Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

Kelompok 3 :
Adinda Nurul M
Aji Mardiansyah
Erika liyanti
Melisa Ismianti
Milsa Azizah
Mihada Sukna
Nabila Alfaisha
Nindha Amelia
Nuraenida Febrianti
Nurhasanah Rahmanda
Rizki Amelia Koswara
Sarah Luthfiyatul A.

Kelas 7A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit)
memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Mengenali ciri-ciri dengan
cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau
pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah
perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh
(Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens, 2009). Comprehensive Critical
Care Department of Health-Inggris merekomendasikan untuk memberikan
perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care
without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun
pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens,
2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan kesehatan bahwa
pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan
monitoring penilaian setiap tindakan yang dilakukan. Dengan demikian
pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena dengan
cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya
penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan
penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode
etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat
telah diterima oleh profesi (Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan
suatu pelanggaran terhadap kode etik lersebut. maka pihak organisasi berhak
memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi
tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai
penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal. Perawat professional
tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan, sehingga
dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa
ada kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk
kelalaian tanpa tanggung jawab darn tanggung gugat? Hal ini dikarenakan
oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri.
Sehingga tindakan yang dilakukan ada kalanya akan berdampak pada
keselamatan pasien, Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di
anggap kurang berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada
akhirnya berdampak pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga
keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon perawat maupun para perawat
harus mampu memahami dengan haik dan benar tentang kode etik dan salah
satu kuncinya yaitu banyak membaca dan menmahami pentingnya
keselamatan pasien sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai
landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian keperawatan kritis?
2. Apa itu kode etik?
3. Bagaimana Ruang lingkup keperawatan kritis?
4. Bagaimana Konsep keperawatan kritis?
5. Apa saja Prinsip keperawatan kritis?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
 Untuk memahami dan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
 Mampu mengetahui apa itu pengertian keperwatan kritis
 Mampu mengetahui bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis
 Mampu mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
 Mampu mengetahui bagaimana prinsip keperawatan kritis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Kritis


Keperawatan kritis adalah area spesialistik dari keperawatan yang
dikembngkan untuk menjawab tantangan dankebutuhan klien dengan masalah
kesehatan akut dan mengancam jiwa yang memerlukan perawatan secara
aintensif (Urden,Satcy, and Lough, 2006).
B. Pengertian Legal
Legal adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan.
C. Pengertian legal dalam keperawatan kritis.
Suatu aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan termasuk hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-
undang keperawatan. Keterkaitan dengan legal formal formal dalam memberikan
pelayanan keperawatan kritis kaitan dengan kebijakan yang memberikan jaminan
hukum terhadap pelayanan keperawatan kritis.
D. Area hukum dalam keperawatan kritis.
Menurut Morton dan Fontaine (2009) terdapat tiga area hukum yang
mempengaruhi praktik perawat perawatan kritis:
1. Hukum Administrasi
Hukum administrasi merupakan suatu konsekuensi hukum dan regulasi
negara bagian dan federal yang terkait dengan praktik perawat. Di negara bagian
terdapat suatu badan legislasi yang berfungsi untuk mengukuhkan akta praktek
perawat dalam tiap akta tersebut praktik keperawatan didefinisikan dan
kekuasaannya dilegalisasikan pada lembaga negara bagian biasanya disebut
dengan State Board of Nursing.
2. Hukum sipil
Hukum sipil merupakan area kedua hukum yang mempengaruhi praktik
keperawatan salah satu area khusus hukum sipil yaitu hukum kerugian,
membentuk landasan dari sebagian besar kasus sipil yang melibatkan perawat.
3. Hukum Pidana
Area ketiga hukum yang relevan dengan praktik keperawatan adalah hukum
pidana berbeda dengan hukum sipil, dimana individu yang menuntut individu
yang lain, hukum pidana terdiri atas kasus tuntutan hukum yang diajukan oleh
negara bagian pemerintah federal atau setempat terhadap perawat dalam hal ini
yang termasuk kasus pidana adalah penyerangan dan pemukulan pembunuhan
akibat kelalaian, dan pembunuhan murni.
E. Undang-undang yang mengatur legal etik
UU Kesehatan No.36 Tahun 2009
 Perlindungan hukum bagi tenaga Kesehatan ( Pasal 27 )
 Menyelamatkan nyawa pasien : darurat ( Pasal 32 )
 Tidak boleh menolak pasien darurat dan meminta uang muka
( Pasal 32 )
 Tenaga Kesehatan : kualifikasi dan izin profesi ( Pasal 34 )
 Menerima / menolak pertolongan kecuali : tidak sadarkan diri
( Pasal 56 )
 Tuntutan ganti rugi oleh pasien kecuali untuk Tindakan
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan ( Pasal 58 )
 Ketentuan pidana terkait kedaruratan pasien ( Pasal 190 )
F. Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang
benar atau apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem
nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa
yang akan dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya
perawat berprilaku, apa yang harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam
memberikan pelayanan keperawatan kritis.
G. Prinsip Etik Dalam Pengambilan Keputusan
Sebagaimana yang  tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsip-
prinsip etika yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik muncul. 
Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dam pengaturan perawatan
kritis, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat
bagi semua yang terlibat dalam pengambialn keputusan.
a. Menghargai otonomi (facilitate autonomy)
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab
terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana
pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect
terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa
memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. Contoh:
Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak
mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan.
b. Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan
pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh : Klien dan
keluarga mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan
yang diberikan.
c. Kebenaran (Veracity) à truth
Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang
tidak bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran didefinisikan sebagai
menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain.
Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling
percaya dengan pasien. Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan
sesuai dengan SOP yangberlaku dimana klien dirawat.
d. Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama merupakan suatu prinsip moral
untuk berlaku adil bagi semua individu. Prinsip dari keadilan menurut
beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan
sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka. Contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan
seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai
SAK
e. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan
orang lain. Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka
harus dipasang side driil.
f. Kemurahan Hati (Benefiecence)
Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan
merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal
yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan orang lain/pasien. Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat
dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.
g. Confidentiality
Yang dimaksud confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia klien,
segalasesuatu mengenai klien boleh diketahui jika digunakan untuk pengobatan
klien atau mendapat izin dari klien. Sebagai perawat kita hendaknya menjaga
rahasia pasien itu tanpa memberitahukannya kepada orang lain maupun perawat
lainnya.

H. Informed Consent
Informed consent merupakan suatu persetujuan tindakan medis terhadap
suatu hal yang dapat dilakukan pada dirinya. Informed consent dinyatakan valid
jika memenuhi tiga elemen yaitu : pasien harus kompeten atau sadar untuk
menyetujui, pasien harus diberikan informasi yang adekuat sehingga mampu
mengambil keputusan, dan pasien pada saat pengambilan keputusan harus bebas
dari ancaman atau paksaan (Khan, Haneef, 2010).
Biasanya, memperoleh persetujuan tindakan dari pasien atau keluarga adalah
tanggung jawab dokter, namun perawat sering diminta untuk menyaksikan
penandatanganan formulir persetujuan tersebut. Pada kasus ini perawat bersaksi
bahwa tanda tangan pada formulir persetujuan tersebut adalah tanda tangan
pasien atau keluarga. ketika perawat menyaksikan seluruh penjelasan dokter
mengenai sifat terapi yang direncanakan, resiko, manfaat, dan kemungkin akibat
perawat dapat memberikan catatan pada formulir persetujuan tersebut atau pada
catatan perawat yang menyebutkan “prosedur disaksikan” (Morton, 2009).
I. Isu & Masalah Legal Dalam Keperawatan Kritis
1. Keputusan Tindakan Mempertahankan Hidup
Bagi pasien yang menderita masalah kesehatan yang menyangkut
kelangsungan dan kualitas hidup diperlukan keputusan yang tidak
mengesampingkan hak-hak dari pasien.  Masalah-masalah kritis seperti koma,
kematian otak, CPR dan DNR biasanya banyak memerlukan keputusan yang
menyangkut dilema etik.  Keputusan yang diambil oleh tenaga medis harus
sesuai dengan keinginan dan keputusan yang telah disepakati dengan keluarga.
2. Masalah Kematian Dan Menjelang Ajal
a. Patient self- determinatioan Act
Perawat dan pasien harus lebih awal dalam mendiskusikan surat resmi
(advance directives) dari pasien ketika kesehatan pasien masih dalam kondisi
yang lebih baik tidak dalam masa keritis. Hal ini dikarenakan keputusan yang
akan diambil akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk mendiskusikan
proses pembuatan keputusan.
b. Advance directive          
Pengajuan surat resmi adalah komunikasi spesifik tentang tindakan medic
yang dipilih oleh pasien.beberapa tipe pengajuan surat resmi yang biasa ada yaitu
surat perintah untuk melakukan DNR, perintah menghentikan kehidupan, surat
wasiat dll. Hal ini penting bag perawat untuk mengetahui jenis surat atau perintah
yang ditandatangani atau dimiliki pasien dan pengajuan itu harus didikuti. Jika
hal ini tidak dipatuhi atau dilaksanakan akan mengakibatkan gugatan.
J. WRONGFUL DEATH
Menurut Urden (2010), wrongful death merupakan kematian pasien yang
disebabkan oleh kelalaian dari petugas kesehatan profesional ataupun dari
organisasi rumah sakit tersebut.
K. Kelalaian Dalam Keperawatan Kritis
Kasus kelalaian dapat terjadi di berbagai tatanan dalam praktek
keperawatan,. Kasus-kasus seperti ini berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan ilmu maupun kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan,
termasuk di dalamnya dalam ranah praktek keperawatan kritis. Menurut Vestel
KW (1995) dalam Ake (2003), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap
tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
a. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu. Seorang perawat perawatan kritis bertanggung jawab secara
legal dalam merawat pasien dalam kondisi apapun. Jika perawat tersebut gagal
memberikan perawatan sebagaimana mestinya sesuai dengan kondisi pasien,
perawat tersebut dianggap melakukan pelanggaran pada kewajibannya.
b. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
Pelanggaran kewajiban merupakan kegagalan untuk bertindak secara
konsisten sesuai standar perawatan (Urden, 2010). Pada umumnya, kelalaian
dapat berupa kelalaian biasa atau kelalaian berat. Kelalaian biasa menunjukkan
kecerobohan profesional, sedangkan kelalaian berat menunjukkan bahwa perawat
tersebut secara sengaja dan sadar mengabaikan resiko bahaya yang telah
diketahui pasien.
c.Damage atau kerugian,
yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari
layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
d. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal
ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan
kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”
L. EUTHANASIA
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti “baik”,
dan thanatos, yang berarti “kematian” (Utomo, 2003:177). Menurut istilah
kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang
dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Euthanasia sering di sebut
juga dengan istilah mercy killing / a good death (mati dengan tenang) .
Istilah untuk pertolongan medis adalah agar kesakitan atau penderitaan yang
di alami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat
kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang
kematiannya . Hal ini dapat terjadi karna pertolongan dokter atas permintaan
pasien atau keluarganya karna penderitaan yang sangat hebat, dan tiada akhir
ataupun tindakan membiarkan saja oleh dokter kepada pasien yang sedang sakit
tanpa menentu tersebut, tanpa memberikan pengbatan seperlunya . Euthanasia
pada hakikatnya adalah pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit
parah atas dasar permintaan atau kepentingan orang itu sendiri. Euthanasia masih
menimbulkan problem keagamaan, hokum, dan moral di semua budaya dan
tradisi keagamaan
Euthanasia adalah kematian yang dilakukan sebelum waktunya yang biasa
dilakukan pada akhir kehidupan, masih banyak dibicarakan orang. Suatu aspek
yang penting tentang euthanasia adalah bahwa pengakhiran hidup atau
mengabaikan suatu tindakan yang dapat memperpanjang hidup seseorang, yang
dilaksanakan atas permintaan pasien yang bersangkutan.
Ada empat metode euthanasia:
a. Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkankematian.
b. Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujuikarena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental
c.Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat
dapatditanyakan persetujuan,.
d. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia.
Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:
a.Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan
dengantujuan untuk menimbulkan kematian
b. Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan
olehpenghentian tindakan medis.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus

a.Contoh Kasus
Seorang pasien laki-laki bernama Tn. G umur 54 tahun dirawat di ruang ICU
dengan penyakit PPOK. Pasien akan dipasang ventilator karena adanya gangguan
jalan nafas, namun keluarga menolak karena khawatir pasien kesakitan. Tetapi
perawat tetap memutuskan untuk memasang ventilator karena kondisi darurat dan
harus segera dipasang untuk menyelamatkan nyawa klien. Di dalam ruangan
tersebut terdapat 3 bed yang terisi semua dengan 2 orang perawat yg berdinas.
Ketika sedang melakukan tindakan pemasangan ventilator, alarm ventilator Tn.A
berbunyi namun perawat tidak menggubris alarm tersebut dengan segera.
Akhirnya kondisi pasien tersebut menurun secara drastis. Dan ketika ditanya oleh
keluarga Tn.A perawat menjawab bahwa kondisi pasien baik-baik saja.
Berdasarkan kasus tersebut perawat telah melanggar prinsip-prinsip legal dan
etik, diantaranya:

1. Autonomi (otonomi) :
Saat dilakukan pemasangan ventilator keluarga pasien menolak karena
khawatir pasien kesakitan. Akan tetapi perawat tetap melakukan pemasangan
ventilator karena kondisi darurat agar dapat menyelamatkan nyawa pasien.
2. Veracity :
Perawat melanggar kode etik veracity (jujur) karena saat perawat ditanya oleh
keluarga Tn.D tentang keadaan pasien, perawat menjawab bahwa kondisi pasien
baik-baik saja.
3. Non maleficence :
Perawat melanggar kode etik non maleficence karena perawat perawat tidak
segera menangani pasien Tn. D ketika alarm ventilatornya berbunyi sehingga
berdampak penurunan kondisi pada Tn. D
4. Beneficience :
Perawat berbuat baik kepada Tn.Y dengan melakukan pemasangan ventilator
sehingga dapat menyelamatkan nyawa pasien.

b. Legal
Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Pasal 32 tentang
Menyelamatkan nyawa pasien : darurat. Yang berbunyi : Rumah sakit sebagai
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pasien dalam keadaan
darurat serta wajib memberikan pelayanan untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Pasal 304 KUHPidana yaitu mengancamkan pidana terhadap seseorang yang
sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara,
khususnya keadaan maut atau sakit.
3.2 Kesimpulan
Kini kesadaran masyarakat mengenai hak - haknya dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan legal semakin meningkat. hal ini berarti pengawasan
kepada perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan akan semakin meningkat.
Banyak sekali isu-isu yang terkait dengan aspek legal khususnya dalam
keperawatan kritis dan gawat darurat. Isu-isu tersebut terdiri dari isu yang
berkaitan dengan kelalaian perawat maupun isu yang terkait bantuan hidup pada
pasien.
Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang perawat kritis untuk selalu
menjalankan peran serta fungsinya dan melakukan tindakan sesuai dengan
standar keperawatan dan lebih memahami ataupun meningkatkan
pengetahuannya terkait isu yang berkaitan dengan aspek legal khususnya pada
ranah keperawatan kritis maupun keperawatan gawat darurat sehingga perawat
kritis dapat menghindari timbulnya permasalahan hukum yang rentan sekali
terjadi di dunia kesehatan ini.

3.3 Saran
Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan persprektif keperawatan
kritis dan dapat mengetahui pengertian sampai prinsip keperawatan kritis.
Daftar pustaka

http://nsmayalegaletikkeperawatan.blogspot.com/2015/02/makalah-
legal-etik-keperawatan-dan-kasus.html
https://docplayer.info/73099289-Pengertian-dan-contoh-penerapan-
aspek-legal-etik-dalam-keperawatan-anestesi-disusun-untuk-memenuhi-
tugas-etika-dan-aspek-legal.html
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
id.scribd.com/document/340015614/Definisi-Keperawatan-
Kritis&ved=2ahUKEwiYpP2_kuDrAhVSfSsKHUiqBucQFjASegQIAh
AB&usg=AOvVaw22qDq9vOxzR2vcKr9RRqGm
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
id.scribd.com/doc/312108814/03-Aspek-legal-dan-etik-keperawatan-
Kritis-
pdf&ved=2ahUKEwiYms3ckeDrAhWRWisKHaZ2BI8QFjABegQIAxA
B&usg=AOvVaw1MiUIFPZ59wCcdP0-6S2h2

Anda mungkin juga menyukai