Anda di halaman 1dari 9

Kesultanan Jeumpa

Kerajaan Jeumpa merupakan salah satu kerajaan Islam di nusantara yang muncul sekitar
abad ke 7 M. Adapun pendiri dari kerajaan Jeumpa ini ialah Salman Al Parsi. Kerajaan Jeumpa
menjadi tempat penyebaran pertama Islam untuk pertama kalinya di wilayah nusantara kala itu.
Penyebaran agama Islam di Kerajaan Jeumpa kala itu dipengaruhi oleh para pedagang
muslim yang berasal dari Persia. Secara perlahan Kerajaan Jeumpa hingga para masyarakat pun
memeluk Islam. Sekitar tahun 777 Masehi, kerajaan secara sepenuhnya menjadi kerajaan yang
bercorak Islam.
Daerah cakupan Kerajaan Jeumpa mencakup Kabupaten Beureun. Masa keruntuhan
Jeumpa terjadi sekitar tahun 880 M. Secara umum kerajaan Jeumpa menjadi kerajaan yang
memiliki ramai penduduk. Adapun pusat pemerintahan dari Kerajaan Jeumpa ialah kota
pelabuhan.
Kota ini termasuk sebagai tempat persinggahan dan perdagangan strategis di pulau
Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga masuk dalam jalur perdagangan dan pelayaran yang strategis di
wilayah Selat Malaka. Wilayahnya yang strategis tersebut menjadikan masyarakat Kerajaan
Jeumpa memilih berdagang.
Kawasan perdagangan Kerajaan Jeumpa terletak di wilayah pesisir utara Pulau Sumatera.
Kerajaan Jeumpa juga telah menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan berbagai
kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh pulau Sumatera.
Selain dengan kerajaan-kerajaan di nusantara, Kerajaan Jeumpa juga telah memiliki kerja
sama perdagangan dengan berbagai kerajaan dari wilayah Persia, Arab, India bahkan Tiongkok.
Dalam mempelajari berbagai kerajaan Islam di Nusantara yang ada, buku Mengenal
Kerajaan Islam Nusantara hadir untuk memberikan penjelasan sejarah mengenai kerajaan yang
ada sebagai wawasan serta karakter sebagai umat Islam.
Sumber= gramedia
Sebelum kedatangan Islam, di daerah Jeumpa sudah berdiri suatu kerajaan Hindu yang
dipimpin turun temurun oleh seorang meurah. Pada saat itu kerajaan ini sudah dikenal di seluruh
penjuru dan mempunyai hubungan perdagangan dengan Cina, India, Arab dan lain-lain. Pada
awal masa zaman VIII seorang pemuda bernama Abdullah dari India belakang memasuki pusat
kerajaan di daerah Blang Seupeueng dengan kapal niaga melalui Kuala Jeumpa dengan tujuan
berjualan.

Abdullah kesudahan tinggal bersama masyarakat dan menyiarkan agama Islam. Rakyat di
negeri tersebut dengan mudah menerima Islam sebab tertarik dengan perilakunya. Abdullah
kesudahan dinikahkan dengan puteri raja bernama Ratna Kumala. Di kesudahan hari Abdullah
dinobatkan menjadi raja menggantikan bapak mertuanya, yang kesudahan wilayah kekuasaannya
dia berikan nama dengan Kerajaan Jeumpa, sesuai dengan nama negeri asalnya di India
Belakang (Persia) yang bernama Champia, yang faedahnya harum, wangi dan semerbak.
Sementara Bireuen sebagai ibukotanya, berarti kemenangan.

Sesuai silsilah keturunan sultan-sultan Melayu, yang dikeluarkan oleh Kerajaan Brunei
Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao, Kerajaan Islam Jeumpa pada 154 H atau tahun 777
M dipimpin oleh seorang pangeran dari Persia yang bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah
Salman yang kawin dengan Puteri Mayang Seuludong (Dialek Bireuen: Manyam Seuludang) dan
memiliki beberapa anak, selang lain Syahri Duli, Syahri Tanti, Syahri Nawi, Syahri Dito dan
Puteri Makhdum Tansyuri yang menjadi ibu dari sultan pertama Kerajaan Islam Perlak. Menurut
penelitian sejarawan Aceh, Sayed Dahlan al-Habsyi, syahri adalah gelar pertama yang digunakan
keturunan Nabi Muhammad di Nusantara sebelum menggunakan gelar meurah, habib, sayyid,
syarif, sunan, teuku dan lainnya. Syahri diambil dari nama istri Sayyidina Husein bin Ali, Puteri
Syahri Banun, anak Maha Raja Persia terakhir. Syahr Nawi adalah salah satu tokoh yang
berpengaruh dalam pengembangan Kerajaan Peureulak, bahkan ia dianggap arsitek pendiri kota
pelabuhan Peureulak pada tahun 805 M yang dipimpinnya langsung, dan diserahkan kepada anak
saudaranya Maulana Abdul Aziz.

Keberadaan Kerajaan Islam Jeumpa ini dapat pula ditelusuri dari pembentukan Kerajaan
Perlak yang dianggap sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara. Perlak pada tahun 805
Masehi adalah bandar pelabuhan yang diduduki pedagang keturunan Parsi yang dipimpin
seorang keturunan Raja Islam Jeumpa Pangeran Salman al-Parsi dengan Putri Manyang
Seuludong bernama Meurah Syahr Nuwi. Sebagai suatu pelabuhan dagang yang maju dan
terlindung menjadi tempat persinggahan kapal dagang Muslim Arab dan Persia. Dampaknya
warga muslim di daerah ini merasakan perkembangan yang cukup pesat, terutama sekali lantaran
jumlah terjadinya perkawinan di selang saudagar muslim dengan wanita-wanita setempat,
sehingga melahirkan keturunan dari percampuran darah Arab dan Persia dengan putri-putri
Perlak. Keadaan ini membawa pada berdirinya kerajaan Islam Perlak pertama, pada hari selasa
bulan Muharram, 840 M. Sultan pertama kerajaan ini merupakan keturunan Arab Quraisy
bernama Maulana Abdul Azis Syah, bergelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah.
Menurut Wan Hussein Azmi, pedagang Arab dan Persia tersebut termasuk dalam kelompok
Syi'ah. Wan Hussein Azmi dalam Islam di Aceh mengaitkan kedatangan mereka dengan
Revolusi Syi'ah yang terjadi di Persia tahun 744-747.

Sumber = http://p2k.unkris.ac.id/id3/2-3065-2962/Royal-Jeumpa_41727_unkris_p2k-unkris.html
Sejarah Kerajaan Jeumpa dimulai dari sebelum kedatangan agama islam. Keberadaan kerajaan
ini bisa ditelusuri dari pembentukan Kerajaan Perlak.

Kerajaan Perlak diyakini merupakan kerajaan islam pertama di Nusantara, yang pada tahun 805
Masehi dipimpin oleh seorang seorang keturunan Parsi bernama Salman al-Parsi.

Raja Islam Jeumpa tersebut menikahi seorang putri Manyang Seuludong yang bernama Meurah
Syahr Nuwi.

Dengan perkembangan pernikahan pribumi dengan saudagar-saudagar muslim, lambat laun


menjadi awal berdirinya sebuah kerajaan Islam Perlak Pertama, yaitu pada hari selasa di bulan
Muharram tahun 840 Masehi.

Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini bernama Maulana Abdul Azis Syah, bergelar Sultan
Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah, yang merupakan seorang keturunan Arab Quraisy.

Beberapa orang mengaitkan keberadaan orang-orang Arab dan Persia yang menjadi pendatang
ada hubungannya dengan Revolusi Syi’ah yang terjadi di Persia tahun 744-747.

Kerajaan Jeumpa diketahui keberadaannya pada sekitar abad ke-7 Masehi, jika dilihat dari
ikhtisar Radja Jeumpa yang di tulis Ibrahim Abduh.

Kerajaan ini berada di sekitar daerah perbukitan yang istananya terletak di i desa Blang
Seupeueng yang dipagari di sebelah utara, sekarang dinamakan Cot Cibrek Pinto Ubeut.

Wilayah Kerajaan Jeumpa


Berdasarkan penelitian dan observasi yang dilakukan, wilayah Kerajaan Jeumpa ditaksir
menempati wilayah tapak Maligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke selatan yang dikenal
dengan Buket Teungku Keujruen.

Kemungkinan-kemungkinan ini didasarkan pada banyaknya benda-benda yang diperkirakan


adalah peninggalan kerajaan.
Misalnya sebuah kolam mandi kerajaan yang luasnya mencapai 20×20 m, atau keberadaan kaca
jendela, porselin, dan perhiasan-perhiasan seperti cincin dan kalung rantai yang ukurannya
sangat panjang.

Di kawasan ini juga ditemukan bukit yang diperkirakan dan diyakini adalah tempat
persemayaman Raja Jeumpa dan kerabatnya.

Wilayah ini juga didukung dengan letak geografis ujung barat Pulau Sumatera yang
memungkinkan bisa dijadikan sebagai kota pelabuhan transit yang strategis.

Kehidupan Masyarakat dan Keagamaan


Kehidupan masyarakat Kerajaan Jeumpa diketahui memiliki pemukiman penduduk yang cukup
ramai jika dilihat dari lokasinya yang bisa dilalui para saudagar-saudagar dari negeri lain.

Pusat pemerintahan Kerajaan Jeumpa ada di Kuala Jeumpa, yang juga dipakai sebagai kota
pelabuhan.

Pusat pemerintahan ini juga dipakai sebagai lokasi persinggahan dan tempat perdagangan yang
terbilang cukup strategis di Pulau Sumatera pada kala itu.

Kerajaan Jeumpa juga memiliki lokasi yang tepat berada pada jalur perdagangan dan pelayaran
Selat Malaka.

Hal tersebut menjadikan aktivitas utama masyarakatnya adalah bermata pencaharian sebagai
seorang pedagang.

Kawasan jual-beli masyarakat Jeumpa ini terletak di sebuah pesisir utara Pulau Sumatera,
Kerajaan Jeumpa juga menjalin hubungan diplomasi dengan beberapa kerajaan di Pulau
Sumatera.
Tidak hanya berdampingan dengan kerajaan di Sumatera, Kerajaan Jeumpa juga berhubungan
baik dalam hal perdagangan dengan kerajaan-kerajaan seperti Arab, Tiongkok, India, dan Persia.

Dalam bidang keagamaan, Kerajaan Jeumpa dikenal luas menjadi salah satu tempat awal mula
penyebaran Agama Islam di wilayah Nusantara.

Penyebaran islam ini dipimpin oleh orang-orang dari Bangsa persia, yang lambat laun
menjadikan penduduk Jeumpa memeluk agama islam secara perlahan.

Kerajaan Jeumpa pada akhirnya menjadi sebuah kerajaan islam dengan mayoritas penduduk
yang juga muslim pada tahun 777 Masehi.

Silsilah Raja Kerajaan Jeumpa


Berdasarkan garis keturunannya silsilah raja dari Kerajaan Jeumpa merupakan keturunan dari
sultan-sultan Melayu.

Tepatnya seperti apa yang telah dijabarkan oleh Kerajaan Brunei Darussalam dan kesultanan
Sulu Mindano.

Kerajaan Jeumpa bermula saat seorang pangeran dari Persia yang bernama Syahriansyah Salman
atau Sasaniah Salman yang menikah dengan Puteri Mayang Seuludong. Ia memimpin Kerajaan
Jeumpa tepat pada tahun 154 Hijriyah atau pada tahun 777 Masehi.

Salman dan Putri Mayang kemudian dikaruniai anak, ditengahnya Syahri Duli, Syahri Tanti,
Syahri Nawi, Syahri Dito dan Puteri Makhdum Tansyuri yang dihasilkan menjadi ibu dari sultan
pertama Kerajaan Islam Perlak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sejarawan Aceh, Sayed Dahlan al-Habsyi, syahri
yaitu gelar pertama yang dipakai keturunan Nabi Muhammad di bumi Nusantara.

Nama ini dipakai sebelum adanya penggunaan gelar meurah, habib, sayyid, syarif, sunan, teuku
dan lainnya.
Nama Syahri diambil dari nama istri Sayyidina Husein bin Ali, Puteri Syahri Banun, anak Maha
Raja Persia terakhir.

Pembahasan diatas merupakan uraian tentang Kerajaan Jeumpa, yang dikenal sebagai salah satu
kerajaan islam di Indonesia.

Kerajaan Jeumpa merupakan kerajaan yang dipimpin oleh orang-orang keturunan dari muslim
persia yang diketahui bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah Salman.

Saudagara Persia yang menikahi gadis pribumi ini kemudian memimpin kerajaan Jeumpa sambil
mengemban misi penyebaran agama islam di dataran Aceh pada khususnya.

Namun seiring dengan perkembangannya, keberadaan islam di nusantara menyebar dan


berkembang bukan hanya di Pulau Sumatera tetapi diseluruh wilayah.

Pembahasan di atas merangkum dari mulai sejarah singkat Kerajaan Jeumpa, Lokasi Kerajaan
Jeumpa, wilayah Kerajaan Jeumpa.

Dalam pembahasannya diuraikan juga kondisi masyarakat dan keagamaan penduduk kerajaan
Jeumpa hingga silsilah dari Kerajaan Jeumpa.

Sumber = https://haloedukasi.com/kerajaan-jeumpa
Kerajaan Jeumpa
Kerajaan Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang berada di lebih kurang kawasan perbukitan mulai
dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat hingga Pante Krueng Peusangan di sebelah timur
pada lebih kurang zaman ke VIII Masehi. Hal ini berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang ditulis
Ibrahim Abduh, yang disadurnya dari Hikayat Radja Jeumpa.

Istana Raja Jeumpa terletak di desa Blang Seupeueng yang dipagari di sebelah utara, sekarang
disebut Cot Cibrek Pinto Ubeut. Masa itu Desa Blang Seupeueng merupakan permukiman yang
padat penduduknya dan juga merupakan kota bandar pelabuhan luhur, yang terletak di Kuala
Jeumpa. Dari Kuala Jeumpa hingga Blang Seupeueng benar sebuah alur yang luhur, biasanya
dilalui oleh kapal-kapal dan perahu-perahu kecil. Alur dari Kuala Jeumpa tersebut membelah
Desa Cot Bada langsung ke Cot Cut Abeuk Usong atau ke Pinto Rayek (pintu besar).

Sejarah
Sebelum kedatangan Islam, di kawasan Jeumpa sudah berdiri sebuah kerajaan Hindu yang
dipimpin turun temurun oleh seorang meurah. Pada saat itu kerajaan ini sudah diketahui di
seluruh penjuru dan memiliki hubungan perdagangan dengan Cina, India, Arab dan lain-lain.
Pada awal zaman VIII seorang pemuda bernama Abdullah dari India belakangan memasuki pusat
kerajaan di kawasan Blang Seupeueng dengan kapal niaga melalui Kuala Jeumpa dengan tujuan
berdagang.

Abdullah selanjutnya tinggal bersama penduduk dan menyiarkan agama Islam. Rakyat di negeri
tersebut dengan mudah menerima Islam karena tertarik dengan perilakunya. Abdullah
selanjutnya dinikahkan dengan puteri raja bernama Ratna Kumala. Di selanjutnya hari Abdullah
dinobatkan dijadikan raja menggantikan bapak mertuanya, yang selanjutnya wilayah
kekuasaannya beliau berikan nama dengan Kerajaan Jeumpa, berdasarkan dengan nama negeri
asalnya di India Belakangan (Persia) yang bernama Champia, yang artiannya harum, wangi dan
semerbak. Sementara Bireuen sebagai ibukotanya, artiannya kemenangan.

Berdasarkan silsilah keturunan sultan-sultan Melayu, yang dikeluarkan oleh Kerajaan Brunei
Darussalam dan Kesultanan Sulu-Mindanao, Kerajaan Islam Jeumpa pada 154 H atau tahun 777
M dipimpin oleh seorang pangeran dari Persia yang bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah
Salman yang kawin dengan Puteri Mayang Seuludong (Dialek Bireuen: Manyam Seuludang) dan
memiliki beberapa anak, selang lain Syahri Duli, Syahri Tanti, Syahri Nawi, Syahri Dito dan
Puteri Makhdum Tansyuri yang dijadikan ibu dari sultan pertama Kerajaan Islam Perlak.
Menurut penelitian sejarawan Aceh, Sayed Dahlan al-Habsyi, syahri adalah gelar pertama yang
digunakan keturunan Nabi Muhammad di Nusantara sebelum memakai gelar meurah, habib,
sayyid, syarif, sunan, teuku dan yang lain. Syahri diambil dari nama istri Sayyidina Husein bin
Ali, Puteri Syahri Banun, anak Maha Raja Persia terakhir. Syahr Nawi adalah salah satu tokoh
yang berpengaruh dalam pengembangan Kerajaan Peureulak, bahkan ia dianggap arsitek pendiri
kota pelabuhan Peureulak pada tahun 805 M yang dipimpinnya langsung, dan diserahkan kepada
anak saudaranya Maulana Abdul Aziz.

Keberadaan Kerajaan Islam Jeumpa ini bisa pula ditelaah dari pembentukan Kerajaan Perlak
yang dianggap sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara. Perlak pada tahun 805 Masehi
adalah bandar pelabuhan yang dikuasai pedagang keturunan Parsi yang dipimpin seorang
keturunan Raja Islam Jeumpa Pangeran Salman al-Parsi dengan Putri Manyang Seuludong
bernama Meurah Syahr Nuwi. Sebagai sebuah pelabuhan dagang yang maju dan terlindung
dijadikan tempat persinggahan kapal dagang Muslim Arab dan Persia. Dampaknya masyarakat
muslim di kawasan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama sekali lantaran
banyak terjadinya perkawinan di selang saudagar muslim dengan wanita-wanita setempat,
sehingga melahirkan keturunan dari percampuran darah Arab dan Persia dengan putri-putri
Perlak. Kondisi ini membawa pada berdirinya kerajaan Islam Perlak pertama, pada hari selasa
bulan Muharram, 840 M. Sultan pertama kerajaan ini merupakan keturunan Arab Quraisy
bernama Maulana Abdul Azis Syah, bergelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah.
Menurut Wan Hussein Azmi, pedagang Arab dan Persia tersebut termasuk dalam kelompok
Syi'ah. Wan Hussein Azmi dalam Islam di Aceh mengaitkan kedatangan mereka dengan
Revolusi Syi'ah yang terjadi di Persia tahun 744-747.

Data Arkeologi
Menurut hasil observasi terkini di lebih kurang kawasan yang diperkirakan sebagai tapak Maligai
Kerajaan Jeumpa lebih kurang 80 meter ke selatan yang diketahui dengan Buket Teungku
Keujruen, ditemukan beberapa benda/barang peninggalan kerajaan, seperti kolam mandi
kerajaan seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselin dan juga ditemukan semacam cincin dan
kalung rantai yang panjangnya hingga ke lutut dan anting sebesar gelang tangan. Di lebih kurang
kawasan ini pula ditemukan sebuah bukit yang diyakini sebagai pemakaman Raja Jeumpa dan
kerabatnya yang hanya ditandai dengan batu-batu luhur yang ditumbuhi pepohonan rindang di
lebih kurangnya.

Sumber
Almascaty, Hilmy Bakar. 2009. Kerajaan Jeumpa Aceh, Khilafah Islam Pertama di Dunia
Melayu
http://p2kp.stiki.ac.id/id3/2-3060-2956/Jeumpa_41727_p2kp-stiki.html

Anda mungkin juga menyukai