Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya, (Abdullah, 2010).
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air
besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadah, dan
lembaga-lembaga lain.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja
yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak di pakai lagi
oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh, zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni, dan CO2. (Notoatmodjo, 2010).

Ada beberapa macam jamban yang sesuai dengan konstruksi dan cara pembuatannya (ada 4
macam) jamban : (Entjang, 2000).

Jamban cemplung

Bentuk kakus ini adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan pada masyarakat. Nama ini
dipakai bila orang menggunakan kakus jenis ini (membuang kotorannya ke kakus semacam
ini), maka kotorannya langsung masuk jatuh ke dalam tempat penampungan kotoran yang
dalam bahasa jawanya Nyemplung.
Kakus cemplung ini hanya terdiri dari sebuah lubang galian diatasnya diberi lantai dan
tempat jongkok, sedang dari tempat jongkok ke lubang galian tidak terdapat alat apapun
sebagai penyalur maupun penghalang.
Lubang galian terdapat penampungan itu sendiri dapat tanpa diberi pasangan tembok, atau
ditembok seluruh bagian dalamnya termasuk dasarnya, sehingga kakus ini bernama kakus
cemplung, dapat disebut juga beerput (bila seluruh bagian dalam tempat penampungan itu
termasuk dasarnya ditembok), dapat juga disebut zink-put (bila sisi-sisinya saja yang
ditembok, sedang dasarnya tidak).
Lantai kakus ini pun dapat dibuat dari bambu atau kayu , tapi dapat juga dari pasangan batu
bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan makanan serangga penyebar penyakit, maka
lubang tempat jongkok harus ditutup bila tidak dipakai. Kakus semaca ini masuh
menimbulkan gangguan karena bau busuknya.
Cara pembuatannya
a) Buat sebuah galian yang berukuran 0,8 m x 0,8 x 3 m.
b) Atau bila berbentuk silinder diameternya 0,8 m x 3 m, buatlah lantai dari bambu atau
kayu yang ukurannya disesuaikan dengan leher galian tadi yang selanjutnya dipasang
diatasnya. Bila dikehendaki lantai tersebut dari pasangan bata, maka setelah lubang digali
langsung dikerjakan pasangan bata.
c) Buat tutup atau lubang tempat jongkok.
d) Buat bangunan rumah kakusnya, boleh dari bambu atau kayu serat bilik dan atasnya dari
genting, tapi dapat pula dengan pasangan bata. Ini tergantung dari kemampuan orangnya.

Kakus Plengsengan

Plengsengan berasal dari bahasa Jawa (mlengseng) berarti miring. Nama itu dipakai karena
dari lubang tempat jongkok ketempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran
yang miring (mlengseng). Jadi tempat jongkok dari kakus ini dibuat/diletakkan persis dia tas
penampungan, melainkan agak menjauh disampingnya.
Juga kakus ini dapat disebut beerput ataupun zinkput, bila kita memperhatikan konstruksi
tempat penampungan kotorannya (lihat kakus cemplung). Kakus semacam ini sedikit lebih
baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung, karena baunya agak berkurang, dan
keamanan bagi pemakai lebih terjamin (tidak ada bahaya kejeblos = terperosok). Seperti
halnya pada kakus cemplung, maka lubang dari tempat jongkok harus dibuatkan tutup.
Cara pembuatannya :
Sama seperti kakus cemplung, hanya lantai kakus tidak dibuat diatas tempat penampungan,
dan harus memasang saluran yang menghubungkan lubang tempat jongkok dan lubang
penampungan kotoran. Pembuatan kakus cemplung dan kakus plengsengan tidak mengalami
kesukaran bila itu diselenggarakan disuatu daerah dimana permuakaan air tanahberada jauh
dibawah permukaan tanah, demikian juga daerah yang tidak merupakan daerah banjir
diwaktu hujan.
Bila penyelenggaraannya berada didaerah yang permukaan air tanahnya dekat sekali dengan
permukaan tanah atau yang merupakan daerah banjir diwaktu hujan kita harus selalu selalu
ingat bahwa lantai dan tempat jongkok harus ditinggikan dan berada di atas permukaan air
setingi waktu banjir. Bagi daerah yang susunan tanahnya mudah runtuh, maka kita tidak
hanya membuat gakian biasa untuk tempat penampungan kotoran, tetapi harus
mempergunakan selonsong bambu dibagian dalam dari lubang galian itu, atau ditembok sisi-
sisinya.

Kakus Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor aunger
dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus jauh lebih dalam
dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung atau plengsengan,
karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil.
Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengenai air tanah. Perlengkapan lainnya dan
cara mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan kakus plengsengan.

Kakus Angsatrine (Water Seal Laterine)

Kakus ini, dibawa tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasangkan suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya
bau. Kotoran yang berada ditempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang
oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung, dengan demikian juga dapat
mencegah hubungan lalat dengan kotoran. Karena dapat mencegah gangguan lalat dan bau,
maka memberikan keuntungan untuk dibuat didalam rumah. Agar terjaga kebersihannya,
kakus semacam ini harus cukup tersedia air.
Cara pembuatannya
a) Buat lubang galian dengan ukuran dan cara seperti kakus cemplung.
b) Buat selongsong atau temboklah sisi-sisi dalam dari lubang galian tersebut bila tanahnya
mudah runtuh.
c) Pasang slab yang sudah jadi.
d) Buat rumah kakusnya atau pasanglah rumah kakusnya bila telah dipersiapkan secara
tersendiri.
e) Kapur rumah kakus tersebut terutama bagian dalam.
b. Syarat Jamban Sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (Depkes
RI, 2004)
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air bersih,
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah
sekitarnya,
4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya,
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna,
6) Cukup penerangan,
7) Lantai kedap air,
8) Ventilasi cukup baik,
9) Tersedia air dan alat pembersih.
c. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut:
(Entjang, 2000) :
1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan
tanah yang ada disekitar jamban;
2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;
3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan;
5) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
d. Persyaratan sarana pembuangan tinja yang saniter
Ada tipe jamban dan sarana pembuangan tinja yang akan dipilih untuk dibangun atau
diterapkan pada masyarakat harus dapat memenuhi persyratan sebagai berikut: (Ehler & Steel
2000)
1) Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan
2) Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air dan sumur.
3) Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat, ulat, kecoa dan anjing.
4) Tidak terjadi penanganan excreta segar, apabila tidak dapat dihindari, harus ditekan
seminimal mungkin.
5) Harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap.
6) Metode yang digunakan harus sederhana seta murah dalam pembangunan dan
penyelenggaraan.
7) Dapat diterima oleh masyarakat.
e. Menggunakan Dan Memelihara Jamban
1) Jenis jamban yang sering digunakan
a) Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran
ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
b) Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.
2) Memilih jenis jamban
a) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
b) Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang penampungan
tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung
kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
c) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang
lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
3) Manfaat menggunakan jamban sehat
a) Peningkatan martabat dan hak pribadi
b) Lingkungan yang lebih bersih
c) Bau berkurang,sanitasi dan kesehatan meningkat
d) Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam hari)
e) Menghemat waktu dan uang, menghasilkan pupuk, kompos, dan biogas untuk energi.
f) Memutuskan siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi.
f. Cara memelihara jamban sehat
1) Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
3) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4) Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
5) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih).
6) Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
g. Bangunan sebuah jamban
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
1) Bangunan bagian atas (Rumah jamban)
Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka, dan dinding. Namun dalam
praktkenya, kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat di
daerah tersebut.
a) Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar matahari,angin dan
hujan.dapat dibuat dari daun, genting, seng, dan lain-lain.
b) Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari bambu, kayu, dan
lain-lain.
c) Dinding adalah bagian dari rumah jamban.dinding memberikan privasi dan perlindungan
kepada penggunanya. Dapat dibuat dari daun, gedek/anyaman bambu, batu bata, seng, kayu,
dan lain-lain.
2) Bangunan bagian tengah (Slab/Dudukan Jamban)
a) Slab menutupi sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Slab dibuat dari
bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus
tahan lama dan mudah dibersihkan, seperti kayu, beton, bambu, dengan tanah liat,pasangan
bata dan sebagainya.
b) Tempat abu atau air adalah wada untuk menyimpan abu pembersih atau air. Penaburan
sedikit abu kedalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan mengurangi bau, mengurangi
kadar kelembaban, dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan
sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan dan membersihkan bagian yang lain.
3) Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)
Penampung tinja adalah lubang dibawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran/bundar
atau empat persegi panjang, sesuai dengan kondisi tanah. Kedalaman tergantung pada kondisi
tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampungan
tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu,
batu bata,ring beton, dan lain-lain.
h. Jarak aman antara lubang jamban/kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain : (Chandra, 2007)
1) Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut
kemiringan tanah.
2) Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air tanah,
Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis
ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah
yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.
3) Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh
dari kakus.
4) Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat
disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat
bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang
kering dapat bertahan selam 1 bulan.
5) Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa
dilengkapi dengan dinding sumur.
6) Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk
keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosong
Artikel Terkait

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pila pemecahan
masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri. Menurut
Hendrik L.Bloom, 1974 (dalam Pratiwi, 2009 http://www.artikelkedokteran.com) terdapat 4
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status
kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-
sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Apabila ada salah satu faktor yang terganggu,
maka status kesehatan bergesr di bawah optimal.
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban
keluarga dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih,
jamban keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare.
Penyaki-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
ndonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbang lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut
mengindikasikan masih reendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan
(Data Susenas, 2011 dalam Pratiwi, 2009 http://www.artikelkedokteran.com).
Sanitasi masih menjadi masalah pelik, terutama di daerah perdesaan, karena
rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Hal ini menyebabkan
banyaknya jamban yang tidak digunakan sebagaimana mestinya karena ketidakmengertian
masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang sanitasi masih sangat
sedikit. Keterlibatan dan komitmen pemangku-kepentingan (stakeholder) termasuk
pemerintah, para wakil rakyat, dunia usaha, dan warga masih jauh dari kemampuan untuk
bersama-sama bekerjasama dan bertindak sesuai kesepakatan peran dan kewajiban untuk
mengelola air limbah. Berdasarkan data Susenas untuk fasilitas sanitasi, pencapaian
Indonesia sempat meningkat tinggi dari tahun 1992 (30,9%) sampai dengan tahun 1998
(64,9%), dimana dalam enam tahun terjadi peningkatan sebanyak tiga kali lipat. Walaupun
demikian, sejak tahun 1998 pertumbuhan akses ini melambat, bahkan sempat menurun di
tahun 2000 (62,7%) dan 2002 (63,5%) karena tingkat pertumbuhannya tidak sebanding
dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Data terakhir untuk tahun 2004, proporsi rumah
tangga yang memiliki akses pada fasilitas sanitasi yang layak, artinya menggunakan tangki
septic atau lubang sebagai tempat pembuangan akhir mencapai dua pertiga dari seluruh
rumah tangga di Indonesia (67,1%). Data tersebut juga belum menjelaskan kualitas jamban,
apakah berfungsi dengan baik, apakah sesuai dengan peruntukannya, dan apakah sesuai
dengan standar kesehatan maupun teknologi dan sistem hidrogeologi yang telah ditetapkan
(Endah, 2009 http://atpw.files.wordpress.com).
Dusun Pereng Dawe RT.04 RW. 23, Bale Catur, Gamping, Sleman terletak di
daerah perbukitan dan sebagian besar rumah terletak pada daerah yang lebih rendah,
sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran tinggi. Selain itu karena letaknya dipedesaan
jadi tingkat pengetahuannya mungkin tidak terlalu bagus. Berdasaran uraian diatas maka
dilaksanakan inspeksi sanitasi pembuangan tinja dan air limbah di Dusun Pereng Dawe RT.
04 RW. 23, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta tahun 2013.

B. Tujuan Kegiatan
Diperolehnya data dan informasi tentang resiko masalah pemcemaran yang
disebabkan oleh kondidi pembuangan kotoran dan perilaku masyarakat sebagai langkah
dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan.

C. Ruang Lingkup Kegiatan


Semua sarana yang digunakan oleh keluarga dan masyarakat untuk buang air besar
baik milik pribadi maupun milik umum di Dusun Pereng Dawe RT.04 RW. 23, Bale Catur,
Gamping, Sleman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Inspeksi
Inspeksi adalah kegiatan pemeriksaan/ pengamatan secara langsung terhadap fisik
sarana da identifikasi perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.

B. Jamban Keluarga
Jamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangan kotoran manusia berupa
tinja dan air seni. Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh (Notoatmodjo, 2007
dalam Lilik, 2006). Untuk mencegah kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, pembuangan kotoran harus di
suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat berikut
(Depkes RI, 2004 dalam http://Psychologymania.com):
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan
sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
5. Bebas dari serangga
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna.
7. Cukup penerangan.
8. Lantai kedap air.
9. Ventilasi cukup baik.
10. Tersedia air dan alat pembersih seperti sabun.

Terdapat banyak bentuk jamban, antara lain (Machfoedz, 2004 dalam Lilik, 2006) :
1. Jamban cemplung (Pit privy)
Jamban ini berupa lubang di dalam tanah. Untuk menghilangkan bau digunakan kapur
barus, dan untuk menghindari nyamuk tiap beberapa hari harus disiram.
2. Jamban cubluk berair (Aqua privy)
Proses pembusukan menggunakan air, sehingga harus benyak disiram.
3. Angsa trine atau water sealed latrine
Jamban ini menyerupai leher angsa sehingga air akan selalu menggenang di leher angsa
ini. Guna air tersebut adalah untuk menyumbat agar bau tidak menyebar, dengan tinggi air
perapat paling sedikit 2 cm. Jamban ini sebaiknya terbuat dari kaca serat atau keramik
karena permukaannya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan, tidak berbau dan
tidak mengundang serangga.
4. Septictank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki septick
(septic tank) terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan
masuk mengalami dekomposisi
Dalam proses biologis, terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya selain
terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent sudah tidak
mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Selanjutnya
cairan influent dialirkan melalui pipa, untuk dilakukan proses peresapan dalam tanah atau
dialirkan melalui pipa pada fasilitas riol kota (http://inspeksisanitasi.blogspot.com).

Bagian-bagian yang terdapat pada jamban harus memenuhi syarat sebagai berikut
(Joharuddin, 2010 dalam http://joharuddin.blogspot.com) :
1. Pelat jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan, misalnya keramik, kaca serat, porselin, dan sebagainya.
2. Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu kali, bata
atau batako.
3. Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan.
4. Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau aluminium sehingga tidak
mudah lapuk, jarak tepi bawah pintu dari lantai sekitar 5-7,5 cm, dengan tinggi 1,80 m dan
lebar 0,65 m.
5. Dinding
Dinding dapat dibuat dari bata/batako, kayu/papan, anyaman bambu. Tinggi dinding sekitar
1,00 - 2,00 m dengan ukuran dinding depan 20 cm lebih tinggi supaya atapnya miring ke
belakang.
6. Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di dalam jamban
7. Atap
Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan masuk ke
dalam pelat jongkok. Bahan atap misalnya genting, seng gelombang, ijuk, atap plastik
tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan sebagainya. Kemiringan atap minimum 15
derajat.
8. Jarak Cubluk atau Resepan dari Tangki Septik ke Sumur
Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan sumur, maka jarak
minimum antara cubluk dan sumur minimal 10 m.

Menurut Depkes RI (2007) dalam Chapter II.pdf , dalam menjaga jamban jamban
tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:
1. Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur
2. Bersihkan jamban secara rutin
3. Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih
4. Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu
5. Jangan membuang sampah di lantai
6. Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan
7. Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya
8. Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat
9. Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar
10. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban.

C. Air Limbah
Salah satu pentebab terjadinya pencemaran air adalah air lmbah yang dibuang tanpa
pengolahan ke dalam badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat
berasal dari rumah tangga maupun industri.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting :
1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba patogen
2. Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan fosfor, serta kemungkinan kecil
mikroorganisme
3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey water
sering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran feces dan urine disebut sebagai eksreta sedangkan campuran eksreta
dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen banyak terdapat
pada eksreta. Eksreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa dampak buruk tersebut adalah (Pratiwi, 2009
http://www.artikelkedokteran.com) :
1. Gangguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit enyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air
(waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat
berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup
yang mengkonsumsinya. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi
sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
2. Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalny sungai dan danau) dapat
mengakibatkan pencemaran air tersebut. Air limbah juga dapat merembes ke dalam air
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka
kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkanya.
3. Gangguan terhadap keindahan
Air limbah yang mengandung pigmen warna dapat menimbulkan perubahan pada badan air
penerima dan apabila mengandung bahan-bahan yang mudah terurai dapat menghasilkan
gas yang berbau.
4. Gangguan terhadap kerusakan benda
Air limbah yang mengandung zat-zat yang dapat dikonversikan oleh bakteri anaerobik
menjadi gas yang agresif yang dapat mempercepat pengkaratan pada benda yang terbuat
dari besi misalnya pipa saluran limbah.
Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat dimulai dari
perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.

BAB III
PELAKSANAAN

A. Informasi Pelaksanaan
1. Lokasi : RT. 04, Pereng Dawe, Bale Catur, Gamping, Sleman
2. Waktu : Jum’at, 19 April 2013

B. Alat dan Bahan


1. Formulir Survei
2. Senter
3. Meteran
4. Alat tulis
5. Stiker

C. Langkah Survei
1. Melakukan persiapan survei dengan mengurus perizinan.
2. Melakukan pemilihan dan penetapan lokasi survei.
3. Melakukan kegiatan inspeksi yang dilakukan secara langsung terhadap semua
sarana kesehatan lingkungan untuk mengetahui kondisi resiko pencemaran dengan
cara mengumpulkan data primer yang diperoleh dengan melakukan observasi dan
wawancara kepada nara sumber menggunakan alat bantu kuesioner.
4. Melakukan pengolahan data secara manual dengan menggunakan kalkulator dan
alat tulis.
5. Melakukan analisis terhadap hasil olahan data secara deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai