Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

A. Pengertian
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus,
suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai
kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik.
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh
kecenderungan yang mempunyai efek ke tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,
2011).Penyakit rematik dapat digolongkan dalam 2 bagian, yang pertama rematik
sebagai penyakit jaringan ikat karena mempunyai efek ke rangka pendukung (supporting
framework) tubuh dan organ – organ internalnya.Penyakit yang dapat digolongkan dalam
golongan ini adalah rheumatoid arthritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua
dikenal sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem imun yang biasanya
memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusak jaringan - jaringan tubuh
yang sehat. Penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid
artritis,spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008).

B. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat.Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur.Rheumatoid arthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena rheumatoid arthritislutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena rheumatoid arthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi rheumatoid arthritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
rheumatoid arthritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya rheumatoid arthritismissal, pada ibu
dari seorang wanita dengan rheumatoid arthritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering rheumatoid arthritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa rheumatoid arthritis.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rheumatoid arthritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rheumatoid arthritispaha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya rheumatoid arthritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukanternyata tak hanya berkaitan dengan rheumatoid arthritis pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan rheumatoid arthritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).

C. Tanda Dan Gejala


Gejala utama dari rheumatoid arthritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa klien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Klien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua klienrheumatoid arthritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian klien yang umumnya tua
(lansia).

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
E. Pathway
Inflamasi non – bacterial disebabkan oleh infeksi,
endokrin, autoimun, metabolic dan faktor
genetik, serta faktor lingkungan

Artritis Reumatoid

Sinovilis Tenosinovitis Kelainan pd Kelainan pd jaringan Gambaran khas


tulang ekstra - artikular nodul subkutan

Hiperemia & Invasi kolagen


pembengkak Erosi tl. & Miopati Sistemik saraf Kelenjar limfe Inflamasi
an kerusakan keluar ekstra
pd tl. rawan - artikular

Atrofi otot Neuropati


Instabilitas dan Splenomegali perifer
Mk : Nyeri deformitas
Nekrosis & Ruptur tendo
akut sendi
kerusakan dlm secara parsial Anemia
ruang sendi atau lokal Osteoporosis
Perubahan bentuk tubuh
generalisata
pada tl. dan sendi
Mk : Gangguan
Mk : Hambatan Mk : Gangguan Kelemahan fisik
Ansietas mekanis & Perikarditis,
mobilitas fisik Konsep Diri, Citra Diri
fungsional pd miokarditis
sendi dan radang
Mk : Defisit
Gambaran khas katup jantung
Perawatan diri
nodul subkutan
Mk : Risiko
cedera Kegagalan
fungsi jantung
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
8. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.

G. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
10. Diet rendah purin
A. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Data Dasar
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(mis., mata, jantung, paru, ginjal), tahapan (mis., eksaserbasi akut atau
remisi) dan keberadaan bersama bentuk-bentuk artritis lainnya.
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
□ Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
secara bilateral dan simetris.
□ Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan.
□ Keletihan.
Tanda:
□ Malaise.
□ Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
2) Kardiovaskuler.
Gejala:
□ Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).
3) Integritas ego.
Gejala:
□ Faktor-faktor stres akut/kronis; mis., finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
□ Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
□ Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (mis.,
ketergantungan pada orang lain).
4) Makanan/Cairan
Gejala:
□ Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan/cairan adekat; mual.
□ Anoreksia.
□ Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ).
Tanda:
□ Penurunan berat badan.
□ Kekeringan pada membran mukosa.
5) Hygiene.
Gejala:
□ Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensori.
Gejala:
□ Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
□ Pembengkakan sendi simetris.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
□ Fase akut dari nyeri (mungkin/mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
□ Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
8) Keamanan
Gejala:
□ Kulit mengkilat, tegang; nodul subkutaneus.
□ Lesi kulit, ulkus kaki;
□ Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga.
□ Demam ringan menetap.
□ Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9) Interaksi sosial
Gejala:
□ Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain; perubahan
peran; isolasi.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah perifer: anemia, trombositosis dan peningkatan Laju Endap
Darah dan C-reactive protein.
2) Analisis cairan sendi inflamasi: leukosit 5000-50000/µL, PMN >50%,
protein meningkat, glukosa menurun, uji bekuan musin buruk, kristal
(-), kultur bakteri (-);
3) Faktor reumatoid (RF) serum umumnya positif, faktor reumatoid
adalah antibody terhadap fraksi Fc IgG dan berhubungan dengan
progrnosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut/Kronis;
Dapat dihubungkan dengan: Agen pencedera: distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat ditandai oleh:
□ keluhan nyeri/ketidaknyamanan, kelelahan;
□ berfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus;
□ perilaku distraksi/respons autonomik;
□ perilaku yang bersifat berhati-hati/melidungi.

Hasil yang diharapkan:

□ menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol;


□ terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan;
□ mengikuti program farmakologis yang diresepkan;
□ menggabungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
kedalam program kontrol nyeri.

Intervensi:
Mandiri:
□ Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas ( skala 0 – 10 ).
□ Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur
atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur.
□ Anjurkan pasien untuk mandi air hangat, sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi – sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
□ Berikan masase yang lembut
□ Berikan es atau kompres dingin jika dibutuhkan
□ Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk

Kolaborasi:
□ Berikan obat – obatan sesuai petunjuk

b. Kerusakan Mobilitas Fisik;


Dapat dihubungkan dengan:
□ deformitas skeletal
□ nyeri, ketidaknyamanan.
□ intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Dapat ditandai dengan:

□ keengganan untuk mencoba bergerak/ketidakmampuan untuk


dengan sengaja bergerak dalam lingkungan fisik.
□ Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi,
penurunan kekuatan otot/kontrol dan massa [tahap lanjut].

Hasil yang diharapkan:

□ Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan


kontraktur.
□ Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
dan/atau kompensasi bagian tubuh.
□ Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.

Intervensi:
□ Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi / rasa sakit pada
sendi.
□ Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan.
□ Ubah posisi dengan sering.
□ Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, berjalan.
□ Berikan lingkungan yang aman

Kolaborasi :

□ Konsul dengan ahli terapi fisik / okupasi dan spesialis vokasional


□ Berikan obat – obatan sesuai indikasi

c. Gangguan Citra Tubuh;


Dapat dihubungkan dengan:
□ perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
□ peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat ditandai dengan:
□ Perubahan struktur/fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
□ Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan/fungsi
masa lalu, dan penampilan.
□ Perubahan pada gaya hidup/kemampuan fisik untuk melanjutkan
peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
□ Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
□ Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan:

□ Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan


untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
□ Menyusun tujuan/rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi:
Mandiri :
□ Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan
□ Diskusi persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
□ Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
□ Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan tubuh atau perubahan
□ Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas
□ Bantu dengan kebuutuhan perawatan yang diperlukan
□ Berikan bantuan positif bila perl

Kolaborasi :

□ Rujuk pada konseling psikiatri, misal perawat spesialis psikiatri


□ Berikan obat – obat sesuai petunjuk.

d. Defisit Perawatan Diri;


Dapat dihubungkan oleh:
1) kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri
pada waktu bergerak.
2) Depresi.

Dapat ditandai oleh: Ketidakmampuan mengatur AKS (makan, mandi,


berpakaian, dan eliminasi).

Hasil yang diharapkan:

□ Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten


dengan kemampuan individual.
□ Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
□ Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi:
Mandiri:
□ Diskusikan tingkat fungsi umum ( 0 – 4 ) sebelum timbul awitan /
eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi
□ Pertahankan moblitas, kontrol terhadap nyeri dan progra latihan
□ Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Kolaborasi:
□ Tuur evaluasi kesehtan dirumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya

DAFTAR PUSTAKA

Jhonson R. dan Leny R (2010).Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Lynda, Jual. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. alih bahasa Monica Ester,
Skp.EGC : Jakarta

Mustaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Editor, Eko Karioni. Jakarta : EGC

Prapti Utami dan Tim Lentera.(2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematikdan Asam
Urat. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Wahyudi Nugroho. (2000). Asuhan K

Anda mungkin juga menyukai