OLEH :
NIM : 18.321.2866
KELAS : A12-B
2020
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 26 (1) : 027-033 (2018)
Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post
partum di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2017.
ABSTRACT Basic Health Research (2013) data showed that the scope of exclusive
Breastfeeding in Indonesia was only 42%. In Mataram City (2015) the
percentage of exclusive breastfeeding was only 62.35%. Meanwhile, the
target of exclusive breastfeeding in Indonesia has to reach 80%. One of
the low exclusive breastfeeding causes is less amount of breast milk
production in the first day after giving a birth which is caused by less
oxcytocin and prolactin hormones stimulation in which they have a role
to smoothen breast milk production that causes breast milk couldn’t
immediately out after giving a birth. The nonfarmakologis effort,
oxytocin massage is required to make the breast milk out.
To know The Effect of Oxytocin Massage on Postpartum Mother Breast
Milk Production at Pejeruk Community Health Clinic in 2017.
This research used quasi experiment method with one group pre and
post test design (measurement of research before and after
intervention). The Measurement used observation sheet (breast milk
production) thereafter intervention (oxytocin massage) was given which
followed by the 3rd day evaluation using the observation sheet (breast
milk production). The intervention result was compared with the result of
measurement before the intervention given.
Characteristics of the majority oxytocin massage respondents based on
the age 20-35 were 22 respondens (73,3%), paritas multipara 21
respondents (70%) and normal lila 23,5-26,5 cm were 15 respondents
(50%). The production of breast milk before oxytocin massage 15 mostly
not enough 24 respondents (80%), after given oxytocin massage the
production of breast milk were enough from 27 respondents (90%).
Statistical test result using Mcnemar Test obtained p value = 0.000 or p
<α = 0,05.
There was an effect of oxytocin massage on postpartum mother breast
milk production at Pejeruk Community Health Clinic in 2017.
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk menurunkan
angka kematian bayi yaitu melalui program
Angka kematian bayi (AKB) di Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), AKB tahun 2007 sebesar 34
kelahiran hidup dan mengalami penurunan
pada tahun 2012 AKB sebesar 32 per 1000 Correspondence:
kelahiran hidup (Surver Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012). Ema Pilaria, Diploma IV Program of Midwifery Health
Polytechnic of Mataram
EMA PILARIA, RITA SOPIATUN
Pemerintah telah menetapkan oksitosin dan ASI pun cepat keluar (Putri,
Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 2010). Berdasarkan uraian latar belakang
Tentang pemberian ASI ekslusif, peraturan tersebut, maka penulis tertarik untuk
pemerintah tersebut menyatakan bahwa melakukan penelitian tentang Pengaruh
setiap bayi harus mendapatkan ASI ekslusif Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI
yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak Pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa Puskesmas Pejeruk Kota Mataram, NTB.
menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain kecuali obat, BAHAN DAN CARA KERJA
vitamin dan mineral (Kemenkes RI 2013).
Data Riset Kesehatan Dasar (2013)
menunjukkan cakupan ASI di Indonesia Penelitian ini menggunakan metode
hanya 42%. Angka ini berada di bawah eksperimen semu (Quasi Eksperimen)
target WHO yang mewajibkan cakupan ASI dengan rancangan one group pre and post
hingga 50%. Dengan angka kelahiran di test design yang bertujuan untuk
Indonesia mencapai 4,7 juta per tahun, mengetahui apakah ada pengaruh pijat
maka bayi yang memperoleh ASI selama oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
enam bulan hingga dua tahun tidak postpartum di wilayah kerja Puskesmas
mencapai dua juta jiwa. Produksi ASI yang Pejeruk tahun 2017. Penelitian ini
sedikit pada hari-hari pertama setelah dilakukan pada tanggal 5 Mei – 15 Juni
melahirkan menjadi kendala dalam 2017 di Puskesmas Pejeruk pada ibu-ibu
memberikan ASI secara dini. Usaha untuk nifas hari ke-2 yang memenuhi kriteria
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin inklusi. Kriteria inklusi: Ibu post- partum
pada ibu setelah melahirkan selain dengan hari kedua yang bersedia menjadi sampel,
memeras ASI, dapat juga dilakukan dengan Ibu postpartum hari kedua yang berdomisili
melakukan perawatan payudara, inisiasi di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk, Ibu
menyusu dini (IMD), lama dan frekuensi Postpartum normal maupun sectio caesarea.
menyusui secara on demand, serta pijat Besar sampel yang digunakan adalah
oksitosin (Putri, 2010). sampel minimal sebanyak 30 responden.
Pijat oksitosin merupakan salah satu Variabel terikat dalam penelitian ini
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran adalah produksi ASI pada ibu postpartum.
produksi ASI. Pijat oksitosin dilakukan Selain itu dikumpulkan pula variabel
dengan cara memijat pada daerah punggung tentang karakteristik ibu yaitu umur, paritas
sepanjang kedua sisi tulang belakang (jumlah kehamilan), dan lila (lingkar lengan
sehingga diharapkan dengan pemijatan ini atas). Informasi tentang produksi ASI
ibu akan merasa rileks dan kelelahan dikumpulkan menggunakan lembar
setelah melahirkan akan hilang. Jika ibu observasi (produksi ASI), observasi
merasa nyaman, santai, dan tidak kelelahan dilakukan langsung pada ibu postpartum
dapat membantu merangsang pengeluaran hari kedua di wilayah kerja Puskesmas
hormon Pejeruk.
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJERUK
KOTA MATARAM TAHUN 2017
Dilakukan pengukuran meng- Berdasarkan Tabel 1. diatas,
gunakan lembar observasi (produksi ASI) responden berdasarkan umur sebagian besar
dimana untuk umur dan paritas ditanyakan berkisar pada 20 – 35 tahun sebanyak 22
langsung dan lila diukur menggunakan pita responden (73,3%) dan responden yang
ukur / metlin kemudian diberikan intervensi paling sedikit yaitu umur < 20 tahun
(pijat oksitosin) yang diikuti dengan sebanyak 1 responden (3,3%). Responden
evaluasi hari ke 3 menggunakan lembar berdasarkan paritas yang paling banyak
observasi (produksi ASI). Kategori produksi merupakan multipara (melahirkan lebih dari
ASI Cukup apabila dari Lembar Observasi satu kali) sebanyak 21 responden (70%) dan
mendapat skor 5 dan dikatakan Produksi yang paling sedikit yaitu grandemultipara
ASI Tidak Cukup apabila dari Lembar (melahirkan 5 kali atau lebih) sebanyak 1
Observasi mendapat skor <5. Analisis responden (3,3%). Responden berdasarkan
univariat bertujuan untuk mendeskripsikan lila sebagian besar berkisar pada 23,5 –
karakteristik masing-masing variabel yang 26,5 cm sebanyak 15 responden (50%) dan
diteliti. Sedangkan analisis bivariat responden berdasarkan lila yang paling
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel sedikit yaitu yang memiliki lila < 23,5 cm
bebas terhadap variabel terikat. sebanyak 1 responden (3,3%).
HASIL Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Produksi ASI Pada Ibu
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Postpartum Sebelum dan
Setelah Dilakukan Pijat
Responden Pijat Oksitosin
Oksitosin Di Wilayah
Pada Ibu Postpartum Di
Kerja Puskesmas Pejeruk
Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2017
Umur Tidak 24 80 3 10
< 20 tahun 1 3,3
20-35 tahun 22 73,3 Cukup
>35 tahun 7 23,3
Total 30 100 30 100
Total 30 100
Paritas
Primipara 8 26,7 Berdasarkan Tabel 2. diperoleh
Multipara 21 70 produksi ASI sebelum dilakukan pijat
Grandmultipara 1 3,3 oksitosin pada kategori tidak cukup
Total 30 100 sebanyak 24 responden (80%), sedangkan
Lila pada kategori cukup sebanyak 6 responden
1 3,3 (20%). Setelah diberikan intervensi pijat
< 23,5 cm
oksitosin produksi ASI pada kategori cukup
23,5-26,5 cm 15 50 sebanyak 27 responden (90%), sedangkan
>26,5 cm 14 46,7 pada kategori tidak cukup sebanyak 3
Total 30 100 responden (10%).
EMA PILARIA, RITA SOPIATUN
Desember 2016].
2012.
(http://www.bkkbn.go.id/ Diakses 9
November 2016).
ANALISA JURNAL