Kelompok 3 :
Adinda Nurul M
Aji Mardiansyah
Erika liyanti
Melisa Ismianti
Milsa Azizah
Mihada Sukna
Nabila Alfaisha
Nindha Amelia
Nuraenida Febrianti
Nurhasanah Rahmanda
Rizki Amelia Koswara
Sarah Luthfiyatul A.
Kelas 7A
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian keperawatan kritis?
2. Apa itu kode etik?
3. Bagaimana Ruang lingkup keperawatan kritis?
4. Bagaimana Konsep keperawatan kritis?
5. Apa saja Prinsip keperawatan kritis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
Mampu mengetahui apa itu pengertian keperwatan kritis
Mampu mengetahui bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis
Mampu mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
Mampu mengetahui bagaimana prinsip keperawatan kritis
BAB II
TINJAUAN TEORI
H. Informed Consent
Informed consent merupakan suatu persetujuan tindakan medis terhadap
suatu hal yang dapat dilakukan pada dirinya. Informed consent dinyatakan valid
jika memenuhi tiga elemen yaitu : pasien harus kompeten atau sadar untuk
menyetujui, pasien harus diberikan informasi yang adekuat sehingga mampu
mengambil keputusan, dan pasien pada saat pengambilan keputusan harus bebas
dari ancaman atau paksaan (Khan, Haneef, 2010).
Biasanya, memperoleh persetujuan tindakan dari pasien atau keluarga adalah
tanggung jawab dokter, namun perawat sering diminta untuk menyaksikan
penandatanganan formulir persetujuan tersebut. Pada kasus ini perawat bersaksi
bahwa tanda tangan pada formulir persetujuan tersebut adalah tanda tangan
pasien atau keluarga. ketika perawat menyaksikan seluruh penjelasan dokter
mengenai sifat terapi yang direncanakan, resiko, manfaat, dan kemungkin akibat
perawat dapat memberikan catatan pada formulir persetujuan tersebut atau pada
catatan perawat yang menyebutkan “prosedur disaksikan” (Morton, 2009).
I. Isu & Masalah Legal Dalam Keperawatan Kritis
1. Keputusan Tindakan Mempertahankan Hidup
Bagi pasien yang menderita masalah kesehatan yang menyangkut
kelangsungan dan kualitas hidup diperlukan keputusan yang tidak
mengesampingkan hak-hak dari pasien. Masalah-masalah kritis seperti koma,
kematian otak, CPR dan DNR biasanya banyak memerlukan keputusan yang
menyangkut dilema etik. Keputusan yang diambil oleh tenaga medis harus
sesuai dengan keinginan dan keputusan yang telah disepakati dengan keluarga.
2. Masalah Kematian Dan Menjelang Ajal
a. Patient self- determinatioan Act
Perawat dan pasien harus lebih awal dalam mendiskusikan surat resmi
(advance directives) dari pasien ketika kesehatan pasien masih dalam kondisi
yang lebih baik tidak dalam masa keritis. Hal ini dikarenakan keputusan yang
akan diambil akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk mendiskusikan
proses pembuatan keputusan.
b. Advance directive
Pengajuan surat resmi adalah komunikasi spesifik tentang tindakan medic
yang dipilih oleh pasien.beberapa tipe pengajuan surat resmi yang biasa ada yaitu
surat perintah untuk melakukan DNR, perintah menghentikan kehidupan, surat
wasiat dll. Hal ini penting bag perawat untuk mengetahui jenis surat atau perintah
yang ditandatangani atau dimiliki pasien dan pengajuan itu harus didikuti. Jika
hal ini tidak dipatuhi atau dilaksanakan akan mengakibatkan gugatan.
J. WRONGFUL DEATH
Menurut Urden (2010), wrongful death merupakan kematian pasien yang
disebabkan oleh kelalaian dari petugas kesehatan profesional ataupun dari
organisasi rumah sakit tersebut.
K. Kelalaian Dalam Keperawatan Kritis
Kasus kelalaian dapat terjadi di berbagai tatanan dalam praktek
keperawatan,. Kasus-kasus seperti ini berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan ilmu maupun kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan,
termasuk di dalamnya dalam ranah praktek keperawatan kritis. Menurut Vestel
KW (1995) dalam Ake (2003), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap
tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
a. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu. Seorang perawat perawatan kritis bertanggung jawab secara
legal dalam merawat pasien dalam kondisi apapun. Jika perawat tersebut gagal
memberikan perawatan sebagaimana mestinya sesuai dengan kondisi pasien,
perawat tersebut dianggap melakukan pelanggaran pada kewajibannya.
b. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
Pelanggaran kewajiban merupakan kegagalan untuk bertindak secara
konsisten sesuai standar perawatan (Urden, 2010). Pada umumnya, kelalaian
dapat berupa kelalaian biasa atau kelalaian berat. Kelalaian biasa menunjukkan
kecerobohan profesional, sedangkan kelalaian berat menunjukkan bahwa perawat
tersebut secara sengaja dan sadar mengabaikan resiko bahaya yang telah
diketahui pasien.
c.Damage atau kerugian,
yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari
layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
d. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal
ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan
kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”
L. EUTHANASIA
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti “baik”,
dan thanatos, yang berarti “kematian” (Utomo, 2003:177). Menurut istilah
kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang
dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Euthanasia sering di sebut
juga dengan istilah mercy killing / a good death (mati dengan tenang) .
Istilah untuk pertolongan medis adalah agar kesakitan atau penderitaan yang
di alami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat
kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang
kematiannya . Hal ini dapat terjadi karna pertolongan dokter atas permintaan
pasien atau keluarganya karna penderitaan yang sangat hebat, dan tiada akhir
ataupun tindakan membiarkan saja oleh dokter kepada pasien yang sedang sakit
tanpa menentu tersebut, tanpa memberikan pengbatan seperlunya . Euthanasia
pada hakikatnya adalah pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit
parah atas dasar permintaan atau kepentingan orang itu sendiri. Euthanasia masih
menimbulkan problem keagamaan, hokum, dan moral di semua budaya dan
tradisi keagamaan
Euthanasia adalah kematian yang dilakukan sebelum waktunya yang biasa
dilakukan pada akhir kehidupan, masih banyak dibicarakan orang. Suatu aspek
yang penting tentang euthanasia adalah bahwa pengakhiran hidup atau
mengabaikan suatu tindakan yang dapat memperpanjang hidup seseorang, yang
dilaksanakan atas permintaan pasien yang bersangkutan.
Ada empat metode euthanasia:
a. Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkankematian.
b. Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujuikarena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental
c.Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat
dapatditanyakan persetujuan,.
d. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia.
Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:
a.Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan
dengantujuan untuk menimbulkan kematian
b. Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan
olehpenghentian tindakan medis.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
a.Contoh Kasus
Seorang pasien laki-laki bernama Tn. G umur 54 tahun dirawat di ruang ICU
dengan penyakit PPOK. Pasien akan dipasang ventilator karena adanya gangguan
jalan nafas, namun keluarga menolak karena khawatir pasien kesakitan. Tetapi
perawat tetap memutuskan untuk memasang ventilator karena kondisi darurat dan
harus segera dipasang untuk menyelamatkan nyawa klien. Di dalam ruangan
tersebut terdapat 3 bed yang terisi semua dengan 2 orang perawat yg berdinas.
Ketika sedang melakukan tindakan pemasangan ventilator, alarm ventilator Tn.A
berbunyi namun perawat tidak menggubris alarm tersebut dengan segera.
Akhirnya kondisi pasien tersebut menurun secara drastis. Dan ketika ditanya oleh
keluarga Tn.A perawat menjawab bahwa kondisi pasien baik-baik saja.
Berdasarkan kasus tersebut perawat telah melanggar prinsip-prinsip legal dan
etik, diantaranya:
1. Autonomi (otonomi) :
Saat dilakukan pemasangan ventilator keluarga pasien menolak karena
khawatir pasien kesakitan. Akan tetapi perawat tetap melakukan pemasangan
ventilator karena kondisi darurat agar dapat menyelamatkan nyawa pasien.
2. Veracity :
Perawat melanggar kode etik veracity (jujur) karena saat perawat ditanya oleh
keluarga Tn.D tentang keadaan pasien, perawat menjawab bahwa kondisi pasien
baik-baik saja.
3. Non maleficence :
Perawat melanggar kode etik non maleficence karena perawat perawat tidak
segera menangani pasien Tn. D ketika alarm ventilatornya berbunyi sehingga
berdampak penurunan kondisi pada Tn. D
4. Beneficience :
Perawat berbuat baik kepada Tn.Y dengan melakukan pemasangan ventilator
sehingga dapat menyelamatkan nyawa pasien.
b. Legal
Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Pasal 32 tentang
Menyelamatkan nyawa pasien : darurat. Yang berbunyi : Rumah sakit sebagai
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pasien dalam keadaan
darurat serta wajib memberikan pelayanan untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Pasal 304 KUHPidana yaitu mengancamkan pidana terhadap seseorang yang
sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara,
khususnya keadaan maut atau sakit.
3.2 Kesimpulan
Kini kesadaran masyarakat mengenai hak - haknya dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan legal semakin meningkat. hal ini berarti pengawasan
kepada perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan akan semakin meningkat.
Banyak sekali isu-isu yang terkait dengan aspek legal khususnya dalam
keperawatan kritis dan gawat darurat. Isu-isu tersebut terdiri dari isu yang
berkaitan dengan kelalaian perawat maupun isu yang terkait bantuan hidup pada
pasien.
Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang perawat kritis untuk selalu
menjalankan peran serta fungsinya dan melakukan tindakan sesuai dengan
standar keperawatan dan lebih memahami ataupun meningkatkan
pengetahuannya terkait isu yang berkaitan dengan aspek legal khususnya pada
ranah keperawatan kritis maupun keperawatan gawat darurat sehingga perawat
kritis dapat menghindari timbulnya permasalahan hukum yang rentan sekali
terjadi di dunia kesehatan ini.
3.3 Saran
Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan persprektif keperawatan
kritis dan dapat mengetahui pengertian sampai prinsip keperawatan kritis.
Daftar pustaka
http://nsmayalegaletikkeperawatan.blogspot.com/2015/02/makalah-
legal-etik-keperawatan-dan-kasus.html
https://docplayer.info/73099289-Pengertian-dan-contoh-penerapan-
aspek-legal-etik-dalam-keperawatan-anestesi-disusun-untuk-memenuhi-
tugas-etika-dan-aspek-legal.html
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
id.scribd.com/document/340015614/Definisi-Keperawatan-
Kritis&ved=2ahUKEwiYpP2_kuDrAhVSfSsKHUiqBucQFjASegQIAh
AB&usg=AOvVaw22qDq9vOxzR2vcKr9RRqGm
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
id.scribd.com/doc/312108814/03-Aspek-legal-dan-etik-keperawatan-
Kritis-
pdf&ved=2ahUKEwiYms3ckeDrAhWRWisKHaZ2BI8QFjABegQIAxA
B&usg=AOvVaw1MiUIFPZ59wCcdP0-6S2h2