang berlebihan, akan semakin banyak jaringan ikat pada
uterus sehingga kemampuan untuk berkontraksi semakin menurun akibatnya sulit melakukan
penekanan pada pembuluh pembuluh darah yang terbuka setelah terlepasnya plasenta. Selain
itu, juga terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya
fibrosis pada bekas implantasi plasenta sehingga vaskularisasi dapat berkurang. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta mengadakan perluasan implantasi dan vili
khorialis menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga dapat terjadi retensio plasenta
adesiva hingga perkreta.Selain itu, sering terjadi solusio plasenta jika ibu mengalami
polihidramnion (Rustam, 2012).

Berdasarkan penelitian ini, anemia juga berpengaruh secara multivariate terhadap


kejadian perdarahan post partum. Anemia pada ibu hamil adalah kondisi dengan kadar
hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11 gr%. Volume darah ibu hamil bertambah
lebih kurang sampai 50% yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah mengalami
penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu rendah yang menyebabkan
hemoglobin sampai <11 gr% (Winkjosastro, 2008). Hal sejalan disampaikan oleh
Prawirohardjo (2010) bahwa anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan
meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga menyebabkan
peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa cepat lelah pada penderita anemia
disebabkan metabolisme energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kekurangan
oksigen. Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa anemia mempengaruhi kejadian
perdarahan post partum di RSUP H. Adam Malik Medan. Anemia memiliki peluang sebesar
7,128 kali daripada yang tidak anemia untuk mempengaruhi kejadian perdarahan post partum
(Sembiring, 2011).

Hasil penelitian ini secara bivariat menunjukkan bahwa usia, makrosomia,


polihidramnion, anemia mempengaruhi kejadian perdarahan post partum. Dari hasil penelitian
ini, didapatkan bahwa usia mempengaruhi kejadian perdarahan post partum dengan p value
0,000 dan OR = 2,49. Hal ini sejalan dengan Faisal (2008) yang menjelaskan bahwa wanita
yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal.
Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi
seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih
besar.

Sedangkan hasil penelitian ini secara bivariat didapatkan hasil bahwa variabel oksitosin
dripp, paritas, Pre eklamsia berat (PEB) tidak mempengaruhi kejadian perdarahan post
partum. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian menurut Satriyandari dan Heriyati (2017) yang
menyebutkan bahwa oksitosin dripp merupakan faktor risiko kejadian perdarahan post partum
yaitu sebesar 8,222 kali lebih berisiko daripada yang tidak menggunakan oksitosin dripp(p-
value = 0.002, OR = 8.222). Hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian menurut Emailda dan
Ayu (2014) yang menjelaskan bahwa Paritas berisiko memiliki peluang sebesar 4,975 kali
untuk mengalami perdarahan postpartum dibandingkan dengan paritas tidak berisiko. Hal ini
tidak sejalan menurut Manuaba (2007) yang menjelaskan bahwa paritas merupakan faktor
risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Pada paritas yang rendah (paritas
1) dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil
tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan
nifas. Sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih
dari 3) maka uterus semakin lemah sehingga besar risiko komplikasi kehamilan. Hal ini
disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi
atonia uteri. Sedangkan untuk PEB, penelitianini sejalan dengan penelitian menurut
Mahmudah dan Warsiti (2010) yang menyebutkan bahwa kejadian pre eklampsia tidak
mempengaruhi perdarahan post partum dengan nilai p value 0,446 yang artinya > 0,05. Hal
ini berarti tidak ada hubungan antara PEB dengan kejadian perdarahan post partum.

Kesimpulan
Polihidramnion merupakan faktor dominan dan berpengaruh positif terhadap perdarahan
postpartum. Polihidramnion berpengaruh secara positif dan signifikan (p=0,04) terhadap
kejadian perdarahan post partum. Anemia berpengaruh secara negative dan signifikan
(p=0,04) terhadap kejadian perdarahan post partum.

