Anda di halaman 1dari 35

1

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL

A. DEFINISI SISTEM MUSKULOSKELETAL


Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur
ini. (Price,S.A,1995 :175)
B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya
yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
 Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).
 Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
 Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).
 Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).

Struktur tulang:

Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut


periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat
mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran
vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam
tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship
(cekungan pada permukan tulang).
2

Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum


(batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak
di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh metafis dan epifis.
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal
volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient
memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada
yang mengikuti arteri.

Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :

a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama calsium,
fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang).
Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya
terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak
seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Tulang merupakan
jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan
3

pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti 18%


pertahun.

Gambar 1.1 struktur tulang


Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan
reabsorpsi tulang adalah :
a. Vitamin D
Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan
vitamin D dapat menyebabkan deficit mineralisas, deformitas dan patah tulang.
b. Horman parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium. Hormon
parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan cara
merangsang perpindahankalsium dari tulang. Sebagian respon kadar
kalsiumdarah yang rendah, peningkatan hormone parathyroid akan
mempercepat mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan
kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium
dalam tulang.
4

c. Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan
menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan tejadi penurunan
osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis (berkurang kepadatannya).
Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.
Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak
diman lebih banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat
tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah
terjadi patah tulang. Perubahan tesebut membantu mempertahankan kekuatan
tulang pada proses penuaan. Matrik organic yang sudah tua berdegenerasi,
sehingga membuat tulang relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan
tulang baru memerlukan matrik organic baru, sehingga memberi tambahan
kekuatan tulang. (Price,S.A,1995 : 1179)
Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tulang Panjang / Tulang Pipa
Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya sebagai alat
ungkit dari tubuh dan memungkinkan untuk bergerak. Batang atau diafisis
tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang panjang yang dinamakan epifis
tersusun terutama oleh tulang kanselus. Plat epifis memisahkan epifiis dan
diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-anak. Yang
pada orang dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada tulang humerus
dan femur.
5

Gambar 1.2 Struktur tulang panjang


b. Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan dan
tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti tampak pada pergelangan tangan.
Bentuknya tidak teratur dan inti dari konselus (spongi) dengan suatu lapisan
luar dari tulang yang padat.
c. Tulang Pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa, sternum, dan iga-
iga, serta scapula (tulang belikat). Fungsinya sebagai pelindung organ vital dan
menyediakan permukaan luas untuk kaitan otot-otot, merupakan tempat
penting untuk hematopoesis. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus
diantara 2 tulang kortikal.
d. Tulang Tak Beraturan
Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak teratur,
terdiri dari tulang kanselous di antara tulang kortikal. Contoh : tulang vertebra,
dan tulang wajah.
e. Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan
persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial. Contoh : tulang
patella (Kap lutut). Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan fungsi dan gaya
yang bekerja padanya.
Kerangka:
Sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan kerangka
yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Kerangka dibagi menjadi :
a. Kerangka aksial
6

Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah yaitu


a) Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )
Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2), temporal
(2),frontal, oksipital, stenoid, dan etmoid.
Tulang muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2),
zigomatikus (2), nasal (2), lakrimal (2), palatinum (2),concha inferior
(2),mandibula dan vomer.

b) Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak teratur,
terbentang antara tengkorak dan pelvis. Juga merupakan tempat melekatnya
iga dan otot punggung. Kolumna vertebralis dibagi dalam 7 vertebra
sevikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum dan 4
vertebra koksigius.

c) Thoraks tulang
Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks berupa sebuah
rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12 vertebra torakalis dan 12 pasang iga
yang melingkar dari tulang belakang sampai ke sternum.
7

Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu supra sternal notch
dan angulus sterni yaitu tempat bertemunya manubrium dan korpus sterni.
Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher, dan badan
serta melindungi otak, medulla spinalis dan organ dalam thoraks.

b. Kerangka Apendikular
Kerangka apindikuler terdiri atas :
a) Bagian bahu (Singulum membri superioris)
Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan scapula.
Klavikula. mempunyai ujung medial yang menempel pada menubrium dekat
suprasternal notch dan ujung lateral yang menempel pada akronion.
b) Bagian panggul (Singulum membri inferior )
Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut tulang koksae.
Tulang koksae bersama sacrum dan koksigeus membentuk pelvis tulang.
Ekstremitas bawah terdiri dari femur, patella, tibia, fibula, tarsus,
metatarsus.

2. Cartilago (tulang rawan)


Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat,
tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi gel perekat
8

sampai ke kartilago yang berada pada perichondium (serabut yang membentuk


kartilago melalui cairan sinovial), jumlah serabut collagen yang ada di cartilage
menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memili
paling banyak serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus cartilage
menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih,
mengkilap, dan kenyal membungkus permukaan persendian dari tulang dan
berfungsi sebagai bantalan. Cartilage yang elastis memiliki sedikit serat dan
terdapat pada telinga bagian luar.

3. Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang
dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari
lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta ligament cruciate
anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang mempertahankan posisi
9

anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah tertentu melengket pada


jaringna lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium yang
melalui ujung tuba ke peritoneum.

4. Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung
dari otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan
menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang
bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari
jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu terutama pada pergelangan
tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan membrane sinovial yang
menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.
5. Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus
tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh
darah. Yang demikian disebut fascia dalam.
6. Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan
di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon,
otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti
olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
7. Persendian
10

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan
tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada
persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat pada
tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan, jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa, sinovial.
Dan berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi sinartrosis,
amfiartrosis, diarthroses.
a. Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin
gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang
rawan dan tulang yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. contohnya sutura pada tulang tengkorak, sendi kaitan
dan sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh
membran).

b. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian- persendiannya
dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi
tersebut ujung-ujung tulangnya dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh
ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe kartilago :
11

a) Sinkondrosis
Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin
b) Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis
tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Contohnya
:simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua tulang
pubis), sendi antara manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer /
sendi tulang rawan primer yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.

c. Sendi Sinovial/ diarthroses


Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu
selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan
penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu
kantong yang melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang
melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak
membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga sebagi sumber nutrisi
bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ tubuh.
Tulang rawan sendi terdi dari substansi dasar yang terdiri dari kolagen tipe II
dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang
12

ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan


rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban
berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi
setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai jenis
sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi
kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana / sendi timbal balik.Gerak pada
sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur, gerkan bersudut /
anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi,
ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti
supinasi, pronasi, inversion, eversio, protaksio. Sendi diartrosis terdiri dari:
a) Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang
lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung tulang yang satu berbentuk
bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain yang berbentuk
cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan
tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.
13

b) Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang
menyebabkan gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel.
Contoh sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.

c) Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti
pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan
tangan
Memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak lurus. misal persendian
dasar ibu jari yang merupakan sendi pelana 2 sumbu.
14

d) Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar
pegangan pintu, misal persendian antara radius dan ulna.
e) Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-
sendi tulang karpalia di pergelangan tangan
8. Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan
terutama adalah jaringan penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan subtansi
dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang
tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung, seperti sel mast, sel
plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang
peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada
penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel penyambung ini
adalah sel yang tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit,
osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari
substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan pemyambung memiliki susunan
sel yang tersendiri.
Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah kolagen dan
elastin. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini didapat
15

dalam ligament, dinding pembuluh darah besar dan kulit. Elastin dipecah oleh
enzim yang disebut elastase.
9. Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi
otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas
untuk mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua
jaringan kontraktil. Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh
bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :
a. Otot rangka (striadted / otot lurik).
Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.

b. Otot polos (otot visceral).


Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini
mendapat rangsang dari saraf otonom yang berkontraksi di luar kesadaran Otot
jantung.
Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian. Otot
rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut jurusan serabutnya
seperti rektus abdominis, menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor,
menurut fungsinya seperti fleksor dan ekstensor.
Otot rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata, membentuk
gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila ada rangsang. Energi
kontaraksi otot diperoleh melalui pemecahan ATP dan kegiatan calsium.
Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu :
a) Origo
Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot timbu
b) Isersio
Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot berjalan.
Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika dirangsang. Energi kontraksi
otot dipenuhi dari pemecahan ATP dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan
oksigenasi secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan
16

oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan akibat tarikan otot pada tulang yang
berperan sebagai pengungkit dan sendi berperan sebagai tumpuan atau penopang.
Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai semua kelompok
usia, masalah pada system musculoskeletal tidak mengancam jiwa tetapi
berdampak pada kativitas dan produktivitas penderita.
C. Patofisiologi sistem muskuloskeletal
1. Kelainan Pada Tulang
a. Osteoporosis
Osteoporosis yaitu kelainan yang terjadi penurunhan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal. Kecepatan resorpsi
tulang dari kecepatan pembentukan tulang yang mengakibatkan penurunan
massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah
patah. Patofisiologi :
 Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang. Setiap ada
ada perubahan dalam kesimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar
dari proses penbenutkan maka kan terjadi penurunan massa tulang.
 Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagianh trabekula.
 Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan
tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/ tahun dan bagian trabekula pada
usia lebih muda.
 Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-
30 % dan pada wanita 40-50 %.
 Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti
metakarfal, kolum femoris, dan korpus vertebra.
 Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian
proksimal dan radius bagian distal.
b. Osteomalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabilisme tulang yang di tandai dengan
tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa osteomalasia
bersifat kronik dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena
17

pertumbuhan skletal telah selesai. Pada pasien ini,sejumlah besar osteoroid


atau remodelling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi, diperiksakan bahwa
defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif ( kalsitrol), yang memacu
absorpsi kalsium dari traktus GI, dan menfasilitasi tulang. Pasokan kalsium dan
fosfat dalam cairan ekstra sel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi,
kalsium dan fosfat tidak dapat di masukkan ke tempak kalsifikasi tulang.
Patofisilogi:
 Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum
metabolisme mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi
kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gasterktomi, gagal ginjal kronik, terapi
antikonvulsan berkepentingan dan kekurangan vitamin D.
 Tipe malnutrisi ( kekurangan vitamin D) sering berhubungan dengan
kalsium yang jelek terutama akibat kemiskinan, tetapi memakan makanan
dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu
faktor. Paling sering terjadi dibagian dimana vitamin D tidak ditambahkan
dalam makanan dan dimana terjadi kekurangan dalam diet dan jauh dari
sinar matahari.
 Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau
kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh. Kelainan GI dimana
absorpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui
kehilangan vitamin D dan kalsium, kalsium diekskresikan melalui feces
dalam kombinasi dengan asam lemak.
c. Osteomyelitis
Osteomyelitis dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium
atau kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.
 Etiologi
 Osteomyilitis ini biasanya disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamu
dan mikroorganisme lain.
 Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran henatopgen (melalui darah) dari
fokus infeksi dari tempat lain.
 Osteomylitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak seperti ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler. Atau
18

kontaminasi lansung tulang misalnya fraktur terbuka, cedera traumatik


seperti luka tembak dan pembedahan tulang.
 Patofisiologi
 Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% - 80%menginfeksi
tulang.
 Awitan osteomylitis ortopedi dapt terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut
fulminan staduim I ) dan sering berhubungan dengan hematomaatau
infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat ( stadium II) terjadi antara 4-24
bulansetelah pembedahan. Osteomylitis lama ( stadium III )biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi dua tahun atau lebih setelah
pembedahan.
 Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2-3 hari trombus pada
pembulu darah terjadi pada tempat tersebut. Sehingga mengakibatkan
iskemia dengan nekrotis tulang. Seiringan dengan peningkatan dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
d. Skoliosis
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis
tengah. Skoliosis merupakan deformitor tulang belakan yang menggambarkan
deviasi vertebrata ke arah lateral. Bentuk dan tiap-tiap ruas tulang manusia
pada umumnya adalah sama hanya ada perbedaan sedikit tergantung pada kerja
yang di tanganinya.
 Etiologi
 faktor heriditas
yaitu yang di turunkan secara auotsomal dominan, kelainan ini
dapat terjadi karena akibat adanyaabnormalitas tulang bawahyang
mengenai vertebra atauipun struktur-strukturnya.
 Kongenital
Yaitu didapat sejak lahir. Adapula yang tidak didapat sejak lahir
tetapi berkembang pada masa berikutnya.
 Idiopatik
19

Tidak di ketahui penyebabnya, tetapi jenis ini lebih umum


biasanya berkembang pada masa remaja.
 Struktural
Perubahan pada steruktur tulang belakang karena sebab yang
bervariasi
a) Klasifikasi Skoliosis
 Skoliosis non struktural ( reversible )
 Skoliosis postural
 Nyeri dan spasme otot
 Tungkai bawah yang tidak sama panjang
 Skoliosis struktural ( ireversble )
 Skoliosis idoptik
 Skoliosis osteopatik
 Skoliosis neuropatik
 Skoliosis miopatik
 Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk
rongga tulang spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S atau C. Derajat
lengkungan penting untuk di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah
tulang rusuk yang mengalami pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan
yang cukup besar mungkin dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan
pada organ penting yaitu paru-paru dan jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas
pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke
arah lateraldi sertai dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikutio
dengan perkembangan sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena
adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat progresif, di samping terjadi
perubahan pada vertebra, juga terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana
bertambahnya kurva yang menyebabkan deformitasi tulang iga semakin
jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis
oleh karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
20

Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dadi


tulang belakang dan pergerakan panggul.
e. Osteosarcoma
Osteosarcoma adalah suatu pertumbuhan yang sangat cepat pada tumor
maligna tulang. Osteosarcoma merupakan tumor ganas tulang yang paling
sering ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas yang menyebar secara
cepat pada periosteum dan jaringan ikat luarnya.
 Etiologi
Penyebab yang pasti terhadap kanker belum di ketahui secara jelas
tetapi faktor-faqktor etilogilah yang membantu terbetuknya kanker sudah
banyak di ketahui yang disebut bahan-bahan karsinogen, sinar ultraviolet,
sinar radioaktif parasif dan virus.
 Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang dari
jaringan sel tulang ( sarcoma ) sehingga sel-sel tulang akan pada nodul-
nodul limfe, ginjal, dan hati sehingga dapat mengakibatkan adanya
pengaruh aktivitas hamateotik sum-sumj tulang yang cepat pada tulang
sehingga sel-sel plasma yang belum matang akan terus membelah terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
f. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut
Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and
Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
 Etiologi
 Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
21

 Kekerasan tidak langsung


Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
 Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
 Patofisiologi
ulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
a) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
b) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
( Ignatavicius, Donna D, 1995 ).
22

b. Biologi penyembuhan tulang


Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan
tulang, yaitu:
a) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang
rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium
ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
b) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi
fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone
marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
c) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat
fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
d) Stadium Empat-Konsolidasi
23

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang


berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
membawa beban yang normal.
e) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang
oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.
Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya
lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum
dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
c. Komplikasi fraktur
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari
luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-
sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
24

dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai


dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
g. Amputasi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan
pancung. Amputasi dapat pula diartikan sebagai memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Dalam ilmu kedokteran diartikan
“membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau
tonjolan alat (organ tubuh).Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin mendapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain,
atau manakala organ mendapat membahayakan tubuh klien secara utuh atau
merusak argon tubuh yang lain separti dapat menimbulkan komplikasi infeksi
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem intigumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal,
dan sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut dia dapat menimbulkan masalah
psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan harga diri dan
produktifitas
Penyebab atau faktor perediosposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
25

 Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki


 Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin dapat diperbaiki
 Gangguan vaskuler atau sirkulasi pada ekstremitas yang berat
 Infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke onggota tubuh lainnya
 Adanya tumor pada organ yang tidak muangkin dapat diterapi secara
konservatif
 Deformitas argon.
a) Jenis-jenis amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi:
 Amputasi selektif atau terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada
penyakit yang terdiognosis dan mendapat penangan yang baik serta
terpantau secara terus menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
tindakan alternatif terakhir.
 Amputasi akibat trauma. Ini merupakan amputasi yang terjadi sebagai
akibat trauma dan tidak terncana. Kegiatan tim kesehatan adalah
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.
 Amputasi darurat. Kegiatan amputasi inin dilakukan secara darurat oleh
tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja
yang cepat seperti trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan
kulit yang luas.

