Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH


DALAM UPAYA MENCEGAH TERJADINYA GANGGUAN JIWA PADA
ANAK DI POS PAUD FLAMBOYAN VIII DESA KARANGSARI

Trimeilia Suprihatiningsih1, Dwi Maryanti2


1
Prodi S1 Keperawatan, STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap
2
Prodi D3 Kebidanan, STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap
Email: liaihsal@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan psikososial pada anak usia pra sekolah adalah proses perkembangan anak menuju
kemampuan menyelesaikan masalah sesuai pengetahuannya. Anak membutuhkan dukungan dan
bantuan orang tua dalam pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku yang adaptif
sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berhubungan yang dimilikinya. Dukungan yang
diberikan orang tua kepada anak harus didasarkan pada pengetahuan yang memadai sehingga
orang tua mampu menerapkan pola asuh kepada anak sesuai tahap perkembangan psikososial anak.
Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dalam
menstimulasi perkembangan psikososial usia anak pra sekolah sebagai upaya untuk mencegah
gangguan jiwa pada anak. Metode pelaksanaan dengan metode ceramah dan demonstrasi cara
menstimulasi psikososial usia anak pra sekolah. Hasil evaluasi pengabdian menunjukan terbukti
meningkatkan pengetahuan orang tua tentang perkembangan psikososial anak usia pra sekolah.

Kata Kunci : Pengetahuan orang tua, psikososial anak usia pra sekolah

ABSTRACT

Psychosocial development in pre-school age children is the process of children's development


towards the ability to solve problems according to their knowledge. Children need family support
and assistance in providing positive recognition of adaptive behavior so that children can develop
their relationship skills. Support given by parents to children must be based on adequate
knowledge so that parents are able to apply parenting to children according stage of psychosocial
development of children. The purpose to increase the knowledge and skills of parents in
stimulating the psychosocial development of pre-school age children as an effort to prevent mental
disorders in children. The method of implementation with the lecture method and practice how to
stimulate psychosocial pre-school age children. The results of the activity are proven to increase
parents' knowledge about the psychosocial development of pre-school age children.

Keywords: Parental knowledge, psychosocial pre-school age children

1. PENDAHULUAN
Anak-anak adalah masa depan masyarakat, maka masyarakat bertanggung
jawab untuk memelihara dan mengasuhnya. Kebiasaan yang terbentuk di masa
anak-anak memiliki efek yang mendalam pada kesehatan dan kesakitan seumur

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 118


hidup (Potts., N.L., & Mandleco B.LPotts., N.L., 2012). Oleh karena itu,
pemahaman tentang konsep tumbuh kembang anak sangat penting bagi orang tua
dan merupakan prinsip dasar dalam merawat anak agar anak tumbuh sehat, baik
fisik maupun psikologis sesuai WHO (2011 dalam Kyle & Carman, 2015) yaitu
sehat adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang kompleks
dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kelemahan.
Kesehatan seorang anak akan dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
perkembangannya (Shonkoff, J.P.; Garner, 2012). Pertumbuhan dan
perkembangan anak bervariasi dari satu anak dengan lainnya. Pertumbuhan akan
mengalami perubahan secara fisik sedangkan perkembangan terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan anak terjadi
secara berkelanjutan antara dimensi fisik, kognitif, psikososial, moral dan
spiritual. Masing-masing dimensi mempunyai peran yang sama pentingnya untuk
membentuk kepribadian yang utuh. Perkembangan adalah perubahan individu
yang lebih ke arah rohaniah yang menjadi unik untuk setiap anak, perkembangan
anak berbeda maka perkembangan memiliki pola-pola tersendiri yang khas yang
hanya bisa diamati tanpa bisa diukur (Keliat, B.A., Pawiro, W.A., & Susanti,
2012, Yosep, 2014).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun. Kyle &
Carman (2015) menjelaskan bahwa anak pra sekolah akan mengalami berbagai
perkembangan, yaitu : perkembangan kognitif (Piaget), perkembangan
psikoseksual (Freud), perkembangan psikososial (Erikson) dan perkembangan
moral (Kohlberg). Perkembangan psikososial pada anak usia pra sekolah adalah
proses perkembangan anak menuju kemampuan menyelesaikan masalahnya
sendiri sesuai pengetahuannya. Kemampuan ini diperoleh bila konsep diri anak
positif karena anak mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di
sekelilingnya. Anak mulai berinisiatif melakukan sesuatu, dan merasa bersalah
bila tindakannya berdampak negatif. Sikap lingkungan yang suka melarang dan
menyalahkan membuat anak kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa anak akan

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 119


mudah mengalami rasa bersalah bila melakukan kesalahan dan tidak kreatif
(Yusuf, Fitryasari, 2015)
Perkembangan psikososial menurut Erikson (dalam Kyle & Carman, 2015)
adalah tahap inisiatif versus bersalah, dimana anak pra sekolah mulai
merencanakan aktifitas dan membuat permainan, memulai aktivitas dengan orang
lain, memerankan peran orang lain (nyata ataupun khayalan), mengembangkan
identitas seksual, mengembangkan kesadaran, dapat meluapkan frustasi pada
saudara kandung, suka mengeksploitasi hal-hal baru, merasa sangat menyesal
ketika membuat salah atau berperilaku buruk, bekerjasama dengan anak lain dan
menegosiasikan solusi terhadap konflik.
Yusuf, Fitryasari (2015) menjelaskan bahwa anak prasekolah mulai
membina hubungan dengan lingkungan di luar keluarganya. Anak membutuhkan
dukungan dan bantuan dari keluarga dalam hal pemberian pengakuan yang positif
terhadap perilaku anak yang adaptif sehingga anak dapat mengembangkan
kemampuan berhubungan yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan dasar rasa
otonomi anak yang nantinya akan berkembang menjadi kemampuan hubungan
interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan dan
disertai respons keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak
mampu pengontrol diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri, kurang percaya diri,
pesimis, dan takut perilakunya salah dan kalau berlanjut akan mengakibatkan
gangguan jiwa (Compas, B. E., Jaser, S. S., Dunbar, J. P., Watson, K. H., Bettis,
A. H., Gruhn, M. A., & Williams, 2014)
Anak-anak akan melewati beberapa tahap perkembangan yang ikut
mempengaruhi perilakunya. Tak jarang perubahan perilaku yang dialami anak
dianggap sebagai sebuah fase yang akan berlalu dengan sendirinya. Padahal
beberapa perubahan perilaku itu bisa menjadi gejala dari adanya gangguan mental
yang dialami anak (Istiqomah, 2012). Para peneliti dari Harvard Medical School
menemukan bahwa separuh dari kasus gangguan mental dimulai dari usia sangat
muda, 14 tahun dan tigaperempatnya terjadi sejak usia 24 tahun. Pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) menemukan bahwa satu dari
lima anak di AS mengalami gangguan mental. Jenis gangguan mental yang paling

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 120


banyak ditemui adalah gangguan pemusatan perhatian (ADHD), anak
pemberontak (oppositional defiant disorder/OOD), spektrum autisme, gangguan
mood dan kecemasan dan depresi (Kompas.com). Maka dari itu perlu adanya
peran orang tua dalam setiap tahap perkembangan anak. Peran orang tua dalam
pembentukan karakter dan kepribadian anak sangat penting, salah satunya
membiasakan menghargai hasil karya anak, tidak membandingkan dengan saudara
atau teman, memberikan pujian saat melakukan kebaikan. Keluarga dapat
berperan sebagai fondasi dasar untuk memulai langkah-langkah pembentukan
karakter melalui pembiasaan bersikap dan berperilaku sesuai dengan karakter yang
diharapkan. Pembiasaan yang disertai dengan teladan dan diperkuat dengan
penanaman nilai (Permono, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah POS PAUD
Flamboyan VIII Desa Karangsaridi dapatkan data bahwa guru yang terdapat di
POS PAUD Flamboyan VIII sebanyak 4 orang dan jumlah siswa sebanyak
40orang yang terdiri dari usia 3-4 tahun sebanyak 26 orang dan usia 5-6 tahun
sebanyak 14 orang. Menurut kepala sekolah semua guru dan orang tua anak belum
memahami perkembangan psikososial anak usia pra sekolah. Sehingga kegiatan
pengabdian masyarakat tentang transfer penetahuan dan demonstrasi stimulasi
psikososial anak usia pra sekolah sangatlah penting karena akan menambah
wawasan baru bagi orang tua khususnya dalam meubah pola asuh anak yang
mendukung perkembangan psikososial yang sehat. Dan hasil wawancara dengan 5
orang tua yang sedang mengantar anaknya, mengatakan belum mengetahui
perkembangan psikososial anak usia pra sekolah dan dampaknya yang dapat
mengakibatkan gangguan jiwa apabila anak tidak dapat melaluinya dengan
optimal. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan guru dan orang tua dalam menstimuliperkembangan psikososial
usia anak pra sekolah sebagai upaya untuk mencegah gangguan jiwa pada anak.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 121


