Anda di halaman 1dari 1

Nobertus Junaidi Yongki / A1012191005

Tugas Sosiologi Hukum B APK

ANALISIS SECARA SOSIOLOGIS HUKUM, PUTUSAN BEBAS TERHADAP DOSEN


YANG MELAKUKAN KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP
MAHASISWA DI PEKAN BARU RIAU, KEPULAUAN RIAU.
Kasus pelecehan seksual Universitas Riau: Terdakwa divonis bebas. Mahasiswi korban dugaan
pelecehan seksual oleh seorang dekan di Universitas Riau (UNRI) meminta keadilan kepada
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. Mahasiswi itu, yang
disebut berinisial L, datang ke Jakarta pada hari Kamis untuk secara langsung menemui Menteri
Nadiem serta sejumlah pejabat Kemendikbudristek. Ia didampingi oleh Korps Mahasiswa
Hubungan Internasional (Komahi) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unri. Syafri Harto, divonis
bebas oleh Pengadilan Negeri Pekanbaru dengan alasan tidak cukup bukti. Vonis tersebut telah
menuai gelombang protes dari kalangan mahasiswa dan perempuan di Riau.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru memvonis bebas Dekan Fisip Universitas Riau
dalam kasus kekerasan seksual terhadap mahasiswinya. Sejumlah pihak khawatir, vonis ini
berdampak terhadap upaya menekan tindak kejahatan seperti itu di lingkungan kampus. Putusan
ini merupakan salah satu pukulan telak bagi kita semua, yang selama ini fokus pada perlindungan
korban khususnya, dan juga selalu berupaya dapat mengakses perlindungan dan pemulihan bagi
korban. Salah satu poin penting dalam kasus ini, adalah adanya relasi kuasa yang timpang antara
SH sebagai Dekan Fisip Universitas Riau (UnRi), dengan korbannya yang seorang mahasiswi.
Peraturan MA Nomor 3/2017 telah memberikan perhatian khusus terhadap relasi kuasa semacam
ini, dalam kasus kekerasan seksual. Namun hakim di PN Pekanbaru tidak mengindahkanya.
Hakim kasus ini juga menyatakan bukti perkara tidak kuat. Padahal Peraturan MA
menegaskan, bahwa kondisi psikologis korban harus diperhatikan dan dapat dijadikan bukti. Kasus
ini terungkap karena korban yang merupakan mahasiswi jurusan Hubungan Internasional FISIP
UnRi angkatan 2018, berinisial L berani berbicara. Melalui sebuah video, dia mengaku mengalami
kekerasan seksual. Pelaku adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri, yang juga dekan fakultas
setempat. Tindakan itu dilakukan pelaku dalam bimbingan proposal skripsi pada Rabu 27 Oktober
2021, sekitar pukul 12.30 WIB. Majelis hakim menjatuhkan vonis bebas pada SH, yang merupakan
Dekan Fisip Universitas Riau, atas perbuatan pencabulan yang diduga dilakukan terhadap
mahasiswi bimbingannya. Ini adalah cerminan buruk terhadap penegakan kekerasan seksual di
dunia pendidikan. putusan hakim berdampak buruk bagi penanganan kasus kekerasan seksual, dan
seolah-olah akan melanggengkan kekerasan seksual khususnya di dunia pendidikan. Hakim tidak
mempertimbangkan dampak psikis atau psikologis yang dialami penyintas, berdasarkan
keterangan ahli serta hasil penelitian ahli dan psikolog terhadap penyintas. Dari kasus ini dapat
kita simpulkan bahwa Hukum di Indonesia sangat lah lemah dan jauh dari kata Keadilan, karena
terdakwa bisa bebas begitu saja dari jeratan Hukum, padahal ia sudah jelas melakukan tindak
kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai