P (45 TAHUN)
DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL : KESIAPAN MENINGKATKAN
RELIGIUSITAS DI RS AL ISLAM BANDUNG
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Alma Triana (402020050)
2020/2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar klasifikasi vertigo, yaitu : vertigo vestibular dan vertigo non
vestibular. Berdasarkan letak lesi vertigo dibagi menjadi 2 yaitu vertigo perifer
dan vertigo sentral. Vertigo perifer disebabkan oleh gangguan pada bagian telinga
dalam atau saraf kranial vestibulocochlear (VIII), sedangkan pada vertigo sentral
disebabkan oleh penyakit yang berasal dari SSP. Secara klinis, adanya kerusakam
akibat infark atau perdarahan pada serebelum, nuklei vestibular, atau jaras – jaras
ke batang otak (Basuki & Dian, 2011).
Prevalensi vertigo di Jerman, usia 18 hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
diasumsikan karena kelainan vestibular. Penelitian di Prancis menemukan
prevalensi vertigo 48%. Di Indonesia angka kejadian vertigo pada tahun 2012 dari
usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor tiga paling
sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek umum, setelah nyeri
kepala dan stroke (Putri et al., 2016).
Dalam survei wawancara 2008 Kesehatan Nasional di Amerika Serikat
diperkirakan bahwa pravelensi pusing (Dizziness) pada orang dewasa di Amerika
sekitar 11,5% dalam 12 bulan terakhir (Lin dan Bhattacharyya, 2014) dan pusing
atau masalah keseimbangan sekitar 14,8% (Ward et al.,2013). Pada usia 65 tahun
pravelensi pusing dan masalah keseimbangan sekitar 19,6% dalam 12 bulan
sebelumnya (Lin dan Bhattacharyya, 2012). Masalah keseimbangan termasuk
kesulitan untuk berdiri (68%), berjalan pada permukaan yang tidak rata (55%),
vertigo (30%), dan pingsan (30%). Pada lanjut usia wanita lebih sering
mengalami pusing atau masalah keseimbangan dibandingak laki – laki (Steven et
al., 2008; Gassmann et al., 2009; Olsson Moller et al., 2013) (Furman & Lempert,
2016).
Kesiapan meningkatkan religiositas adalah suatu pola kesadaran terhadap
keyakinan agama dan/atau partisipasi dalam ritual tradisi keyakinan tertentu yang
dapat ditingkatkan (Nanda, 2017). Salah satu yang dialami oleh pasien dengan
gangguan jantung berkaitan dengan spiritualitas adalah beradaptasi terhadap
penurunan kesehatan serta keluhan yang dirasakannya sehinga ada beberapa
keterbatasan dalam ibadah karena penyakit yang dideritanya. Namun, pada
beberapa kondisi terkait lamanya seseorang menderita penyakit dapat menjadikan
orang tersebut menjadi lebih acceptance terhadap kondisinya (Lita, 2016).
Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat dalam memberikan pemenuhan
kebutuhan spiritualitas kepada pasien yaitu dengan cara memberikan dukungan
emosional, memberi kesempatan pada pasien untuk berinteraksi dengan orang
lain, baik keluarga maupun teman, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi
dan mengingatkan waktu untuk beribadah, memfasilitasi untuk mendengarkan
murotal al qur’an dan dzikir, mengajarkan relaksasi untuk mengatasi kesakitan
yang dialaminya, hadir untuk pasien, dan memberikan sentuhan selama
perawatan. Perawat harus memiliki sikap empati pada pasien, mendukung tujuan
dan spiritual pasien dan semangat kerjasama antara perawat dan pasien dalam
mencari kesembuhan pasien. Mendengarkan dan selalu hadir untuk pasien adalah
inti dari perawatan spiritual. Konsep kehadiran, dengan meningkatkan rasa empati
dan aktif mendengarkan, mencerminkan kepercayaan dan hal positif pasien pada
perawat, yang akan memungkinkan kebebasan pasien untuk mengekspresikan
masalah atau kebutuhan ruhaninya (Lita, 2016).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhanif et al (2020)
menemukan gambaran peran perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual,
peran tersebut diantaranya tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaborasi
perawat. Peran perawat dalam tindakan mandiri perawat yaitu perawat selalu ke
pasien apabila pasien membutuhkan, menghadirkan seseorang yang berarti bagi
pasien misalkan keluarga, menjelaskan tentang kondisi pasien, memotivasi untuk
berdzikir ketika pasien mengeluh penyakit atau merasa sakit, mengajarkan pasien
berdoa, membimbing berdoa, mengingatkan ibadah, mempersiapkan alat ibadah,
berdoa saat mau makan. Untuk peran dalam tindakan kolaborasi perawat seperti
berkolaborasi dengan petugas bimbingan rohani (bimroh) dan berkolaborasi
dengan keluarga pasien. Selain itu perawat dapat memfasilitasi pasien untuk
bimbingan ibadah berupa menfasilitasi pasien untuk berdzikir dan menbaca atau
mendengarkan al qur’an melalui media mp3 player.
Pada kondisi tertentu, bagi orang yang sedang sakit dan telah menderita sakit
yang cukup lama untuk dapat terus meningkatkan kesejahteraan dan minat dalam
menjalankan atau memenuhi kebutuhan spiritualnya maka perlu dilakukan
beberapa intervensi keperawatan berkaitan dengan spiritualnya. Intervensi
keperawatan yang bisa dilakukan yaitu dengan memotivasi pasien untuk terus
menjalankan ibadahnya, memfasilitasi kegiatan peribadahannya, mengajarkan
pasien berdoa, membimbing berdoa,berdzikir, dan memperdengarkan murotal al
qur’an.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari asuhan keperawatan spiritual muslim ini adalah untuk menggali
pemahaman mahasiswa mengenai pasien yang vertigo dengan
mengaplikasikan teori yang pernah dipelajari dalam mata kuliah AKSM.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami teori penyakit vertigo
b. Memahami dampak spiritual akibat penyakit yang dialami pasien
c. Mengaplikasikan psikoterapi islam sesuai dengan keluhan pasien
d. Mengkaji spiritual dan religiusitas pasien
e. Menegakkan diagnosa keperawatan
f. Melakukan intervensi keperawatan spiritual
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
d. Keutamaan Dzikir
1) Terlindung dari bahaya godaan
2) Tidak mudah menyerah dan putus asa
3) Memberi ketenangan jiwa dan hati
4) Mendaparkan cinta dan kasih saying Allah
5) Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang
melenakan
2. Murrotal Al-Qur’an
a. Definisi
Tahap kerja :
a) Cuci tanga dengan desinfektan dan keringkan
b) Gunakan baju kerja, masker dan sarung tangan
c) Atur klien senyaman mungkin untuk posisi duduk iftirosy, bersila atau apa
saja yang pasien mampu
d) Hadapkan klien kearah kiblat bila memungkinkan, jika tidak
memungkinkan anjurkan pasien untuk berniat menghadap kiblat
e) Bimbing pasien untuk melaksanakan shalat dengan urutan:
f) Niat dalam hati
g) Mengangkat kedua tangan sambil takbirartulihrom
h) Menyimoan kedua tangan diatas perut, tangan kanan diatas tangan kiri
i) Membaca do’an iftitah
j) Membaca al-fatihah
k) Membaca surat atau ayat Al-Qur’an yang pasien hafal
l) Melakukan ruku’ dengan meletakkan tangan disamping badan dan pasien
membayangkan sedang dalam posisi ruku diikuti dengan menundukkan
kepala dan membaca doa ruku
m)Bangkit dari rukuk dengan cara mengangkat tangan dari samping badan
dengan membaca doa
n) Membaca takbir untuk terus sujud (sambil membayangkan posisi dan
gerakan sujud) dengan menundukkan kepala dan membaca doa sujud
o) Membaca takbir untuk bangkit dari sujud dengan mengakat kedua tangan
kemudian membayangkan duduk di antara dua sujud, membaca do’a
p) Membaca takbir untuk terus sujud kembali dengan cara yang sama seperti
diatas, sambil menundukkan kepala
q) Bangkit dari sujud kembali kepada posisi bagian g untuk melakukan
rakaat kedua dimulai prosedur bagian : g, h, i, j, k, l, m
r) Bimbing pasien untuk tasyahud awal dengan cara anjurkan pasien
membayangkan posisi tasyahud awal diikuti doa tasyahud setelah sujud
kedua (terutama untuk shalat selain shubuh atau shalat yang tidak di jama)
s) Melakukan rakaat ketiga dan ke empat (untuk shalat yang empat rakaat)
sesuai dengan prosedur bagian : g, h, i, j, k, l, m
t) Ingatkan untuk tasyahud akhir, dengan membayangkan dalam posisi
tersebut diikuti dengan doanya
u) Membaca salam dengan memalingkan wajah ke kanan dan kekiri
semampnya.
v) Bimbing klien membaca hamdallah dan doa setelah shalat
w) Rapihkan alat-alat
x) Kembalikan posisi semula
Agama merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Hubungan manusia dengan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat
kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Terwujud dalam
bentuk ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur. Manakala dalam
menjalankan kehidupannya, manusia menyimpang dari nilai-nilai fitrahnya, maka
secara psikologis ia akan merasa adanya semacam “hukuman moral”. Lalu spontan
akan muncul rasa bersalah atau rasa berdosa (sense of guilty).
Mengalami sakit dipandang sebagai penebusan atas dosa-dosa dan
kematian sebagai bagian dari perjalanan untuk bertemu dengan Tuhan mereka.
Meskipun demikian, kewajiban individu muslim untuk tetap mencari perawatan
dan pengobatan. Ketika seseorang sakit maka di dalamnya terkandung nilai-nilai
pahala bagi yang sabar serta ampunan dan orang sakit akan kembali mengingat
Allah SWT. Islam memiliki pandangan positif terhadap situasi sakit. Sakit dalam
Islam memiliki keutamaan sebagai berikut.
a. Menghapus dosa
Rasulullah SAW bersabda,
“Tiada seorang mu’min yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang
penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk
(tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya.” (HR.
Bukhari)
b. Tetap mendapatkan pahala dari amal kebaikan yang biasa dilakukannya di
waktu sehat Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila salah seorang hamba sakit atau berpergian (safar), maka Allah
mencatat pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia
tidak berpergian atau sehat.” (HR. Bukhari)
c. Memperoleh pahala kebaikan
Seorang muslim yang sabar dalam menghadapi penyakit maka baginya
pahala kebaikan.
d. Memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah SWT
Seseorang yang sabar menghadapi sakitnya bisa mendapatkan derajat mati
syahid dengan penyakit yang menimpa sehingga menyebabkan
kematiannya, Rasulullah SAW bersabda, “Wabah adalah syahadah (mati
syahid) bagi setiap muslim.” (HR. Bukhari)
TINJAUAN KASUS
pusing disertai keluar keringat dingin. Pusing yang dirasakan klien bertambah apabila
memjamkan mata. Klien mengatakan suka merasakan mual serasa mau muntah dan
terasa ingin muntah. Klien mengatakan pusing berputar-putar membuat tidak bisa
tidur dan tidak bisa melakukan aktivitas. Pada saat pengkajian klien masih mengeluh
pusing berputar-putar, mata tampak merah, keluar keringat dingin, mual dan terasa
ingin muntah, pusing masih terasa walaupun setelah diberi obat pusing. pusing yang
dirasakan masih membuat klien tidak bisa tidur dengan nyenyak. Tekanan darah
110/80 Mmhg, nadi 85x/mnt, suhu 36.8ºC, RR 22x/mnt. Terpasang infus NACL 0,9%
20 gtt/mnt ditangan kiri. Klien menanyakan apakah pusing ini akan cepat sembuh,
klien merasa cemas dengan keadaan saat ini. Klien mengatakan merasa ketakutan dan
khawatir rasa pusingnya akan bertambah terutama bila menjelang malam, klien
Klien mengatakan 26 tahun yang lalu pernah mengalami penyakit vertigo seperti saat
ini namun vertigo yang dialami waktu itu tidak dalam waktu yang lama seperti
sekarang, diberi pengobatan dan bisa sembuh. Klien juga mengatakan menderita
hipertensi dan mengkonsumsi obat penurun tensi dan klien juga mempunyai penyakit
asam lambung. klien tidak mengalami penyakit berat yang lain. Di keluarga klien
tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Menurut klien sehat merupakan anugerah dari Allah SWT yang harus selalu
klien syukuri, karena pada saat sehat klien dapat melakukan aktivitas dan beribadah.
Klien mengatakan sakit yang diderita sekarang merupakan teguran atau pengingat
Allah kepada klien karena selama sehat klien telah melalaikan dalam menjaga
badannya. Klien yakin sakit yang diderita ini karena Allah sayang sama klien, klien
disuruh beristirahat agar dapat mentafakuri kehidupan yang sebenarnya. Klien yakin,
Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umatnya. Jadi sebisa
mungkin klien harus ikhlas dan terus berusaha untuk sembuh dan berusaha disaat
sehat untuk menjaga tubuhnya. Namun kien merasa terkadang ragu dan khawatir
apakah rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan sembuh seperti sediakala.
Dalam kondisi sakit yang dirasakan mengganggu klien adalah pusing yang
terasa berputar-putar terutama bila memejamkan mata atau posisi tidur atau berbaring,
sehingga klien hanya bisa duduk terbaring di tempat tidur. Klien Menurut klien tidak
ada tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan klien.klien.
Oleh karena itu, klien mengatakan sangat berharap kepada keluarga terutama anak-
anaknya dan tenaga medis untuk mendo’akan klien agar cepat sembuh. Salah satu
sumber kekuatan untuk sembuh yang klien miliki yaitu dari keluarga yang membuat
klien tetap semangat. Harapan klien ingin segara sembuh yaitu anak perempuaanya
yang paling bungsu, karena klien ingin melihatnya segera menikah. Upaya yang
dilakukan klien untuk sembuh adalah terus berdoa dan mencoba untuk bersabar.
Klien mengatakan bahwa sakit yang di deritanya adalah sebagai bentuk ujian
dari Allah SWT. Klien yakin Allah memberikan sakit pasti terselip hikmah di balik
semua sakit yang dirasakan, dengan sakit yang dirasakannya merasa bahwa ini adalah
tanda bentuk kasih sayang yang diberikan Allah SWT. Klien mencoba menerima
dengan kondisinya ini berharap dan hanya bisa berdoa agar cepat sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan keluarga. Makna hidup bagi klien yaitu bertaqwa kepada
Allah, bersyukur dan mengharap ridho dari Allah SWT. Klien mengatakan saya
berharap bisa selamat dunia dan akhirat karena dunia hanyalah sementara sedangkan
akhirat adalah dunia yang paling abadi. Upaya klien untuk mendekatkan diri sama
Allah adalah dengan cara menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya,
ketika sakit yang klien lakukan adalah berdoa dan memperbayak istigfar sehabis solat.
Klien mengatakan bahwa sejauh ini shalat 5 waktu selalu dilaksanakan klien
kumandang azan. Shalat sunat yang sering dilakukan oleh klien seperti shalat dhuha,
shalat tahajud kadang - kadang dan sunat rawatib, puasa wajib tidak pernah
terlewatkan setiap tahunnya. Infak dan sodaqoh pun klien rutin dilakukan, dzikir dan
tilawah quran selalu dikerjakan setiap habis shalat di saat ada kesempatan.
Klien mengatakan bahwa selama sakit klien bisa melakukan ibadah nya dengan
baik, klien mengetahui bahwa ibadah shalat bila sakit bisa dikerjakan sambil duduk
berbaring. Klien merasa sangat pusing berputar - putar maka klien melakukan
ibadah saat sakit dan dalam pelaksanaannya alhamdulillah dibantu oleh anaknya.
Klien mengatakan untuk fasilitas dirinya sudah membawa mukena dan sajadah. Klien
menyadari bahwa shalat hukumnya wajib bagi muslim jadi sebisa mungkin klien
klien mengatakan bahwa yang menjadi support untuk sembuh adalah anak –
anaknya. Klien mengatakan merasa tenang dan nyaman pada saat di temani oleh
keluarganya terutama anak perempuannya yang paling bungsu, karena ingin sekali
segera melihatnya menikah. Klien berharap untuk saat ini dukungan rohani dari
A Biodata Pasien
.
1 Inisial Pasien : Ny. P
.
2 Usia : 45 Tahun
.
3 Jenis Kelamin : Perempuan
.
4 Agama : Islam
.
5. Pendidikan Terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
7. Alamat :
8. Diagnosa Medis : Vertigo
9. Tanggal Masuk RS : 1 april 2021
10. Tanggal Pnegkajian : 1 april 2021
C. Pengkajian Spiritual
1. Hubungan Kesehatan Dengan Spiritual
Pada saat dikaji aspek spiritualnya, Klien mengatakan sakit yang diderita sekarang
merupakan teguran atau pengingat Allah kepada klien karena selama sehat klien telah
melalaikan dalam menjaga badannya, Klien yakin sakit yang diderita ini karena Allah
sayang sama klien, klien disuruh beristirahat agar dapat mentafakuri kehidupan yang
sebenarnya. Klien yakin, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan
umatnya. Jadi sebisa mungkin klien harus ikhlas dan terus berusaha untuk sembuh dan
berusaha disaat sehat untuk menjaga tubuhnya. Namun kien merasa terkadang ragu dan
khawatir apakah rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan sembuh seperti sediakala,.
2. Konsep Ketuhanan
Klien mengatakan bahwa sakit yang di deritanya adalah sebagai bentuk ujian
dari Allah SWT. Klien yakin Allah memberikan sakit pasti terselip hikmah di balik
semua sakit yang dirasakan, dengan sakit yang dirasakannya merasa bahwa ini adalah
tanda bentuk kasih sayang yang diberikan Allah SWT. Klien mencoba menerima
dengan kondisinya ini berharap dan hanya bisa berdoa agar cepat sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan keluarga. Makna hidup bagi klien yaitu bertaqwa kepada
Allah, bersyukur dan mengharap ridho dari Allah SWT. Klien mengatakan saya
berharap bisa selamat dunia dan akhirat karena dunia hanyalah sementara sedangkan
akhirat adalah dunia yang paling abadi. Upaya klien untuk mendekatkan diri sama
Allah adalah dengan cara menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya,
ketika sakit yang klien lakukan adalah berdoa dan memperbayak istigfar sehabis solat.
d. Lingkungan
Saat klien sakit untuk beribadah, klien mengatakan seringnya yang wajib saja, sholat
biasanya hanya duduk sama terlentang, wudlu pun diganti dengan tayamum ,
alhamdulillah klien sudah mengetahui caranya dan di bantu oleh anaknya. klien
menyadari bahwa sakit bukan halangan untuk beribadah.
D. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Ds : Kesiapan Meningkatkan religiusitas
- Klien mengatakan untuk sholat
klien selalu melaksanakannya
- Klien mengatakan bahwa selama
sakit klien bisa melakukan
ibadah nya dengan baik
- klien mengetahui bahwa ibadah
shalat bila sakit bisa dikerjakan
sambil duduk berbaring.
- Klien mengatakan merasa sangat
pusing berputar - putar maka
klien melakukan tayamum
sebagai pengganti wudhu.
- Klien mengatakan sudah
mengetahui tatacara ibadah saat
sakit dan dalam pelaksanaannya
alhamdulillah dibantu oleh
anaknya.
- Klien mengatakan untuk fasilitas
dirinya sudah membawa mukena
dan sajadah.
- Klien menyadari bahwa shalat
hukumnya wajib bagi muslim
jadi sebisa mungkin klien selalu
berusaha mengerjakan shalat.
- Klien menyadari sakit bukan
merupakan penghalang untuk
melakukan ibadah
- Klien mengatakan klien
mencoba menerima dengan
kondisinya ini berharap dan
hanya bisa berdoa agar cepat
sembuh dan bisa berkumpul lagi
dengan keluarga. Klien yakin
Allah memberikan sakit pasti
terselip hikmah di balik semua
sakit yang dirasakan, dengan
sakit yang dirasakannya merasa
bahwa ini adalah tanda bentuk
kasih sayang yang diberikan
Allah SWT.
-
DO :
- Tekanan darah 110/80 Mmhg, nadi
85x/mnt, suhu 36.8ºC, RR 22x/mnt.
Terpasang infus NACL 0,9% 20
gtt/mnt ditangan kiri.
E. Analisa Kasus
Aktivitas Spiritual Aktivitas Religius
Makna Sakit Hubungan Dengan Suport Sosial Aspek Ibadah
Allah Ta’ala
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Diagnose keperawatan merupakan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi masalah-
masalah kebutuhan kesehatan meliputi biopsikospiritual. Pada saat pengkajian
ditemukan Ny. P dengan keluhan pusing berputar-putar disertai keringat dingin, Ny. P
mengatakan sehat merupakan anugerah dari Allah SWTyang harus selalu klien
syukuri, karena pada saat sehat klien dapat melakukan aktivitas dan beribadah.
Klien mengatakan sakit yang diderita sekarang merupakan teguran atau pengingat
Allah kepada klien karena selama sehat klien telah melalaikan dalam menjaga
badannya.Klien yakin sakit yang diderita ini karena Allah sayang sama klien, klien
disuruh beristirahat agar dapat mentafakuri kehidupan yangsebenarnya. Klien yakin,
Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umatnya. Jadi sebisa
mungkin klien harus ikhlas dan terus berusaha untuk sembuh dan berusaha disaat sehat
untuk menjaga tubuhnya. Namun kien merasa terkadang ragu dan khawatir apakah
rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan sembuh seperti sediakala.
B. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan dan merupakan suatu
pernyataan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu,
keluarga atau kelompodimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi keperawtan untuk mencapai hasil yangn hendak dicapai. Diagnose
diambil berdasarkan batasan karakteristik di Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan
dan tanda gejala mayor minor di standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI). Diagnose
yang dapat diambil dari hasil pengkajian yaitu:
Kesiapan meningkatkan regisotas
Definisi : suatu pola terhadap keyakinan agamadan/atau partisipasi dalam ritual tradisi
keyakinan tertentu, yang dapat ditingkatkan.
Batasana karakteristik
C. Intervensi