Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN JAMBAN DAN JENIS - JENIS JAMBAN

Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja


manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya, (Abdullah, 2010).
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai
tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga,
sekolah, rumah ibadah, dan lembaga-lembaga lain.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.852 Tahun 2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak di
pakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh, zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni, dan CO2.
(Notoatmodjo, 2010).

Ada beberapa macam jamban yang sesuai dengan konstruksi dan cara
pembuatannya (ada 4 macam) jamban : (Entjang, 2000).

JAMBAN CEMLUNG

Bentuk kakus ini adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan pada masyarakat.
Nama ini dipakai bila orang menggunakan kakus jenis ini (membuang kotorannya ke
kakus semacam ini), maka kotorannya langsung masuk jatuh ke dalam tempat
penampungan kotoran yang dalam bahasa jawanya Nyemplung.
Kakus cemplung ini hanya terdiri dari sebuah lubang galian diatasnya diberi lantai
dan tempat jongkok, sedang dari tempat jongkok ke lubang galian tidak terdapat
alat apapun sebagai penyalur maupun penghalang.
Lubang galian terdapat penampungan itu sendiri dapat tanpa diberi pasangan
tembok, atau ditembok seluruh bagian dalamnya termasuk dasarnya, sehingga
kakus ini bernama kakus cemplung, dapat disebut juga beerput (bila seluruh bagian
dalam tempat penampungan itu termasuk dasarnya ditembok), dapat juga disebut
zink-put (bila sisi-sisinya saja yang ditembok, sedang dasarnya tidak).
Lantai kakus ini pun dapat dibuat dari bambu atau kayu , tapi dapat juga dari
pasangan batu bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan makanan serangga
penyebar penyakit, maka lubang tempat jongkok harus ditutup bila tidak dipakai.
Kakus semaca ini masuh menimbulkan gangguan karena bau busuknya.
Cara pembuatannya
a) Buat sebuah galian yang berukuran 0,8 m x 0,8 x 3 m.
b) Atau bila berbentuk silinder diameternya 0,8 m x 3 m, buatlah lantai dari
bambu atau kayu yang ukurannya disesuaikan dengan leher galian tadi yang
selanjutnya dipasang diatasnya. Bila dikehendaki lantai tersebut dari pasangan
bata, maka setelah lubang digali langsung dikerjakan pasangan bata.
c) Buat tutup atau lubang tempat jongkok.
d) Buat bangunan rumah kakusnya, boleh dari bambu atau kayu serat bilik dan
atasnya dari genting, tapi dapat pula dengan pasangan bata. Ini tergantung dari
kemampuan orangnya.

Kakus Plengsengan

Plengsengan berasal dari bahasa Jawa (mlengseng) berarti miring. Nama itu dipakai
karena dari lubang tempat jongkok ketempat penampungan kotoran dihubungkan
oleh suatu saluran yang miring (mlengseng). Jadi tempat jongkok dari kakus ini
dibuat/diletakkan persis dia tas penampungan, melainkan agak menjauh
disampingnya.
Juga kakus ini dapat disebut beerput ataupun zinkput, bila kita memperhatikan
konstruksi tempat penampungan kotorannya (lihat kakus cemplung). Kakus
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung,
karena baunya agak berkurang, dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin (tidak
ada bahaya kejeblos = terperosok). Seperti halnya pada kakus cemplung, maka
lubang dari tempat jongkok harus dibuatkan tutup.
Cara pembuatannya :
Sama seperti kakus cemplung, hanya lantai kakus tidak dibuat diatas tempat
penampungan, dan harus memasang saluran yang menghubungkan lubang tempat
jongkok dan lubang penampungan kotoran. Pembuatan kakus cemplung dan kakus
plengsengan tidak mengalami kesukaran bila itu diselenggarakan disuatu daerah
dimana permuakaan air tanahberada jauh dibawah permukaan tanah, demikian
juga daerah yang tidak merupakan daerah banjir diwaktu hujan.
Bila penyelenggaraannya berada didaerah yang permukaan air tanahnya dekat
sekali dengan permukaan tanah atau yang merupakan daerah banjir diwaktu hujan
kita harus selalu selalu ingat bahwa lantai dan tempat jongkok harus ditinggikan
dan berada di atas permukaan air setingi waktu banjir. Bagi daerah yang susunan
tanahnya mudah runtuh, maka kita tidak hanya membuat gakian biasa untuk
tempat penampungan kotoran, tetapi harus mempergunakan selonsong bambu
dibagian dalam dari lubang galian itu, atau ditembok sisi-sisinya.

KAKUS BOR

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan


mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor
aunger dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus
jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus
cemplung atau plengsengan, karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil.
Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengenai air tanah. Perlengkapan
lainnya dan cara mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung
dan kakus plengsengan.
Kakus Angsatrine (Water Seal Laterine)

Kakus ini, dibawa tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasangkan suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat penampungan tidak
tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung, dengan demikian juga dapat mencegah hubungan lalat dengan
kotoran. Karena dapat mencegah gangguan lalat dan bau, maka memberikan
keuntungan untuk dibuat didalam rumah. Agar terjaga kebersihannya, kakus
semacam ini harus cukup tersedia air.
Cara pembuatannya
a) Buat lubang galian dengan ukuran dan cara seperti kakus cemplung.
b) Buat selongsong atau temboklah sisi-sisi dalam dari lubang galian tersebut bila
tanahnya mudah runtuh.
c) Pasang slab yang sudah jadi.
d) Buat rumah kakusnya atau pasanglah rumah kakusnya bila telah dipersiapkan
secara tersendiri.
e) Kapur rumah kakus tersebut terutama bagian dalam.
b. Syarat Jamban Sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : (Depkes RI, 2004)
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air bersih,
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah sekitarnya,
4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya,
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna,
6) Cukup penerangan,
7) Lantai kedap air,
8) Ventilasi cukup baik,
9) Tersedia air dan alat pembersih.
c. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah
sabagai berikut: (Entjang, 2000) :
1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan
permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan;
5) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
d. Persyaratan sarana pembuangan tinja yang saniter
Ada tipe jamban dan sarana pembuangan tinja yang akan dipilih untuk dibangun
atau diterapkan pada masyarakat harus dapat memenuhi persyratan sebagai
berikut: (Ehler & Steel 2000)
1) Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan
2) Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air dan
sumur.
3) Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat, ulat, kecoa dan anjing.
4) Tidak terjadi penanganan excreta segar, apabila tidak dapat dihindari, harus
ditekan seminimal mungkin.
5) Harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap.
6) Metode yang digunakan harus sederhana seta murah dalam pembangunan dan
penyelenggaraan.
7) Dapat diterima oleh masyarakat.
e. Menggunakan Dan Memelihara Jamban
1) Jenis jamban yang sering digunakan
a) Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada
penutup agar tidak berbau.
b) Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah
proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.
2) Memilih jenis jamban
a) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
b) Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan
daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu
lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
c) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya
ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
3) Manfaat menggunakan jamban sehat
a) Peningkatan martabat dan hak pribadi
b) Lingkungan yang lebih bersih
c) Bau berkurang,sanitasi dan kesehatan meningkat
d) Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam hari)
e) Menghemat waktu dan uang, menghasilkan pupuk, kompos, dan biogas untuk
energi.
f) Memutuskan siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi.
f. Cara memelihara jamban sehat
1) Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih.
3) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4) Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
5) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih).
6) Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
g. Bangunan sebuah jamban
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
1) Bangunan bagian atas (Rumah jamban)
Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka, dan dinding. Namun dalam
praktkenya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan dari
masyarakat di daerah tersebut.
a) Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar matahari,angin
dan hujan.dapat dibuat dari daun, genting, seng, dan lain-lain.
b) Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari bambu,
kayu, dan lain-lain.
c) Dinding adalah bagian dari rumah jamban.dinding memberikan privasi dan
perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari daun, gedek/anyaman
bambu, batu bata, seng, kayu, dan lain-lain.
2) Bangunan bagian tengah (Slab/Dudukan Jamban)
a) Slab menutupi sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Slab
dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan
yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan, seperti kayu, beton,
bambu, dengan tanah liat,pasangan bata dan sebagainya.
b) Tempat abu atau air adalah wada untuk menyimpan abu pembersih atau air.
Penaburan sedikit abu kedalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan
mengurangi bau, mengurangi kadar kelembaban, dan membuatnya tidak menarik
bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci
tangan dan membersihkan bagian yang lain.
3) Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)
Penampung tinja adalah lubang dibawah tanah, dapat berbentuk persegi,
lingkaran/bundar atau empat persegi panjang, sesuai dengan kondisi tanah.
Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim
hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampungan tinja harus dilapisi seluruhnya
atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata,ring
beton, dan lain-lain.
h. Jarak aman antara lubang jamban/kakus dengan sumber air minum dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain : (Chandra, 2007)
1) Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah
dan sudut kemiringan tanah.
2) Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman
air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan
berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan
dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari
tanah liat.
3) Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus
lebih jauh dari kakus.
4) Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain
dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan
lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5
bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
5) Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur
tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
6) Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk
keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi
kekosong

http://fiktorpobatu.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-jamban-dan-jenis-jenis-
jamban.html

Sedangkan syarat jamban sehat menurut Depkes RI (1985), antara lain :

1. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran paling sedikit
berjarak 10 meter dari sumur air minum (sumur pompa tangan, sumur gali, dan lain-lain).
Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim
kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah atas dari sumber air minum pada
tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter;

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Untuk itu tinja
harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang yang
rapat;

3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya, untuk
itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran 11 meter, dan dibuat cukup
landai/miring ke arah lubang jongkok;

4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat
dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada
setempat;

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;

6. Cukup penerangan;

7. Lantai kedap air;

8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;

9. Ventilasi cukup baik;

10. Tersedia air dan alat pembersih.


Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam jamban menurut beberapa ahli. Menurut
Azwar (1983), jamban mempunyai bentuk dan nama sebagai berikut :

1. Pit privy (Cubluk): Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120 cm. Dindingnya diperkuat dari batu
bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat
dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.

2. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine): Jamban ini hampir sama
dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan
pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.

3. Jamban empang (fish pond latrine): Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam
sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian
seterusnya.

4. Jamban pupuk (the compost privy): Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung,
hanya lebih dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran
binatang dan sampah, daun-daunan.

5. Septic tank: Jamban jenis septic tank ini merupakan jamban yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic
tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk
mengalami dekomposisi.

Jamban bentuk septic tank sebagai bentuk jamban yang paling memenuhi syarat, tinja
mengalami beberapa proses didalamnya, sebagai berikut :

1. Proses kimiawi: Akibat penghancuran tinja akan direduksi sebagian besar (60- 70%),
zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak dapat
hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan
yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang
berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang
akan berfungsi pada proses selanjutnya.

2. Proses biologis: Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob
dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya
selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge,
sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent sudah
tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan
influent akhirnya dialirkan melalui pipa.
Reference, antara lain : Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Azwar, A. 1983. Mutiara,
Jakarta. dan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM & PL. 2003,

http://www.indonesian-publichealth.com/2014/05/syarat-jamban-keluarga.html

Anda mungkin juga menyukai