ANALISIS SECARA SOSIOLOGIS HUKUM, PUTUSAN BEBAS TERHADAP DOSEN
YANG MELAKUKAN KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP MAHASISWA DI PEKAN BARU RIAU, KEPULAUAN RIAU. Kasus pelecehan seksual Universitas Riau: Terdakwa divonis bebas. Mahasiswi korban dugaan pelecehan seksual oleh seorang dekan di Universitas Riau (UNRI) meminta keadilan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. Mahasiswi itu, yang disebut berinisial L, datang ke Jakarta pada hari Kamis untuk secara langsung menemui Menteri Nadiem serta sejumlah pejabat Kemendikbudristek. Ia didampingi oleh Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (Komahi) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unri. Syafri Harto, divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Pekanbaru dengan alasan tidak cukup bukti. Vonis tersebut telah menuai gelombang protes dari kalangan mahasiswa dan perempuan di Riau. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru memvonis bebas Dekan Fisip Universitas Riau dalam kasus kekerasan seksual terhadap mahasiswinya. Sejumlah pihak khawatir, vonis ini berdampak terhadap upaya menekan tindak kejahatan seperti itu di lingkungan kampus. Putusan ini merupakan salah satu pukulan telak bagi kita semua, yang selama ini fokus pada perlindungan korban khususnya, dan juga selalu berupaya dapat mengakses perlindungan dan pemulihan bagi korban. Salah satu poin penting dalam kasus ini, adalah adanya relasi kuasa yang timpang antara SH sebagai Dekan Fisip Universitas Riau (UnRi), dengan korbannya yang seorang mahasiswi. Peraturan MA Nomor 3/2017 telah memberikan perhatian khusus terhadap relasi kuasa semacam ini, dalam kasus kekerasan seksual. Namun hakim di PN Pekanbaru tidak mengindahkanya. Hakim kasus ini juga menyatakan bukti perkara tidak kuat. Padahal Peraturan MA menegaskan, bahwa kondisi psikologis korban harus diperhatikan dan dapat dijadikan bukti. Kasus ini terungkap karena korban yang merupakan mahasiswi jurusan Hubungan Internasional FISIP UnRi angkatan 2018, berinisial L berani berbicara. Melalui sebuah video, dia mengaku mengalami kekerasan seksual. Pelaku adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri, yang juga dekan fakultas setempat. Tindakan itu dilakukan pelaku dalam bimbingan proposal skripsi pada Rabu 27 Oktober 2021, sekitar pukul 12.30 WIB. Majelis hakim menjatuhkan vonis bebas pada SH, yang merupakan Dekan Fisip Universitas Riau, atas perbuatan pencabulan yang diduga dilakukan terhadap mahasiswi bimbingannya. Ini adalah cerminan buruk terhadap penegakan kekerasan seksual di dunia pendidikan. putusan hakim berdampak buruk bagi penanganan kasus kekerasan seksual, dan seolah-olah akan melanggengkan kekerasan seksual khususnya di dunia pendidikan. Hakim tidak mempertimbangkan dampak psikis atau psikologis yang dialami penyintas, berdasarkan keterangan ahli serta hasil penelitian ahli dan psikolog terhadap penyintas. Dari kasus ini dapat kita simpulkan bahwa Hukum di Indonesia sangat lah lemah dan jauh dari kata Keadilan, karena terdakwa bisa bebas begitu saja dari jeratan Hukum, padahal ia sudah jelas melakukan tindak kejahatan.