Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1

LANDASAN ILMIAH

Ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, mengetahui. Dari Bahasa
Inggris “science” atau bahasa latin “scientia” yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam kaitan
penerapan katanya, ilmu pengatahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Menurut
KBBI, ilmu adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian, dan segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Sedangkan pengetahuan adalah tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Adapun pengertian ilmu menurut para ahli di antaranya :

1. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan hukum
umum, sebab akibat dalam suatu masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari
kedudukannya maupun hubungannya (Moh. Hatta).

2. Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus
hingga dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri (Dadang Ahmad S).

3. Ilmu adalah himpunan kegiatan yang dapat menghasilkan banyak penemuan, baik dalam
bentuk penolakan maupun pengembangannya. (Thomas Kuhn).

Ilmu atau Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. (Zakky, 2018). Ilmu bukan hanya sekedar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati
dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Ilmu pengetahuan bersifat konkret dan harus bersifat empiris.

Maka dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan adalah suatu sistem
berbagai pengetahuan yang didapatkan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan
secara teliti dengan menggunakan suatu metode tertentu. Ilmu Sosial atau Ilmu Pengetahuan

2
Sosial adalah suatu pengetahuan yang memahami aspek-aspek yang berhubungan dengan
manusia dan lingkungan sosialnya.

Adapun ciri-ciri ilmu yang membuatnya berbeda dengan filsafat ialah :

1. Empiris : Berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan,


pengamatan yang telah dilakukan).

2. Sistematis : Teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang diatur baik-baik.

3. Objektif : Mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
pribadi.

4. Analitis : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).

5. Verifikatif : Pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan


sebagainya.

Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu: produk-
produk, proses dan masyarakat.

• Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui
kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.

• Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi
penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagai yang kita
kehendaki.

• Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya,


perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu universalisme,
komunalisme, tanpa pamrih dan skeptisisme yang teratur.

3
BAB 2

SEJARAH PANJANG

Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya dengan jati
diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

Masuknya agama-agama besar besar seperti Hindu, Islam, Buddha di Indonesia menandai
dimulainya kehidupan bragama di masyarakat. Masa kejayaan Majapahit pada waktu rajanya
Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan
Buddha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti Prapranca yang menulis buku Negara
Kertagama (1365) yang di dalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu Tantular
mengarang buku Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan nasional “Bhineka
Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Pada tahun 1331 Mahapatih Gajah
Mada mengecupkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita mempersatukan wilayah nusantara.
Dorongan akan cinta Tanah Air ini yang menimbulkan semangat untuk melawan penindasan
Belanda,namun karena tidak adanya kesatuan dan persatuan diantara meraka dalam melawan
penjajah yang menimbulkan banyak korban. Pada kebangkian Nasiona; abad XX dipanggung
politik Internasional terjadiah pergolakan kebangkitan dunia timur.Pada tanggal 29 April 1945
bersamaan dengan ulangtahun Kaisar Jepang,yang menjanjikan kemerdekaan untuk Bangsa
Indonesia yaitu kemerdekaan tanpa syarat setelah pengancuran Nagasaki dan Hiroshima.

Untuk mendapat simpati dari bangsaIndonesia,jepang membentuk suatu badan yang bertugas
menyelidiki usaha-usaha kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Ketua BPUPKI yaitu Dr. KRT. Radjiman Widyoningrat dan
beranggotakan 60 orang yang berasal dari pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi dan beberapa orang
peranakan dari Eropa, China, dan Arab. Sidang BPUPKI pertama (29 Mei – 1 Juni 1945)
mengusulkan rancangan hukum dasasr negara. Menurut Soekarno dalam pidatonya, dasar bagi
Indonesia merdeka adalah dasarnya suatu negara yang akan didirikan yang disebutnya
philosophische gronsag, yaitu fundamen, filsafat, jiwa, dan pikiran yang sedalam-dalamnya yang
di atasnya akan didirikan gedung Indonesia yang merdeka. Sidang ini memicu lahirnya Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia. Sidang BPUPKI kedua (10 – 16 Juli 1945) membentuk Panitia
Sembilan yang akan menghasilkan kesepakatan dalam Mukadimah Hukum Dasar dengan nama
Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
4
Dilanjut pada Orde Lama yaitu masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila mengalami
ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan,
kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarto pada masa itu menyampaikna ideology
Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos yang belum jelas bahwa Pancasila dapat
mengantarkan Bangsa Indonesia kearah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa
konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi Bangsa Indonesia.

Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigm yang berkembang pada situasi dunia
yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada Order Lama seperti dalam sistem
presidensil, ideologi liberal, dan demokrasi terpimpin. Tapi pada akhirnya terjadilah kudeta PKI
dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

Setelah kudeta PKI yang menyebabkan Presiden Soekarno turun, dilanjut Orde Baru yang
berkehendak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik
terhadap Orde Lama yang menyimpang dari Pancasila melalui program P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Walau berhasil
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara sekaligus mengatasi paham komunis di
Indonesia, akan tetapi implementasi dan aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun
kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila.
Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain,
dan justru dijadikan sebagai indroktrinasi serta alat melanggengkan kekuasaan.

Eksistensi Pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang subtansinya belum
mampu diwujudkan secara riil. Pada Era Reformasi, Pancasila sebagai re-interpretasi, yaitu
Pancasila harus selalu di interpretasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti
dalam menginterpretasikannya harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai
dengan kenyataan pada zaman saat itu. Namun faktanya, masih banyak masalah sosial-ekonomi
yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan,
seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun rakyat. Tantangan inilah yang

5
menjadkan Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian Bangsa
Indonesia.

BAB 3

PERANAN PANCASILA

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya
semangat nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya
pengaruh budaya asing yang banak masuk di negara kita, mengakibatkan banyak generasi muda
yang melupakan budaya sendiri, membuat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan.

Globalisasi merupakan proses tatanan masyarakat yang tidak menyenal batas wilayah, dapat
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga merupakan peluang untuk lebih
mengetahui kehidupan lain di berbagai belahan dunia. Semangat nasionalisme merupakan salah
satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman
ketahanan nasional terutama globalisasi. Disadari atau tidak, nasionalisme bangsa memberikan
pengaruh besar bagi kemajuan suatu bangsa tersebut.

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan bapak pendiri bangsa
ketika Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, negara Indonesia tetap
berpegang teguh kepada Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi acuan dalam menghadapi
berbagai tantangan global dunia. Peran Pancasila tentulah sangat penting untuk menjadi
eksistensi kepribadian Bangsa Indonesia, sehubungan hal tersebut, generasi muda diharapkan
memiliki jiwa patriotism dan nasionalisme dengan tetap bertahan pada nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia meski banyak budaya asing masuk ke negara Indonesia. Dengan berlandaskan
Pancasila, diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi muda bisa menjadi
generasi yang benar-benar cinta pada tanah air Indonesia apapun keadaannya.

Pancasila juga merupakan Sumber Tertib Hukum Negara Republik Indonesia, berarti bahwa
semua hukum dan peraturan-peraturan dair Negara Republik Indonesia harus bersumber dari
Pancasila, sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan tertulis maupun tidak
tertulis. Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (philosofische gronslag) dari negara, Ideologi Negara (staatsidee). Dalam

6
pengertian ini, Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
negara atau dengan kata lain perkataan. Konsekuensinya, seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses
reformasi dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dan diderivisikan dari nilai-nilai Pancasila.

Dasar Negara Indonesia terdiri dari lima asas dikenal dengan Sila, digali dari kepribadian dan
falsafah hidup bangsa Indonesia, sehingga Pancasila di samping sebagai dasar negara juga
sebagai falsafah hidup atau Way of Life bangsa Indonesia. Kedudukan Pancasila mencangkup
dua pengertian/kedudukan pokok. Yang dimaksud dengan Tertib Hukum (Legal Order
Reehtsordnung) adalah keseluruhan peraturan hukum secara bersama yang menunjukkan atau
memenuhi empat syarat, yaitu :

1. Adanya kesatuan subjek (penguasa) yang merupakan peraturan hukum;

2. Adanya kesatuan atas kerohanian yang meliputi (menjadi dasar dari pada) keseluruhan
peraturan hukum;

3. Ada kesatuan wilayah dimana keseluruhan hukum berlaku;

4. Ada kesatuan waktu dalam mana keseluruhan peraturan hukum berlaku.

Pancasila adalah sebuah konsep ideologi yang secara yuridis ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia pada 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Pancasila sebagai pemersatu bangsa bertujuan untuk
menciptakan keadilan dan toleransi, di samping untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Khususnya
dalam sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”. Pada saat ini Indonesia menghadapi
tantangan besar yang dapat menggerogoti nilai-nilai persatuan bangsa, tantangan tersebut berasal
dari dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor internal itu sendiri berasal dari dalam negeri,
seperti adanya pemetakan keragaman dan juga adanya ketimbangan infrastruktur antara Pulau
Jawa dengan pulau lainnya mengenai pemerataan ekonomi yang kurang berkeadilan. Tantangan
dari faktor eksternal disebabkan adanya globalisasi menjadikan paham-paham transnasional
begitu mudah masuk ke dalam negeri, sehingga masyarakat yang kurang akan wawasan
nusantara dapat dengan mudah mengikuti arus.

Falsafah persatuan Pancasila termuat dalam sejarah nusantara di antaranya pada :

1. Nilai-nilai Pancasila masa kerajaan besar nusantara; dan

7
2. Pencoretan tujuh kata Piagram Jakarta sebagai nilai persatuan.

BAB 4

FUNGSI PANCASILA

Negara Indonesia sebelum tanggal 17 Agustus 1945 masih dalam keadaan terjajah dari bangsa
Eropa seperti Portugis, Belanda, dan Inggris. Tidak hanya bangsa Eropa, melainkan ada bangsa
Asia yaitu Jepang. Tahun 1942 kekusaan Belanda berakhir bukan berarti Indonesia telah lepas
dari cengkraman penjajah, namun malah digantikan menjadi masa kekuasaan Jepang. Pada
tangga 7 September 1944, Perdana Mentri kaiso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia,
membentuk Badan Penyidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), melaksanakan
dua sidang menghasilkan dasar negara dan Piagam Jakarta.

Dewasa ini, sebagian masyarakat Indonesia lupa akan makna dasar dan ideologi bangsa, dasar
negara Pancasila dan ideologi Pancasila. Banyak masyarakat Indonesia yang mengaku ia
beragama namun tidak melakukan perintah agamanya. Tidak hanya itu, banyak dari mereka yang
melukai saudara sebangsa atas nama ego, perbedaan ras, suku, dan agama. Bahkan banyak
pejabat yang lupa dan tidak tahu makna dari ideologi Pancasila yang sesungguhnya, melupakan
tugas mereka untuk melayani masyarakat, korupsi pun menjamur dari desa sampai pusat negara.

Ideologi berasal dari kata “idea” dalam bahasa inggris yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar dan cita-cita. Sedangkan dalam bahasa yunani “oida” yang artinya mengetahui. Adapun
kata logi berasal dari kata yunani “logos” mempunyai arti ilmu atau pengetahuan. Menurut
Seojono Soemargo, ideologi sebagai sekumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis yang menyangkut politik, sosial, kebudayaan dan agama. Ideologi
dibedakan menjadi dua, yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup.

1. Ideologi Terbuka merupakan sebuah pemikiran yang terbuka, mempunyai ciri nilai-nilai dan
cita-cita tidak dipaksakan dari luar, melainkan mengambil diri sendiri dari nilai-nilai
kebudayaan yang sudah ada dari dalam. Dasarnya pun tidak dari pemikiran perorangan atau
sekelompok orang, melainkan hasil dari musyawarah consensus masyarakat.

2. Ideologi Tertutup merupakan suatu sistem pemikiran yang tertutup dengan ciri sistem
pemikiran yang dihasilkan dari sekelompok orang yang mempunyai cita-cita untuk

8
memperbaharui masyarakat, serta membebankan masyarakat demi berlangsungnya ideologi,
dan berisi tuntutan mutlak.

Pandangan ideologi Pancasila mempunyai pandangan yang sangat berbeda dengan pandangan
ideologi lainnya seperti kapitalisme, sosialisme, dan komunis. Sebab Pancasila mempunyai
keunikan tersendiri dan pembuatan Pancasila berdasarkan hasil dari musyawarah tokoh
masyarakat dan pembesar Negara Indonesia. Paham ideologi Pancasila menghendaki adanya
keselarasan, keseimbangan, kerukunan, dan keserasian dalam kehidupan masyarakat berbangsa
dan bernegara.

1. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Artinya, Pancasila harus bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu
menyesuaikan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai, tetapi menerima nilai baru selama tidak
bertentangan dengan nilai dasar.

2. Pancasila sebagai Ideologi Tertutup

Merupakan suatu sistem pemikiran tertutup, artinya, Pancasila sebagai ideologi negara
mempunyai arti untuk cita-cita negara dan sarana mempersatukan rakyat. Dalam hal ini
perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplkatif sehingga tidak menjadi slogan
belaka.

Indonesia mempunyai dasar negara, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa ditukar tempat atau dipindah.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik
moral maupun nukum negara, dan menguasai dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang
Dasar maupun yang tidak tertulis atau dalam kedudukannya sebgai dasar negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengingat secara hukum.

