Jl. Prof. M. Yamin SH No. 5 Telp. (0751) 91118 – (0751) 91428 (Fax)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
NOMOR : 801/ /RSPr/KEP/DIR/VI/2016
TENTANG
Ditetapkan Di : Pariaman
Pada Tanggal : Juni 2016
Direktur RSUD Pariaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu ruangan perawatan khusus dengan staf dan
perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera atau potensial yang mengancam nyawa.
Pelayanan ICU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis
diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih dan
berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU dilakukan secara
khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien (Patient Safety), untuk menurunkan
angka kematian dan kecacatan.
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dirancang dengan design ruang khusus,
didukung oleh staff yang kompeten serta sarana, prasarana dan peralatan canggih
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan kompetensi staff medik,
perawat dan staff lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan - keadaan tersebut.
B. Latar Belakang
Sesuai dengan visi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman yaitu menjadi rumah sakit
regional berstandar internasional dengan nilai islami, termasuk didalamnya adalah pelayanan
ICU yang sama di setiap rumah sakit di seluruh Indonesia, maka dipandang perlu untuk
adanya suatu Pedoman Standar Pelayanan ICU yang meliputi ruang, struktur, SOP,
peralatan, sarana dan prasarana sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan ICU di RSUD
Pariaman.
C. Tujuan
Tujuan Umum:
Standarisasi pelayanan ICU RSUD
Pariaman Tujuan Khusus:
a. Standarisasi ruang yang meliputi struktur, design, sarana dan prasarana ruangan
ICU.
b. Standarisasi ketenagaan struktur, kebutuhan dan kualifikasi sumber daya
manusia yang meliputi penghitungan kebutuhan, kualifikasi, kompetensi dan
lain-lain.
c. Standarisasi standar mutu pelayanan, pemantauan dan pelaporan.
d. Standarisasi sistem meliputi kebijakan, SPO dan lain-lain.
E. Batasan Operasional
Pelayanan ICU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan penangaan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
pemantauan dan penanganan segera, terapi titrasi dan dukungan alat.
Pada keadaan permintaan layanan ICU lebih tinggi dari pada kapasitas atau sarana dan
prasarana maka kepala ruangan ICU harus menentukan prioritas sesuai indikasi. Prioritas
tersebut adalah:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini dengan kondisi sakit kritis, tidak stabil, memerlukan bantuan ventilasi
dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat kontinyu, misalnya
pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan karena sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi
intensive dan pemantauan segera.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan
ini sangat kecil. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi jantung paru.
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan dan persetujuan Kepala Ruangan ICU, indikasi masuk pada
beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien
golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif / “DNR (Do Not Resuscitate)”.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien pasien seperti itu
dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan
donor organ.
Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala
ruangan ICU dan tim yang merawat pasien.
F. Landasan hukum
a. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
d. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.161 tahun 2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2013 tentang perubahan 148 ijin
praktek keperawatan
j. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
k. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 971 Tahun 2009 tentang Standar
Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
l. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1778/MENKES/SK/VII/2016
m. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 519/Menkes/Per/III/2011 tentang Ruang Lingkup
Dokter Anastesi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Struktur Organisasi
Kepala Instalasi
Kepala Ruangan
PJ. Logistik
Perawat Pelaksana 1
Perawat Pelaksana 2
Perawat Pelaksana 3
Perawat Pelaksana 4
Perawat Pelaksana 5
Perawat Pelaksana 6
Perawat Pelaksana 7
Perawat Pelaksana 8
B. Kualifikasi SDM
Untuk mendukung penanganan pasien di ruang intensive care dibutuhkan pendidikan
dan pelatihan khusus. Spesifikasi Pendidikan dan Pelatihan yang terkait dengan layanan
dan kompetensi adalah seperti pada tabel berikut :
3 Perawat Minimal 40% dari jumlah seluruh Minimal 60% dari jumlah
perawat di ICU merupakan seluruh perawat di ICU
perawat terlatih dan bersertifikat merupakan perawat terlatih dan
ICU bersertifikat ICU
ICU Sekunder :
Kompetensi ICU Primer di tambah:
1. Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanik,
2. Pengelolaan pasien dengan drainase toraks,
3. Mempersiapkan pemasangan monitoring invasif (tekanan vena sentral, tekanan
arteri sistemik dan pulmonal),
4. Melakukan pengukuran tekanan vena sentral dan arteri,
5. Melakukan pengelolaan terapi trombolitik,
6. Melakukan persiapan Renal Replacement Therapy.
ICU Tersier :
Kompetensi ICU Sekunder ditambah :
1. Mengetahui persiapan pemasangan Intraaortic Artery Balloon Pump (IABP)
2. Melakukan persiapan Continous Renal Replacement Therapy (CRRT)
STANDAR FASILITAS
A. Kebutuhan Ruang
Standar kebutuhan alat untuk ICU umum :
1. Tempat tidur khusus
2. Tensi meter
3. Pulse Oxymetri
4. EKG
5. Alat pengukur vena sentral
6. Alat pengukur suhu
7. Alat pengisap (suction) sentral
8. Alat ventilasi manual + acc
9. Peralatan akses vaskuler
10. Ventilator
11. Oxygen Sentral
12. Lampu tindakan
13. Defibrilator
14. Alat drain thorax
15. Emergency trolley
16. Pompa infuse dan pompa syringe
17. Monitor tekanan darah
18. Monitor tekanan arteri pulmonalis
19. Kapnograf
20. Bronchoscopy
21. Echocardiografi
22. EEG
23. Hemodialisis
B. Denah Ruang
Berikut adalah contoh denah ruangan :
Alur Petugas (Dokter/Perawat/Staf)
1) Ganti pakaian di ruang ganti (Loker).
2) Masuk daerah rawat pasien
3) Keluar melalui alur yang sama.
Alur Pasien
1) Pasien masuk ICU berasal dari Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan
Instalasi Bedah Central.
2) Pasien keluar dari ICU menuju:
a) Ruang rawat inap bila memerlukan perawatan lanjut, atau
b) Pulang ke rumah, bila dianggap sudah sehat.
c) Ke ruang jenazah bila pasien meninggal dunia.
d) Pindah rumah sakit atas permintaan keluarga atau pertimbangan medis (ketersediaan
alat dan / layanan)
Alur Alat/Material
1) Alat / Material kotor dikeluarkan dari ruang rawat pasien ke ruang utilitas kotor.
2) Sampah / limbah padat medis dikirim ke Incinerator. Sampah / limbah padat non
medis domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) rumah sakit.
3) Linen kotor dikirim ke ruang cuci/ laundry dan kemudian dikirim ke CSSD (Central
Sterilized Support Departement).
4) Instrumen / peralatan bekas pakai dari ruang rawat dibersihkan dan disterilkan di
Instalasi CSSD.
5) Instrumen / linen / bahan perbekalan yang telah steril disimpan di ruang utilitas bersih.
3) Komponen langit-langit
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak berjamur.
b. Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
c. Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
Sarana Dan Prasarana
1) Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan
atau mempunyai akses yang mudah ke Instalasi Gawat Darurat, laboratorium dan
radiologi.
2) Disain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
DISAIN ICU Sekunder ICU Tersier
Area Pasien : 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Unit terbuka 12–16 m2 tangan tiap 2 tempat tangan tiap 2 tempat
tidur tidur
Unit tertutup 16-20 m2 1 tempat cuci 1 tempat cuci
tangan tiap tangan tiap
1 tempat tidur 1 tempat tidur
Non invasif :
- Tekanan darah + +
- EKG dan laju jantung + +
- Saturasi oksigen + +
(pulse oxymeter) + +
- Kapnograf
Suhu + +
EEG + +
Defibrilator dan alat pacu + +
Jantung
Alat pengatur suhu pasien + +
Peralatan drain toraks + +
Pompa infus dan pompa + +
Syringe
Bronchoscopy + +
Echokardiografi + +
Peralatan portable untuk + +
transportasi
Tempat tidur khusus + +
Lampu untuk tindakan + +
Hemodialisis + +
CRRT + +
BAB IV
TATA LAKSANA LAYANAN
2. Open ICU
Pada Layanan Open ICU, dokter yang merawat pasien yang menentukan dan
memutuskan pasien harus dirawat di ICU. Selama perawatan di ICU akan
dikonsultasikan kepada dokter anestesi atau intensivist yang bertugas untuk airway
managemen, berhubungan dengan kedaruratan, pemasangan alat – alat invasive,
pemberian obat – obat anestesi dll namun coordinator dan segala instruksi diputuskan
oleh dokter yang merawat. Dokter yang merawat akan berkoordinasi dengan berbagai
disiplin lain untuk merawat pasien tersebut.
ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan ICU diperuntukkan dan ditentukan oleh
kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan. Pasien sakit kritis meliputi :
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter, perawat, profesi
lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang
teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu rumah sakit, diperlukan
mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU
lebih tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU
bertanggungjawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk
ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi
medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini
harus dijelaskan secara rinci.
1. Kriteria Masuk
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi
intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan
intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kantinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada
golongan ini sangat kecil.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi masuk
pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3
(satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain :
1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR. Sebenarnya pasien-pasien ini
mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk
meningkatkan kemungkinan survivalnya.
3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.
2. Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU
dan tim yang merawat pasien.
BAB V
LOGISTIK
Keperluan logistik di Instalasi ICU meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh instalasi farmasi
seperti : handscoon, masker, alcohol swab, spuit, gel, cairan infus, obat-obat emergency dan lain-lain.
Sedangkan untuk ATK (alat tulis kantor) dipenuhi melalui bagian logistik umum.
Perencanaan Pengadaan bahan ICU harus mempertimbangkan hal sebagai berikut :
1) Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan
yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
atau yang sering terlambat diterima dari pemasok Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan
reagent di lab
2) Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan
untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat
Permintaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian farmasi atau
kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintaan barang. Dalam keadaan mendesak
dan stock barang di Instalasi ICU kosong, maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu-waktu pada
jam kerja sesuai kebutuhan.
Penyimpanan
Bahan ICU yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan :
1) Perputaran pemakaian dengan mengadakan kaidah :
Pertama masuk-pertama keluar (FIFO-first in-first out) yaitu barang yang lebih dahulu masuk
persediaan harus digunakan terlebih dahulu
Masa kadaluarsa yang pendek dipakai terlebih dahulu. Hal ini akan menjamin barang tidak
rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama
Penggunaan
Penggunaan barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu,
sedangkan yang memiliki masa kadaluarsa pendek juga dipakai terlebih dahulu
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
a. Pengertian
Sistim dimana Instalasi ICU membuat asuhan untuk keselamatan pasien
b. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan
c. Tata laksana keselamatan pasien
1. Tahap penerimaan pasien
Aplusan dari bangsal perawatan atau UGD :
- Identitas pasien
- Terapi yang diberikan
- Bangsal pengirim
- Dokter penanggungjawab Pasien
- Pastikan ventilator sudah dalam keadaan siap jika diperlukan
2. Tahap perawatan
a. Tahap persiapan perawatan
Pasien yang baru masuk dari bangsal perawatan ke instalasi ICU pastikan pasien sudah
terpasang foley cateter, dan mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus rawat inap
ICU, pasien yang akan dirawat sebaiknya sudah dipasang pempers.
b. Tahap Perawatan
Pada tahap ini segera pasang elektroda monitor EKG, standby kan monitor agar pasien
mudah untuk di monitoring. Cek terapi yang diberikan oleh dokter penanggungjawab serta
monitoring masukan dan keluaran cairan pasien, berikan diit sesuai intruksi yang diberikan
oleh dokter.
3. Tahap pemindahan pasien ke bangsal
Pastikan administrasi pasien sudah lengkap, dan intruksi pasien pindah bangsal sudah di
tulis oleh dokter penanggungjawab pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja
1. Standard Precautions : Mencuci tangan dan penggunaan sarung
2. Kewaspadaan Needle stick Injury.
3. Ergonomi bekerja : Perawat, staff admin
4. Fire Safety Knowledge
Jalur Evakuasi
Letak dan Penggunaan APAR dan Hydran
5. Pemeriksaan kesehatan Karyawan
6. Alat pelindung tubuh
7. Paparan bahan dan cairan tubuh pasien
Masker
Handscoon
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pedoman Pelayanan ICU RSUD Pariaman ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh
pelayanan ICU yang ada di RSUD Pariaman. Pelayanan ICU RSUD Pariaman dibagi menjadi tiga
klasifikasi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi sumber daya, sarana,
prasarana dan peralatan. Oleh karena itu, setiap rumah sakit hendaknya dapat menyesuaikan dengan
ketentuan yang ada dalam pedoman ini dan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang kondusif bagi setiap rumah sakit. Pedoman Pelayanan ICU RSUD Pariaman, selanjutnya
perlu dijabarkan dalam prosedur tetap di setiap rumah sakit guna kelancaran pelaksanaannya.