1. Budi Utomo
Organisasi ini berawal dari gerakan dr. Wahidin Soedirohoesodo yang berkeliling Jawa untuk
mensosialisasikan pentingnya pendidikan.
Selain mensosialisasikan pendidikan, terdapat pula dana pendidikan untuk mereka yang
kurang mampu. Dana pendidikan tersebut disebut dengan Studie Fond.
Kemudian pada tahun 1907, terjadi pertemuan antara dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan
Soetomo, seorang mahasiswa STOVIA.
mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia dan
beranggotakan mahasiswa STOVIA.
Berdirinya organisasi ini merupakan tonggak awal kebangkitan nasional, sehingga hari
lahirnya Budi Utomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Sarekat Islam
Organisasi ini berawal dari organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji
Samanhudi di Solo tahun 1911.
Organisasi ini awalnya dibentuk untuk melindungi pengusaha lokal agar dapat bersaing
dengan penguasaha non lokal yang memonopoli perdagangan batik.
DI kemudian diubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 yang diketuai oleh H.O.S.
Tjokroaminoto.
pada tahun 1921, SI terpecah menjadi 2 kubu, yaitu SI Putih dan SI Merah. Perpecahan
tersebut terjadi karena adanya penyusupan paham sosialis-komunis.
3. Indische Partij
Indische Partij didirikan di Bandung tanggal 25 Desember 1912. Pendiri organisasi ini antara
lain Dr. E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara), dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.
Mereka kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Indische Partij bertujuan untuk mengembangkan rasa nasionalisme, menciptakan persatuan
antara orang Indonesia dan Bumiputera, serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka.
Organisasi ini adalah organisasi politik yang berani mengkritik pemerintah kolonial Belanda.
Kritik tersebut ditujukan melalui tulisan R.M. Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als ik een
Nederlander was (Seandainya aku seorang Belanda).
Oleh karena itu, pada 4 Mei 1913, Indische Partij dianggap sebagai partai terlarang dan ketiga
tokohnya diasingkan ke negeri Belanda.
4. Perhimpunan Indonesia
ISDV didirikan pada 9 Mei 1914, oleh Sneevliet (anggota Partai Buruh Sosial Demokrat
Belanda) dan rekan-rekannya di Surabaya.
Organisasi ini menganut paham Marxisme, yang kemudian berganti nama menjadi Partai
Komunis Hindia pada 23 Mei 1920.
Tidak lama kemudian kembali diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
Desember 1920.
PKI diketuai oleh Semaun dengan Darsono sebagai wakil ketua dan Bergsma sebagai
sekretaris partai.
Tokoh yang tergabung dalam organisasi ini adalah Alimin Prawirodirdjo dan Musso. Pada
tanggal 13 November 1926, PKI melancarkan pemerontakan di Jawa dan Sumatera yang
kemudian ditumpas oleh pemerintah kolonial Belanda.
Akibat aksi ini, PKI dianggap sebagai partai terlarang serta tokoh-tokohnya ditangkap dan
diasingkan ke Tanah Merah dan Boven Digul.
Pada awalnya, PNI adalah perkumpulan yang dibentuk Ir. Soekarno yang
bernama Algemeene Studie Club tahun 1925.
Karena adanya perkumpulan ini, berdirilah partai politik baru bernama Partai Nasional
Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927.
Tokoh-tokoh yang tergabung adalah Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Ir. Anwari,
Mr. Sartono, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, dan Dr. Samsi.
PNI bergerak dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Setelah Kongres tahun 1928 di Surabaya, anggota PNI semakin meningkat sehingga
mengkhawatirkan pemerintah kolonial.
Akhirnya pada tanggal 29 Desember 1929, empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, Gatot
Mangkoeprodjo, Maskoen dan Soepriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh
Pengadilan Bandung.
Dalam proses persidangan Ir. Soekarno menyampaikan pembelaan berjudul “Indonesia
Menggugat”