Tetapi jenis amputasi yang lebih sering kita kenal adalah

 Amputasi terbuka ini di lakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pada pemotongan tulang dan otot pada tingkat yang sama.
 Amputasi tertutup ini dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkin
dimana dibuat skalf kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
memotong kurang lebih 5 cm dibawah potongan otot dan tulang.
2. Kelainan Pada Sendi
Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen,
tendon, fasia, atau otot.
26

Ada tiga tipe sendi, yaitu :


 Sendi fibrosa (sinarthroidal), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
 Sendi kartilaginosa (amphiarthroidal), merupakan sendi yang sedikit bergerak.
 Sendi sinovial (diarthroidal), merupakan sendi yang dapat bergerak dengan
bebas.
a. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama
terjadi pada orang yang berusia lanjut dan ditandai oleh degenerasi kartilago
artikularis, perubahan pada membran sinovia serta hipertrofi tulang pada
tepinya. Rasa nyeri dan kaku, khususnya setelah melakukan aktivitas yang
lama akan menyertai perubahan degeneratif tersebut.
 Insidens, Etiologi Dan Patologi
Osteoarthritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering
ditemukan. Diperkirakan ⅓ dari orang berusia >35 tahun, menunjukkan
bukti radiografik yang memperlihatkan penyakit osteoarthritis dengan
prevalensi yang terus meningkat sampai 80 tahun. Meskipun mayoritas
pasien, khususnya yang berusia muda, menderita penyakit ringan dan relatif
asimptomatik, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa penyebab
utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Osteoarthritis mungkin bukan satu penyakit melainkan beberapa
penyakit yang semuanya memperlihatkan gambaran klinis dan patologis
yang serupa. Akan tetapi terdapat dua perubahan morfologis utama, yaitu
kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang
baru pada dasar lesi tulang rawan dan tepi sendi yang dikenal sebagai
osteofit. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan metabolisme tulang
rawan sendi sudah timbul sejak awal proses patologis osteoarthritis.
Perubahan metabolisme tulang tersebut berupa peningkatan aktivitas
enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi yaitu
kolagen dan proteoglikan. Perusakan ini membuat kadar proteoglikan dan
kolagen berkurang sehingga kadar air tulang rawan sendi juga berkurang
Beberapa faktor turut terlibat dalam timbulnya osteoarthritis ini.
Penambahan usia semata tidak menyebabkan osteoarthritis, sekalipun
27

perubahan selular atau matriks pada kartilago yang terjadi bersamaan


dengan penuaan kemungkinan menjadi predisposisi bagi lanjut usia untuk
mengalami osteoarthritis. Faktor-faktor lain yang diperkirakan menjadi
predisposisi adalah obesitas, trauma, kelainan endokrin (misalnya diabetes
mellitus) dan kelainan primer persendian (misalnya arthritis inflamatorik).
 Keluhan dan Gejala
Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang
terkena, lama dan intensitas penyakitnya, serta respons penderita terhadap
penyakit yang dideritanya. Gejala Osteoarthritis adalah sebagai berikut:
 nyeri sendi yang khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada waktu
menopang berat badan atau waktu aktivitas (melakukan gerakan), dan
membaik bila diistirahatkan
 gerakan sendi menjadi terhambat karena nyeri
 pada beberapa penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat timbul setelah
istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau mobil (perjalanan jauh), atau
setelah bangun tidur di pagi hari
 kadang disertai suara gemeretak/kemretek pada sendi yang sakit
 penderita mungkin menunjukkan salah satu sendinya (sering lutut atau
tangan) secara perlahan membesar

Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :

 Subklinis.
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya.
Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
 Manifest.
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan
rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan.
 Dekompensasi
28

Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan
kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan bedah.
b. Arthritis Rheumatoid
Menurut definisi, artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi yang
mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik, dan sistemik serta
cenderung menjadi kronik. Atau arthritis reumatoid adalah kelainan sistemik
dengan manifestasi utama pada persendian yang berkembang secara perlahan-
lahan dalam beberapa minggu. Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik
yang paling sering ditemukan pada sendi, insidensnya sekitar 3% dari
penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur 20-30
tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1.
Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan
sendi-sendi besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
 Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
 Endokrin
 Autoimun
 Metabolik
 Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.

c. Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah
yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh
29

meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu


penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.
a) Insidens dan Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan
akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi
asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat
setelah pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah
menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause kadar urat serum meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah
pria. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada
prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar
genetik dari penyakit ini. Namun ada sejumlah faktor yang agaknya
mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya
hidup.

b) Gejala
Gejala gout berkembang dalam 4 tahap :
 Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah
meningkat, tidak menimbulkan gejala.
 Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat
memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi.
Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan
sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
30

 Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak


normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit
sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan
berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan
ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali
sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita
mengatasinya.
 Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga
menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa
disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan
kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan
kaku pada sendi yang sakit.
3. Kelaianan Pada Otot
a. Strain
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon yang biasanya
disebabkan oleh peregangan otot yang melebihi batas normalnya. Strain dapat
pula disertai dengan robekan atau ruptur jaringan. Pada cedera otot terjadi
peradanagan yang menyebabkan jaringan membengkok atau terasa nyeri.
Penyembuhannya mungkin memerlukan beberapa minggu.
b. Sprain
Sprain atau keseleo adalah trauma pada suatu sendi biasanya berkaitan
dengan cedera ligamentum. Pada keseleo yang berat , ligamentum dapat putus.
Psrain dapat menyebabnkan peradangan, pembengkakan, dan nyeri.
c. Rigor Mortis
Rigor Mortis atau kaku mayat adalah kekakuan atau kontraksi otot-otot
yang terjadi beberapa jam setelah kematian. Rigor mortis timbul akibat
berkurangnya ATP dalam sel-sel otot. Tanpa adanya ATP yang terikat ke
kepala miosin, maka jembatan-jembatan silang yang terhubung di otot pada
saat dan segera setelah kematian tidak dapat di lepaskan dan otot tetap
berkontrksi. Dalam satu hari protein-protein otot dihancurkan oleh enzim-
enzim lokal yang dikeluarkan oleh sel-sel yang berdegenerasisehingga otot
kembali melemas.
31

d. Atrofi
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi suatu otot
dapat terjadi akibat tidak di gunakannya otot atau terjadi pemutusan saraf yang
menpersarafi otot tersebut. Pada atrofi otot ukuran miofibril berkurang, atau
walaupun tidak mengalami atrofi kepadatan tulang dapat berkurang akibat tidak
digunakannya tulang tersebut atau adanya penyakit desiensi metababolik.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan
tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang
sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya
cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.
b. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk
mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit
dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa
kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet,
gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor
atau penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau
pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien
yang klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa
penenang.
d. Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke
dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok
oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan
bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan.
Perawatan setelah dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-
32

24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya
pembengkakan, perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian
distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
e. Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri
melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang
sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
f. Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus,
stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara,
diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan
kontras ke dalam diskus dan dilihat distribusinya
g. Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk
melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran
pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat
berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau
ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila
terdapat robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan
terlihat dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi
selama 12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien
sesuai kebutuhan

h. Arthrosentesis (aspirasi sendi)


Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan
atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah
jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis
terkait dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara
mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen
penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid
33

artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang
mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.

9. Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke
dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan
anestesi lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi
direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi,
sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah
tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan
balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk
mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
i. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop
radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai
dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan
nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan
tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
j. Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi
seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial
berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap
terapi pengobatan antiinflamasi.

k. Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi.
Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi unit motor end. Setelah
tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
l. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
34

Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada


pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan
menggunakan alat densitometri.
m. Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan
sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang
dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau adanya edema,
perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema,
bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
35

Daftar pustaka
 http://askepdankesehatan.blogspot.co.id/2009/03/patofisiologi-
moskuloskletal.html
 http://ayoncrayon5.blogspot.co.id/2012/11/anatomi-fisiologi-
muskuloskeletal.html
 http://my-beautifulhome.blogspot.co.id/2012/06/pemeriksaan-diagnostik-
pada.html
 Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai