Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN: PAIN

Disusun oleh :

Dhamas Aditya Pratama

2211040038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
I. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
1.1 Definisi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan. Kenyamanan/
rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari). (Potter & Perry, 2006)
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik
pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut. (Asmadi, 2008)
1.2 Fisiologi Sistem/ Fungsi Normal Sistem Rasa Aman dan Nyaman
Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang
otang dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari
respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis.
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem

1. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan.

2. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury.

3. Gangguan persepsi sensory


Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya, seperti
gangguan penciuman dan penglihatan.

4. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit.

5. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan.
6. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah & Mulyaningrum, 2013) Macam-macam
gangguan rasa aman dan nyaman yang mungkin terjadi yaitu:
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
3. Nausea
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengeluhkan nyeri di bagian perut sejak 2 hari yang lalu
2) Riwayat Pengkajian Sekarang:
Klien mengeluhkan nyeri di bagian perut sejak 2 hari yang lalu, mual
dan ingin muntah tetapi tidak bisa. Komunikasi klien juga sulit (pelo).
P = Agen pencedera biologis
Q = Nyeri seperti tertusuk
R = Perut
S=6
T = 2 hari, hilang timbul
3) Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien mengatakan memiliki riwayat stroke dan juga post op batu empedu
9 hari yang lalu.
4) Riwayat Penyakit Keluarga:
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,8⁰C
Kesadaran : Composmentis (kesadaran normal)
Keadaan Umum : Cukup
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
1) Pemberian obat pereda nyeri (ketorolac 30 mg)
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1: Nyeri Akut (SDKI, 2017)
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2.2.2 Batasan karakteristik
 Mengeluh nyeri
 Tampak meringis
 Nafsu makan berubah
2.2.3 Faktor yang berhubungan
 Agen pencedera fisiologis
Diagnosa 2: Ansietas (SDKI, 2017)
2.2.4 Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2.2.5 Batasan karakteristik
 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur
 Tremor
2.2.6 Faktor yang berhubungan
 Hubungan keluarga
 Stres
 Ancaman kematian
 Transmisi dan penularan interpersonal

Diagnosa 3: Gangguan Rasa Nyaman (SDKI, 2017)


2.2.7 Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial.
2.2.8 Batasan karakteristik
 Mengeluh tidak nyaman
 Gelisah
 Tidak mampu rileks
 Tampak merintih/meringis
2.2.9 Faktor yang berhubungan
 Gejala penyakit
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Tingkat Nyeri (SLKI, 2019)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, diharapkan
tingkat nyeri menurun.
Kriteria Hasil:
 Tidak ada keluhan nyeri
 Tidak ada ekspresi meringis di wajah
 Tidak kehilangan nafsu makan
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:
Manajemen Nyeri: Akut (SIKI, 2018)
Intervensi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misalnya terapi pijat, aromaterapi)
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional:
 Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
 Mengontrol rasa nyeri
 Memperlambat respons simpatis efektif dalam menghilangkan rasa
sakit
Diagnosa 2: Ansietas b.d penyakit kronis
2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Ansietas (SLKI, 2019)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, diharapkan
ansietas berkurang.
Kriteria Hasil:
 Tingkat ansietas
 Kontrol diri
 Dukungan sosial
 Harga diri
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:
Ansietas (SIKI, 2018)
Intervensi:
 Monitor tanda-tanda ansietas
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Rasional:
 Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres akut
 Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntuan dan
peran hidup
Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
2.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Status Kenyamanan (SLKI, 2019)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, diharapkan
status kenyamanan meningkat.
Kriteria hasil:
 Keluhan tidak nyaman menurun
 Tidak terlihat gelisah
 Kemampuan rileks meningkat
 Tidak tampak merintih
2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional:
Terapi Relaksasi (SIKI, 2018)
Intervensi:
 Periksa frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
 Demostrasikan dan latih teknik relaksasi (Napas dalam)
Rasional:
 Memantau keadaan pasien yang akan diberikan terapi
 Memberikan kenyamanan lingkungan dan kondisi sekitar agar lebih
rileks
 Menjaga keefektifan terapi relaksasi yang diberikan
 Mengontrol rasa nyaman akibat nyeri yang dirasakan
 Mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri
III. Daftar Pustaka
A. Potter & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, edisi 4, volume 2. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S.Y., & Mulyaningrum, M. 2013. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesai: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Kepearwatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai