Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Jl. Prof. M. Yamin SH No. 5 Telp. (0751) 91118 – (0751) 91428 (Fax)

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
NOMOR : 801/ /RSPr/KEP/DIR/VI/2016

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN ICU DI RSUD PARIAMAN


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
Menimbang : 1 bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Pariaman,
maka diperlukan landasan pedoman pelayanan ICU yang menjadi
prioritas utama;
2 bahwa agar penerapan pedoman pelayanan ICU di RSUD Pariaman
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan sebagai landasan
bagi penerapan pelayanan ICU yang benar di RSUD Pariaman;
3 bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam poin 1
dan 2, perlu ditetapkan Pedoman Pelayanan ICU di Rumah Sakit
Umum Daerah Pariaman dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Pariaman.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5072);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 4741);
4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah
Dinas;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata
Naskah Dinas Dilingkungan Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2010
tentang SOTK RSUD Pariaman;
7. Pergub Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Naskah
Dinas Dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Berita
Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 Nomor 1);
8. Pergub Nomor 75 Tahun 2012 tentang Pola Tata Kelola RSUD
Pariaman (Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 75);
9. Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 903-783-2012 tentang
Penetapan RSUD Pariaman untuk melaksanakan penerapan PPK BLUD
di Provinsi Sumatera Barat;
10. Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 440-817-2012 tentang
Penetapan Pejabat Pengelola PPK BLUD RSUD Pariaman Tahun 2012.
11. Peraturan Direktur RSUD Pariaman No. 188/2987/RSPr/PER/DIR/VII-
2016 tentang Pedoman Umum Tata Naskah di lingkungan RSUD
Pariaman.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur RSUD Pariaman Tentang Pedoman Pelayanan ICU
di RSUD Pariaman.
Kedua : Pedoman Pelayanan ICU di RSUD Pariaman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pedoman ini harus disosialisasikan sehingga semua staf yang
bersangkutan terlatih dalam menggunakannya.
Keempat : Keputusan ini berlaku selama dua tahun sejak tanggal di tetapkannya
dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kesalahan dalam
penetapan ini akan di perbaharui sebagaimana mestinya.

Ditetapkan Di : Pariaman
Pada Tanggal : Juni 2016
Direktur RSUD Pariaman

dr. Indria Velutina


Nip: 19680622 200003 2 002
Lampiran I Surat Keputusan Direktur RSUD Pariaman
Nomor : 801/ /RSPr/KEP/DIR/VI/2016
Tanggal : Juni 2016
Perihal : Pedoman pelayanan ICU di RSUD Pariaman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu ruangan perawatan khusus dengan staf dan
perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera atau potensial yang mengancam nyawa.

Pelayanan ICU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis
diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih dan
berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU dilakukan secara
khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien (Patient Safety), untuk menurunkan
angka kematian dan kecacatan.

ICU Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dirancang dengan design ruang khusus,
didukung oleh staff yang kompeten serta sarana, prasarana dan peralatan canggih
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan kompetensi staff medik,
perawat dan staff lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan - keadaan tersebut.

B. Latar Belakang

Sesuai dengan visi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman yaitu menjadi rumah sakit
regional berstandar internasional dengan nilai islami, termasuk didalamnya adalah pelayanan
ICU yang sama di setiap rumah sakit di seluruh Indonesia, maka dipandang perlu untuk
adanya suatu Pedoman Standar Pelayanan ICU yang meliputi ruang, struktur, SOP,
peralatan, sarana dan prasarana sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan ICU di RSUD
Pariaman.

C. Tujuan
Tujuan Umum:
Standarisasi pelayanan ICU RSUD
Pariaman Tujuan Khusus:
a. Standarisasi ruang yang meliputi struktur, design, sarana dan prasarana ruangan
ICU.
b. Standarisasi ketenagaan struktur, kebutuhan dan kualifikasi sumber daya
manusia yang meliputi penghitungan kebutuhan, kualifikasi, kompetensi dan
lain-lain.
c. Standarisasi standar mutu pelayanan, pemantauan dan pelaporan.
d. Standarisasi sistem meliputi kebijakan, SPO dan lain-lain.

D. Ruang lingkup Pelayanan ICU RSUD Pariaman


a. Pelayanan ICU Sekunder
Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dengan standar ICU umum yang
tinggi, bantuan ventilasi mekanik, dukungan atau bantuan hidup lain, tetapi tidak
terlalu kompleks.
b. Pelayanan Keperawatan ICU Tersier
Memberikan pelayanan keperawatan ICU rujukan tertinggi termasuk dukungan /
bantuan yang kompleks dalam jangka waktu yang tak terbatas, memberikan bantuan
ventilasi mekanis, bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardioinvasif dalam
jangka waktu yang terbatas.

E. Batasan Operasional
Pelayanan ICU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan penangaan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
pemantauan dan penanganan segera, terapi titrasi dan dukungan alat.

2. Keadaan pasien dalam bahaya dan mengalami dekompensasi fisiologis sehingga


memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta intervensi segera dan
dukungan peralatan canggih untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.

Pada keadaan permintaan layanan ICU lebih tinggi dari pada kapasitas atau sarana dan
prasarana maka kepala ruangan ICU harus menentukan prioritas sesuai indikasi. Prioritas
tersebut adalah:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini dengan kondisi sakit kritis, tidak stabil, memerlukan bantuan ventilasi
dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat kontinyu, misalnya
pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan karena sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi
intensive dan pemantauan segera.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan
ini sangat kecil. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi jantung paru.
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan dan persetujuan Kepala Ruangan ICU, indikasi masuk pada
beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien
golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif / “DNR (Do Not Resuscitate)”.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien pasien seperti itu
dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan
donor organ.
Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala
ruangan ICU dan tim yang merawat pasien.

F. Landasan hukum
a. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
d. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.161 tahun 2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2013 tentang perubahan 148 ijin
praktek keperawatan
j. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
k. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 971 Tahun 2009 tentang Standar
Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
l. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1778/MENKES/SK/VII/2016
m. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 519/Menkes/Per/III/2011 tentang Ruang Lingkup
Dokter Anastesi
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Struktur Organisasi

Kepala Instalasi

Kepala Ruangan

PJ. Logistik
Perawat Pelaksana 1
Perawat Pelaksana 2
Perawat Pelaksana 3
Perawat Pelaksana 4
Perawat Pelaksana 5
Perawat Pelaksana 6
Perawat Pelaksana 7
Perawat Pelaksana 8

B. Kualifikasi SDM
Untuk mendukung penanganan pasien di ruang intensive care dibutuhkan pendidikan
dan pelatihan khusus. Spesifikasi Pendidikan dan Pelatihan yang terkait dengan layanan
dan kompetensi adalah seperti pada tabel berikut :

No Jenis Strata/Klasifikasi Pelayanan


Tenaga Sekunder Tersier
1 Kepala Dokter intensives Dokter Anestesi Intensivis

ICU Dokter spesialis anestesiologi


(jika belum ada dokter
intensivis)
2 Tim Medis  Dokter spesialis (yang dapat  Dokter spesialis (yang dapat
memberikan pelayanan setiap memberikan pelayanan
diperlukan) setiap diperlukan).
 Dokter jaga 24 jam dengan  Dokter jaga 24 jam dengan
kemampuan ALS/ACLS, dan kemampuan ALS/ACLS,
FCCS dan FCCS

3 Perawat Minimal 40% dari jumlah seluruh Minimal 60% dari jumlah
perawat di ICU merupakan seluruh perawat di ICU
perawat terlatih dan bersertifikat merupakan perawat terlatih dan
ICU bersertifikat ICU

4 Tenaga non Tenaga administrasi di ICU Tenaga administrasi di ICU


kesehatan (Ward clerk), HCA, (Ward clerk), Tenaga
Housekeeping kefarmasian HCA,
Housekeeping, Tenaga rekam
medic, Tenaga untuk
kepentingan ilmiah dan
penelitian.
Tabel 1. Spesifikasi Ketenagaan ICU

Dokter Anestesi Intensivis


Dokter Anestesi Intensivis yang dimaksud adalah Dokter Anestesi yang :
a. Bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC :
Konsultan Intensive Care).
b. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU
secara efisien.
c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU.

d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24


jam/hari, 7 hari / seminggu.
e. Mampu melakukan prosedur critical care
f. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.
1) Melakukan diagnostik non-invasif fungsi kardiovaskuler dengan
echokardiografi.
2) Resusitasi jantung paru.
3) Pemasangan selang (WSD) / thoracostomy

Melaksanakan dua peran utama:


a. Mampu melakukan pengelolaan pasien sakit kritis
b. Mampu melakukan management unit
Keperawatan
a. Perencanaan tenaga perawat
Perencanaan tenaga keperawatan mengacu pada kapasitas tempat tidur dan
klasifikasi / stratifikasi pelayanan ICU serta kompetensi perawat untuk
mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif dan
efisien.
b. Kualifikasi perawat ICU adalah sebagai berikut:
1) Perawat Pelaksana: Minimal D3 Keperawatan, memiliki sertifikat pelatihan
ICU, dengan pengalaman klinik minimal 2 tahun di lingkup keperawatan.
2) Ketua Tim (Penanggung Jawab Shift): Minimal D3 Keperawatan, dengan
pengalaman kerja di ICU minimal 3 tahun, memiliki sertifikat ICU dan
sertifikat pelatihan tambahan.
3) Perawat Kepala Ruangan ICU Primer dan Sekunder: Ners dengan
pengalaman sebagai ketua Tim ICU minimal 3 tahun dan memiliki sertifikat
manajemen kepala ruang. ICU Tersier : minimal Ners atau S2
keperawatan, memiliki pengalaman sebagai ketua Tim ICU minimal 3
tahun dan memiliki sertifikat manajemen kepala ruang, serta sertifikat
pelatihan ICU.

4) Adanya kebijakan pimpinan tentang kebutuhan perawat di ICU dengan dasar


perhitungan kebutuhan tenaga dengan memperhatikan kapasitas tempat tidur,
BOR dan tingkat ketergantungan pasien.
5) Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan di ICU
mempunyai SIP, SIK dan sertifikat pelatihan yang berkaitan dengan ICU.

Kompetensi perawat ICU


ICU Primer :
1. Memahami konsep keperawatan intensif
2. Memahami isu etik dan hukum
3. Mempergunakan ketrampilan komunikasi yang efektif
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat
5. Pengelolaan jalan nafas
6. Melakukan fisioterapi dada
7. Memberikan inhalasi
8. Memberikan terapi oksigen
9. Mengukur saturasi oksigen
10. Monitoring hemodinamik non-invasif
11. Melakukan BLS dan ALS
12. Merekam dan melakukan interpretasi EKG
13. Melakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
14. Mengetahui dan dapat menginterpretasi hasil Analisa Gas Darah (AGD)
15. Mempersiapkan dan asistensi pemasangan drainase toraks
16. Mempersiapkan dan melakukan pemberian terapi secara titrasi
17. Melakukan pengelolaan nutrisi pada pasien kritis
18. Pengelolaan pemberian terapi cairan dan elektrolit intra vena
19. Melakukan pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
20. Mampu mengkaji dan mendukung mekanisme koping pasien yang efektif.

ICU Sekunder :
Kompetensi ICU Primer di tambah:
1. Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanik,
2. Pengelolaan pasien dengan drainase toraks,
3. Mempersiapkan pemasangan monitoring invasif (tekanan vena sentral, tekanan
arteri sistemik dan pulmonal),
4. Melakukan pengukuran tekanan vena sentral dan arteri,
5. Melakukan pengelolaan terapi trombolitik,
6. Melakukan persiapan Renal Replacement Therapy.

ICU Tersier :
Kompetensi ICU Sekunder ditambah :
1. Mengetahui persiapan pemasangan Intraaortic Artery Balloon Pump (IABP)
2. Melakukan persiapan Continous Renal Replacement Therapy (CRRT)

Kompetensi Ketua tim di ICU (Penanggung jawab Shift)


Kompetensi Ketua Tim ICU (penanggung jawab shift) antara lain : Kompetensi perawat ICU
primer + kemampuan leadership.

Kompetensi Kepala Ruangan ICU


Kompetensi Ketua Tim + Kompetensi managerial

Tugas dan Tanggung Jawab


Uraian tugas Head Nurse, Perawat Incharge, Perawat Pelaksana dan Health Care
Assisstance masing – masing tercantum dalam : UT – LVNUR – 003, UT – LVNUR – 011,
UT – LVNUR – 012, UT – LVNUR – 018

Penghitungan Jumlah Ketenagaan


Kebutuhan perawat di ICU didasarkan pada kapasitas tempat tidur, BOR dan tingkat
ketergantungan pasien. Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang rasio perawat setiap jaga
(shift):
a. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Primer adalah 1 perawat : 2-3 pasien,
b. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Sekunder adalah 1 perawat : 1- 2 pasien,
c. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Tersier adalah 1-2 perawat : 1 pasien,
d. Perbandingan perawat dengan pasien berdasarkan pada kompleksitas masalah pasien.:
perbandingan perawat : pasien yang menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:1,
sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik
adalah 1:2.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Kebutuhan Ruang
Standar kebutuhan alat untuk ICU umum :
1. Tempat tidur khusus
2. Tensi meter
3. Pulse Oxymetri
4. EKG
5. Alat pengukur vena sentral
6. Alat pengukur suhu
7. Alat pengisap (suction) sentral
8. Alat ventilasi manual + acc
9. Peralatan akses vaskuler
10. Ventilator
11. Oxygen Sentral
12. Lampu tindakan
13. Defibrilator
14. Alat drain thorax
15. Emergency trolley
16. Pompa infuse dan pompa syringe
17. Monitor tekanan darah
18. Monitor tekanan arteri pulmonalis
19. Kapnograf
20. Bronchoscopy
21. Echocardiografi
22. EEG
23. Hemodialisis

B. Denah Ruang
Berikut adalah contoh denah ruangan :
Alur Petugas (Dokter/Perawat/Staf)
1) Ganti pakaian di ruang ganti (Loker).
2) Masuk daerah rawat pasien
3) Keluar melalui alur yang sama.
Alur Pasien
1) Pasien masuk ICU berasal dari Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan
Instalasi Bedah Central.
2) Pasien keluar dari ICU menuju:
a) Ruang rawat inap bila memerlukan perawatan lanjut, atau
b) Pulang ke rumah, bila dianggap sudah sehat.
c) Ke ruang jenazah bila pasien meninggal dunia.
d) Pindah rumah sakit atas permintaan keluarga atau pertimbangan medis (ketersediaan
alat dan / layanan)
Alur Alat/Material
1) Alat / Material kotor dikeluarkan dari ruang rawat pasien ke ruang utilitas kotor.
2) Sampah / limbah padat medis dikirim ke Incinerator. Sampah / limbah padat non
medis domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) rumah sakit.
3) Linen kotor dikirim ke ruang cuci/ laundry dan kemudian dikirim ke CSSD (Central
Sterilized Support Departement).
4) Instrumen / peralatan bekas pakai dari ruang rawat dibersihkan dan disterilkan di
Instalasi CSSD.
5) Instrumen / linen / bahan perbekalan yang telah steril disimpan di ruang utilitas bersih.

Komponen Dan Bahan Bangunan


Komponen Ruang Perawatan Intensif memerlukan beberapa persyaratan, antara lain :
1) Komponen penutup lantai
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas yang
tinggi yang dapat menyimpan debu.
b. Mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
c. Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
d. Hubungan / pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan
yang tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai
(Hospital plint).
e. Disarankan menggunakan bahan vinil khusus yang dipakai untuk lantai Ruang
Rawat Pasien ICU.
2) Komponen dinding
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
b. Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
c. Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
d. Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan.

3) Komponen langit-langit
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak berjamur.
b. Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
c. Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
Sarana Dan Prasarana
1) Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan
atau mempunyai akses yang mudah ke Instalasi Gawat Darurat, laboratorium dan
radiologi.

2) Disain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
DISAIN ICU Sekunder ICU Tersier
Area Pasien : 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Unit terbuka 12–16 m2 tangan tiap 2 tempat tangan tiap 2 tempat
tidur tidur
Unit tertutup 16-20 m2 1 tempat cuci 1 tempat cuci
tangan tiap tangan tiap
1 tempat tidur 1 tempat tidur

Medical collum dengan: Medical collum dengan:


• Stop kontak 10 - 16 • Stop kontak 16 - 20
• Sumber udara tekan 1 • Sumber udara tekan 1
• Sumber gas Oksigen 2 • Sumber gas Oksigen 2
• Vacum 3 • Vacum 3

Lampu tindakan 0 Lampu tindakan 1


Area kerja
Lingkungan Air Conditioned Air Conditioned
Suhu 23-25 ºC 23-25 ºC
Humiditas 50 – 70 % 50 – 70 %

Ketentuan bangunan ICU adalah sebagai berikut :


1) Terisolasi / terpisah dari ruangan lainnya
2) Mempunyai standar tertentu terhadap :
a) Bahaya api
b) Ventilasi
c) AC
d) Exhaust fan
e) Pipa air
f) Komunikasi
g) Bakteriologis
h) Kabel monitor

3) Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.


Ruangan ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari:
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu kelancaran
pelayanan. Uraian peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU dapat dilihat
pada tabel 3.
Berikut ini adalah ketentuan umum mengenai peralatan :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi
ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.
b. Terdapat jadwal pemeriksaan berkala untuk kesiapan alat.
c. Terdapat jadwal kalibrasi berkala untuk keamanan alat
d. Terdapat petunjuk penggunaan alat.
e. Peralatan dasar meliputi :
1) Ventilasi mekanik.
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas.
3) Alat hisap.
4) Peralatan akses vaskuler.
5) Peralatan monitor invasif dan non-invasif.
6) Defibrilator dan alat pacu jantung.
7) Alat pengatur suhu pasien.
8) Peralatan drain thorax.
9) Pompa infus dan pompa syringe.
10) Peralatan portable untuk transportasi.
11) Tempat tidur khusus.
12) Lampu untuk tindakan.
13) Continous Renal Replacement Therapy.
f. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur
diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada
indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
g. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia
untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi
apabila terjadi malfungsi.

Tabel 3. Peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.


Peralatan ICU Sekunder ICU Tersier
Ventilasi mekanik Canggih Canggih
Alat ventilasi manual dan alat + +
penunjang jalan nafas
Peralatan akses vaskuler + +
Peralatan monitor :
Invasif :
- Monitor tekanan + +
darah invasif
- Tekanan vena sentral
- Tekanan baji a. + +
Pulmonalis (Swan
Ganz - +

Non invasif :
- Tekanan darah + +
- EKG dan laju jantung + +
- Saturasi oksigen + +
(pulse oxymeter) + +
- Kapnograf
Suhu + +
EEG + +
Defibrilator dan alat pacu + +
Jantung
Alat pengatur suhu pasien + +
Peralatan drain toraks + +
Pompa infus dan pompa + +
Syringe
Bronchoscopy + +
Echokardiografi + +
Peralatan portable untuk + +
transportasi
Tempat tidur khusus + +
Lampu untuk tindakan + +
Hemodialisis + +
CRRT + +
BAB IV
TATA LAKSANA LAYANAN

A. Tata Laksana Layanan


Tata laksana layanan ICU RSUD Pariaman dibagi menjadi 2 klasifikasi pelayanan yaitu:
1. Close ICU
Pada closed ICU, jika dokter yang merawat pasien sudah memutuskan dan /
mengindikasikan pasien harus mendapat perawatan intensive, maka dokter yang merawat
atau dokter jaga saat itu harus melaporkan kepada Dokter Intensivist ICU. Dokter ICU
akan mengkaji indikasi tersebut melalui telephone. Setelah menerima jawaban dari dokter
intensivist dokter yang merawat pasien / dokter jaga segera memberitahukan ke HN /
incharge untuk pemindakan pasien. HN / Incharge segera menghubungi HC dan
HN/Incharge ICU untuk rencana pemindahan pasien.
HN / Incharge ICU akan mengkaji diagnose, dokter yang merawat, kondisi pasien,
informed cosent, tindakan yang sudah dilakukan, tindakan yang akan dilakukan, alat –
alat yang dipasang obat – obatan / infuse yang diberikan. Informasi tersebut
kemudian diteruskan ke perawat yang akan merawat pasien tersebut dan persiapan
ruangan untuk pasien baru. Dalam waktu < 30 menit pasien sudah boleh di antar ke
ICU.
Penanganan pasien selama di ICU sepenuhnya dibawah tanggung jawab dokter
intensivist. Dokter intensivist akan berkoordinasi dengan berbagai disiplin untuk
penanganan pasien. Semua keputusan dan instruksi dari dokter intensivist, termasuk
rencana dan / pemindahan pasien jika kondisi pasien sudah stabil dan tidak memerlukan
penanganan di ICU lagi

2. Open ICU
Pada Layanan Open ICU, dokter yang merawat pasien yang menentukan dan
memutuskan pasien harus dirawat di ICU. Selama perawatan di ICU akan
dikonsultasikan kepada dokter anestesi atau intensivist yang bertugas untuk airway
managemen, berhubungan dengan kedaruratan, pemasangan alat – alat invasive,
pemberian obat – obat anestesi dll namun coordinator dan segala instruksi diputuskan
oleh dokter yang merawat. Dokter yang merawat akan berkoordinasi dengan berbagai
disiplin lain untuk merawat pasien tersebut.

B. Indikasi Masuk dan Keluar ICU

ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan ICU diperuntukkan dan ditentukan oleh
kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan. Pasien sakit kritis meliputi :

1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter, perawat, profesi
lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang
teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.

2. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekornpensasi fisiologis sehingga


memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan intervensi segera untuk
mencegah timbulnya penyulit yang merugikan

Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan/atau keluarganya harus mendapatkan


penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan
perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selam pasien
dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas
penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk
dirawat di ICU. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed concent.

Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu rumah sakit, diperlukan
mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU
lebih tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU
bertanggungjawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk
ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi
medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini
harus dijelaskan secara rinci.

1. Kriteria Masuk

ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi
intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan
intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.

a. Pasien prioritas 1 (satu)

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kantinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.

b. Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat


beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif menggunakan pulmonary arterial
catheter.

c. Pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada
golongan ini sangat kecil.

d. Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi masuk
pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3
(satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain :

1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR. Sebenarnya pasien-pasien ini
mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk
meningkatkan kemungkinan survivalnya.

2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen

3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.

2. Kriteria keluar

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU
dan tim yang merawat pasien.
BAB V
LOGISTIK

Keperluan logistik di Instalasi ICU meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh instalasi farmasi
seperti : handscoon, masker, alcohol swab, spuit, gel, cairan infus, obat-obat emergency dan lain-lain.
Sedangkan untuk ATK (alat tulis kantor) dipenuhi melalui bagian logistik umum.
Perencanaan Pengadaan bahan ICU harus mempertimbangkan hal sebagai berikut :
1) Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan
yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
atau yang sering terlambat diterima dari pemasok Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan
reagent di lab
2) Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan
untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat

Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan


Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari pemasok
perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat. Perencanaan dimulai dari penanggung
jawab administrasi dan logistic yang mendata kebutuhan barang-barang medis dan non medis habis
pakai setiap bulan, mengecek barang dan kebutuhan yang diperlukan dan membuat bon permintaan
barang yang kemudian diserahkan kepada kepala ruangan lab untuk ditandatangani untuk kemudian
diberikan kepada bagian pengadaan atau bagian farmasi sesuai dengan kebutuhan pemesanannya.

Permintaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian farmasi atau
kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintaan barang. Dalam keadaan mendesak
dan stock barang di Instalasi ICU kosong, maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu-waktu pada
jam kerja sesuai kebutuhan.

Penyimpanan
Bahan ICU yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan :
1) Perputaran pemakaian dengan mengadakan kaidah :
 Pertama masuk-pertama keluar (FIFO-first in-first out) yaitu barang yang lebih dahulu masuk
persediaan harus digunakan terlebih dahulu
 Masa kadaluarsa yang pendek dipakai terlebih dahulu. Hal ini akan menjamin barang tidak
rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama

Penggunaan
Penggunaan barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu,
sedangkan yang memiliki masa kadaluarsa pendek juga dipakai terlebih dahulu
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

a. Pengertian
Sistim dimana Instalasi ICU membuat asuhan untuk keselamatan pasien
b. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan
c. Tata laksana keselamatan pasien
1. Tahap penerimaan pasien
Aplusan dari bangsal perawatan atau UGD :
- Identitas pasien
- Terapi yang diberikan
- Bangsal pengirim
- Dokter penanggungjawab Pasien
- Pastikan ventilator sudah dalam keadaan siap jika diperlukan
2. Tahap perawatan
a. Tahap persiapan perawatan
Pasien yang baru masuk dari bangsal perawatan ke instalasi ICU pastikan pasien sudah
terpasang foley cateter, dan mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus rawat inap
ICU, pasien yang akan dirawat sebaiknya sudah dipasang pempers.
b. Tahap Perawatan
Pada tahap ini segera pasang elektroda monitor EKG, standby kan monitor agar pasien
mudah untuk di monitoring. Cek terapi yang diberikan oleh dokter penanggungjawab serta
monitoring masukan dan keluaran cairan pasien, berikan diit sesuai intruksi yang diberikan
oleh dokter.
3. Tahap pemindahan pasien ke bangsal
Pastikan administrasi pasien sudah lengkap, dan intruksi pasien pindah bangsal sudah di
tulis oleh dokter penanggungjawab pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja
1. Standard Precautions : Mencuci tangan dan penggunaan sarung
2. Kewaspadaan Needle stick Injury.
3. Ergonomi bekerja : Perawat, staff admin
4. Fire Safety Knowledge
 Jalur Evakuasi
 Letak dan Penggunaan APAR dan Hydran
5. Pemeriksaan kesehatan Karyawan
6. Alat pelindung tubuh
7. Paparan bahan dan cairan tubuh pasien
 Masker
 Handscoon
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Standar / sasaran mutu


Sasaran mutu ICU adalah “75% Asuhan Keperawatan Pasien Baru Akan dilengkapi dalam
waktu 24 jam”.
Kriteria :
Dilakukan pada semua pasien baru kecuali pasien pindahan tentang pengkajian.
Action Plan:
Sosialisasi kontnyu kebijakan Nursing yang mengatur tentang standar praktek keperawatan
pada semua staff baru maupun lama. Sosialisasi tentang konsep standar praktek keperawatan / proses
keperawatan selalu mengingatkan staff tentang pentingnya perencanaan askep yang sistimatis dan
terintegrasi serta pendokumentasian dalam keperawatan.
Meningkatkan peran HN dan incharge dalam melakukan supervisi setiap rekam medic dan
keperawatan pasien setiap hari. Memberikan pembinaan pada staff yang belum melakukan
perencanaan askep dan pendokumentasian dengan benar.
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap bulan, didokumentasikan dan dilaporkan dalam
laporan bulanan (monthly repport).

B. Laporan di Ruang ICU


1. Laporan Harian
Laporan harian ditulis setiap shift oleh perawat pelaksana yang merawat pasien tersebut dan
oleh perawat incharge / HN yang merawat dan mengelola ruangan secara keseluruhan pada shift
tersebut.
Laporan inidividu pasien terdiri dari data hasil pemantauan pasien pada flowchart, proses
perawatan,data – data penunjang hasil pemeriksaan, pengobatan serta tindakan yang akan dilakukan
dan pada file pasien. Perawat juga harus melaporkan kepada incharge segala kendala atau masalah
yang dihadapi pasien dan / keluarga seperti pembiayaan, asuransi dan lain – lain.
Laporan HN/Incahge, ditulis oleh incharge / HN pada shift tersebut yang berisi laporan pasien
secara keseluruhan, ketenagaan, fasilitas dan peralatan, masalah-masalah yang ada dan pemecahannya,
rencana tindakan dan lain – lain.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan dibuat oleh HN(Kepala ruang) setiap akhir bulan bulan tersebut atau awal
bulan berikutnya. Komponen laporan bulanan adalah: operational volume, patient days/BOR,
pencapaian sasaran mutu, revenue, staff cuti, Training dan Pendidikan, pengadaan dan penggunaan
peralatan, kasus terbanyak, dan angka kematian.
3. Laporan Tahunan.
Laporan tahunan dibuat oleh HN setiap tahun yang terdiri dari 5 bagian yaitu:
a. Pencapaian unit of service ( mulai dari pasien masuk, jumlah hari rawat, BOR, mortalitas
dan jumlah kasus terbanyak)
b. Ketenagaan
c. Peralatan
d. Pengendalian mutu
e. Serta masalah yang ada sepanjang tahun yang yang lewat.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan ICU RSUD Pariaman ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh
pelayanan ICU yang ada di RSUD Pariaman. Pelayanan ICU RSUD Pariaman dibagi menjadi tiga
klasifikasi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi sumber daya, sarana,
prasarana dan peralatan. Oleh karena itu, setiap rumah sakit hendaknya dapat menyesuaikan dengan
ketentuan yang ada dalam pedoman ini dan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang kondusif bagi setiap rumah sakit. Pedoman Pelayanan ICU RSUD Pariaman, selanjutnya
perlu dijabarkan dalam prosedur tetap di setiap rumah sakit guna kelancaran pelaksanaannya.

Direktur RSUD Pariaman

dr. Indria Velutina


Nip: 19680622 200003 2 002

Anda mungkin juga menyukai