Dalam Kisah Wiracarita Terkenal Ramayana, terdapat banyak Tokoh Kesatria yang menarik untuk diangkat kembali kisah kisah Kepahlawanan Mereka. Diantaranya dua Tokoh dari berbeda kubu yang cukup terkenal yaitu Sang Mayangkara Hanoman ( Kera putih bersenjatakan Kuku Pancanaka bhakta Sri Rama Wijaya ) dan Arya Kumbakarna ( Raksaksa Tertidur adik dari Raja Raksaksa Alengka, Dasamuka Rahwana ). Walaupun kedua Tokoh tersebut tidakdirkan untuk bertempur , Hanoman dan Kumbakarna sama sama memiliki kepribadian yang menunjukan keteguhan Hati untuk mempertahankan Swancita Dharma Mereka masing masing. Hanoman merupakan Putra dari Dewi Anjani , Dewi yang dikutuk turun kebumi dalam bentuk Wanara / Kera. Dewi Anjani adalah Bhakta Dewa Siwa yang Taat, dalam pertapaannya Dewi Anjani memohon kehapadan Dewa Siwa agar bisa hadir ke bumi sebagai anaknya. Karena senang dengan Pertapaan Dewi Anjani , Akhirna Dewa Siwa mengabulkan permintaan Dewi Anjani dan Menciptakan sebuah Api Suci, dimana Bhatara Bayu di perintahkan untuk membawa Api Suci tersebut ke perut Dewi Anjani. Singkat Cerita dengan Api Tersebut Dewi Anjani mengandung dan tidak lama kemudian Lahirlah Seekor Kera Putih Bernama Hanoman. Bahkan oleh suatu hal ,Dewa Brahma memberikan banyak anugrah kepada Hanoman, salah satunya adalah Kematian hanya akan datang atas kehendaknya sendiri oleh karena itu Hanoman dikenal menjadi mahkluk yang abadi atau Chiranjiwin. Di sisi lain Kumbakarna ,Berasal dari Kata Kumba ( Kendi ) dan Karna ( Telinga ), sehingga Kumbakarna sering disimbolisasikan bertubuh mirip Kendi dan Bertelinga Besar. Kumbakarna merupakan putera kedua dari Rsi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Dengan tubuhnya yang teramat besar , Kumbakarna dikenal dengan kesaktiannya , Bahkan konon dengan sekali hembasan tangannya bisa membunuh seribu pasukan. Walaupun darah Kaum Raksaksa mengalir dalam tubuhnya Kumbakarna sedikit tidaknya dapat menahan sifat sifat Keraksasannya, sehingga dia sering berselisih pendapat dengan keputusan keputusan kakaknya Rahwana yang mengedepankan nafsu angkara murka semata. Bahkan Kumbakarna memilih untuk pergi ke gunung, dan melakukan Tapa Tidur Panjang daripada melihat ulah Adharma Kakaknya. Bahkan saat perang antara Rahwana dan Ramadewa melutus hati Kumbakarna menjadi bimbang Kumbakarna dihadapkan kedalam 2 pilihan yang sulit antara menegakkan kebenaran/kejujuran ,atau membela negara tumpah darahnya. Karena Kebenaran adalah hal yang mulia, yang harus diperjuangkan dalam bentuk apapun. Dan dia pernah bersumpah untuk itu. Kumbakarna ingat benar ajaran itu, namun sekarang yang dia lihat adalah darah dan mayat saudara saudaranya. Hati Kumbakarna pedih, tubuhnya menggigil karena marah. Sebenarnya dia tidak ingin membela sang kakak, tapi sebagai ksatria hatinya meradang melihat negerinya hancur, dan putra-putra bangsa tewas bergelimpangan darah. Dan akhirnya dia membebaskan sumpahnya dan memutuskan untuk berperang. Dengan tidak menghiraukan apa yang dilakukanya benar atau salah, dia berperang demi harga diri bangsanya dan kelangsungan hidup rakyatnya yang tidak bersalah, dan jadi korban kesombongan Pemimpinnya, Oleh Karena itu Kumbakarna juga sadar bahwa kakaknya, Rahwana bersalah, dan sejak awal dia selalu memberi nasehat kepada kakaknya untuk mengembalikan Sita, yang merupakan haknya Sri Rama. Tapi nasihat yang diberikan selalu ditolak dengan tegas oleh kakaknya, dalam satu sisi ia juga berfikir pasukan Sri Rama akan menghancurkan negara Alengka, negara yang telah menghidupi semua leluhurnya. Oleh karenanya dia berperang bukan membela kakaknya, tetapi membela tanah tumpah darahnya karena inilah jalan yang dia pilih Singkat Cerita dalam medan pertempuran Kumbakarna mengamuk dan ingin secepatnya mendakati Sang Rama, tetapi tujuannya bukan untuk membuh Sang Rama, tapi memohon kepada Sang Rama agar bersedia mundur demi kelangsungan Tanah Airnya. Dengan Tubuh Besarnya banyak pasukan Kera Sri Rama yang gugur karena terinjak injak oleh kaki Kumbakarna . Oleh sebab itu itu Hanoman , dibantu dengan pasukan keranya mencoba menghentikan Kumbakarna. Maka terjadilah pertarungan yang sengit antara Hanoman dan Kumbakarna. Sehingga kedua kubu pasukan banyak yang terluka dan gugur dalam pertempuran tersebut. Sampai tiba Akhirnya Kumbakarna Gugur oleh Panah Panah Sakti Ramadewa. Sujatinya Menurut Bhagawantapurana , Rahwana dan Kumbakarna adalah Reinkarnasi kedua dari Jaya dan Wijaya ( Penjaga Gerbang Istana Waikuntha Wisnu ,yang terkena kutukan Rsi Catursana ,karena menghalangi Catursana menemui Dewa Wisnu Yang Sedang Istirahat, dimana kutukan tersebut yang mengharuskan Jaya dan Wijaya turun kebumi sebanyak 12 kali sebagai musuh Dewa Wisnu . Namun oleh Dewa Wisnu kutukan tersebut diringankan hanya menjadi 3 Kali sebelum nantinya Jaya dan Wijaya kembali ke Istana Dewa Wisnu. Pada zaman Satyayuga, Jaya dan Wijaya pernah lahir sebagaii Hiranyaksa ( Dibunuh Oleh Waraha Awatara ) dan Hiranyakasipu ( Dibunuh Oleh Narasinga Awatara ) , lalu dalam cerita ini Pada Masa Tretayuga Sebagai Rahwana dan Kumbakarna ( Dibunuh Oleh Ramadewa ) ,dan Pada Zaman Dwaparayuga sebagai Shisupala dan Dantawarka ( Dibunuh Oleh Sri Kreasna ). Nah Filosofi dari cerita ini adalah terlepas dari benar atau salah, Hanoman dan Kumbakarna walau memiliki jalan yang berbeda,tetapi sama sama berlandaskan ajaran Dharma. Hanoman terlahir setia melayani Tuannya Rama yang menjunjung Kebenaran dan Keadilan. Sedangkan Kumbakarna menjunjung Rasa Cinta yang besar terhadap Tanah Airnya. Sehingga kedua tokoh tersebut mengajarkan kita bahwa sebagai Generasi Muda, Rasa Cinta terhadap Tanah Air yang berlandaskan Kebenaran hanya dapat terwujud jika kita selalu menjaga Persatuan dan Kesatuan . Di samping itu Hanoman dan Kumbakarna adalah dua tokoh yang kesaktiannya dapat mengguncang dunia, tetapi mereka tetap tidak sombong dan tunduk akan Dharma mereka masing masing . Sama seperti halnya Kita Generasi muda yang mempunyai Tenaga Kuat serta Daya Serap Intelktual yang tajam harus pintar menjaga kepala agar tetap Jernih , menahan godaan sifat sifat bhuta dan bhuti dalam diri sehingga jauh dari Sifat Egoisem dan menyombongkan diri yang dapat merusak persatuan itu sendiri. Maka lewat simbolisasi ogoh ogoh ini mari kita eratkan persaudaraan , mengambil pelajaran dari ke Dua Tokoh di Atas dan Intropeksi diri, menetralisir sifat sifat bhuta dalam diri kita. -Sekian dan Terima Kasih -