Anda di halaman 1dari 29

 Beranda

 Wayang
 Kethoprak
 Tembang
 Dhagelan
 Kasastraan
 Artikel
 Info
 KritikSaran

BUDAYA JAWA
Mulat sarira angrasa wani, Rumangsa melu andarbeni, Wajib melu angrungkebi
stay updated via rss

 PENYUSUN (ADMIN)
o Arif Novianto

 PUNAKAWAN GRAMYANG
Pemutar Video
00:00
00:00

 TOP POSTS & HALAMAN


o Tokoh-tokoh Pewayangan (Ramayana)
o Tembung Entar
o Arane Kembang
o Arane Wit, Penthil, lan Woh
o Ater ater, penambang lan seselan
o Cerita Berbahasa Jawa
o Kirun Tak Terima Tanggapan
o Kethoprak
o Padepokan Seni Kirun
o Dhandhanggula

 FOLLOW BLOG
Masukkan alamat surat elektronik atau e-mail Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang
tulisan baru melalui surat elektronik.
Bergabunglah dengan 63 pengikut lainnya
Follow

Tokoh-tokoh Pewayangan (Ramayana)


3

32 Votes

RAMAYANA

Anoman
ANOMAN atau HANOMAN berwujud kera
putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-
istiadat seperti manusia. Ia juga dikenal
dengan nama: Anjanipura (putra Dewi
Anjani), Bayudara (putra Bhatara Bayu),
Bayusiwi, Guruputra (putra Bhatara Guru),
Handayapati (berkekuatan yang sangat
besar), Yudawisma (panglima perang),
Haruta (angin), Maruti, Palwagaseta (kera
putih), Prabancana, Ramandayapati (putra
angkat Sri Rama), Senggana (panglima
perang), Suwiyuswa (panjang usia) dan
Mayangkara (roh suci, gelar setelah menjadi
pendeta di Kendalisada). Anoman adalah
putra Bathara Guru dengan Dewi Anjani,
putri sulung Resi Gotama dengan Dewi
Windradi dari pertapaan Erriya/Grastina.

Anoman merupakan makhluk kekasih


dewata. Ia mendapat anugerah Cupumanik
Astagina, ditakdirkan berumur panjang,
hidup dari zaman Ramayana sampai
zaman Mahabharata, bahkan sampai
awal/memasuki zaman Madya. Anoman
memiliki beberapa kesaktian. Ia dapat
bertriwikrama, memiliki aji Sepiangin (dari
Bhatara Bayu), aji Pameling (dari Bhatara
Wisnu), dan aji Mundri (dari Resi Subali,
uwaknya). Tata pakaiannya melambangkan
kebesaran, antara lain: pupuk Jarotasem
Ngrawit, gelung Minangkara, kelatbahu Sigar
Blibar, kampuh/kain Poleng bewarna hitam,
merah, dan putih, gelang/binggel
Candramurti, dan ikat pinggang Akar
Mimang.
Anoman tiga kali menikah. Pertama dengan
Dewi Urangrayung, putri Bagawan
Minalodra dari Kandabumi. berputra
Trigangga/Triyangga, berwujud kera putih.
Istri kedua bernama Dewi Sayempraba, putri
raksasa Wisakarma dari Gowawindu, tidak
memunyai anak. Anoman kemudian
menikah dengan Dewi Purwati, putri Resi
Purwapada dari pertapaan Andonsumawi,
berputra Purwaganti.

Anoman memunyai perwatakan: pemberani,


sopan-santun, tahu harga diri. setia, prajurit
ulung, waspada, pandai berlagu, rendah hati,
teguh dalam pendirian, kuat, dan tabah. Ia
mati moksa, raga dan sukmanya lenyap di
pertapaan Kendalisada.

Dasamuka
DASAMUKA atau RAHWANA adalah putra
Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri
Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia
memunyai tiga orang saudara kandung
bernama: Arya Kumbakarna, Dewi
Sarpakenaka, dan Arya Wibisana. Dasamuka
juga memunyai saudara seayah lain ibu
bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja
negara Lokapala, putra Resi Wisrawa
dengan Dewi Lokawati.

Dasamuka berwatak angkara murka, ingin


menang sendiri, penganiaya, dan
pengkhianat. Berani dan selalu menurutkan
kata hati. Ia sangat sakti, memiliki aji
Rawarontek dari Prabu Danaraja dan aji
Pancasona dari Resi Subali. Dasamuka
menjadi raja negara Alengka mengantikan
kakeknya, Prabu Sumali dengan
menyingkirkan pamannya, Prahasta. Ia
membunuh Prabu Danaraja, kakak tirinya
dan merebut negara Lokapala.

Dasamuka pernah menyerang Suralaya dan


memeroleh Dewi Tari, putri Bhatara Indra
dengan Dewi Wiyati. yang menjadi istrinya
dan berputra Indrajid/Megananda.
Dasamuka juga menikah dengan Dewi
Urangrayung, putri Bagawan Minalodra, dan
berputra Pratalamayam. Dari beberapa
orang istri lainnya, Dasamuka berputra
antara lain: Yaksadewa, Trisirah, Trimuka,
dan Trimurda. Dasamuka sangat ingin
memperistri wanita titisan Bhatari Sri
Widowati. Ia pernah mengejar-ngejar Dewi
Kusalya, ibu Prabu Rama, dan kemudian
menculik serta menyekap Dewi Sinta, istri
Prabu Rama selama hampir 12 tahun di
Taman Argasoka negara Alengka.

Kesaktian dan keangkaramurkaan Prabu


Dasamuka hanya dapat ditaklukkan oleh
Prabu Arjuna Sasrabahu, raja negara
Maespati, dan Resi Subali, brahmana kera
dari pertapaan Sonyapringga. Akhirnya
Prabu Dasamuka harus takluk oleh Prabu
Ramawijaya, satria titisan Bhatara Wisnu.

Dasamuka dikejar-kejar oleh panah


Gowawijaya yang ditembakkan oleh
Ramawijaya. Ketika dikejar panah tersebut,
Anoman pun ikut mengejar Dasamuka ke
mana pun lari hingga Dasamuka
bersembunyi di kedua gunung kembar.
Ternyata gunung kembar tersebut perlahan-
lahan mendekati Dasamuka dan
menghimpitnya. Dasamuka pun akhirnya
terjepit untuk selama-lamanya, tidak mati
namun juga tak bisa ke mana-mana lagi.

Kedua gunung kembar tersebut ternyata


penjelmaan anak kembar Dasamuka sendiri
yang dulu dipenggal kepalanya untuk
mengelabui Dewi Sinta bahwa dua kepala
yang dipenggal adalah kepala Ramawijaya
dan Leksmana. Begitulah, kedua anak
kembar tersebut telah menjalankan
karmanya dengan melakukan “balas
dendam” terhadap ayah mereka sendiri yang
telah banyak membuat angkara murka.

Jambumangli
Ditya JAMBUMANGLI adalah putra Ditya
Maliawan, adik Prabu Sumali, raja negara
Alengka. Meski memiliki bentuk tubuh agak
pendek menurut ukuran raksasa, karena
ketekunannya bertapa, Jambumangli
menjadi sangat sakti.

Jambumangli sebenarnya ingin memperistri


Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, yang
berarti saudara sepupunya sendiri. Tetapi
keinginan itu hanya disimpan dalam hati,
takut berterus terang. Ketika Dewi Sukesi
menjadi lamaran banyak satria dan raja-raja,
dan Dewi Sukesi sendiri juga mengeluarkan
persyaratan penjabaran ilmu Sastra
Harjendra Yuningrat, Jambumangli
mengajukan persyaratan kepada Prabu
Sumali: bahwa hanya mereka yang dapat
mengalahkannya yang berhak memperistri
Dewi Sukesi.

Akhirnya Jambumangli tewas dalam


pertempuran melawan Resi Wisrawa,
brahmana dari pertapaan Girijembatan yang
datang melamar Dewi Sukesi untuk
putranya, Prabu Danaraja raja negara
Lokapala. Resi Wisrawa juga berhasil
menjabarkan ilmu Sastra Harjendra
Yuningrat. Jambumangli mati dalam keadaan
yang sangat menyedihkan. Anggota
tubuhnya terpotong-poptong. Sebelum ajal
merenggut jiawanya, Jambumangli
mengeluarkan kutukan, bahwa kelak akan
ada anak Wisrawa yang mati dengan cara
yang sama seperti dirinya.
Kumbakarna
Arya KUMBAKARNA adalah putra kedua
Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri
Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia
memunyai tiga orang saudara kandung
bernama: Dasamuka/Rahwana, Dewi
Sarpakenaka, dan Arya Wibisana.
Kumbakarna juga memunyai saudara lain
ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja
raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa
dengan Dewi Lokawati.

Kumbakarna berkedudukan di
kesatrian/negara Leburgangsa. Ia berwatak
jujur, berani karena benar, dan cinta tanah
air. Pada waktu muda ia pergi bertapa
dengan maksud agar dapat anugerah dewa
berupa kejujuran dan kesaktian.
Kumbakarna pernah ikut serta Prabu
Dasamuka menyerang Suralaya, dan
memeroleh Dewi Aswani sebagai istrinya.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh
dua orang putra bernama Kumba-kumba
(Kumbaaswani) dan Aswanikumba.
Pada waktu pecah perang, negara Alengka
diserang balatentara kera Prabu Rama di
bawah panglima perang Narpati Sugriwa
untuk membebaskan Dewi Sinta yang
disekap Prabu Dasamuka, Kumbakana maju
sebagai senapati perang. Ia berperang bukan
membela keangkaramurkaan Prabu
Dasamuka melainkan membela negara
Alengka, tanah leluhurnya yang telah
memberinya hidup.

Kumbakarna akhirnya gugur dalam


pertempuran melawan Prabu Rama dan
Laksmana. Tubuhnya terpotong-potong
menjadi beberapa bagian oleh hantaman
senjata panah yang dilepas secara
bersamaan. Apa yang terjadi pada diri
Kumbakarna merupakan karma perbuatan
Resi Wisrawa, ayahnya tatkala membunuh
Jambumangli.

Leksmana
LEKSMANA atau LAKSAMANA WIDAGDA
adalah putra Prabu Dasarata, raja negara
Ayodya dengan permaisuri kedua Dewi
Sumitra, putri Prabu Ruryana raja negara
Maespati. Ia memunyai empat orang saudara
seayah lain ibu bernama:
Ramawijaya/Ramadewa (dari permaisuri
Dewi Kusalya), Barata, Satrugna, serta Dewi
Kawakwa (ketiganya dari permaisuri Dewi
Kekayi).

Leksmana bertempat tinggal di kesatrian


Girituba. Ia seorang satria brahmacari (tidak
kawin). Ia memunyai watak halus, setia, dan
tak kenal takut. Sejak kecil Leksmana sangat
rapat dan sangat sayang kepada
Ramawijaya.
Leksmana diyakini sebagai titisan Bhatara
Suman, pasangan Bhatara Wisnu. Dengan
setia Leksmana mengikuti Ramawijaya, yang
merupakan titisan Wisnu, menjalani
pengasingan selama 13 tahun bersama Dewi
Sinta. Ketika Dewi Sinta diculik Prabu
Dasamuka dari tengah hutan Dandaka dan
disekap di Taman Argasoka negara Alengka,
Leksmana membantu perjuangan
Ramawijaya merebut dan membebaskan
kembali Dewi Sinta dari sekapan Prabu
Dasamuka.

Dalam perang besar di Alengka, Leksmana


banyak menewaskan senapati ulung andalan
Alengka. Ia menewaskan Dewi Sarpakenaka
serta Indrajid/Megananda, keduanya adik
dan putra kesayangan Prabu Dasamuka.

Setelah berakhirnya perang dan Ramawijaya


beserta Dewi Sinta kembali ke negara
Ayodya, dengan setia Leksmana tetap
membantu Prabu Ramawijaya mengatur tata
pemerintahan negara Ayodya. Ia meninggal
dalam usia lanjut, dan jenazahnya
dimakamkan di Gunung Kutarunggu
berdampingan dengan makam Prabu
Ramawijaya.

Lembusura
LEMBUSURA berwujud raksasa berkepala
sapi (lembu). Karena kesaktiannya, dia
diangkat menjadi patih negara Gowa
Kiskenda di bawah pemerintahan Prabu
Maesasura, raksasa berkela kerbau. Ia
memunyai saudara seperguruan bernama
Diradasura, berwujud raksasa berkepala
gajah.

Oleh Prabu Maesasura, patih Lembusura


ditugaskan pergi ke Suralaya untuk melamar
Dewi Tara, putri SangHhyang Indra dengan
Dewi Wiyati. Ia pergi disertai Diradasura.
Ketika lamarannya ditolak oleh Bhatara
Guru, dengan wewenang yang diberikan
rajanya, Lembusura dan Diradasura
mengamuk di Suralaya dan berhasil
mengalahkan para Dewa. Bhatara Guru
kemudian menugaskan Bhatara Narada
turun ke Arcapada, meminta bantuan
Sugriwa, putra Resi Gotama dengan Dewi
Windradi/Indradi dari pertapaan
Erraya/Grastina yang saat itu sedang
bertapa ngijang di hutan Sunyapringga.

Dalam pertempuran di Mrepatkepanasan


(nama lapangan di Suralaya). Lambusura
dan Diradasura
akhirnya mati oleh Sugriwa.
Maesasura
PRABU MAESASURA adalah raja negara
Gowa Kiskenda. Ia berwujud raksasa
berkepala kerbau. Prabu
Maesasura memunyai seorang patih yang
bernama Lembusura, raksasa berkepala
sapi. Prabu Maesasura sangat sakti karena
memunyai saudara seperguruan bernama
Jatasura, seekor harimau yang memiliki
rambut gimbal di lehernya. Prabu Maesasura
dan Jatasura seolah-olah dua jiwa yang satu,
keduanya tidak dapat mati, apabila hanya
satu dari mereka yang tewas.

Karena merasa sangat sakti, Prabu


Maesasura datang ke Kahyangan Kaindran
untuk melamar Dewi Tara, putri sulung
Bhatara Indra dengan Dewi Wiyati. Kalau
lamarannya ditolak, Prabu Maesasura dan
Jatasura mengancam akan menghancurkan
Kahyangan Keindran dengan seluruh bala
tentaranya yang sangat kuat.

Bhatara Indra kemudian meminta bantuan


kepada Subali dan Sugriwa, keduanya putra
Resi Gotama dengan Dewi Indradi dari
pertapaan Grastina/Erraya, untuk
menghadapi dan membunuh
Prabu Maesasura, Jatasura, dan Lembusura.
Prabu Maesasura, dan Jatasura akhirnya
dapat dibinasakan oleh Subali yang
menantang masuk ke dalam Gowa Kiskenda.
Kepala Maesasura dan Jatasura diadu kumba
(saling dibenturkan satu dengan yang lain)
hingga pecah dan mati seketika di dalam
saat yang bersamaan. Sedangkan patih
Lembusura dapat dibinasakan oleh Sugriwa.

Prabu Danaraja
PRABU DANARAJA yang waktu mudanya
bernama Wisrawana, dikenal pula dengan
Prabu Danapati dan Prabu Bisawarna. Ia
adalah putra tunggal Resi Wisrawa, raja
negara Lokapala dengan permaisuri Dewi
Lokawati, putri Prabu Lowana dengan Dewi
Lokati. Danaraja juga memunyai empat
saudara seayah lain ibu, putra Resi Wisrawa
dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali dari
negara Alengka, bernama:
Rahwana/Dasamuka, Arya Kumbakarna,
Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana.

Prabu Danaraja menjadi raja negara


Lokapala menggantikan ayahnya, Resi
Wisrawa, yang mengundurkan diri hidup
sebagai brahmana di pertapaan
Girijembatan. Ia sangat sakti karena
memiliki aji Rawarontek dan pusaka Gandik
Kencana. Prabu Danaraja gagal memperistri
Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali raja negara
Alengka. Dewi Sukesi malah diperistri
ayahnya sendiri, Resi Wisrawa, yang telah
berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra
Yuningrat dan membunuh Ditya
Jambumangli. Prabu Danaraja kemudian
menyerang negara Alengka dan bertempur
dengan ayahnya sendiri. Dalam
pertempuran tersebut, ia berhasil
membunuh Resi Wisrawa.

Beberapa tahun kemudian perbuatan Prabu


Danaraja dibalas oleh Rahwana/Dasamuka.
Ia tewas terbunuh dalam peperangan
melawan Dasamuka. Sebelum menemui
ajalnya, Prabu Danaraja terlebih dahulu
menyerahkan aji Rawarontek dan pusaka
Gandik Kencana kepada Dasamuka.

Prahasta

Patih PRAHASTA adalah putra Prabu Sumali,


raja raksasa negara Alengka dengan Dewi
Desidara. Ia memunyai kakak kandung
bernama Dewi Sukesi yang menjadi istri Resi
Wisrawa dari pertapaan Girijembatan,
wilayah negara Lokapala.

Prahasta berwatak jujur, setia, dan penuh


pengabdian. Ia sesungguhnya putra mahkota
negara Alengka.
Tetapi karena ia takut dengan kesaktian
yang dimiliki Rahwana, putra Dewi Sukesi
dengan Resi Wisrawa, Prahasta merelakan
tahta negara Alengka oleh ayahnya
diberikan kepada Rahwana dan dia bersedia
menduduki jabatan patih.

Ketika pecah perang Alengka, Prahasta maju


sebagai senapati perang setelah gugurnya
Dewi Sarpakenaka. Tak terhitung jumlah
balatentara kera Prabu Rama yang mati oleh
keganasan Prahasta. Anila patih negara
Kiskenda akhirnya maju menghadapi
keperkasaan Prahasta, dengan siasat perang
menghindar, mundur, dan balas menyerang.
Prahasta terus mengejar Anila, hingga
pertempuran sampai di tepi hutan. Anila
yang hampir terjebak tiba-tiba melihat
sebuah patung batu. Dengan mengerahkan
seluruh tenaganya patung itu diangkatnya
dan dihantamkan ke kepala Prahasta.
Prahasta tewas seketika dengan kepala
hancur bersamaan dengan pecahnya tugu
tersebut. Kiranya tugu itu adalah penjelmaan
Dewi Indradi, ibu dari Dewi Anjani, Subali
dan Sugriwa yang terkena kutuk Resi
Gotama, suaminya sendiri.

Sarpakenaka
Dewi SARPAKENAKA adalah putri ketiga
Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri
Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia
memunyai tiga orang saudara kandung
bernama: Dasamuka/Rahwana, Arya
Kumbakarna, dan Arya Wibisana.
Sarpakenaka juga mempunyai saudara
seayah lain ibu: Prabu Danaraja/Danapati,
raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa
dengan Dewi Lokawati.

Walau seorang raksesi, Sarpakenaka sangat


sakti. Ia memiliki kuku yang berbisa ular dan
merupakan senjata pusaka yang diandalkan.
Sarpakenaka berwatak: congkak, ganas,
bengis, angkara murka, dan serakah. Ia
memunyai dua orang suami bernama: Ditya
Kardusana dan Ditya Nopati.

Dengan kesaktiannya Dewi Sarpakenaka


pernah beralih rupa menjadi wanita cantik
dan merayu Leksmana di hutan Dandaka
dan ingin menjadi istrinya. Lamarannya
ditolak. Karena ia tetap memaksakan
kehendaknya, membuat Leksmana marah
dan memangkas kutung hidungnya serata
pipi.

Pada waktu negara Alengka diserbu Prabu


Rama dengan balatentara keranya dalam
upaya membebaskan Dewi Shinta yang
diculik dan disekap Prabu Dasamuka, Dewi
Sarpakenaka maju sebagai senapati perang
Alengka.. Dengan penuh dendam ia
bertempur melawan Laksmana. Akhirnya
Sarpakenaka mati terbunuh oleh panah sakti
Surawijaya, setelah sebelumnya kuku
saktinya dicabuti oleh Anoman.

Sinta
Dewi SINTA adalah putri Prabu Janaka, raja
negara Mantili atau Mitila (Mahabharata).
Dewi Sinta diyakini sebagai titisan Bhatari
Sri Widowati, istri Bhatara Wisnu. Selain
sangat cantik, Dewi Sinta merupakan putri
yang sangat setia, jatmika (selalu dengan
sopan santun), dan suci trilaksita (ucapan,
pikiran dan hati). Dewi Sinta menikah
dengan Ramawijaya, putra Prabu Dasarata
dengan Dewi Kusalya dari negara Ayodya,
setelah Rama memenangkan sayembara
mengangkat busur Dewa Siwa di negara
Mantili. Dari perkawinan tersebut ia
memeroleh dua orang putra bernama: Lawa
dan Kusya.
Dengan setia Dewi Sinta mengikuti
suaminya, Ramawijaya, menjalani
pengasingan. Karena terpesona oleh
keindahan Kijang Kencana penjelmaan Ditya
Marica, Dewi Sinta akhirnya diculik oleh
Prabu Dasamuka dan ditawan di Taman
Argasoka negara Alengka hampir 12 tahun
lamanya. Ia akhirnya dapat dibebaskan oleh
Ramawijaya, setelah berhasil membinasakan
Prabu Dasamuka dan semua senapati perang
Alengka.

Menurut Mahabharata, Dewi Sinta tidak


lama tinggal di istana Ayodya sebagai
permaisuri Prabu Rama. Karena kecurigaan
Prabu Rama terhadap kesucian Dewi Sinta
walau telah dibuktikan dengan hukum bakar
di Alengka, Dewi Sinta kemudian diasingkan
dari istana Ayodya, dan hidup di pertapaan
Resi Walmiki. Di tempat itulah Dewi Sinta
melahirkan kedua putra kembarnya: Lawa
dan Kusya. Akhir riwayatnya diceritakan,
Dewi Sinta mati ditelan bumi saat akan
boyong kembali ke istana Ayodya.
Sukesi
Dewi SUKESI adalah putri sulung Prabu
Sumali, raja negara Alengka dengan
permaisuri Dewi Desidara. Ia memunyai
adik kandung bernama Prahasta. Walau
ayahnya berwujud raksasa, Dewi Sukesi
berwajah cantik seperti ibunya, seorang
hapsari/bidadari. Ia berwatak sangat
bersahaja, jujur, setia, dan kuat dalam
pendirian.

Setelah dewasa Dewi Sukesi menjadi


lamaran para satria dan raja. Untuk
menentukan pilihan, Dewi Sukesi menggelar
sayembara: barang siapa yang bisa
menjabarkan ilmu Sastra Harjendra
Yuningrat dialah yang berhak menjadi
suaminya. Pamannya, Ditya Jambumangli
putra Ditya Maliawan, yang secara diam-
diam mencintai Dewi Sukesi, ikut
mengajukan satu persyaratan: hanya mereka
yang dapat mengalahkan dirinya yang
berhak mengawini Dewi Sukesi.
Sayembara akhirnya dimenangkan oleh Resi
Wisrawa, brahmana dari pertapaan
Girijembatan, yang
meminang Dewi Sukesi atas nama putranya,
Prabu Wisrawana/Danaraja, raja negara
Lokapala. Selain dapat menjabarkan ilmu
Sastra Harjendra Yuningrat”, Resi Wisrawa
juga berhasil membunuh Ditya Jambumangli.
Dewi Sukesi menolak dinikahkan dengan
Prabu Danaraja, lebih memilih menikah
dengan Resi Wisrawa. Dari perkawinan
tersebut, ia memperoleh empat orang putra,
masing-masing: Rahwana, Arya
Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya
Wibisana.

Dewi Sukesi diceritakan meninggal karena


sedih dan sakit setelah istana Alengka
dibakar oleh Anoman.

Sumali
Prabu SUMALI adalah putra Prabu Suksara,
raja raksasa negara Alengka dengan
permaisuri Dewi Subakti. Ia mempunyai
adik kandung bernama Ditya Maliawan.
Prabu Sumali menjadi raja negara Alengka
menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu
Suksara yang mengundurkan diri hidup
sabagai brahmana.

Prabu Sumali adalah raja Aditya yang


berwatak brahmana. Ia memerintah negara
dengan arif dan bijaksana, adil dan jujur.
Prabu Sumali menikah dengan Dewi
Desidara, seorang hapsari keturunan
Bhatara Brahma dari permaisuri Dewi
Sarasyati. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra: Dewi Sukesi
dan Prahasta.

Atas desakan Ditya Jambumangli, putra


Ditya Maliawan, Prabu Sumali
menyelenggarakan sayembara tanding
untuk mencari jodoh bagi putrinya, Dewi
Sukesi. Sayembara itu dimenangkan oleh
Resi Wisrawa dari pertapaan Girijembatan
wilayah negara Lokapala setelah
menewaskan Ditya Jambumangli, dan
berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra
Yuningrat atas permintaan Dewi Sukesi.
Setelah usianya lanjut dan merasa tak
mampu lagi menangani pemerintahan
negara, Prabu Sumali kemudian
menyerahkan kekuasaan kerajaan Alengka
kepada cucunya, Rahwana, putra Dewi
Sukesi dengan Wisrawa. Prabu Sumali
meninggal setelah peristiwa pembakaran
istana Alengka oleh Anoman.

Wisrawa
Resi WISRAWA adalah putra Resi Supadma
dari pertapaan Giri Jembatan, masih
keturunan Bhatara
Sambodana, putra Bhatara Sambu. Resi
Wisrawa sangat sakti dan termasyhur dalam
ilmu Kasidan. Ia kemudian dinikahkan
dengan saudara sepupunya. Dewi Lokawati,
putri Prabu Lokawana raja negara Lokapala
dengan permaisuri Dewi Lokati. Dari
perkawinan tersebut ia memeroleh seorang
putra bernama Wisrawana.

Setelah Prabu Lokawana mangkat, atas


perkenan Dewi Lokawati, Resi Wisrawa
dilantik menjadi raja negara Lokapala. Ia
tidak lama memerintah. Setelah Wisrawana
dewasa, takhta kerajaan diberikan kepada
putranya. Resi Wisrawa kemudian hidup
sebagai brahmana di pertapaan
Girijembatan. Wisrawana menjadi raja
negara Lokapala bergelar Prabu
Danaraja/Danapati atau Prabu Wisawarna.

Resi Wisrawa menikah dengan Dewi Sukesi,


putri Prabu Sumali raja negara Alengka
dengan Dewi Desidara.
Perkawinan terjadi setelah Resi Wisrawa
berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra
Yuningrat dan membunuh Ditya
Jambumangli dalam sayembara
memperebutkan Dewi Sukesi. Dari
perkawinan tersebut ia memeroleh empat
orang putra: Rahwana/Dasamuka, Arya
Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya
Wibisana.

Prabu Danapati, putranya, yang juga


menginginkan Dewi Sukesi, begitu
mengetahui Dewi Sukesi diperistri ayahnya
sendiri, segera menyerang negara Alengka.
Terjadilah pertempuran antara anak dan
ayah. Akhirnya Resi Wisrawa tewas lemas
kehabisan nafas.
Kepustakaan
Bagikan ini:

 WhatsApp

 Simpan

 Share

 Surat elektronik

Komentar
1. berkata:
andika

Agustus 31, 2015 pukul 7:38 pm


MZ/MBK itu bnar tpi yg basa jawa , klo ad tlong
diupdate . lgi nyari nih ak .
Balas
2. berkata:faella

Agustus 24, 2016 pukul 1:58 pm


jatayunya ko gk ada?
Balas
3. IntanSaputri berkata:
Oktober 24, 2017 pukul 8:33 pm
Siapakah ki dalang dari pewayangan
ramayana.?cepat ya kaka soalnya pnting
Balas
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan.Ruas
yang wajib ditandai *
Nama *
Surel *
Situs Web
Beri tahu saya komentar baru melalui email.
Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

 Gending Jawa
Pemutar Video
00:00
00:00

S S R K J S M

« Jul

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23 24 25 26

27 28 29 30 31

Mei 2019

 Blog Stats
o 2.311.414 hits

 Pengunjung On-line

Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju
dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai