Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Ny.

Y DENGAN
DIAGNOSA KPD (KETUBAN PECAH DINI) DI RUANG VK
BERSALIN RSU BANYUMAS

OLEH :

FIKI NUR REZEKI

2211040098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
A. PENGERTIAN
Persalinan merupakan suatun proses dimana fetus dan plasenta keluar
dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium ( frekuensi dan
intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
serta keluarnya lender darah (show) dari vagina. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
langsung dala 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
A. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum
B. tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban sebelum
C. waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa
D. laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum
E. waktunya melahirkan.
F. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
G. sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput
H. amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
I. kontraksi (Mitayani, 2011).
J. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum
K. tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban sebelum
L. waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa
M. laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum
N. waktunya melahirkan.
O. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
P. sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput
Q. amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
R. kontraksi (Mitayani, 2011)
S. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum
T. tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban sebelum
U. waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa
V. laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum
W. waktunya melahirkan.
X. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
Y. sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput
Z. amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
AA. kontraksi (Mitayani, 2011)
BB. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum
CC. tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban
sebelum
DD. waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(masa
EE.laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum
FF. waktunya melahirkan.
GG. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput
amnion
HH. sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput
II. amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
JJ. kontraksi (Mitayani, 2011)
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(masalaten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya / rupturnya selaput
amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau
pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu
dengan atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2011)

B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa
disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri Morgan
(2009) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya
aborsi terapeutik, LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks
selamape lahiran sebelumnya
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kehamilan
7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang
kuat dari pada ibu muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini
9. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
10. terapeutik, LEEP, dan sebagainya)
11. b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
12. pelahiran sebelumnya
13. c. Inkompeteni serviks
14. 4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
15. 5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
16. a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
17. b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
18. 6. Merokok selama kehamilan
19. 7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban
kurang kuat
20. daripada ibu muda
21. 8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini

C. TANDA DAN GEJALA


1. Gejala awal
a. Drapping
b. Perubahan bentuk perut
c. Perubahan pola berkemih
d. Braxton hicks/ kontraksi uterus
e. Pengeluaran mucus vagina
2. Gejala inpartu
a. Kontraksi uterus
b. Pengeluaran
c. Kadang disertai adanya ketuban pecah dini
d. Pada saat pemeriksaan dalam serviks sudah mengalami pendataran
dan pembukaan

D. PATOFISIOLOGIS
1. Kala satu (kala pembukaan)
Kala satu persalianan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau
dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkatkan (baik frekuensi
maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm
(pembukaan lengkap) atau kala pembukaan berlangsung dari mulai
adanya pembukaan sampai pembukaan lengkap. Npada permulaan kala
satu. His yang timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih koperatif dan
masih dapat berjalan-jalan. Kala satu persalinan dibagi fase, yaitu;
a. Fase laten
1) Pembukaan serviks 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir)
2) Kontrakski tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi
ringan ke sedang, durasi 5 – 30 menit terpisah, 30 – 45
detik.
3) Pembukaan dan penipisan servik Sebagian.
4) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM) atau
pecahnya membrane / ketuban buatan (AROM)
5) Ibu banyak berbicara dan bersemangat
b. Fase aktif : tahap 1 berakhir 8-20 jam (primigravida) atau 2 – 14
jam (multigravida/multipara) setelah mencapai fase ini.
1) Pembukaan serviks 4 cm (awal ) sampai 7 cm (akhir)
2) Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat durasi 3-5
menit terpisah, 40-70 detik.
3) Servik membuka 7 cm dengan penipisan servik yang
cepat.
4) Dimulainya penurunan janin
5) Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah sering dengan
kontraksi yang intensif; perasaan ketidakberdayaan
mungkin dilaporakan.
c. Fase transisi : berakhir saat pembukaan lengkap 10 cm
1) Pembukaan serviks 8 – 10 cm
2) Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat
3) Ibu Lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan
tidak mampu menangani persalianan
4) Mual dan muntah dan sensasi kebutuhan untu memiki
gerakan usus mungkin terjadi
5) Desakan untuk mengenjan terjadi
6) Blood show/ pengeluaran lender darah meningkat seiring
dengan pengeluaran air ketuban
2. Kala dua (pengeluaran bayi)
Kala dua persalinan dimulai Ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10
cm dan kelahiran bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi.
Tanda dan gejala kala dua adalah :
1. Ibu merasa ingin meneran Bersama dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vaginanya
3. Perineum menonjol
4. Vulva – vagina dan spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
3. Kala tiga (pelepasan uri)
Kala tiga persalinan disebut juga dan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri
b. Tali pusat bertambah Panjang
c. Terjadi sumburan darah secara tiba- tiba perdarahan
4. Kala empat (pemantauan)
Kala empat dimualai dari setelah lahir plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan yaitu pada 2 jam
pertama postpartum. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
a. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
c. Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri yang sesuai.
E. PATHWAY
Kala 1 persalianan

Kanalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gemelli


servikalis janin (sungsang) genetalia inkompecen hidramnion
selalu terbuka
akibat Tidak ada Proses Dilatasi Ketegangan
kelainan bagian terendah biomekanik berlebih uterus
serviks uteri yang menutupi bakteri serviks berlebih
(abosrtus dan pintu atat mengeluarkan
Riwayat panggul yang enzim Selaput Serviks tidak
kuratase) menghalangi proteolitik ketuban bisa menahan
tekanan menonjol dan tekanan
Mudahnya terhadap Selaput mudah pecah intauterus
pengeluaran membrane ketuban
air ketuban bagian bawah mudah pecah

KETUBAN PECAH DINI

Air ketuban terlalu banyak Klien tidak mengetahui Tidak adanya


keluar penyeban dan akibat KPD pelindung dunia luar
dengan daerah rahim
Sistiksia (partus kering) Deficit pengetahuan
Mudahnya
Lasterasi pada jalan lahir mikroorganisme
masuk secara
asendes
Kecemasan terhadap
keselamatan janin dan Resiko Infeksi
dirinya

ansietas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil
dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolapsatau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
Praterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada
KPD praterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini
terjadi padausia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia

H. RENCANA KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dokumentasi pengakajian merukan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon Kesehatan klien.
1. Identitas atau biodata klien
Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomer
registrasi dan diagnose keperawatan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudia tidak diikuti tanda – tanda
persalinan.
b. Riwayat Kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular
3. Pola fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurang pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi pada peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untu menyusui bayinya.
c. Pola aktivitas
Pada pasien post partum klien melakukan aktivitas seperti biasanya
d. Pola eliminasi
Pada pasien post partum sering terjadi adanya perasaan sering/susah
kencing selama massa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadinya konstipasi karena penderita takut untuk melalukan buang air
besar (BAB)
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pola tidur istirahat dan tidur
karena adanya kontraksi uterus yng mneyebabkan nyeri sebelum
persalianan
4. Pemeriksaan fisik
Kepala, leher, mata, telingga, hidung, dada, abdomen genitalia, anus,
ekstermitas,musculoskeletal, tanda-tanda vital

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
c. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal
d. Resiko infeksi b.d ketuban pecah sebelum waktunya

3. INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN SDKI


a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama
1x60menit diharapkan tingkat nyeri dapat menurun
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Kesulitan tidur menurun\
Rencana Tindakan
1) Identifikasi lokasi, karakteristikm durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respond nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingankan nyeri
Terapeutik ;
Jelaskan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
b. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
c. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal
d. Resiko infeksi b.d ketuban pecah sebelum waktunya
DAFTAR PUSTAKA

Errol Norwiz. 2011. Anatomi dan Fisiologi.


Geri, Morgan. 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Sujiyati. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI): definisi dan
indicator diagnostic ((cetakan III) 1 ed). Jakarta : DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi keperawatan Indonesia (SiKI): definisi dan
Tindakan keoerawatan ((cetakan II) 1 ed). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2017). Standar Luaran keperawatan Indonesia (SLKI): definisi dan


kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed). Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai