Kelompok 3
Anggota :
ERI
HERMIWATI
MEDIONO
Kelas/Semester: B/VI
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................3
Daftar pustaka........................................................................................................... 11
BAB I
Pendahuluan
Di era sekarang ini, Terkhususnya dalam hal berpenampilan sekalipun, sebagian individu
memilih ingin berpenampilan yang beda dengan apa yang telah diciptakan oleh Tuhan yang
Kuasa. Untuk mewujudkan hal yang diinginkan, maka manusia sering mengubah keadaan
bentuk anggota tubuhnya dengan cara medis yang beraneka ragam, misalnya melakukan
operasi plastik. Misalnya kita melihat Di Indonesia secara khususnya para artis tanah air kita
tercinta ini, banyak sekali yang melakukan operasi plastik. Sebenarnya istilah operasi plastik
bukanlah merupakan hal baru lagi. Ada berbagai hal yang melatarbelakangi setiap individu
melakukan tindakan operasi plastik. Terkadang operasi plastik dilakukan karena manusia
mengalami kecemasan body image (bentuk tubuh).
Operasi plastik merupakan salah satu istilah di dalam ilmu kedokteran yang bertujuan untuk
merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Ilmu ini
sendiri merupakan cabang dari ilmu bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan
fungsi yang normal dan menyempurnakan bentuk dengan proporsi yang lebih baik. Seiring
berkembangnya masyarakat maka operasi plastik sudah semakin banyak pula digunakan oleh
masyarakat. Untuk sebagian orang, operasi plastik dilakukan untuk mengisi kekosongan
emosional melalui tampilan fisik, supaya bisa menarik perhatian, ataupun supaya bisa diterima
oleh orang lain.
Dalam pembahasan ini mencoba bagaimana Misi atau Etika Kristen memberi peranan dalam
meluruskan praktik yang salah selama ini disuguhkan dengan motif pemuasan hati. Etika tidak
menerima perlakuan operasi plastik jika dilakukan lebih kepada kepuasaan yang mempercantik
diri meninjau dengan mencoba memberikan pemahaman yang benar. Suatu Tinjauan Etika
Kristen Terhadap Operasi Plastik di Hubungkan dengan Body Image.
BAB II
Pembahasan
Sejarah operasi plastik telah dimulai sejak 800 SM di India. Tokoh yang ternama dalam bidang
ini adalah Seshruta. Bapak operasi bedah, yang membuat kontribusi penting untuk bidang
bedah plastik dan katarak pada abad 6 SM. Sushurta bekerja sama dengan Charak membuat
banyak karya medis dalam bahasa Sansekerta, dan diterjemahkan kedalam bahasa Arab selama
masa kekhalifaan Abbasiyah tahun 750 Masehi. Terjemahan bahasa arab mereka dibawa oleh
pedagang-pedangan Arab sampai ke Eropa. Bangsa Mesir dan Romawi kuni juga mengenal
operasi Plastik. Sejak abad 1SM bangsa Romawi kuno juga dapat melakukan operasi plastic
sederhana seperti mempernaiki telinga yang rusak.Pada abad ke-19, dokter-dokter Indian telah
mahir merekonstruksi hidung memakai cara “flap” atau “tutup” memakai kulit hidup, yang
biasanya diambil dari dahi. Mereka banyak melakukan latihan karena pada saat itu potong
hidung merupakan hukuman yang lazim bagi kejahatan-kejahatan seperti perzinahan dan
pencurian. Bagi orang Indian kehilangan hidung berarti kehilangan kedudukan di masyarakat.
Operasi plastik berasal dari dua kata, yaitu “operasi” yang artinya “pembedahan” dan “plastik”
yang berasal dari empat bahasa yaitu, plasein (bahasa Kuno), plastiec (bahasa Belanda),
plasticos (bahasa Latin), plastics (bahasa Inggris), yang kesemuanya itu berarti merujuk kepada
“perubahan bentuk”, yang di dalam ilmu kedokteran dikenal dengan istilah “plastics of surgery”
yang artinya “pembedahan plastik”. Sedangkan secara umum, operasi plastik adalah merubah
bentuk dengan cara pembedahan, sedangkan pengertian operasi plastik menurut ilmu
kedokteran adalah pembedahan jaringan atau organ yang akan dioperasi dengan cara
memindahkan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lain sebagai bahan untuk
menambah jaringan yang dioperasi. Jaringan yang dimaksudkan adalah kumpulan sel-sel
(bagian terkecil dari individu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu, sedangkan organ
adalah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan
yang mempunyai fungsi tertentu.
1. Operasi plastik di dalam ilmu bedah plastik dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki tulang atau sel-sel yang kurang
sempurna agar dapat berfungsi seperti sediakala. Operasi ini dilakukan terhadap orang
yang mempunyai cacat fisik, baik cacat sejak lahir maupun cacat yang disebabkan oleh
hal-hal tertentu, seperti bibir sumbing, luka bakar pada wajah, maupun berbagai bentuk
kecacatan lain yang diakibatkan oleh kecelakaan.
b. Operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah bentuk tubuh. Operasi ini dilakukan
terhadap orang yang ingin memperindah bentuk tubuhnya agar kelihatan lebih menarik.
c. Operasi plastik yang bertujuan untuk menggantikan anggota organ tubuh yang rusak
akibat dari suatu penyakit.
2. Bidang cakupan Operasi Plastik ada dua, yaitu Operasi Plastik Rekontruksi dan Operasi Plastik
Estetik.
b. Dapat memperbaiki dan menyempurnakan bentuk organ tubuh agar kelihatan lebih
bagus.
c. Dapat mengurangi beban mental dan terlepas dari bahaya bagi penderita yang cacat.
Berdasarkan fenomena dilakukannya operasi plastik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuanoperasi plastik adalah:
a. Perbaikan Fungsi, maksudnya adalah bahwa fungsi organ yang tadinya kurang sempurna,
dengan dilakukan operasiplastik, maka fungsi organ tersebut dapat berfungsi lagi dengan
sempurna. Misalnya, mata yang tadinya buta setelahdiganti korneanya menjadi dapat melihat
kembali.
b. Perbaikan Bentuk, maksudnya adalah bahwa organ yang bentuknya kurang menarik,
setelah dilakukan operasi bentuk tersebut akan kelihatan lebih menarik.
c. Misalnya, hidung yang tadinya pesek setelah dioperasi menjadi mancung, sehingga orang
tersebut tampak menarik dalam penampilan jasmani.
d. Pengobatan, yaitu anggota organ tubuh yang tadinya rusak akibat dari suatu penyakit,
dengan dilakukan operasi anggota organ tersebut akan kembali normal. Misalnya, orang yang
mempunyai penyakit ginjal, yaitu salah satu ginjalnya tidak dapat berfungsi lagi, dengan
dilakukan operasi pencangkokan, ginjal tersebut akan dapat berfungsi kembali.
Korintus 6:19-20, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam
di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri? Sebab kamu telah dibeli dengan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah
Allah dengan tubuhmu”.
Secara teologis, firman Tuhan berkata tegas bahwa tubuh ini bukan milik kita sendiri, sebab
nyatanya telah dibeli dengan lunas melalui pengorbanan Kristus. Artinya, siapapun tidak berhak
memperlakukan tubuh ini seenaknya. Bukankah orang Kristen dipanggil untuk memuliakan
Allah melalui tubuhnya? Memuliakan Allah yang dimaksud adalah menjaga, memelihara dan
menerima apa adanya seperti yang diberikan oleh Tuhan. Memang dalam kenyataannya,
sebagian orang kurang mampu menerima diri sendiri sehingga dia “menciptakan dirinya”
menurut konsep yang dipikirkannya. Dirinya bukan lagi seperti yang ada dalam pikiran Allah,
melainkan sesuai dengan pikiran terbaiknya. Bijaksana jika kita mencermati apa yang dikatakan
Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait
Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa
kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (I Korintus 6:19-20)”.Bukan pula dengan cara-
cara murahan yang membawa kehancuran. Bukankah kita memiliki Allah Roh Kudus yang selalu
siap membantu kita agar tetap menarik dan awet muda karena sukacita yang dari dalam?
Kepada jemaat di Roma, Paulus mengatakan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Jadi, kembali kepada pribadi masing-masing untuk melakukan atau tidak suatu operasi plastik.
Pelaksanaan operasi plastik haruslah bergantung kepada apa yang menjadi tujuan dilakukannya
operasi tersebut. Apakah operasi plastik tersebut dilakukan untuk memperbaiki bagian tubuh
yang cacat/sakit akibat-akibat kejadian/kecelakaan yang tidak diinginkan atau apakah hanya
untuk mengubah bagian tubuh yang tidak disukai supaya mendapat sanjungan dari orang lain,
mendapat pujian dari orang lain, atau untuk persaingan dalam hal kecantikan. Melakukan
operasi plastik terhadap bagian tubuh yang cacat atau sakit seperti, operasi bibir sumbing, luka
bakar sama dengan mengobati atau mengurangi penderitaan sang penderita. Manusia adalah
makhluk mulia dan yang paling tinggi citranya dibandingkan dengan ciptaan lain karena
manusia dapat berpikir untuk mengatur hidupnya. Manusia merupakan ciptaan yang paling
dekat dengan Allah. Martabatnya jelas ditegaskan: mereka diciptakan segambar dan serupa
dengan Allah. Didalam hubungan yang khusus dengan Allah manusia diperintahkan menguasai
alam. Pernyataan ini mengangkat manusia sebagai karya ciptaan Allah yang
besar, di mana manusia adalah satu-satunya ciptaan di antara ciptaan-ciptaan yang lainnya
yang dapat memasuki hubungan persekutuan dengan Allah Pencipta. Manusia yang
mempunyai kewajiban untuk memuliakan Tuhan juga telah ditebus dari perbuatan-perbuatan
dosa (1 Korintus 6:19-20).[11] Menurut Ruth F. Selan, harga diri adalah kebutuhan dasar
manusia sebagai seorang pribadi yang berintelek, berperasaan dan berkehendak. Namun,
banyak orang meletakkan dasar harga diri pada kesuksesan/kedudukan, penampilan
(kecantikan), kekayaan, dan lain-lain untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Dalam dunia kedokteran operasi plastik sudah dikenal. Melakukan operasi plastik terhadap
bagian tubuh yang cacat atau sakit seperti, operasi bibir sumbing, luka bakar sama dengan
mengobati atau mengurangi penderitaan sang penderita. Dalam (Markus 5:25-34) merupakan
kegiatan Tuhan Yesus untuk mengobati, menyembuhkan dan mengeluarkan orang-orang dari
penderitaan sakit penyakitnya. Jadi, operasi plastik dengan tujuan untuk mengobati dan
mengurangi penderitaan orang lain adalah hal yang sah untuk dilakukan berdasarkan firman
Tuhan, karena Tuhan Yesus sendiri yang memerintahkannya (Mat 10:8) dan hal tersebut tidak
bertentangan dengan firman Tuhan. Motivasi yang salah pasti menghasilkan sesuatu yang tidak
baik, demikian pula halnya dengan motivasi dalam melakukan operasi plastik. Tugas para medis
seharusnya adalah untuk meningkatkan hidup manusia, bukan menciptakan hidup manusia.
Merusak tubuh demi menyenangkan diri sendiri tidak dikehendaki oleh Allah karena tubuh ini
bukan milik sendiri lagi dan bukan untuk dirusak, tetapi harus dipersembahkan untuk
memuliakan Tuhan (1Kor 6:13b,19,20). Kecantikan fisik hanya bersifat sementara tetapi
kecantikan batiniah itu tidak akan pudar, atau rusak melainkan kecantikan itu abadi dan tak
ternilai. Allah menghargainya dan Dia menjaga dan melindungi apa yang mulia dan berharga
bagi-Nya.
Kencantikan fisik hanya bersifat sementara dan sangatlah berlebihan jika terlalu mengagumkan
kecantikan fisik itu. Firman Tuhan dalam 1 Pet. 3:3-4 berkata, “perhiasanmu jangnlah secara
lahiriah, tetapi perhiasanmu adalah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan
adalah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal
dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Manusia hanya
memandang rupa, tetapi Tuhan melihat kecantikan batiniah yang mungkin di abaikan oleh
banyak orang. Kecantikan batiniah itu tidak akan pudar, atau rusak melainkan kecantikan itu
abadi dan tak ternilai. Allah menghargainya dan Dia menjaga dan melindungi apa yang mulia
dan berharga bagi-Nya. Manusia harus dapat menerima dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
penerimaan diri kita merupakan cara kita menerima diri kita dengan iklas tanpa paksaan. Kita
dapat menghargai setiap keadaan yang kita alami, baik itu kekurangan kelemahan kita. Dengan
sikap menerima diri, berarti kita mensyukuri atas hidup yang kita miliki. Karena Allah
menjadikan manusia sebagai ciptaan yang baik. Bahkan lebih dari itu, manusia sudah di tebus
denagn harga yang mahal, karena hidup manusia sangat berharga di mata Allah. Jadi
hendaknya manusia mensyukuri atas hidup yang telah diberikan Allah kepada umatNya.
Menerima diri dengan apa adanya berarti pasrah dan jujur terhadap kondisi yang dimiliki. Tidak
ada yang di tutup-tutupi, baik itu kekuatan maupun kelemahan. Kelebihan maupun
kekurangan, yang mendorong maupun yang menghambat yang ada dalam diri, semua diterima
apa adanya.
Secara teologis, firman Tuhan berkata tegas bahwa tubuh ini bukan milik kita sendiri, sebab
nyatanya telah dibeli dengan lunas melalui pengorbanan Kristus. Artinya, siapapun tidak berhak
memperlakukan tubuh ini seenaknya. Bukankah orang Kristen dipanggil untuk memuliakan
Allah melalui tubuhnya? Memuliakan Allah yang dimaksud adalah menjaga, memelihara dan
menerima apa adanya seperti yang diberikan oleh Tuhan. Memang dalam kenyataannya,
sebagian orang kurang mampu menerima diri sendiri sehingga dia “menciptakan dirinya”
menurut konsep yang dipikirkannya. Dirinya bukan lagi seperti yang ada dalam pikiran Allah,
melainkan sesuai dengan pikiran terbaiknya. Sehingga kita harus lebih cermat dalam mengambil
pada saat ini, dimana akan banyak tawaran yang akan menggoyahkan iman kita seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Bagaimana cara kita dapat tetap memelihara ciptaan-Nya
sebab kita ketahui segala sesuatu yang Dia ciptakan baik adanya. Sehingga Imago Dei yang
disebut sebagai Gambar dan Rupa Allah tetap melekat dalam diri kita tanpa ada yang dirusak
dan diubah demi tawaran dan tuntutan duniawi. Sehingga Alkitab mengatakan dalam Korintus
6:19-20, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dengan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah
dengan tubuhmu”.
BAB III
Kesimpulan
Cabang ilmu operasi yang bercirikan lebih mementingkan dan memikirkan hasil akhir dari suatu
tindakan (pengoperasian). Bidang cakupan operasi plastik ada dua yaitu, operasi plastik
rekonstruksi dan operasi Plastik estetik. Dalam dunia kedokteran operasi plastik sudah dikenal.
Dapat dilakukan apabila terdapat bagian tubuh yang cacat atau sakit seperti, operasi bibir
sumbing, luka bakar sama dengan mengobati atau mengurangi penderitaan sang penderita.
Operasi plastik dengan tujuan untuk mengobati dan mengurangi penderitaan orang lain adalah
hal yang sah untuk dilakukan berdasarkan firman Tuhan, karena Tuhan Yesus sendiri yang
memerintahkannya (Mat 10:8) dan hal tersebut tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Oleh
sebab itu hendaknya kita Memuliakan Allah yang dimaksud adalah menjaga, memelihara dan
menerima apa adanya seperti yang diberikan oleh Tuhan. Memang dalam kenyataannya,
sebagian orang kurang mampu menerima diri sendiri sehingga dia “menciptakan dirinya”
menurut konsep yang dipikirkannya.
Daftar Kepustakaan
Chen,Willian P.O.Colour Atlas of Cosmetics Oculofacial Surgery. USA : Elsevier Inc, 2004.
Diah, Enrina. Ultim ate History : Menjadi Pribadi Menakjubkan dengan Aeshetic Surgery.
Jakarta:Ultimo,2011.
Geisler, Norman L. Etika Kristen-Pilihan dan Isu. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,
2000.
Henderson, Leila. Bedah Plastik : Apa yang perlu diketahui. Jakarta : Arcan, 1997.
Selan, Ruth F. Membina Kepribadian yang Menarik. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
Immanuel, 1991.
William, Dyrness. Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2001.
http://tau-sejarah.blogspot.co.id/2013.02/sejarah-panjang-operasi-plastik.html?m =1,
diakses pada 30 Maret 2021, Pukul 19:06 WIB.
https://www.gotquestions.org/Indonesia/bedah-kosmetik.html, diakses padatanggal 23 April
2019, Pukul 21:27 WIB.