Pancasila juga merupakan Way of Life atau pandangan hidup dalam bernegara. Cara hidup ini
adalah suatu cara yang dianggap paling sesuai dalam rangka terselenggaranya pemerintahan
dengan teratur. Dalam hal ini, dikembangkan suatu cara yang semua orang akan menyertainya

9
karena cara itu akan menjamin adanya ketertiban dalam hidup bernegara. Tertib tetapi penuh
dengan kedinamisan, karena dinamika merupakan suatu ciri dari suatu masyarakat yang hidup
dan demokratis. Pancasila sebagai cara hidup dalam bernegara telah teruji sejak lahir dan
berdirinya negara Indonesia, oleh karena itu, hendaknya kita mengamalkan nilai-nilai luhur
Pancasila.

BAB 5

FILSAFAT PANCASILA

Negara mengalami berbagai persoalan. Tidak hanya pada sektor pada bidang tertentu, tapi
muncul di hamper semua sendi kehidupan berbangsa. Sekarang, setelah lebih kurang 18 tahun
reformasi dilakukan, personalan yang kian komplek dan rumit tak juga dapat tuntas diselesaikan.
Politik dipraktikkan dengan perilaku minim kesantunan, diredukasi untuk alasan kekuasaan
bukan sebuah proses mewujudkan kebaikan bersama, membuat rasa saling percaya di antara
sesama warga bangsa memudar perlahan. Distrust itu telah menimbulkan disorientasi, kemudian
berpeluang mencetak pembangkangan (disobedience) dalam skala kecil atau besar,
membahayakan integrasi bangsa dan negara. Melemahnya etika berbangsa dan bernegara
mengisyaratkan bahwa upaya perbaikan kondisi bangsa haruslah memperhatikan fakta bahwa
krisis inti bertalian erat dengan krisis etika dan moralitas.

Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan, berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah bahasa Latin
“mos” dalam bentuk jamaknya “mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan baik dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika
merupakan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, barometer dari peradaban sebuah bangsa.
Perilaku dan sikap taat pada aturan main memungkinkan aktivitas dan relasi antar sesama warga
berjalan secara warjar, efisien, dan tanpa hambatan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
etika menjelaskan mana tingkah laku yang baik, apa yang pantas, dan apa yang secara substansi
mengandung kebaikan dan sebaliknya.

Di dalam diri bangsa mengalir sifat-sifat luhur manusia, dirumuskan oleh founding people ke
dalam Pancasila, dan selanjutnya disepakati sebagai dasar dan orientasi bernegara. Melalui
Pancasila inilah para pendiri negara menggariskan perinsip-prinsip dasar etis bernegara yang

10
dituangkan dalam UUD 1945. Jauh sebelum Indonesia merdeka, berbagai pemikiran mengarah
kepada gagasan terciptanya konstruksi kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia. Beragam
pemikiran dan gagasan mengenai politik, fundamen etis, dan moral bangsa, ideologi, dan visi
kebangsaan itu kemudian bersitesis menggali dan mengakomodir nilai-nilai etika dan moral
dalam berbagai bidang kehidupan. Di dalam pembukaan UUD 1945 nilai etika dan moral
terdapat di seluruh pokok pikiran, kemudian nilai-nilai itu dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD
1945. Nilai-nilai luhur itu kemudian disepakati untuk formalisasi dengan sebutan Pancasila
sebagai sumber etika dan spiritualitas pada posisi yang sangat penting sebagai fundamen etik.

Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 menentukan Etika Kehidupan Berbangsa meliputi :

1. Etika Sosial Budaya

2. Etika Politik dan Pemerintahan

3. Etika Ekonomi dan Bisnis

4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

5. Etika Keilmuan

6. Etika Lingkungan

Pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis adalah di dalam fungsinya sebagai pengatur hidup
kemasyarakatan pada umumnya, sedangkan pengertian yang bersifat ethis dan filosofis adalah di
dalam fungsinya sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cita-cita dalam mencari kebenaran.
Pancasila sebagai philosophical way of thinking dapat dianalisa dan dibicarakan secara
mendalam, karena orang berpikir secara filosofis tidak aka nada henti-hentinya. Namun
demikian harus disadari bahwa kebenaran yang dapat dicapai manusia adalah kebenaran yang
masih relative, tidak absolut atau mutlak. Karena itu dalam mencari kebenaran Pancasila sebagai
perjanjian luhur bangsa Indonesia pada saat mendirikan negara tidaklah perlu sampai
menimbulkan pertantangan dan persengketaan apalagi perpecahan.

Dilihat dari sejarah sebelumnya, bangsa Indonesia mempunyai tiga fase perjanjian luhur yang
diawali:

1. Fase zaman kerajaan, dimana Gajah Mada bersumpah untuk mempersatukan nusantara.

11
2. Fase zaman pergerakan kemerdekaan, sumpah janji pemuda pemudi, “Sumpah Pemuda”.

3. Fase kemerdekaan, proklamasi kemerdekaan dan membentuk sebuah negara kesatuan.

Pancasila sebagai paradigm artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi dasar,
kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia.

BAB 6

IDEOLOGI DUNIA

6.1. Liberalisme

Liberalisme berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme atas


bangsa-bangsa di dunia. Setiap individu mempunyai hak untuk menjalankan kepentingan
yang diwujudkan dalam sistem demokrasi liberal sehingga melahirkan fungsi parlemen
sebagai lembaga pemerintahan rakyat. Pemikiran liberal (liberalism) adalah satu nama di
antara nama-nama untuk menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa
Reformasi Gereja dan Renaissance yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan. Secara
harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from restraint), liberalism menawarkan konsep
kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja (Adams, 2004:20).

Dalam politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang berlawanan
dengan dan menentang sentralisasi dan absolutism kekuasaan. Di bidang ekonomi,
liberalism merujuk pada sistem pasar bebas dimana intervensi pemerintah dalam
perekonomian dibatasi atau bahkan tidak diperbolehkan sama sekali. Dalam hal ini dan
pada batasan tertentu liberalisme identik dengan kapitalisme

6.2. Sosialisme

Sebagai ide yang hendak mengatur tertib hubungan masyarakat, maka ideologi biasanya
menyajikan penjelasan dan visi mengenai kehidupan yang hendak diwujudkan, sehingga
tidak mengherankan apabila ideologi cenderung reduksionis dalam arti cenderung
mengetengahkan penjelasan dan rekomendasi yang sederhana, umum, dan lebih mudah
dipahami. Tidak mudah untuk menentukan kapan sosialisme muncul untuk pertama
kalinya, orang mengatakan kemakmuran ideal yang terdapat dalam buku Plato bersifat

12
sosialis karena kelas penguasanya tidak memiliki kekayaan pribadi dan sama-sama
membagikan semua yang ada.

Ideologi politik, sosialisme berkeyakinan dan percaya pada yang dianggap benar mengenai
jalan evolusi, persuasi, dan konstitusialisme-parlementer dam tanpa kekerasan. Sosialisme
sebagai ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi, dan
politik akibat revolusi industri. Pemikiran sosialisme dimana kekuatan yang menentukan
berasal dari milik sosial, kepemilikan negara atas alat-alat produksi dan perencanaan
ekonomi, organisasi politik dari pemerintah pusat yang kuat berdasarkan kekuasaan
mayoritas, ciri sosial yang utama adanya ketimpangan rendah berdasarkan jasa dan fungsi
ekonomi.

6.3. Pancasilais

Sebagai ideologi dan dasar negara bangsa Indonesia, Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum. Lahir dari akar sejarah budaya bangsa, Pancasila tidak dapat
dipungkiri mengandung nilai luhur universal yang menjadi pedoman bagi kehidupan
berbangsa. Nilai-nilai luhur lima sila Pancasila; Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila berperan amat
besar dan bahkan menentukan perjuangan, bahkan menjadi identitas bangsa Indonesia.
Pancasila telah menjadi pusat berkumpul dari berbagai pendapat yang berkembang, juga
memberikan pedoman yang jelas untuk menetapkan arah perjuangan setiap saat.

6.4. Agamis

Ada beberapa agama yang berdasarkan monoteisme (agama Samawy) yaitu agama yang
berasal dari wahyu Allah melalui Rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat masing-
masing seperti Yudaisme, Kristen, dan Islam. Dan ada juga beberapa agama yang lahir dari
ide-ide manusia sendiri (agama Thabi’i) seperti politeisme yang meyakini adanya banyak
Tuhan atau dewa dengan menyembah patung buatan mereka sendiri seperti Hinduisme,
Zoroastrianisme, Budhisme, Taoisme, Konfusianisme, Shintoisme, dan Shikisme. Adapun
atheisme dan kepercayaan animisme tidak bisa dianggap sebagai agama karena tidak

13
memiliki ajaran pokok ketuhanaan. Agama merupakan sebuah koleksi terorganisir dari
kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan
tatanan/perintah dari kehidupan. Petunuk yang diberikan Tuhan kepada Adam merupakan
bentuk paling awal agama, sehingga manusia tahu apa yang harus dikerjakannya semasa di
dunia. Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya atau ada juga untuk menjaga kebahagiaan hidup.

BAB 7

RUMUSAN PANCASILA

Rumusan Pancasila dimulai pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional yang juga tokoh
BPUPKI mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usulan mengenai asas dasar
negara yang telah dikemukakan dalam sidang-sidang BPUPKI. Dari pertemuan tersebut lahirlah
Piagam Jakarta yang di dalamnya terdapat perumusan dan sistematika Pancasila.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kalah kepada sekutu dan terjadi kekosongan
kekuasaan di Indonesia. Inggris yang oleh sekutu diserahi tugas untuk memelihara keamanan di
wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia pada saat itu belum datang. Situasi kekosongan
kekuasaan itu tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia dan segera mempersiapkan proklamasi
kemerdekaan. Penyelenggaraan proklamasi kemerdekaan disiapkan oleh PPKI yang terlah
terbentuk sbeelumnya. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 telah
melahirkan negara Republik Indonesia.

Akan tetapi, tidak sampai disana, untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana
lazimnya, maka PPKI segera mengadakan sidang. Sidang PPKI 18 Agustus 1945 yang
menghapus tujuh kata dari sila pertama dan ketentuan presiden sebagai orang Indonesia asli.
Perubahan yang cukup mendasar ini dikasi oleh Drs. Moh. Hatta setelah menerima tamu seorang
opsir Kaigun Jepang yang memberitahu bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik di daerah yang
dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang di Indonesia Timur menytakan keberatan dengan rumusan
tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebab itulah demi menjaga persatuan, tercapai
kesepakatan untuk menghapus tujuh kata dalam sila pertama.

Undang-undang yang disusun oleh BPUPKI adalah Undang-Undang Dasar yang ditetapkan oleh
PPKI, tidak memusat satu pasalpun mengenai wilayah dan batas negara, karena itulah dalam

14
rapat 18 Agustus 1945, Ir. Soekarno menerangkan bahwa dirinya diberitahukan oleh Jenderal
Terauchi bahwa negara Indonesia merdeka akan meliputi batas Hindia Belanda dulu. Kemudian
dengan disahkannya Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945, resmilah Indonesia menjadi
sebuah negara dengan Ir. Soekarno sebagai presiden, dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara. Akan tetapi, tantangan tetap
ada. Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September
yang masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya
dana pa motif di belakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok religi terbesar
menyebarkan bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi
ideologi komunis. Akibat gerakan tersebut, enam jendral dan satu kapten serta beberapa orang
lainnya dibunuh oleh oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta.

Keenam perwira tinggi militer Indonesia yang dibunuh adalah:

1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi
Tertinggi);

2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi);

3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan
dan Pembinaan);

4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen);

5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik);

6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat).

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya,, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu
CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut. Para korban dibuang ke
lokasi di Pondok Gede, Jakarta, yang dikenal sebagai Lubang Buaya, ditemukan pada 3 Oktober.

Pada 6 Oktober, Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan “persatuan nasional”, yaitu
persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Pada

15
tanggal 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima
Angkatan Darat di Istana Negara.

Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer
Indonesia di bawah pimpinan Soeharto pada saat itu. Peristiwa G30S/PKI sering dikaitkan
dengan kesaktian Pancasila karena pada peristiwa tersebut terbukti ampuhnya kesaktian
Pancasila. Sehingga pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari
Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober ditetap sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.

BAB 8

BUTIR BUTIR PANCASILA

8. 1. Sila Pertama

Sila pertama dari Pancasila Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa, kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa
Sansekerta ataupun bahasa Pali. Dapat disimpulkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang
Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu
individual sosok Tuhan, tetapi dimaksudkan kepada sifat-sifat luhur atau mulia Tuhan
yang mutlak harus ada. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya
makhluk lain diciptakan oleh Sang Pencipta, Causa Prima, wajib menjalankan perintah
Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat
yang berdasar Pancasila menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing dan harus
menjalankan ibadahnya, dan hendaknya juga diterapkan dalam kehidupan rukun
beragama.

8. 2. Sila Kedua

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah sederet kata yang merupakan suatu
frasa, unsur inti sila tersebut dari kata Kemanusiaan secara morfologis berarti ”abstrak”
atau “hal”, kesesuaian dengan hakikat manusia. Sila ini dijiwai dan didasari oleh sila
pertama dan mendasari sila ketiga. Sila kedua mengandung cita-cita kemanusiaan yang
lengkap bersumber pada hakikat manusia. Diharapkan makna dari sila ini dapat

16
mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati harkat dan martabat manusia sebagai
pribadi dan anggota masyarakat, karena setiap manusia berhak mempunyai kehidupan
yang layak. Dalam pelaksanaannya, manusia harus senantiasa berpedoman pada suatu
norma yang baik, agar telaksana nilai-nilai hakikat manusia.

8. 3. Sila Ketiga

Pada dasarnya, manusia diciptakan berbagai macam suku, budaya, dan bangsa, adalah satu
kenyataan yang tidak dibantah siapapun, termasuk bangsa Indonesia yang terpisah oleh
lautan luas dan ribuan pulau. Perlu untuk memulihkan kesadaran dari makna ketiga
Persatuan Indonesia dalam pribadi masing-masing agar menyadari betapa pentingnya
persatuan dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah mengatakan selama
350 tahun Indonesia dijajah dan dieksploitasi segala sumber dayanya, baik alam maupun
manusia. Perjuangan Indonesia yang dulu bersifat kedaerahan tidak menghasilkan apapun,
kemudian bangkitlah kesadaran terutama pemuda-pemuda Indonesia untuk saling bersatu
melawan penjajah bersama. Melihat sejarah dalam mencapai kemerdekaan, tidak lepas
dari rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa, maka itulah yang menjadikan persatuan
Indonesia menjadi salah satu pondasi kuat Indonesia menjalankan pemerintahan.

8. 4. Sila Keempat

Sila keempat merupakan penjelmaan dalam dasar politik negara, Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menjelaskan
bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi. Kaitannya dengan arti dan makna sila
keempat adalah sistem demokrasi itu sendiri, dimaksudkan kepada bagaimana konsep
demokrasi yang bercerita bahwasanya setiap apapun langkah yang diambil pemerintah
harus ada kaitannya atau unsur dari oleh dan untuk rakyat. Kebijaksanaan ini merupakan
suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat
banyak. Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai dengara demokrasi-
perwakilan yang dipimpin oleh orang professional-dewasa melalui sistem musyawarah.

8. 5. Sila Kelima

Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia menandakan bahwa Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam

17
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini, dikembangkan perbuatan luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu,
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain. Keadilan tersebut didasari dan dijiwai
oleh hakikat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya,
serta hubungan manusia dengan Tuhan. Konsekuensinya, nilai-nilai keadilan yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama adalah meliputi keadilan distributif (negara wajib
memberi bantuan kepada warganya), keadilan legal (warga yang menaati undang-undang
negara), dan keadilan kumulatif (timbal balik).

BAB 9

DINAMIKA PENGAMALAN PANCASILA

9. 1. P4

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (disingkat P4) atau Eka Prasetya
Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan
bernegara semasa Orde Baru. Dibentuk dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang
Eka Prasetya Pancakarsa, namun saat ini P4 sudah tidak berlaku lagi. Dalam perjalanannya
36 butir Pancasila dikembangkan lagi menjadi 45 butir oleh BP7, tidak pernah
dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar diamalkan dalam keseharian
warga Indonesia. Isian dari P4 ini menerangkan butir-butir Pancasila dengan menambahkan
lambang pada setiap sila; sila pertama bintang, sila kedua rantai, sila ketiga pohon beringin,
sila keempat kepala banteng, dan sila kelima padi dan kapas.

9. 2. MKDU-PT

Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila, sesuai dari Pembukaan UUD 1945,
secara resmi disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Dari berbagai rumusan Pancasila
yang sah dan benar adalah pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang Pendidikan Pancasila
sebagai Mata Kuliah. Program ini diarahkan untuk meningkatkan kecerdasar kehidupan
bangsan dan kualitas sumber data manusia, mengembangkan manusia dan masyarakat

18
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan keahlian dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, menumbuhkan dan mempertebal rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, wawasan keunggulan, kesetiakawanan
sosial, kesadaran pada sejarah bangsa dan memiliki sikap menghargai jasa para pahlawan
serta berorientasi ke masa depan.

9. 3. Sosialisasi Empat Pilar MPR

Zaman sudah berubah, banyak terjadi kekacauan, kerusuhan antar kelompok agama,
kelompok masarakat, antar pelajar, demonstrasi mahasiswa di luar toleransi atau sudah
menjurus anarkisme. Aspirasi mereka dalam tuntutan tak lagi murni, mudah dihasut oleh
orang atau kelompok yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan kelompok tertentu.
Disebabkan akibat kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap makna Pancasila. Semua
fenomena negatif ini harus diakhiri dengan membangkitkan semangat, pengetahuan
mengenai pentingnya empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan adanya
sosialisasi dari MPR.

Revitalisasi, reaktualisasi, dan transformasi nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar
berbangsa dan bernegara ialah :

- Pancasila sebagai dasar negara, falsafah, dan pandangan hidup bangsa;

- UUD NRI 1945 sebagai konsensus yang harus dijaga keutuhannya;

- Bhineka Tunggal Ika sebagai paham kebersamaan dan kegotongroyongan, semangat


untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan

- Sistem demokrasi yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Negara Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan semangat


kebangsaan oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umu, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Semua tujuan tersebut tekandung dalam Pembukaan UUD 1945.

9. 4. UK4 Ideologi Pancasila

19
Pemerintah telah membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-
PIP). Keputusan pembentukan unit ini diputuskan melalui Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2017 berada langsung di bawah Presiden Joko Widodo. Dikutip dari Perpres Bab III
mengenai Tugas dan Fungsi, UKP-PIP bertugas membantu presiden dalam merumuskan
arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pancasila dan melaksanakan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan
berkelanjutan. UKP-PIP juga berfungsi sebagai pemantau, mengevaluasi, dan mengusulkan
langkah strategi untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila serta
melaksanakan kerja sama dan hubungan antar-lembaga dalam pelaksanaan pembinaan
ideologi Pancasila.

BAB 10

KEWARGANEGARAAN

Negara bisa menjadi jembatan penghubung antara kebebasan yang satu dan yang lain. Jika
dilihat secara mendalam, negara memiliki fungsi mewujudkan hak-hak warga negaranya,
merujuk pendapat Friedrich Hegel, negara merupakan organisasi yang muncul sebagai sintesis
dari kemerdekaan individual dengan kemerdekaan universal. Hal ini mirip dengan apa yang
dipaparkan Isiyah Berlin tentang negara yang memiliki fungsi untuk menjembatani pertarungan
antara kebebasan positif dan kebebasan negatif. Dalam struktur masyarakat selalu ada dikotomi
antara pengatur dan yang diatur. Jadi, negara memiliki wewenang penuh mengatur dan
mengendalikan persoalan bersama atas masyarakat.

Secara termimologi, negara diartikan sebagai organisasi di antara satu kelompok msyarakat yang
mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintah
yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang
meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara, yakni adanya masyarakat, adanya wilayah,
dan adanya pemerintah yang berdaulat. Menurut Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan dan sebagai makhluk sosial.

Adapun beberapa teori tentang terbentuknya negara :

1. Teori Kontak Sosial : Beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian


masyarakat.

20
2. Teori Ketuhanan : Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin negara ditunjuk
oleh Tuhan Raja dan pemimpin negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan.

3. Teori Kekuatan : Negara yang pertama adalah dominasi dari komunikasi terhadap kelompok
lemah, dibentuk dengan penaklukan.

4. Teori Organis : Negara disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang individu
merupakan komponennya.

5. Teoris Historis : Negara tumbuh dari hasil revolusioner sesuai kebutuhan manusia.

Dalam teori modern, terdapat beberapa bentuk negara :

1. Negara Kesatuan

Bentuk negara yang merdeka dan berdaulat. Terbagi menjadi negara kesautan yang
menggunakan sistem sentralisasi dimana urusan negara langsung diatur oleh pemerintah
pusat, dan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi dimana terdapat kepala daerah
sebagai pemerintah daerah.

2. Negara Serikat

Bentuk negara dimana kekuasaan asli dalam negara merupakan tugas negara bagian karena
berhubungan dengan rakyatnya, sementara negara federasi bertugas untk menjalankan
hubungan luar negeri. Terbagi menjadi tiga kelompok :

a) Monarki : Pemerintahan hanya dikuasai dan diperintah oleh satu orang saja.

b) Olgarki : Biasanya diperintah dari kelompok orang yang berasal dari kalangan feudal.

c) Demokrasi : Rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahan.

Warga negara menurut KBBI (2002) adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan
keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai hak dan kewajiban penuh sebagai
warga dari negara itu sendiri. Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan
penanggung jawab kemajuan dan kemunduran suatu negara, oleh karena itu seseorang yang
menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara
tersebut.

21
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam praktik
harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk
didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan bagi individu dalam melaksanakan sebagai
anggota warga negara guna mendapatkan pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam praktik
kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimbangan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat
dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.
Hak warga negara Indonesia ditentukan dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A sampai
28I, dan Pasal 31 ayat (1). Akan tetapi, walau sudah ada dasar hukum yang melindungi hak-hak
warga negara, tetapi saja ada banyak kasus pelanggaran hak yang besar, seperti Tragedi Trisakti,
dan Pergusuran Rumah.

Menurut Ali Yafi’ dalam Ahammiyatul Jihad, nasionalisme merupakan bentuk pengkultusan
kepada suatu bangsa yang diaplikasikan dengan memberikan kecintaan dan kebenci kepada
seseorang berdasarkan pengkultusan tersebut, ia berperang dan mengorbankan hartanya demi
membela tanah air belaka (walaupun dalam posisi salah) yang secara otomatis akan
menyebabkan lemahnya loyalitas kepada agama yang dianut bahkan menjadi hilang sama sekali.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri
sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-
beraikan bangsa satu dengan yang lain, disebut dengan chauvinism. Sedangkan dalam arti luas,
nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara
dan sekaligus menghormati bangsa lain. Jadi, nasionalisme dapat diarikan sebagai sebuah paham
yang membentuk loyalitas berdasarkan kesatuan tanah air, budaya, dan suku.

Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas kolonialisme. Pengalaman
penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan semangat solidaritas sebagai satu
komunitas yang mesti bangkit dan hidup menjadi bangsa merdeka. Ada beberapa upaya untuk
menumbuhkan jiwa nasionalisme :

1. Menggunakan produk-produk dalam negeri, karena hal ini dapat meningkatkan kreativitas
bangsa untuk membuat sesuatu yang tidak kalah menarik dengan produk-produk luat negeri
dan akan menciptakan pendapatan ekonomi di kalangan masyarakat.

22
2. Terus membuat suatu prestasi yang membanggakan baik dalam bidang sains, olahraga,
teknologi, dan sebagainya, karena dengan prestasi tersebut akan membuat negara ini disegani
oleh negara lain di dunia, dan bukan lagi dianggap sebagai negara para pecundang.

3. Jangan melupakan para pahlawan bangsa, karena kemerdekaan sekrang adalah berkah
mereka para pahlawan yang berjuang.

Secara terminologis, patriotism berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti sifat
kepahlawanan atau jiwa pahlawan. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah, dan
rela berkorban demi bangsa dan negara, pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda
maupun jiwa raga. Patriotisme lebih berbicara akan cinta dan loyalitas. Sikap patriotism bangsa
Indonesia telah dimulai sejak zaman penjajahan, dengan banyaknya pahlawan yang gugur dalam
rangka mengusir penjajah, sikap patriotis memuncak setelah proklamasi kemerdekaan pada
periode perjuangan fisik antara tahun 1945 sampai tahun 1949, yaitu periode mempertahankan
negara dari keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Ada beberapa ciri yang
menunjukkan seseorang memiliki jiwa patriotisme, di antaranya:

1. Cinta tanah air.

2. Menempatkan persatuan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara di atas kepentingan
kelompok dan individu.

3. Tidak kenal menyerah dan putus asa.

4. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

5. Berjiwa pembaharu.

Bangsa Indonesia terkenal akan budayanya yang beraneka ragam dan memiliki kekayaan yang
melimpah ruah yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun saat ini banyak pemuda yang sudah
berkurang sikap patriotismenya, generasi muda anti patriotism adalah mereka yang melakukan
hal-hal bertentangan dengan nilai kebangsaan, norma sosial, dan agama. Patriotisme pemuda
Indonesia telah memiliki peran penting dalam mengubah perjalanan sejarah bangsa Indonesia,
mulai dari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober pada tahun 1928 hingga era reformasi 1998.
Banyak cara yang dapat menunjukkan bahwa pemuda mempunyai jiwa patriotisme di antaranya

23
dengan mengisi kegiatan sehari-hari dengan hal positif dan berguna bagi diri sendiri, masyarakat,
dan bangsa. Seperti lewat kegiatan olahraga, seni, diskusi, pendidikan, dan lain sebagainya.

Bisa dikatakan bahwa Negara Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi yang mempunyai
idealisme cinta tanah air dan bangsa. Akan tetapi, setelah merdeka pun masih banyak masalah
sosial di dalam negeri. Inilah persoalan yang akan dikaji, bagaimana kita sebagai warga
Indonesia untuk lebih mencintai tanah air agar tidak ada lagi perselisihan dan kerusuhan akibat
banyaknya perbedaan yang terjadi. Mulai dari hal-hal kecil akan berpengaruh besar bagi
kelangsungan negara. Sebagai warga negara banyak contoh yang menunjukkan rasa cinta tanah
air seperti para guru yang bersedia ditempatkan untuk mengajar di daerah terpencil, atlet-atlet
berprestasi, dan perlu kita mulai pada diri sendiri dengan menghormati upacara bendera.

BAB 11

PEMERINTAH

11. 1. Sistem Pemerintah

Secara etomologis, sistem pemerintahan dapat disebut sebagai cara menyuruh melakukan
sesuatu atau tatanan kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau negara.
Dalam arti sempit, pemerintah adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan
eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan negara. Kekuasaan dalam suatu negara menurut Monteaquieu
diklasifikasikan menjadi tiga:

a) Kekuasaan Eksekutif, kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan


menjalankan pemerintahan;

b) Kekuasaan Legislatif, kekuasaan membentuk undang-undang; dan

c) Kekuasaan Yudikatif, kekuasaan mengadili pelanggaran atas undang-undang.

Tujuan pemerintahan negara dalam dasar negara pada umumnya berisi cita-cita, visi, dan
misi pembentukan negara. Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik,
presiden adalah kepala negara dan berkewajiban membentuk departemen yang akan

24
melaksanakan kekuasaan eksekutif dan melaksanakan undang-undang dengan setiap
departemen dipimpin oleh seorang menteri. Kabinetnya dapat berbentuk presidensial
(dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah dipegang presiden), dan
kabinet ministrial (dimana baik seorang menteri secara sendiri-sendiri atau bersama
seluruh anggota kabinet bertanggung jawab kepada parlemen).

Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial (apabila badan eksekutif berada di luar


pengawasan langsung badan legislatif) dan parlementer (apabila badan eksekutif sebagai
pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif)
didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem
pemerintahan presidensial, badan eksekutif memiliki kedudukan yang independen dan
tidak berhubungan secara langsung, dipilih oleh rakyat secara terpisah seperti pada
halnya di Indonesia. Sistem pemerintahan negara-negara di dunia berbeda, disesuaikan
dengan keadaan bangsa dan negaranya, namun bisa juga berguna bagi negara lain.
Pembangunan sistem pemerintahan di Indonesia tidak lepas dari hasil mengadakan
perbandingan sistem pemerintahan antar-negara, sebagai negara dengan sistem
pemerintahan presidensial, Indonesia banyak mengadopsi praktik-praktik pemerintahan
di Amerika Serikat.

11. 2. Kekuasaan Pemerintah

Pembagian kekuasaan pemerintah seperti didapat garis-garis besarnya dalam susunan


ketatanegaraan dalam UUD 1945, bersumber kepada susunan ketatanegaraan Indonesia
asli yang dipengaruhi besar oleh pikiran-pikiran falsafah negara Inggris, Perancis, Arab,
Amerika Serikat, dan Soviet Rusia. Ajaran Trias Politica di luar negeri mempengaruhi
tindakan atas tiga kekuasaan. Dalam sistem pemerintahan Indonesia ditentukan adanya
satu jabatan presiden dan satu jabatan wakil presiden, yang pada hakikatnya merupakan
satu lembaga (institusi) yang tidak terpisahkan. Kalaupun diberhentikan secara politik,
maka keduanya harus berhenti secara bersama-sama.

Pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang dimiliki oleh negara
untuk memerintah, mewakili, dan mengurus untuk diberikan kepada beberapa lembaga
negara agar terhindar dari pemusatan kekuasaan pada satu pihak. Pembagan ini dibagi
mencari dua, yaitu secara vertikal (menurut tingkatnya), dan secara horizontal (menurut
25
fungsinya). Susunan organisasi negara dan wewenangnya tercantum dalam UUD 1945
setelah amandemen.

11. 3. Pemerintah yang Baik

Tujuan suatu negara tidak lain untuk mewujudkan masyarakat dengan kehidupan yang
baik, dimana terdapat dalam fungsi negara yaitu melaksanakan kepentingan rakyat
dengan norma yang berlaku. Penyelenggara pemerintah yang baik sangat dibutuhkan
yang dimana menjadi landasan pembangunan dan pembuatan kebijakan negara yang
demokratis dalam era globalisasi. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
menjelaskan prinsip kepemerintahan terdiri dari profesionalitas, akuntabilitas,
transparansi, pelayanan prima, demokrasi dan partisipasi, efisiensi dan efektivitas, dan
supremasi hukum.

BAB 12

IDENTITAS NASIONAL

12. 1. Lambang Negara

Sesuai dengan konstitusi RIS 27 Desember 1949, maka pemerintah mempunyai


kewajiban untuk mentapkan lambing negara. Pasal 3 UUDS 1950 antara lain
menyebutkan lambang negara ditetapkan oleh pemerintah, realisasi ini dilakukan dengan
menerbitkan PP No. 66/1951 tanggal 17 Oktober 1951 yang menetapkan lambang negara
adalah Burung Garuda. Banyak kisah garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan,
kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan wisnu, garuda memiliki
sifat wisnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Pada tanggal 10
Januari 1950, pemerintah membentuk panitia Lencana Negara yang nantinya akan
menyebarkan sayembara lambang negara yang nantinya akan diseleksi. Setelah
rancangan terpilih, Presiden RIS Ir. Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta
terus melakukan keperluan penyempurnaan rancangan tersebut, pada akhirnya sepakat
mengganti pita yang dicengkram garuda semula adalah pita merah putih menjadi pita
putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Rancangan garuda terus
dikembangan pada akhirnya Sultan Hamid II mengajukan rancangan Rajawali-Garuda
Pancasila atau disebut Garuda Pancasila, kemudian Soekarno memerintahkan pelukis

26
istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut dan diperbaiki posisi cakar kaki, dan
menambahkan jambul. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar
dair bahan perunggu berlapis emas dalam Ruangan Kemerdekaan Monumen Nasional.

Lambang negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas :

a) Warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;

b) Warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;

c) Warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;

d) Warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan

e) Warna alam untuk seluruh gambar lambang.

12. 2. Bhineka Tunggal Ika

Awalnya, semboyan Indonesia sangat panjang. Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Dharmma Mangrwa. Dikenal pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan
Wisnuwardhana, dilakukan oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma. Perumusan ini
pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan sehubungan dengan usaha Bina Negara Kerajaan Majapahit
saat itu. Dalam Kitab Sutasoma, definisi Bhineka Tunggal ika lebih ditekankan pada
perbedaan dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama yang ada di kalangan
masyarakat Majapahit. Namun sebagai semboyan Negara Republik Indonesia, konsep
Bhineka Tunggal Ika memiliki cangkupan lebih luas seperti perbedaan suku, bangsa,
budaya, beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan menuju kesatuan nusantara.

Bhineka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan
yang terikat dalam suatu kesatuan. Kedua prinsip tersebut adalah asas yang mengakui
adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku, bangsa, adat
budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta
didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam
kesatuan yang kokoh. Ada beberapa cara untuk menjadikan Bhinneka Tunggal Ika lebih
membumi dalam pribadi masyarakat heteron, salah satunya yaitu dengan identitas sosial
mutual differentiation model dari Brewer & Gaertner (2003) dimana seseorang atau

27
kelompok tertentu mempertahankan identitas asal namun secara bersama yang pada
akhirnya mempersatukan mereka semua.

12. 3. Gotong Royong

Ciri khas bangsa Indonesia salah satunya adalah gotong royong. Dalam kehidupan
ekonomi misalnya, yang semula bangsa Indonesia berdasarkan pertanian, setelah
masuknya masa industrialisasi, semangat gotong royong masyarakat berkurang. Hal ini
disebabkan karena masyarakat sekarang cenderung bersifat individualistis sehingga ada
anggapan umum “hidup bebas asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”. Faktor-
faktor penghambat gotong royong dapat diupayakan dengan mengadakan kegiatan
bersama paling sedikit mulai dari daerah RT atau RW, peranan tokoh masyarakat yang
mensosialisasikan kelebihan gotong-royong, serta peranan pemerintah untuk mewadahi.

BAB 13

GEOPOLITIK

13. 1. Bebas Aktif

Indonesia menganut politik bebas aktif merujuk pada bebas menentukan sikap ke
masalah-masalah internasional dan lepas dari pengaruh blok timur dengan paham
komunis dan pengaruh blok barat dengan paham liberalis serta selalu aktif dalam
membina perdamaian dunia internasional. Sudah banyak tindakan yang Indonesia
lakukan untuk mewujudkan teori bebas aktifnya seperti

a) Sebagai penyelenggara Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1966,


menghasilkan Deklarasi Bandung, dihadiri banyak negara Asia-Afrika yang merasa
senasib.

b) Sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 1961, meredakan
ketegangan yang ada di antara blok timur dan blok barat.

c) Aktif ikut mendirikan Association of South East Asian Nation (ASEAN), organisasi
politik Asia Tenggara.

28
d) Ikut menyelesaikan konflik di Kamboja, perang saudara di Bosnia, dan pertikaian
antara pemerintah Filipina dan Bangsa Moro.

13. 2. Pengakuan HAM

Bangsa Indonesia memberi pengakuan Hak Asasi Manusia sebagaimana tercantum dalam
UUD 1945 :

a) Pembukaan UUD 1945 Alinea 1, “…kemerdekaan adalah hak segala bangsa…”,


mengandung hak kemerdekaan dan kebebasan.

b) Batang tubuh UUD 1945 Pasal 27 – Pasal 34 yang mencangkup hak dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengakuan Hak Asasi Manusia sebagaimana tercantum dalam konstitusi tersebut


sebenarnya telah lebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir
pada 10 Desember 1998, mengartikan bahwa sejak awal bangsa Indonesia telah
menyadari akan adanya Hak Asasi Manusia walau dirumuskan dengan singkat dan garis
besarnya saja. Pada tahun 1993 di era Order Baru, berdasarkan Keputusan Presiden No.
50 Tahun 1993, didirikanlah lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) pada tanggal 7 Juni 1993. Komnas HAM adalah organisasi independen yang tidak
berpihak, visioner, dan memiliki misi membantu menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran
HAM di masyarakat Indonesia, serta melakukan kegiatan pendidikan dan penyuluhan
masyarakat tentang HAM. Perkembangan berikutnya terjadi pada era reformasi sekarang
ini, ditandai dengan demokrasi, keterbukaan, dan Hak Asasi Manusia semakin
diperjuangkan.

a) Ditetapkan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Piagam Hak-hak Asasi


Manusia pada 13 November 1998.

b) Disahkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada
tanggal 23 September 1999.

c) Ditetapkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi


Manusia.

29
d) Rumusan baru mengenai Hak Asasi Manusia dalam Pasal 28A sampai Pasal 28J
UUD 1945 hasil amandemen pertama tahun 2000.

Keempat rumusan tersebut dapat dikatakan sebagai piagam penting bangsa Indonesia
akan pengakuan, perlindungan, dan pengayoman Hak Asasi Manusia.

13. 3. Demokrasi LUBER

Sesuai Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, menyatakan Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPRD, dan DPD, diselenggarakan secara demokrasi dengan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Disebut sebagal Demokrasi LUBER.

13. 4. Multi-partai

Sistem multipartai adalah sebuah sistem yang terdiri atas berbagai partai politik yang
berlaga dalam pemilihan umum, dan semuanya memiliki hak untuk memegang kendali
atas tugas-tugas pemerintah baik secara terpisah atau dalam koalisi. Banyak dipraktikkan
dalam sistem parlementer dibanding sistem presidensial.

BAB 14

GEOSTRATEGIS

Indonesia terletak pada 90 BT – 141 BT dan 6 LU – 11 LS, dengan melihat aspek astronomis
tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan (interelasi) dengan kondisi tersebut yaitu
perkiraan panjang dan lebar wilayah kepulauan Indonesia, Indonesia yang terletak di daerah
equator beriklim tropis dengan musim kemarau dan musim hujan, dan mengakibatkan Indonesia
tidak silalui gerakan siklon besar seperti tornado.

Letak geologis Indonesia di pertemuan 3 lempeng aktif dunia (Indo-Australia, Eurasia, dan
Pasifik) pun ikut berdampak menghasilkan beberapa fenomena seperti relief yang bervariasi
menciptakan panorama mengagumkan, terdapat aneka macam bahan galian di berbagai daerah,
terbentuknya dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul yang menunjang terhadap berkembangnya
sektor perikanan, serta banyak terjadi erupsi gunung api dan gempa bumi di sepanjang jalur
pahatan. Letak geografis Indonesia menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik,

30
menjadikan peranan Indonesia sebagai jembatan Benua Asia dan Benua Australia, juga
menyebabkan terwujudnya koordinasi kerjasama dalam bentuk negara ASEAN. Dalam hal
ekonomi, kepulauan Indonesia memiliki peran dalam penyediaan sumber daya alam dan
produksi pangan, posisi Indonesia pun berdampak menjadi salah satu pusat lalu lintas/transit
perdagangan dunia. Sementara dalam hal sosial budaya, letaknya menjadikan Indonesia sebagai
negara agraris dan maritim dan pusat lahirnya peradaban dan kebudayaan tinggi di dunia.

Secara etimologis, wawasan nusantara adalah cara pandang terhadap kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua dan dua samudra. Wawasan Nusantara dilatarbelakangi dalam beberapa
aspek seeperti :

a) Falsafah Pancasila, terkandung nilai-nilai penerapan HAM, mengutamakan kepentingan


masyarakat, dan pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
b) Aspek Kewilayahan Nusantara, berpengaruh pada geografi yang kaya SDA dan suku bangsa.
c) Aspek Sosial Budaya, terjadi karena Indonesia miliki ratusan suku bangsa yang keseluruhan
memiliki adat-istiadar, bahasa, agama, dan kepercayaan berbeda.
d) Aspek Sejarah, Indonesia mempunyai banyak pengalaman sejarah yang tak ingin terulangnya
perpecahan dalam bangsa dan negara.

31

Anda mungkin juga menyukai