Saran
Bidan harus bekerja sama dengan SpOG jika menemukan TFU lebih besar dari usia
kehamilannya untuk melakukan USG dikarenakan polihidramnion merupakan faktor risiko
terbesar dari perdarahan post partum. Diharapkan ibu lebih aktif dalam mencari informasi
tentang perdarahan postpartum pada ibu bersalin, sehingga ibu dapat mengerti sebab
perdarahan postpartum dan menjaga kesehatan pada saat kehamilan serta rutin dalam
mengkonsumsi tablet Fe dan memperhatikan menu seimbang yang banyak mengandung
Fe karena dapat mencegah terjadinya anemia yang meningkatkan resiko perdarahan
postpartum karena dalam penelitian ini anemia merupakan faktor yang penyebab
perdarahan postpartum.

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep penelitian ini


dengan melakukan penelitian faktor selain paritas, umur, anemia, makrosomia,
polihidramnion, PEB, induksi oksitosin yang mempengaruhi perdarahan postpartum
seperti riwayat persalinan buruk sebelumnya, persalinan dengan tindakan, partus lama,
peregangan uterus yang berlebihan dan status gizi.

Daftar Pustaka
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Elmeida, Ayu Mirah W. (2014). Analisis Determinan Perdarahan Post Partum di Rumah
Sakit. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
Vo 10 No 2.
Faisal. (2008). Perdarahan Pasca Persalinan. http://www.scribd.com/doc/8649214.
Diakses pada tanggal 28 Desember 2016

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI:2015.

Mahmudah S dan Warsiti (2010). Hubungan riwayat pre eklampsia dengan kejdian
perdarahan post partum di RSUP dr, Sardjito Yogyakarta 2010.
http://digilib.unisayogya.ac.id/1612/1/Naskah%20Publikasi.pdf

Manuaba, I.B.G.F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Prawirohardjo,


Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:

EGC. Saifuddin, A.B. (2009). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.
Jakarta:EGC

Sembiring. (2010). Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan


Post Partum Di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal D III Kebidanan Mutiara
Indonesia.
Satriyandari, Hariyati. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan
post partum. Jurnal kebidanan dan Keperawatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Vol 1 No 1 tahun
2017.
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JHeS/article/view/185.Winkjo
sastr
o. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1)


2017, 51 – 60

Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

PERDA AHAN PASCA PERSALINAN

Psiari Kusuma Wardani

Akademi Kebidanan Medica Bakti Nusantara


Pringsewu Email: psiarikusumawardani@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan pasca
persalinan. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan case control. Populasi penelitian
adalah ibu yang melahirkan selama tahun 2014 yaitu 1.511. Sampel penelitian diambil secara purposive
sampling dengan jumlah sampel kasus 71 dan sampel kontrol 71. Analisis bivariat menggunakan chi square
sedangkan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel

yang berhubungan dengan kejadian perdarahan postpartum adalah partus lama (OR=9,598), paritas

(OR=4,264), usia (OR=3,589), jarak persalinan (OR=3,972), riwayat perdarahan postpartum (OR=6,569),
anemia (OR=17,654). Sedangkan variabel riwayat seksio sesaria dan makrosomia ternyata tidak berhubungan.
Selanjutnya dilakukan analisis mutivariat didapatkan ibu hamil dengan anemia memiliki peluang sebesar
16,972 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
Saran dalam penelitian ini adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil mengenai pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali selama hamil, memberikan motivasi kepada ibu bersalin untuk mengikuti program
keluarga berencana, melakukan penanganan anemia dengan baik sesuai standar pengelolaan anemia serta
menerapkan penatalaksanaan manajemen aktif kala tiga untuk mengurangi perdarahan pasca persalinan.

Kata Kunci: Perdarahan pasca persalinan, Kehamilan, Perempuan

FACTORS THAT INFLUENCE OF POSTPARTUM HEMORRHAGE EVENTS

ABSTRACT

Type of study is analytical survey with case control approach. The population is the mothers who birthing
within a period during 2014 as many as 1.511. In the taking the number of samples is using purposive
sampling. the number of sample 71 cases and 71 control. Bivariate analysis using chi square while multivariate
analysis using

multiple logistic regression. The results showed the variables related with the incidence of hemorrhage

postpartum is prolonged labor (OR=9,598), parity (OR=4,264, age (OR = 3.589), distance of childbirth ( OR =
3.972), a history of postpartum haemorrage (OR = 6.569), anemia (OR = 17.654). While variable a history of
section cesarean was not related with p = 0.121 and macrosomia with p = 0.185. Furthermore, multivariate
analysis found pregnant women with anemia have the opportunity of 16,972 times greater to experience
hemorrhage postpartum compared to women who are not anemia.Suggestions in this research is to provide
health education to pregnant women about antenatal care (ANC) at least four times during pregnancy, to
provide motivation to maternal for follow the birth control program, handling anemia with standardized
management of anemia and applying the active management of third stage to accelerating the the release of
the placenta, and reduce hemorrhage postpartum.

Keywords: Postpartum Hemorrhage, Pregnancy, Women

How to Cite: Wardani, P. K. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca
Persalinan. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (1), 51 – 60.
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
52

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
53 peningkatan
PENDAHUL Goals) ke-5 adalah masih rendah:
menurunkan kapasitas tenaga tenaga kesehatan
UAN Angka Kematian kesehatan dengan belum terlatih
Ibu (AKI) menjadi pelatihan asuhan atau yang sudah
Angka Kematian persalinan normal,
102 per 100.000 dilatih tidak
Ibu (AKI) peningkatan
kelahiran hidup mengimplementa
merupakan salah kapasitas tenaga
pada tahun 2015. sikan kompetensi
satu indikator kesehatan dalam
Mengacu dari yang
untuk mengukur penanganan
kondisi saat ini, diperoleh,sistem
derajat kesehatan kegawatdaruratan
potensi untuk rujukan belum
perempuan. mencapai target maternal, berjalan optimal,
Tingkat kematian MDGs ke-5 untuk perbaikan infra distribusi
ibu merupakan menurunkan AKI struktur dan tenagakesehatan
masalah adalah off track, sistem rujukan, tidak merata dan
kesehatan yang artinya diperlukan penyediaan sarana infra struktur
menarik kerja keras dan dan prasarana belum memadai,
perhatian WHO. sungguh-sungguh pendukung, dan dan pelayanan
Fakta untuk pemerataan tidak sesuai
menunjukkan mencapainya distribusi tenaga standar (Profil
lebih dari 350.000 (Kemenkes RI, kesehatan. Akan Program
di seluruh dunia 2013).Di tetapi, terdapat Kesehatan Ibu &
meninggal setiap Indonesia, sekitar hambatan dalam Anak Provinsi
tahun akibat 28 persen pencapaian Lampung, 2014).
komplikasi kematian ibu program yaitu
kehamilan dan disebabkan karena kompetensi Faktor penyebab
persalinan perdarahan, 13 tenagakesehatan perdarahan
(Priyanto,2009). persen eklampsi postpartum
AKI di Indonesia atau gangguan antara lain atonia
juga masih akibat tekanan uteri, retensio
tergolong tinggi darah tinggi saat plasenta, laserasi
jika dibandingkan kehamilan, 9 jalan lahir, dan
dengan negara- persen partus kelainan penyakit
negara Asia lama, 11 persen darah. Adapun
Tenggara, yaitu komplikasi aborsi faktor-faktor
menempati dan 10 persen predisposisi
urutan ke delapan akibat infeksi perdarahan
dari 18 negara, (Depkes, 2011). postpartum
sebesar 240 per menurut Varney
100.000 KH, Upaya yang telah (2008) antara lain
disusul India (230 dilakukan untuk paritas, umur
per 100.000 KH), peningkatan kehamilam, jarak
Bhutan (200 per pencapaian persalinan,
100.000 KH), dan program peregangan
Filipina sebesar penurunan angka uterus berlebih
94 per 100.000 kematian (makrosomia,
KH (Kemenkes RI, maternal, gemeli dan
2012). khususnya yang polihidramnion),
disebabkan oleh partus
Target global perdarahan presipitatus,
MDGs postpartum induksi oksitosin,
(Millenieum adalah riwayat seksio
Development
Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
sesaria, riwayat Bandar Lampung 54
perdarahan merupakan
postpartum dan rumah sakit
kala I dan II yang pemerintah
memanjang.Sed (rumah sakit tipe
angkan C), rumah sakit
menurut rujukan pertama
Winkjosastro dari puskesmas
(2007) faktor dan rumah sakit
obstetric dengan standar
perdarahan Penanganan
postpartum Obstetri
antara lain Neonatal
riwayat Emergensi
perdarahan Komprehensif
postpartum, (PONEK).
partus lama, Pelayanan
anemia dan kesehatan
penanganan diberikan kepada
yang salah pada seluruh
kala III. masyarakat tanpa
terkecuali
Berdasarkan khususya
studi masyarakat di
pendahuluan wilayah Bandar
yang dilakukan di Lampung dengan
RSUD Dr.A.Dadi berbagai fasilitas
Tjokrodipo Kota antara lain pasien
Bandar Lampung umum, Badan
pada tahun 2013 Penyelenggara
terdapat 3,03% Jaminan Sosial
(62 kasus) (BPJS) dan
perdarahan Jaminan
postpartum dari Kesehatan
2041 ibu bersalin Daerah
dan tahun 2014
(Jamkesda).
terjadi
peningkatan
menjadi 4,76%

(72 kasus)
perdarahan
postpartum dari
1511 ibu bersalin
(RSUD Dr. A.
Dadi Tjokrodipo
Kota Bandar
Lampung, 2014).
RSUD Dr.

A. Dadi
Tjokrodipo Kota
Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
55

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
ibu bersalin yang 56 HAS 6,333 artinya ibu
tidak mengalami yang mengalami
perdarahan IL
partus lama
postpartum PEN berisiko
selama periode 1 ELI mengalami
METODE Januari-31
TIA perdarahan
PENELIT Desember 2014 postpartum 6,333
sejumlah 71 N kali lebih besar
IAN kasus.Variabel
bebas adalah
DA dibandingkan
Jenis penelitian dengan ibu yang
anemia, N tidak mengalami
ini adalah
penelitian analitik
makrosomia, PE partus lama.
riwayat seksio
observasional
sesaria, riwayat
MB
dengan Berdasarkan tabel
pendekatan atau
perdarahan AH 2, hasil analisis
desain studi kasus
postpartum, jarak ASA penelitian ini
persalinan, partus menunjukkan
kontrol (case
lama, umur dan
N adanya hubungan
control studi),
paritas, sedangkan Berdasarkan Tabel yang signifikan
yaitu rancangan
variabel terikat 1, hasil analisis antara paritas
studi
adalah kejadian menunjukkan nilai berisiko dengan
epidemiologi
perdarahan OR 9,598 dengan kejadian
yang mempelajari
postpartum. 95% CI :4,014- perdarahan
hubungan antara
Insrumen 22,946). Hal ini postpartum,
paparan (faktor
penelitian yang berarti bahwa ibu dimana
penelitian) dan
digunakan adalah bersalin dengan didapatkan p
penyakit dengan
chek list yang partus lama value 0,000 dan
cara
diperoleh dari berpeluang OR 4,264 dengan
membandingkan
kumpulan catatan mengalami 95% CI : 2,088-
kelompok kasus
dari buku register perdarahan 8,709, yang
dan kelompok
dan catatan medis postpartum berarti ibu
kontrol
di ruangan atau sebesar 9,598 kali bersalin dengan
berdasarkan
M.R (medical lebih besar paritas ibu
status
record) yang dibandingkan berisiko
paparannya.Popul
dibantu oleh dua dengan ibu mengalami
asi kasus yaitu
orang enumerator bersalin yang tidak perdarahan
semua ibu
berpendidikan D- mengalami partus pospartum 4,2
melahirkan yang
IV Kebidanan dan lama. Hal ini kali untuk terjadi
mengalami
S-1 Pengarsipan. sejalan dengan perdarahan post-
perdarahan
Tekhnik penelitian yang partum
postpartum di
pengambilan dilakukan oleh dibandingkan
RSUD dr. A. Dadi
sampel dilakukan Jenni (2013) dengan ibu yang
Tjokrodipo Kota
secara purposive bahwa partus memiliki paritas
Bandar Lampung
sampling. lama dengan p tidak berisiko.
selama periode 1
value 0,008 dan Menurut hasil
Januari-31
OR penelitian
Desember 2014
sejumlah 71 Gangsar (2013)
kasus. Sedangkan ada hubungan
populasi kontrol yang bermakna
dalam penelitian antara paritas ibu
ini adalah semua berisiko dengan
Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
perdarahan perdarahan 57
postpartum postpartum
dengan nilai p dengan nilai p
value 0,047 dan value 0,025 dan
OR 3,226 dengan OR 3,162 dengan
CI : 1,121-9,279, CI : 1,244 - 8,039,
hal ini berarti hal ini berarti
bahwa ibu bahwa ibu
bersalin dengan bersalin dengan
paritas ibu umur ibu berisiko
berisiko mengalami
mengalami perdarahan
perdarahan postpartum
postpartum sebesar 3,162
sebesar 3,226 kali lebih besar
kali lebih besar bila dibandingkan
bila dengan ibu
dibandingkan bersalin umur
dengan ibu tidak berisiko.
bersalin paritas
tidak berisiko. Berdasarkan
tabel 4, hasil
Berdasarkan analisis
tabel 3, hasil selanjutnya
analisis diperoleh nilai
selanjutnya OR 3,972 dengan
diperoleh nilai 95% CI : 1,748-
OR 3,589 dengan 9,026). Hal ini
95% CI :1,764- berarti bahwa ibu
7,301). Hal ini bersalin dengan
berarti bahwa iu jarak persalinan
bersalin dengan berisiko
umur berisiko berpeluang
berpeluang mengalami
mengalami
perdarahan
postpartum
sebesar 3,589
kali lebih besar
dibandingkan
dengan ibu
bersalin yang
berumur tidak
berisiko.
Menurut hasil
penelitian
Gangsar (2013)
ada hubungan
yang bermakna
antara umur ibu
berisiko dengan
Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
58

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
59 = 0,05 maka p
perdarahan perdarahan Berdasarkan tabel
postpartum postpartum value > 0,05 yang 7, hasil uji bivariat
sebesar 3,972 kali sebesar 6,569 kali berarti tidak ada tentang
lebih besar lebih besar hubungan riwayat makrosomia
dibandingkan dibandingkan seksio sesaria dengan kejadian
dengan ibu dengan ibu dengan kejadian perdarahan
bersalin yang bersalin yang tidak perdarahan postpartum di
tidak memiliki memiliki riwayat postpartum. Hal RSUD Dr.A.Dadi
jarak persalinan perdarahan ini tidak sejalan Tjokrodipo Kota
berisiko. Hal ini postpartum. Hal dengan penelitian Bandar Lampung
sejalan dengan ini sejalan dengan yang dilakukan 2014 diperoleh p
penelitian penelitian yang oleh Jennie Maria value 0,185. Nilai
Gangsar (2014) dilakukan oleh (2013) bahwa ini jika
ada hubungan Ratna (2010) riwayat seksio dibandingkan
bermakna antara diperoleh hasil sesarea diperoleh dengan harga ɑ =
perdarahan bahwa riwayat hasil dengan p 0,05 maka p value
postpartum perdarahan value 0,037 dan > 0,05 yang berarti
dengan jarak postpartum OR 4,491 artinya tidak ada
persalinan dengan p value dimana ibu hubungan
dengan nilai p 0,001 dan OR dengan riwayat makrosomia
value 0,007 dan 7,408 artinya ibu seksio sesaria dengan kejadian
OR = 3,556 hal ini dengan riwayat beresiko perdarahan
berarti bahwa ibu perdarahan mengalami postpartum. Hasil
bersalin dengan postpartum lebih perdarahan penelitian ini tidak
jarak persalinan berisiko 7,4 kali postpartum 4 kali sejalan dengan
yang berisiko untuk mengalami lebih besar penelitian yang
mengalami perdarahan dibandingkan dilakukan Iin
perdarahan postpartum dengan ibu yang Wahyuni (2013) di
postpartum 3,556 dibandingkan tidak memiliki RS Ryacudu
kali lebih besar dengan ibu yang riwayat seksio Kotabumi yang
bila dibandingkan tidak memiliki sesaria. menunjukkan
dengan ibu riwayat bahwa
bersalin dengan perdarahan makrosomia
jarak persalinan postpartum. dengan p value
yang tidak 0,037 dan OR
berisiko. Berdasarkan tabel 6,250 artinya ibu
6, hasil uji bivariat yang melahirkan
Berdasarkan tabel tentang riwayat dengan berat
5, hasil analisis seksio sesaria badan bayi lahir
selanjutnya dengan kejadian ≥4000 gram
diperoleh nilai OR perdarahan beresiko
6,569 dengan postpartum di mengalami
95% CI : 2,114 RSUD Dr.A.Dadi perdarahan
-20,408). Hal ini Tjokrodipo Kota postpartum 6 kali
berarti bahwa ibu Bandar Lampung lebih besar
bersalin dengan 2014 diperoleh p dibandingkan
riwayat value 0,121. Nilai dengan ibu yang
perdarahan ini jika melahirkan bayi
postpartum dibandingkan dengan berat
berpeluang dengan harga ɑ badan normal.
mengalami
Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
Berdasarkan menggumpal. Ini 60
tabel 8, hasil berarti,
analisis seseorang dapat
penelitian ini mengalami
menunjukkan perdarahan
adanya berlebihan
hubungan yang walaupun hanya
signifikan antara sedikit terkena
anemia dengan luka. Ibu yang
perdarahan memasuki
postpartum, persalinan
dimana dengan
didapatkan p konsentrasi
value 0,000 dan hemoglobin (Hb)
OR 17,654 yang rendah
dengan 95% CI : dapat mengalami
6,734 – 46,284, penurunan Hb
yang berarti ibu yang lebih cepat
bersalin dengan lagi jika terjadi
anemia berisiko perdarahan,
mengalami bagaimanapun
perdarahan kecilnya.
postpartum 17,6
kali untuk terjadi
perdarahan
postpartum
dibandingkan
dengan ibu yang
tidak mengalami
anemia. Hal ini
juga sesuai
dengan
penelitian
Wuryanti (2010)
yang
menyatakan
bahwa
seseorang yang
menderita
anemia, memiliki
sel darah merah
yang lebih
sedikit dari yang
dibutuhkan.
Tanpa sel darah
merah yang
cukup atau
jumlah efektif sel
darah merah
berkurang, darah
tidak akan
Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
61

Tabel 1

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Partus Lama dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kasus Kontrol
Partus p-value OR (95% CI)
N % N %

Partus Lama 39 54,9 8 11,3

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
Tidak Partus Lama 32 45,1
62
63 88,7 9,598
0,000
Total 71 100,0 71 100,0 (4,014 – 22,946)

Tabel 2

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kasus Kontrol
Paritas p-value OR (95% CI)
N % N %

Paritas Berisiko 42 59,2 18 25,4

Paritas Tidak Berisiko 29 40,8 53 74,6 4,264


0,000
Total 71 100,0 71 100,0 (2,088-8,709)

Tabel 3

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Umur dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kasus Kontrol
Umur p-value OR (95% CI)
N % N %

Umur Berisiko 39 54,9 18 25,4

Umur Tidak Berisiko 32 45,1 53 74,6 3,589


0,001
Total 71 100,0 71 100,0 (1,764 – 7,301)

Tabel4

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Jarak Persalinan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Jarak

Kasus Kontrol
Persalinan N % N % p-value OR (95% CI)

Jarak Persalinan Berisiko 28 39,4 10 14,1

Jarak Persalinan Tidak


43 60,6 61 85,9 3,972
0,001
Berisiko
(1,748 – 9,026)

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, –
63

Tabel 5

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Perdarahan Pasca Persalinan dengan Kejadian Perdarahan Pasca
Persalinan

Riwayat

Kasus Kontrol

Perdarahan p-value OR (95% CI)

Postpartum N % N %

Ada Riwayat PPH 20 28,2 4 5,6


Tidak Ada Riwayat PPH 51 71,8 67 94,4 6,569
0,001

Total 71 100,0 71 100,0


(2,114 – 20,408)

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Tabel 6

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Seksia Sesaria dengan Perdarahan Pasca Persalinan

Kasus Kontrol
Riwayat Seksio Sesaria N % N % p-value

Ada Riwayat SC 12 16,9 5 7,0

Tidak Ada Riwayat SC 59 83,1 66 93,0 0,121

Tabel 7

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Makrosomia dengan Perdarahan Pasca Persalinan

Kasus Kontrol
Makrosomia N % N % p-

value
Makrosomia 11 15,5 5 7,0

Tidak Makrosomia 60 84,5 66 93,0 0,185

Tabel 8

Hasil Analisis Bivariat Hubungan Anemia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan
Kasus Kontrol
Anemia p-value OR (95% CI)
N % N %

Anemia 44 62,0 6 8,5

Tidak Anemia 27 38,0 65 91,5 17,654


(6,734 – 46,284)
0,000

Total 71 100,0 71 100,0

Lower Upper

Tabel 9 Lama
Partus 2.277 13.144 0.000 9.749 2.846 33.387

Jarak Persalinan
Model Akhir Analisis Multivariat2.319 12.522 0.000 10.162 2.813 36.705

Riwayat Seksio Sesaria 2.631 11.386 0.001 13.888 3.013 64.025

Anemia 2.832 19.500 0.000 16.972 4.830 59.640

Paritas 0.484 0.486 0.486 1.623 0.416 6.334


(95% CI)
Variabel B Wald p-value OR
Uji Regresi dr. A. Dadi
Logistik dilakukan Tjokrodipo Kota
dengan tahapan Bandar Lampung
uji bivariat (tabel (p value 0,000
1-8) dengan dan OR 16,972)
batasan p < 0,25
sehingga dapat
yang selanjutnya
diinterprestasika
dilakukan uji
n bahwa ibu yang
bersama sama
menderita
dengan batasan p
anemia berisiko
< 0,05.
mengalami
Hasil analisis perdarahan
multivariat postpartum
menunjukkan 16,972 kali
bahwa variabel dibandingkan
anemia dengan ibu yang
merupakan tidak menderita
variabel paling anemia.
dominan
Hasil tersebut
berhubungan
sejalan dengan
dengan kejadian
teori yang
perdarahan
dikemukakan
postpartum di
oleh Freser
RSUD
(2011) bahwa
anemia berkaitan mengakibatkan maka ia memiliki minimal 1 kali
dengan disebilitas perdarahan sel darah merah pada trimester
uterus yang banyak. yang lebih sedikit pertama, 1 kali
merupakan dari yang pada trimester
penyebab Setelah dilakukan dibutuhkan atau kedua dan 2 kali
langsung analisis multivariat jumlah efektif sel pada trimester.
terjadinya atonia diketahui bahwa darah merah Pada saat
uteri, yang variabel anemia berkurang. Tanpa pelayanan
berakibat pada merupakan sel darah merah antenatal baik K1
perdarahan variabel yang yang cukup darah dan K4 sebaiknya
postpartum. Hal dominan tidak akan dilakukan
tersebut juga berhubungan menggumpal atau pemeriksaan
didukung oleh membeku laboratorium
pendapat dengan (Manuaba, 2010). sederhana
Manuaba (1998) Ibu yang (pemeriksaan Hb)
perdarahan memasuki
bahwa salah satu pada ibu hamil.
postpartum. persalinan dengan
penyebab dari Untuk
Banyak penelitian konsentrasi
perdarahan mengantisipasi
yang belum Haemoglobin (Hb)
postpartum pada terjadinya anemia
membuktikan yang rendah dapat
kala IV adalah pada kehamilan
atonia uteri hal ini mengalami dan perencanaan
bahwa penurunan
terjadi karena serta pencegahan
kekurangan haemoglobin yang komplikasi.
perdarahan lebih cepat lagi
haemoglobin
postpartum jika terjadi
dalam darah
muncul karena perdarahan.
mengakibatkan
faktor tunggal, Pelayanan
kurangnya
tetapi teori juga KESIMPULA
oksigen yang kesehatan ibu
dibawa ke sel
mengatakan hamil diwujudkan N DAN
bahwa salah satu melalui
tubuh maupun
faktor pemberian
SARAN
otak, begitu juga predisposing pelayanan Jumlah ibu yang
ke uterus jumlah terjadinya
oksigen yang antenatal mengalami
perdarahan sekurang- mengalami partus
kurang dalam postpartum
darah kurangnya 4 kali lama sebanyak 39
adalah ibu dengan selama masa
menyebabkan orang, paritas 1
anemia. kehamilan,
otot-otot uterus dan > 3 sebanyak
tidak berkontraksi dengan distribusi 42 orang, umur <
Berdasarkan
dengan adekuat waktu 20 tahun dan > 35
penjelasan
sehingga uterus tersebut maka tahun sebanyak
tidak dapat peneliti 39 orang, jarak
menutup berpendapat persalinan < 2
perdarahan bahwa ibu yang tahun sebanyak
terbuka dari menderita anemia 28 orang, riwayat
tempat implantasi berpeluang perdarahan
plasenta setelah mengalami postpartum
bayi lahir perdarahan sebanyak 20
sehingga postpartum. orang, riwayat
timbulah atonia Seseorang yang seksio sesaria
uteri yang menderita anemia sebanyak 12
orang, postpartum
makrosomia dengan nilai p
sebanyak 11 value =
orang, dan 0,121.Tidak ada
anemia sebanyak hubungan
44 orang. Ada makrosomia
hubungan partus dengan
lama dengan perdarahan
perdarahan postpartum
postpartum dengan nilai p
dengan nilai p value =
value= 0,000 dan 0,185.Ada
OR =9,598. Ada hubungan
hubungan paritas anemia dengan
dengan perdarahan
perdarahan postpartum
postpartum dengan nilai p
dengan nilai p value
value = 0,000
= 0,000 dan OR
dan OR = 4,264. = 17,654.
Ada hubungan Anemia
umur dengan
perdarahan merupakan
postpartum variabel yang
dengan nilai p paling
value = 0,001 berpengaruh
dan OR = 3,589. (dominan)
Ada hubungan terhadap
jarak persalinan kejadian
dengan perdarahan
perdarahan postpartum
postpartum dimana anemia
dengan nilai p memiliki nilai p
value = 0,001 value = 0,000 dan
dan OR = 3,972. OR = 16,972.
Ada hubungan
Saran bagi para
riwayat
ibu hamil dan
perdarahan
keluarganya
postpartum
hendaknya
dengan
menjaga
perdarahan
kehamilannya
postpartum
dengan
dengan nilai p
value = 0,001
dan OR = 6,569.
Tidak ada
hubungan
riwayat seksio
sesaria dengan
perdarahan
upaya rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal care seperti
melakukan pemeriksaan dengan standar
10 T di puskesmas berbasis PONED atau
dibidan- bidan yang telah dilatih oleh
puskesmas berbasis PONED. Bagi tenaga
kesehatan khusunya tenaga kesehatan
masyarakat dalam hal ini adalah peneliti
sendiri, sebaiknya dalam melakukan usaha
intervensi kepada keluarga hendaknya
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma)
setempat. Karena toma memegang
peranan penting yang mampu
mengintervensi keluarga-keluarga di
wilayahnya. Bagi rumah sakit sendiri,
meningkatkan manajemen pelayanan
melalui PONEK dan pendayagunaan
tenaga kesehatan profesional yang
mampu secara langsung mengatasi
masalah ibu dan anak, seperti tersedianya
dokter spesialis kandungan dan anak yang
selalu ada di rumah sakit, sehingga
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
dapat segera diatasi
DAFTAR PUSTAKA

Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung: Elstaer Offset

Bobak, Irine M, at all. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4,

diterjemahkan oleh Maria A.Wijayarini. Jakarta: ECG.

Champman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Kelahiran. Alih Bahasa: Y.
Kuncara. Jakarta: ECG.

Cuningham, F Gary, Et Al. (2006). Obstetri William. Alih Bahasa: Andry Hartono, Joko Suyono,
Brahm U. Pendit. Jakarta: ECG.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. (2013). Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung. Bandar
Lampung

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung.

Dorland, Kamus Saku Kedokteran. (1998). Dorland’s Pocket Medical Dictionary. Jakarta: ECG.

Frazer, Diane M., Cooper, Margaret A. (2011). Buku Ajar Bidan Mayles. diterjemahkan oleh:
Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: ECG.

Hastono, Sutanto Priyo. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Hidayat, A Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
JNPK-KR. (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta.

Lestari, Gangsar Indah. (2014). Analisis Hubungan AnemiaDengan Perdarahan Postpartum Di


RSUD Jendral AHMAD Yani Kota Metro Tahun 2014. (Skripsi Tidak Dipublikasikan). Stikes
Mitra Lampung.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.
Jakarta: ECG.

Maria, Jenie. (2013). Hubungan Partus Lama dan Riwayat Seksio Sesaria Dengan Kejadian
Perdarahan Postpartum Di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2013. (Skripsi tidak
dipublikasikan). DIV Kebidanan Poltekkes Tanjung Karang.

Mochtar, Rustam. (2011). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patolo

Anda mungkin juga menyukai