2. METODE
Metode yang digunakan dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan mengenai cara menstimulasi psikososial anak usia
pra sekolah adalah sebagai berikut :
a. Ceramah
Metode ceramah dipilih untuk menyampaikan teori dan konsep yang
akan dilakukan agar peserta dapat menguasai materi. Materi yang disampaikan
berupa pengetahuan dan stimulasi psikososial usia anak pra sekolah. Ceramah
pengembangan diri ini diharapkan mampu membangun kemampuan orang tua
menstimulasi psikososial anak usia pra sekolah. Dengan demikian, ceramah
psikososial anak usia pra sekolah juga penting untuk dilakukan dalam rangka
meningkatkan keberhasilan pelatihan.
b. Demonstrasi
Tim pelaksana memberikan contoh cara menstimulasi psikososial anak usia
prasekolah
c. Pendampingan
Pendampingan dilakukan saat pelaksanaan tim pelaksana terjun langsung
melakukan pendampingan pada peserta sehingga nantinya setelah dievaluasi
dan peserta sudah mampu melakukan sendiri.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Hasil
a. Pengetahuan peserta tentang perkembangan psikososial anak usia pra
sekolah

Tabel 1
Hasil Pre Test Pengetahuan Orang Tua Tentang Perkembangan
Psikososial Anak Usia Pra Sekolah dalam Upaya Mencegah Terjadinya
Gangguan Jiwa pada Anak di POS PAUD Flamboyan VIII Desa
Karangsari
No Katagori Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
1 Kurang 13 52.0
2 Cukup 7 28.0
3 Baik 5 20.0
Jumlah 25 100.0

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 122


Tabel 2
Hasil Post test Pengetahuan Orang Tua Tentang Perkembangan Psikososial
Anak Usia Pra Sekolah dalam Upaya Mencegah Terjadinya Gangguan
Jiwa pada Anak di POS PAUD Flamboyan VIII Desa Karangsari
No Katagori Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
1 Kurang 1 4.0
2 Cukup 0 0
3 Baik 24 96.0
4 Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar
peserta sebelum diberikan materi memiliki pengetahuan kurang (52.0%)
dan paling sedikit pengetahuannya baik (20.0%). Setelah diberikan materi,
peserta mengalami peningkatan pengetahuan menjadi baik (96.0%).

b. Ketrampilan peserta menstimulasi perkembangan psikososial anak usia pra


sekolah dalam upaya mencegah terjadinya gangguan jiwa pada anak di
POS PAUD Flamboyan VIII Desa Karangsari

Tabel 3
Hasil Praktek Cara Menstimuli Perkembangan Psikososial Anak Usia Pra
Sekolah dalam Upaya Mencegah Terjadinya Gangguan Jiwa pada Anak di
POS PAUD Flamboyan VIII Desa Karangsari
No Katagori Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
1 Melakukan 21 84.0
2 Tidak melakukan 4 16.0
3 Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil observasi terhadap
praktek cara menstimuli perkembangan psikososial pada anak usia pra sekolah
sebagian besar orang tua mampu melakukannya dengan baik (84%).
2) Pembahasan
Hasil luaran yang tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah
pengetahuan orang tua tentang perkembangan psikososial anak usia pra
sekolah dalam upaya mencegah terjadinya gangguan jiwa pada anak.
Pengetahuan yang dimiliki orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh
anak sesuai tahap perkembangan. Tahap perkembangan anak usia pra sekolah

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 123


meliputi perkembangan kognitif, bahasa, motorik dan psikososial (Wong D
dkk, 2009). Pada fase ini, perkembangan psikososial anak akan melalui tahap
antara inisiatif dan rasa bersalah. Orang tua merukapan salah satu pihak yang
berperan penting dalam mempengaruhi perkembangan psikososial anak
(Ericson dalam Wong D dkk, 2009).
Salah satu upaya yang dilakukan dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang perkembangan psikosoial pada anak. Pendidikan kesehatan
merupakan program kesehatan yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang dalam waktu pendek (Notoatmodjo S, 2010). Sejalan
dengan penelitian Istiqomah (2012) yang menjelskan bahwa pendidikan
kesehatan orang tua tentang perkembangan psikososial anak mempengaruhi
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua dalam pola asuh terhadap
anak. Kemampuan pola asuh orang tua sangat mempengaruhi perkembangan
psikososial pada anak. Pola asuh yang sesuai akan mengoptimalkan
perkembangan psikososial pada anak.
Tindaklanjut kegiatan ini tim meminta kepada kepala sekolah untuk
memasukan kegiatan ini ke dalam program kerjanya untuk melakukan
pertemuan dengan orang tua siswa secara rutin minimal dilakukan 3 bulan
sekali dan pertemuan tersebut di isi dengan sharing berbagi pengalaman dalam
mengasuh anak dan memberikan pengetahuan baru dan diharapkan juga orang
tua mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Ketercapaian
keberhasilan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak lepas dari
keaktifan guru-guru PAUD, orang tua siswa dan kerjasama tim yang baik serta
besarnya dukungan dar Kepala Desa Karangsari.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 124


Gambar 1. Peserta sedang mendengarkan pemberian materi

Gambar 2. Peserta sedang mendengarkan pemberian materi

4. SIMPULAN
Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan orang
tuayaitu : sebelum diberikan materi sebagian besar peserta memiliki pengetahuan
kurang (52.0%) dan paling sedikit pengetahuannya baik(8.0%). Setelah diberikan
materi, pengetahuan orang tua mengalami peningkatan, menjadi baik (96%) dan
hanya 4% pengetahuannya kurang dan tidak ada yang berpengetahuan cukup dan
peserta mampu mendemonstrasikan cara mengekspresikan rasa kasih sayang
sebagai bentuk menstimuli perkembangan psikososial sebanyak 90%.

DAFTAR PUSTAKA
Compas, B. E., Jaser, S. S., Dunbar, J. P., Watson, K. H., Bettis, A. H., Gruhn, M.
A., & Williams, E. K. (2014). Coping and Emotion Regulation from
Childhood to Early Adulthood: Points of Convergence and Divergence.
Australian Journal of Psychology, 66(2), 71–81. Retrieved from
http://doi.org/10.1111/ajpy.12043.

Istiqomah. (2012). Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan kognitif
dan psikososial anak usia prasekolah di Tk plus Mutiara ilmu pandaan

Keliat, B.A., Pawiro, W.A., & Susanti, H. (2012). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Vol. 1. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo S. (2010). No TitlePromosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 125


Permono, H. (2013). Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional
Parenting, 37–47.

Potts., N.L., & Mandleco B.LPotts., N.L., & M. B. . (2012). Pediatric Nursing:
Caring for children and family. 3th ed. Newyork: Edlmar Learning.

Shonkoff, J.P.; Garner, A. . (2012). Committee on Psychosocial Aspects of Child


and Family Health; Committee on Early Childhood, Adoption, and
Dependent Care; Section on Developmental and Behavioral Pediatrics.
129(1). https://doi.org/10.1542/peds.2011-2663

Wong D dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Yosep, I. (2014). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika Aditama.

Yusuf, Fitryasari, N. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 126

Anda mungkin juga menyukai