Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI LINTAS AGAMA

UNSUR KEPRIBADIAN DALAM AGAMA KHONGHUCU


Laporan Wawancara

Dosen Pengampu :
Drs. H. Jainudin, M.Si

Disusun Oleh :
Insan Falah Karim (J71215116)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur Kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
wawancara yang berjudul “Struktur kepribadian menurut agama Khonghucu” dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.

Laporan ini telah di selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penyusun sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Surabaya, 6 juni 2018

Penyusun
A. Latar Belakang
Dalam konsep Rujiao 儒 教 / agama Khonghucu manusia adalah subyek atau pelaku yang
wajib menjalankan Firman Tuhan melalui bimbingan agama. Sedangkan psikologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang menelaah tentang perilaku manusia dan ilmu yang mempelajari
tentang jiwa manusia dimana psikologi memandang bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan,
dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kehidupan
manusia.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama
terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang,
karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan
dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi.

Humanisme erat kaitanya berasal dari bahasa latin klasik, yakni humus, yang berarti tanah
atau bumi. Dari istilah tersebut muncul kata homo yang berarti manusia (makhluk bumi) dan
humanus yang lebih menunjukan sifat “membumi” dan “manusiawi”. Didalam agama
Khonghucu lebih dekat dengan konsep Ren (cinta kasih) atau humanity (kemanusiaan).

Teori humanisme berkaitan dengan agama khonghucu, hal ini bisa dilihat dari ajaran
konfusius yang membimbing manusia untuk menyadari makna dan tujuan hidup, ketentraman
hati, kesentosaan batin sehingga dapat berpikir yang benar. Dalam agama khonghucu, manusia
di pandang sebagai satu kesatuan utuh yang tidak bisa di lepaskan dari lingkungannya. Sebagai
individu yang terikat dan saling berkaitan, manusia dalam pencapai kesempurnaan melalui
proses interaksi dalam mencapai satu tujuan hidupnya. Manusia sebagai satu kesatuan utuh
tentunya memiliki tanggungjawab terhadap kelompok dan lingkungannya serta memahami
kematangan nilai-nilai kemanusiaan (Ren) yang dilandasi dengan Yi (kebenaran) baik
kebenaran penalaran rasional maupun kebenaran ilmu pengetahuan melalui kebijaksanaannya
(Zhi).

Disinilah peran psikologi agama Khonghucu untuk menggali lebih dalam tentang
bagaimana mekanisme pertumbuhan dan perkembangan jiwa seseorang sesuai usia.
Bagaimana ajaran Rujiao dapat menjadi the way of life yang mengarahkan cara berpikir, sikap
dan tingkah laku umat sehingga tercapai tujuan membimbing umat mencapai puncak kebaikan
dan bagaimana iman atau keyakinan menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat dalam menghadapi
masalah dan tantangan.
B. Hasil Wawancara
Dalam agama khonghucu Tian (surga/langit) yang menciptakan manusia melalui 天命 Tian
Ming berupa 性 Xing dalam bentuk Roh kebajikan menjadi manusia memiliki sifat-sifat asli

dari Tian berupa 仁Ren (cinta kasih), 义Yi (kebenaran), 礼Li (kesusilaan), 智Zhi

(kebijaksanaan).

o Cinta kasih -dasar- Belas kasih


o Kebenaran -dasar- Perasaan malu
o Kesusilaan -dasar- Rendah hati, Mau mengalah
o Kebijaksanaan -dasar- Perasaan benar dan salah

Benih kebajikan watak sejati inilah yang menjadi kodrat suci dan kemampuan manusia
untuk berbuat bajik dan sekaligus tanggung jawab manusia untuk mengelimangkannya
sehingga menjadi tetap baik sampai pada akhirnya, atau dapat disebut sebagai potensi-potensi
yang dimiliki oleh manusia dalam berkehidupan. Watak/potensi tersebut perlu
ditumbuhkan/dikembangkan dengan melatih, membina diri yang berlandaskan Xing (性) yang
diibaratkan seperti menyiram tumbuhan.

Disamping manusia memiliki Xing (Roh Kebajikan), Tian juga memberikan manusia daya
rasa atau nafsu yang merupakan kekuatan bagi manusia untuk melangsungkan hidupnya. Daya
rasa atau nafsu tersebut adalah, 喜 Xi (gembira), 伮 Nu (marah), Ai (sedih), Le (Senang).
Dalam ajaran confusius nafsu-nafsu itu tidak harus dimatikan atau dihilangkan melainkan harus
dikendalikan atau dikelola oleh manusia melalui kebijaksanan yang dimilikinya.

Manusia dengan Xing dan nafsunya memiliki kewajiban untuk memanfaatkannya atau
memiliki kebebasan memilih dalam langkah hidupnya. Artinya bahwa manusia memiliki
kesadaran diri, nurani, imajinasi dan kehendak bebas yang menjadi landasan dalam bertindak.

Seperti halnya ajaran pokok agama lain, dalam agama Konghucu dikenal hubungan vertikal
antara manusia dengan Sang Khalik dan hubungan horizontal antara sesama manusia. Dalam
kosa kata Agama Khonghucu disebut sebagai Zhong Shu, Satya kepada (Firman) Tuhan, dan
Tepasalira (tenggang rasa) kepada sesama manusia. Prinsip Tepasalira ini kemudian
ditegaskan dalam beberapa sabdanya yang terkenal, “Apa yang diri sendiri tiada inginkan,
jangan diberikan kepada orang lain” dan “Bila diri sendiri ingin tegak (maju), berusahalah
agar orang lain tegak (maju)”. Kedua sabda ini dikenal sebagai “Golden Rule” (Hukum
Emas) yang bersifat Yin dan Yang.

Dalam agama Khonghucu manusia ditempatkan pada kedudukan yang tertinggi diatas
makhluk-makhluk yang lain. Hal ini disebabkan karena manusia diberikan sifat-sifat terpuji
sejak dia lahir ke bumi, atas dasar inilah manusia dapat merubah dirinya menjadi manusia yang
ideal atau chun tzu (jun zi).

Chun tzu merupakan tujuan hidup manusia, karena didalam diri chun tzu dianugerahi sifat-
sifat mulia seperti kebenaran, cinta kasih, kebijaksanaan dan kesusilaan. Dalam Kitab Su Si
dikemukakan pembahasan mengenai sifat-sifat mulia chun tzu. Ada tiga hal yang disenangi
oleh chun tzu, yang terdapat dalam Kitab Bing cu VII A: 20 dan 21, yang pertama orangtua
dalam keadaan sehat dan tidak bertengkar sesama saudara. Kedua, selalu berdoa pada Thian
dan saling menghormati sesama manusia. Ketiga, menemukan orang yang mau untuk dididik
atau dibina olehnya.

Dalam Lun gi XII:5, menyatakan bahwa seorang chun tzu berusaha untuk menghindari
kesalahan dengan bersikap baik pada orang lain tanpa membedakan ras, suku, status sosial
maupun agama seseorang, (Lun Gi XV: 39), karena semuanya adalah bersaudara. Disamping
itu, seorang chun tzu tidak bersifat egois. (Lun Gi II:14).

Chun tzu adalah sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap penganut agama Khonghucu.
Jalan yang dicapai untuk tujuan tersebut adalah manusia harus senantiasa menerapkan ajaran
agama Khonghucu dalam hidupnya, karena dengan menjadi chun tzu, maka akan berpengaruh
pada kehidupan sosial yang baik dan tenteram.

Dalam ajaran Agama Khonghucu (Ru Jiao) terdapat salam kebajikan yakni Wei De Dong
Tian ( 惟 德 動 天 )yang bermakna Hanya Kebajikan Tuhan Berkenan. Salam ini adalah suatu
pernyataan teologis, mengenai bagaimana manusia dapat mencapai hadirat Tuhan. Tidak ada
jalan lain kecuali berbuat kebajikan kepada sesama manusia, hanya itu yang dapat
menyelamatkan kita. Salam ini (We De Dong Tian) dijawab dengan Xian You Yi De(咸有一
德 yang artinya kurang lebih, maka Milikilah yang satu ini adalah kebajikan.

Kecerdasan spiritual dalam ajaran konfusius adalah menerima nasihat-nasihat atau


petunjuk dari nabi khongzi yang diwujudkan dalam proses menjadi seorang Chun tzu (manusia
ideal) yang mempunyai pengaruh positif dalam berkehidupan sosial (Emotional Quotient).
C. Analisis dan Kesimpulan
Pedoman nilai-nilai agama khonghucu berkaitan dengan konsep Humanisme, karena
mengajarkan keharmonisan dan kerukunan. Dalam arti kata Humanisme menurut agama
Khonghucu adalah nilai-nilai kemanusiaan yang mengartikan ajaran satya dan tepasalira
Humanisme dalam agama khonghucu sangat ditekankan, karena Khonghucu membimbing
manusia untuk menyadari makna dan tujuan hidup, ketentraman hati, kesentosaan batin
sehingga dapat berfikir yang benar. hal tersebut dapat membimbing manusia untuk melihat dan
meneliti hakikat tiap perkara, mencakup pengetahuan, mengimankan tekad, meluruskan hati,
membereskan rumah tangga, mengabdi kepada masyarakat, negara dan dunia sebagai
pernyataan satya dan baktinya kepada Thian.
Manusia dalam agama Khonghucu dapat diartikan sebagai Thian Min (rakyat Tuhan, abdi
Tuhan), pengemban firman tuhan. Konsep manusia sempurna dalam agama Khonghucu adalah
manusia yang mampu menetapi firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep manusia sempurna dalan agama Khonghucu tidak mudah untuk dicapai. Salah satu
cara untuk mencapainya dengan mengasah 5 watak sejati (Wu Chang) dan Laku Bakti (Xiao).
Mengasah 5 watak sejati (Wu Chang), yaitu:

1. Cinta Kasih (Ren) 仁


Didasari pada sikap ketulusan, berbakti, memberi bukan meminta atau menuntut
balasan dalam bentuk apapun. Dalam salah satu sabdanya Kongzi mengatakan
bahwa “Orang yang berperi cinta kasih bisa mencintai dan membenci”. Mencintai
Kebaikan dan membenci keburukan. Balaslah Kebaikan dengan Kebaikan;
Balaslah Kejahatan dengan kelurusan”.
2. Bijaksana (Ce) 智
Bijaksana dapat diartikan pandai, selalu menggunakan akal budinya, arif, tajam
pikiran, mampu mengatasi persoalan dan mampu mengenal orang lain. Pencerahan
atau yang Tercerahkan, berarti mampu mengenal dan memahami diri sendiri,
termasuk di dalamnya mampu mengenal yang hakiki.
3. Kebenaran (Yi) 义
Dapat diartikan rasa Kewajiban Moral dasar manusia. Seperti rasa malu dan tidak
suka terhadap hal yang melanggar, kebenaran, tenggang rasa dan budi pekerti yang
bijak.
4. Susila (Li) 礼
Mempunyai rasa untuk membedakan dalam bertingkah laku dengan mewujudkan
hubungan yang indah, tata-krama, saling menghormati dan patuh pada norma
budaya.
5. Kepercayaan (Xin)
Perbuatan dan perkataan manusia hendaknya tidak melupakan dirinya sebagai
manusia. Menjadi manusia yang percaya akan kebenaran dan dapat dipercaya
dalam pengalamannya. Bertanggung jawab kepada diri sendiri, murni secara bulat
dan utuh dalam hidup beragama dan dalam aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B. S. (2008). Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia.
Kuncono, O. S., & Dkk. (2017). Psikologi Agama Khonghucu. Sidoarjo: SPOC (Study Park
Of Confucius).
Viviana. (2015). Konsep Humanisme Agama Khonghucu dalam Membentuk Manusia
Sempurna. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai