Anda di halaman 1dari 60

PEMERINTAH KOTA BAUBAU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jl.Drs.H.La Ode Manarfa No. (0402)2825356,2825357 Fax. (0402)2825356
Email : Rsudbaubau@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU


NOMOR : KEP/DIR/RSUD/I/2018

TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU

Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi, perawatan


dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia, diperlukan Intensive
Care Unit (ICU) yang perlu didukung kemampuan dan sarana,
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi
vital dengan menggunakan keterampilan staf medik; .
b. bahwa dalam rangka menyelenggarakan pelayanan Intensive Care
Unit (ICU) efektif dan efisien serta pelayanan yang berkualitas dan
mengedepankan keselamatan pasien di Rumah sakit perlu disusun
suatu pedoman;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir a sampai b perlu menetapkan keputusan Direktur RSUD Kota
Baubau tentang Pedoman Penyelenggaraan pelayanan Intensive
Care Unit di RSUD Kota Baubau.
Mengingat :

1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
4. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.161 tahun 2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2013 tentang
perubahan 148 ijin praktek keperawatan
10. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 971 Tahun 2009 tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
12. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No 1778/
MENKES/SK/XII/2010
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 519/Menkes/Per/III/2011
tentang Ruang Lingkup Dokter
:

Menetapkan MEMUTUSKAN:

:
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KOTA BAUBAU TENTANG
Pertama PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN INTENSIVE CARE
:
UNIT DI RSUD KOTA BAUBAU.
Kedua Isi pedoman sebagaimana terlampir menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini
Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal yang ditetapkan dengan catatan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini,
akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Baubau
Pada Tanggal : 02 Januari 2018
Direktur RSUD Kota Baubau

dr. Hj. Maria Adela Aty Sanga, M. Kes


Nip. 19650510 199703 1 008

PEMERINTAH KOTA BAUBAU


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl.Drs.H.La Ode Manarfa No. (0402)2825356,2825357 Fax. (0402)2825356
Email : Rsudbaubau@yahoo.com

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KOTA BAUBAU


NOMOR :

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN ICU DI RSUD KOTA BAUBAU


1. RSUD Kota Baubau menyelenggarakan Pelayanan Intensive Care Unit
2. Pelayanan Intensive Care dilaksanakan oleh Intensive Care Unit RSUD Kota Baubau
3. Intensive Care Unit RSUD Kota Baubau dipimpin oleh seorang Perawat dengan
kualifikasi S1 Keperawatan (Ners)
4. Pemberi pelayanan di ICU adalah dokter anestesi, dokter spesialis, dokter dan tenaga
perawat minimal D III.
5. Pelayanan Keperawatan di ICU RSUD Kota Baubau dipimpin oleh seorang Perawat
dengan kualifikasi DIII Keperawatan atau S1 Keperawatan (Ners)
6. ICU RSUD Kota Baubau menyelenggarakan transfer pasien:
a. Transfer pasien dari Intensive Care Unit ke Instalasi Radiologi
b. Menerima rujukan pasien dari Instalasi Bedah Sentral
c. Menerima rujukan pasien dari Instalasi Gawat Darurat
d. Menerima rujukan pasien dari Intensive Care Unit
e. Mengirim atau merujuk pasien keluar RSUD Kota Baubau
7. Memiliki Program Mutu Pelayanan :
a. Jam Visite Dokter Spesialis : antara jam 08:00 – 14:00 WITA
b. Kejadian Infeksi Pasca Operasi : ≤ 1,5%
c. Kejadian HAIs : ≤ 1,5%
d. Kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian : 0%
e. Kematian pasien > 48 Jam : ≤ 0,24%
8. Memiliki Progam Keselamatan Pasien
9. Memiliki Program Keselamatan Kerja
10. Meningkatkan Mutu dan kualifikasi / kompetensi SDM berkesinambungan
11. Pelaporan berkala : Bulanan, Triwulan, Semester dan Tahunan.

PEMERINTAH KOTA BAUBAU


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl.Drs.H.La Ode Manarfa No. (0402)2825356,2825357 Fax. (0402)2825356
Email : Rsudbaubau@yahoo.com

PEDOMAN PENGORGANISASIAN INTENSIVE CARE UNIT


RSUD KOTA BAUBAU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pada dasarnya penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, sehingga kualitas pelayanan Rumah Sakit diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat (UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit).
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau (RSUD Kota Baubau) merupakan satu-
satunya Rumah Sakit kepemilikan pemerintah kelas C di Kota Baubau dengan status
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Rumah Sakit ini menjadi pusat rujukan bagi
fasilitas kesehatan pemerintah lainnya maupun Rumah Sakit swasta yang ada di Kota
Baubau sehingga diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu ruangan perawatan khusus dengan staff
dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
Pelayanan ICU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi
kritis diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang
terlatih dan berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU
dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien (Patient
Safety), untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan.
Pelayanan Intensive Care di RSUD Kota Baubau meliputi kasus Penyakit Dalam,
kasus Bedah, kasus Kebidanan dan Kandungan, kasus Anak, kasus Mata, kasus THT,
kasus Saraf, serta kasus Kulit dan Kelamin. Dalam rangka mendukung visi dan misi
Rumah Sakit, maka ICU perlu menyusun program yang jelas dan matang. Hal tersebut
terkait dengan profesionalisme tenaga keperawatan yang merupakan tolak ukur dalam
meningkatkan produktifitas. Guna keperluan tersebut, maka pengelolaan khusus terkait
mutu profesional tenaga perawat, mutu pelayanan dan sarana prasarana pendukung
pelayanan perlu direncanakan dengan baik.

BAB II
GAMBARAN UMUM

Sejarah RSUD Kota Baubau bermula dari pendirian rumah sakit ini pada zaman
kolonial Belanda yang berlokasi di pusat kota Baubau tepat di depan Pelabuhan Baubau.
Setelah kemerdekaan dan pembentukan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 1959,
rumah sakit tersebut kemudian menjadi Rumah Sakit Kabupaten Buton. Pada tahun 1978
Rumah Sakit Kabupaten Buton ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type D, dan selanjutnya
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1997 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type C.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Baubau, maka RSUD Kabupaten Buton diserahkan kepada Pemerintah
Kota Baubau dan berubah nama menjadi RSUD Kota Baubau. Hal tersebut sejalan dengan
penyerahan aset-aset Pemerintah Kabupaten Buton yang ada di wilayah administratif Kota
Baubau kepada Pemerintah Kota Baubau, termasuk seluruh SDM yang ada di RSUD
Kabupaten Buton tersebut.Pada bulan Agustus tahun 2008 rumah sakit pindah di
Palagimata dan beroperasi secara penuh dengan status kepemilikin oleh Pemerintah Kota
Baubau.
RSUD Kota Baubau merupakan salah satu rumah sakit yang ada di eks Kabupaten
Buton yang kini telah dimekarkan menjadi 4 Kabupaten/Kota yaitu Kota Baubau, Kabupaten
Buton, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Wakatobi. Posisi strategis Kota Baubau
membuat pusat rujukan Pelayanan Kesehatan bagi keempat daerah tersebut bertumpu
pada RSUD Kota Baubau Hal ini merupakan peluang pengembangan RSUD untuk
meningkatkan pelayanan.
Secara geografis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau terletak di Kecamatan
Murhum bagian utara diantara 5º47’-5º48’ Lintang Selatan dan 122º59’-122º60’ Bujur Timur,
berlokasi di Jalan Drs. H. La Ode Manarfa No.20 Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum,
Kota Baubau. Rumah Sakit Umum DaerahKota Baubau merupakan rumah sakit rujukan
bagi fasilitas kesehatan baik yang menjadi milik Pemerintah maupun swasta yang ada di
kota Baubau.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk Kota Baubau dan perkembangan
pembangunan wilayah Kota Baubau, sarana dan prasarana rumah sakit yang ada dinilai
sudah tidak layak lagi, maka sejak tahun 2002 Pemerintah Kota Baubau merencanakan
relokasi ke tempat yang lebih luas di kawasan Palagimata. Pembangunan fisik secara
bertahap dimulai tahun 2003 sampai sekarang dan dibangun diatas lahan seluas 41.470 m²
dan luas bangunan 2071,10 m².

BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN

A. Visi
Seiring dengan tujuan pembangunan bidang kesehatan di Kota Baubau, dalam
menjalankan fungsi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna, RSUD Kota Baubau menetapkan Visi yaitu :
‘’ Menjadi Rumah Sakit Rujukan Wilayah Kepulauan Yang Profesional Dan
Terjangkau ’’

B. Misi
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, RSUD Kota Baubau menetapkan
Misi sebagai berikut :
1. Memberikan Pelayanan kesehatan secara profesional, efisien dan efektif yang
berorientasi kepada pelanggan, tanpa membeda-bedakan asal-usul dan kondisi
finansial pasien mampu atau tidak mampu, pasien dengan jaminan atau tanpa
jaminan.
2. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat,
terbuka, efisien, efektif, dan akuntabel guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat umum serta kesejahteraan karyawan.
3. Mengelola rumah sakit, poliklinik, dan fasilitas kesehatan lainnya senantiasa
mengutamakan kepentingan pasien, peka dan tanggap terhadap keluhan serta
selalu berpenampilan prima.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki, membangun dan
mengembangkan fasilitas di RSUD Kota Baubau melalui penambahan investasi
Sarana dan Prasarana Layanan Kesehatan sebagai salah satu unsur penting ujung
tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat
Kota Baubau dan sekitarnya.
6. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan institusi dan organisasi
profesi terkait dengan bidang kesehatan.
Adanya pernyataan Misi tersebut diharapkan seluruh jajaran organisasi dan pihak
lain yang berkepentingan dapat mengenal dan mengetahui keberadaan dan peran dari
RSUD Kota Baubau sebagai lembaga pemerintah yang menyediakan layanan
kesehatan terbaik dan memenuhi standar nasional sehingga mampu menjadi rumah
sakit yang terbaik di Sulawesi Tenggara.
C. Falsafah
Falsafah yang harus dihayati oleh seluruh insan RSUD Kota Baubau adalah :
“Hidup Sehat, Terampil, Dan Penuh Manfaat”
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup, falsafah menjadi ciri
utama pada suatu komunitas baik komunitas berskala besar maupun berskala kecil,
dalam hal ini adalah Komunitas insan pegawai di lingkungan RSUD Kota Baubau.

D. Nilai
Proses pencapaian visi dan misi tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh
manajemen dan karyawan rumah sakit yang solid, dan bekerja penuh semangat. Untuk
mendukung hal tersebut maka ditetapkan nilai-nilai yang harus dipahami, dihayati dan
dilaksanakan oleh seluruh insan karyawan dan manajemen di rumah sakit. Nilai-nilai
yang dikembangkan di RSUD Kota Baubau adalah “PALAGIMATA”, yang merupakan
akronim :
P : Profesional dalam bekerja
A : Arif dan bijaksana dalam setiap pengambilan keputusan
L : Loyalitas terhadap atasan dan Pemerintah Kota Baubau
A : Akuntabilitas
G : Giat dan bertanggung jawab dalam setiap melaksanakan tugas
I : Inovatif dan kreatif dalam bertindak
M : Mutu
A : Aman
T : Terpercaya
A : Adil

E. Tujuan
Tujuan yang ingin tercapai RSUD Kota Baubau antara lain :
1. Memberikan Pelayanan kesehatan secara profesional, efisien dan efektif yang
berorientasi kepada pelanggan, tanpa membeda-bedakan asal-usul dan kondisi
finansial pasien mampu atau tidak mampu, pasien dengan jaminan atau tanpa
jaminan.
2. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat,
terbuka, efisien, efektif, dan akuntabel guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat umum serta kesejahteraan karyawan.
3. Mengelola rumah sakit, poliklinik, dan fasilitas kesehatan lainnya senantiasa
mengutamakan kepentingan pasien, peka dan tanggap terhadap keluhan serta
selalu berpenampilan prima.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki, membangun dan
mengembangkan fasilitas di RSUD Kota Baubau melalui penambahan investasi
Sarana dan Prasarana Layanan Kesehatan sebagai salah satu unsur ujung tombak
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat Kota
Baubau dan sekitarnya.
6. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan institusi dan organisasi
profesi terkait dengan bidang kesehatan.

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RSUD KOTA BAUBAU
Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau sebagai Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 9 Tahun
2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Baubau adalah
sebagai berikut :
A. Direktur
B. Bagian Tata Usaha, membawahi :
1. Sub Bagian Keuangan
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Sub Bagian Perencanaan
C. Bidang Pelayanan, membawahi :
1. Seksi Pelayanan Medik
2. Seksi Pemeliharaan
D. Bidang Keperawatan, membawahi :
1. Seksi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
2. Seksi Penunjang Medik
E. Bidang Rekam Medis, membawahi :
1. Seksi Humas
2. Seksi Pengelolahan Data
F. Kelompok Jabatan Fungsional
G. Instalasi – instalasi
Dari perkembangan sampai dengan saat ini serta besarnya tuntutan kepada RSUD
Kota Baubau untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagai
stakeholder, dirasakan perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap struktur organisasi
yang telah ada tersebut, sehingga mengakomodir fungsi-fungsi pelayanan tersebut.

Struktur Organisasi RSUD Kota Baubau Tahun 2017

Direktur
Bagian Bidang Bidang Bidang
Tata Usaha Rekam Medik Keperawatan Pelayanan

Sub Bagian Seksi Seksi Seksi


Umum dan Kehumasan Diklat Pelayanan
Kepegawaian Medis

Seksi Seksi
Sub Bagian
Pengelola Penunjang Seksi
Perencanaan
Data Medis Pemeliharaan

Sub Bagian
Keuangan

Instalasi Komite Medis

SMF
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI INTENSIVE CARE UNIT

Struktur Organisasi ICU

Direktur

Dokter penanggung Jawab :


1. dr. Moh. Yamin, Sp.PD
2. dr. Lukman, Sp.PD
3. dr. Aswar Salisu, Sp.PD
4. dr. H. Hasmudin, Sp.B
5. dr. H. Zamri Amin, Sp.OG
6. dr. Sadly Salman, Sp.OG
7. dr. Wawan Hermawan, Sp.OG
8. dr. Aminuddin, Sp.A
9. dr. H. Muliadi Mboe, Sp.A, M.Kes
10. dr. Yuniati Arief, Sp.A
11. dr. LM. Fatahillah, Sp.S
12. dr. Sulianti Rahman, Sp.M
13. dr. Taliyah, Sp.THT., M.Kes
14. dr. Nur Rahma, Sp.KK

Ka. Instalasi ICU

Ruang Rawat ICU :


1. Kepala Ruangan
2. Ketua Tim
3. Perawat
Pelaksana
BAB VI
URAIAN JABATAN

A. Kepala Intensive Care Unit


1. Nama Jabatan : Kepala Intensive Care Unit
Ruang Lingkup : Meliputi pelayanan Intensive Care.
2. Persyaratan
a. Pendidikan : Dokter Spesialis Anestesiologi
b. Memiliki kemampuan manajerial unit
c. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan Rohani
3. Tanggung jawab
Bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bidang Keperawatan
4. Bawahan langsung
a. Penanggung jawab / Kepala Ruangan Di Intensive Care Unit
b. Ketua Tim/ Perawat Pelaksana Layanan di Intensive Care Unit
5. Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan Pelayanan di Intensive Care Unit
6. Wewenang
Dalam menjelaskan tugasnya , Kepala Instalasi mempunyai wewenang dan
peran sebagai berikut :
a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayan di ICU,
menggabungkan dan melakukan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gaga! organ multi-sistem. Dalam mengelola
pasien, dokter spesialis anestesiologi dapat mengelola sendiri atau
berkolaborasi dengan dokter lain.
Seorang dokter spesialis anestesiologi mampu mengelola pasien sakit kritis
dalam kondisi seperti:
1) Hemodinamik tidak stabil.
2) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanik,
3) Gangguan neurologls akut termasuk mengatasl hlpertensl lntrakranlal.
4) Gangguan atau gagal ginjal akut.
5) Gangguan endokrin dan/atau metabolik akut yang mengancam nyawa.
6) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat.
7) Gangguan koagulasi.
8) lnfeksi serius yang mengancam nyawa.
9) Gangguan nutrisi yang mernerlukan tunjangan nutrisi.
b. Manajemen Unit
Dokter spesialis anestesiologi berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan ICU yang
efisien, tepat waktu dan konsisiten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputl antara
lain :
1) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien.
2) Supervisi Partisipasi terhadap pelaksanaan kebljakan-kebljakan unit
3) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan pada kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
4) Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin
kelancaran pelayanan di ICU.
1. Uraian Tugas
a. Melaksanakan fungsi perencanaan (P1) meliputi :
1) Mempelajari program Rumah Sakit, Kebijakan Direktur Rumah Sakit sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas
2) Menyusun Rencana Operasional ICU berdasarkan arahan dari atasan agar
pelaksanaan pelayanan di ICU dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien
3) Mempelajari dan menyusun rencana kebutuhan alat kesehatan, alat tulis
kantor, alat rumah tangga dengan menginventarisasi dan mengoreksi daftar
kebutuhan yang diajukan bawahan, guna diusulkan sebagai kebutuhan
Intensive Care Unit
4) Mempelajari dan menyusun rencana kebutuhan SDM keperawatan dan
tenaga lain serta kebutuhan pengembangan SDM yang diajukan bawahan,
guna diusulkan sebagai kebutuhan Intensive Care Unit
b. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2) meliputi :
1) Menyusun tata cara kerja Intensive Care Unityang meliputi cara pelaksanaan
tugas, pendistribusian tugas, penentuan target kerja serta bimbingan dan
pengendalian pelaksanaannya
2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan penggunaan fasilitas dan
pelaksanaan kegiatan layanan Intensive Care Unitbagi pasien serta
pengadministrasiannya, agar terjalin kerjasama untuk meningkatkan mutu
pelayanan Intensive Care Unit
3) Mengadakan rapat koordinasi dengan unit kerja yang berada di lingkungan
Intensive Care Unitdan antar bidang
4) Melakukan koordinasi dengan satuan kerja terkait mengenai hal yang
berhubungan dengan pelayanan Intensive Care Unitsesuai dengan
permasalahannya agar pelaksanaan pelayanan dapat berjalan efektif dan
efisien
5) Membuat laporan berkala dan laporan khusus Intensive Care Unitdengan
menganalisa data pelaksanaan, informasi, dokumen dan laporan yang dibuat
oleh bawahan untuk disampaikan ke Kepala Bidang Keperawatan
6) Membuat usulan kebutuhan alat kesehatan, alat tulis kantor dengan
kebutuhan lainnya dengan menginventarisasi dan mengoreksi daftar
kebutuhan yang disusun oleh masing-masing ruangan untuk diajukan
pengadaannya sesuai prosedur yang berlaku
7) Memeriksa dan menandatangani persetujuan permintaan kebutuhan alat
kesehatan, alat tulis kantor dengan kebutuhan lainnya dari tiap unit kerja di
lingkungan Intensive Care Unitjika sesuai dengan rencana kebutuhan
Intensive Care Unit
8) Membuat usulan tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga lainnya
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan beban dan bobot kerja, untuk diajukan
kebutuhannya sesuai dengan prosedur yang berlaku
9) Memotivasi para bawahan di Lingkungan Intensive Care Unitdengan memberi
penghargaan baik secara formal maupun informal untuk meningkatkan
semangat kerja
10) Memberikan bimbingan langsung kepada kepala ruangan dan membantu
menyelesaikan permasalahan yang timbul diruang rawat tentang pelaksanaan
pelayanan keperawatan, sesuai kebijakan bidang keperawatan
11) Mengadakan pertemuan secara berkala di ruang rawat inap
12) Melakukan kunjungan langsung rutin atau sewaktu-waktu untuk menilai
pelayanan askep, ketertiban, keamanan dan kebersihan rawat inap
13) Melakukan koordinasi yang baik dengan institusi pendidikan keperawatan
untuk menjaga kelancaran program pendidikan dan memberikan bimbingan,
memantau dan menilai pendidikan praktik / penelitian mahasiswa di Intensive
Care Unitdalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
14) Meneliti dan mempertimbangkan syarat permohonan kenaikan pangkat, cuti,
rotasi, berhenti dan lain-lain di Rawat Inap
15) Melakukan tugas lain yang diberikan atasan dalam rangka memperlancar
pelaksanaan kegiatan di Intensive Care Unit
16) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di Bidang Keperawatan melalui
pertemuan ilmiah dan seminar / simposium lainnya.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3)
meliputi:
1) Membimbing dan menilai mutu pelayanan di Intensive Care Unityang
berkaitan dengan SDM dan fasilitas agar kegiatan berjalan dengan lancar
2) Memantau dan menilai mekanisme kerja tugas bawahan melalui laporan atau
memeriksa langsung hasil kerja bawahan untuk mengetahui adanya
permasalahan dan memberi petunjuk cara penyelesaiannya

B. Kepala Ruang Perawatan


1. Nama Jabatan : Kepala ruangan
2. Ruang Lingkup : Ruang Intensive Care Unityang mejadi tanggung jawabnya
3. Persyaratan :
a. Pendidikan : D III Keperawatan, diutamakan S1 Keperawatan (Ners).
b. Kursus/pelatihan : Manajemen Pelayanan Keperawatan Ruang / Bangsal,
PPI, APAR
c. Pengalaman kerja : Sebagai Perawat pelaksana 3-5 tahun
d. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan Rohani
4. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ruangan bertanggung jawab kepada
kepala instalasi terhadap hal-hal :
1) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan.
2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan keperawatan.
3) Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga keperawatan.
4) Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru
5) Kebenaran dan ketetapan Protap/SOP pelayanan keperawatan.
6) Kebenaran dan ketetapan laporan berkala pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
7) Kebenaran dan ketetapan kebutuhan dan penanggung jawab alat
8) Kebenaran dan ketetapan pelaksanaan program Bimbingan mahasiswa
instalasi pendidikan keperawatan.
5. Bawahan Langsung
Perawat / Bidan / Pelaksana Layanan di ICU
6. Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan Pelayanan di Ruang Rawat yang menjadi tanggung
jawabnya
7. Wewenang
Dalam menjelaskan tugasnya, Kepala Ruangan mempunyai wewenang sebagai
berikut :
a. Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
b. Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf keperawatan/
kebidanan.
c. Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan /
kebidanan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan / kebidanan diruang
rawat.
d. Menanda tangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang
Kepala Ruangan.
e. Menghadiri rapat berkala dengan kepala instalasi / kasi / kepala rumah sakit
untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan / kebidanan.
8. Uraian Tugas
a. Melaksanakan fungsi perencanaan (P1) meliputi :
1) Menyusun program kerja tahunan di wilayah tanggung jawabnya
2) Menyusun rencana kebutuhan SDM perawat dan tenaga lain.
3) Menyusun dan mengusulkan kebutuhan pengembangan SDM perawat dan
tenaga lain
4) Menyusun kebutuhan alat-alat keperawatan meliputi jumlah dan jenisnya.
5) Menyusun usulan perbaikan dan pemeliharaan alat medic dan keperawatan
serta sarana dan prasarana di ruang perawatan
b. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2) meliputi :
1) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruang rawaat dengan unit/bagian yang terkait
2) Menyusun dan mengatur jaadwal dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
meliputi petugas dinas, petugas libur, petugas on call atau petugas
pengganti daan jaadwal cuti
3) Melaksanakan program orientasi bagi pegawai baru/peserta didik/peserta
pelatihan
4) Mengatur pelaksanaan program bimbingan bagi peserta didik/peserta
pelatihan
5) Memeberikan orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi : penjelasan
tentang peraturan rumah sakit , tata tertib di ruang rawat, fasilitas yang ada
dan cara menggunakannya serta kegiatan rutin sehari-hari
6) Mengadakaan pertemuan berkala dengan pelaksanaan perawatan dan
tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jaawabnya
7) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya diruang rawat
menurut kegawatan, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pembinaan
asuhan keperawatan.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan penyediaan, penggunaan, penyimpanan
dan pemeliharaan alat-alat keperawatan, alat medik, obat dan bahan yang
diperlukan agar selalu dalam kondisi siap pakai.
9) Memelihara kebersihan dan ketertiban ruang perawatan melalui koordinasi
dengan petugas terkait.
10) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruangan.
11) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien.
12) Melaksanakan bimbingan dan pembinaan dalam kepatuhan terhadap SPO,
standar pelayanan keperawatan.
13) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan dan patient safety.
14) Mengatur pelaksanaan operan dinas jaga
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3)
meliputi :
1) Melakukan supervisi pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi: pencatatan
asuhan keperawatan, kepatuhan terhadap standar profesi, kehadiran
pegawai dan meneliti kebenaran absensi.
2) Melaksanakan penilaian kinerja pegawai
3) Melakukan pembinaan etik profesi dan membuat laporan bila ada pegawai
yang bermasalah
4) Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan
d. Melaksanakan fungsi administrasi
1) Menyusun laporan mutu asuhan keperawatan
2) Menyusun laporan kegiatan pelayanan di ruang rawat
3) Menyusun laporan pertanggung jawaban inventaris dan bahan haabis pakai
4) Menyusun laaporan patient safety.
C. Ketua Tim
1. Nama Jabatan : Ketua Tim
2. Ruang Lingkup : Tim di Ruang Intensive Care Unityang mejadi tanggung
jawabnya
3. Persyaratan :
a. Pendidikan D III Keperawatan, diutamakan S1 Keperawatan (Ners)
b. Mempunyai kemampuan memimpin
c. Disiplin, jujur, bertanggung jawab, berwibawa, dan berdedikasi
d. sehat jasmani dan rohani
4. Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepada kepala Intensive Care Unit, kepala
ruangan keperawatan masing-masing
5. Bawahan Langsung
Perawat / Bidan / Pelaksana Layanan di dalam timnya masing-masing
6. Tugas pokok
Mengelola dalam satu tim untuk bertanggung jawab beberapa pasien
7. Wewenang
Dalam menjelaskan tugasnya, Ketua Tim mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Meminta informasi dan pengarahan dari atasan
b. Memberikan petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas anggota tim
c. Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan,
peralatan dan mutu asuhan keperawatan di Tim
d. Evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dan hasil kerja tim.
e. Mensupervisi dan menilai kinerja anggota tim.
8. Uraian Tugas
a. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan pasien masuk
sampai dengan pulang
b. Melaksanakan timbang terima langsung ke pasien.
c. Melaksanakan pre confrence dan post confrence kepada anggota timnya.
d. Melaksanakan pengkajian pasien baru, orientasi dan memperkenalkan diri.
e. Membuat diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.
f. Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan
keperawatan.
g. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan kinerja anggota tim
h. Menyampaikan menjelaskan evaluasi asuhan keperawatan dan hasil kerja
tim.
i. Membuat perencanaan pulang (discharge planning).
j. Membuat rincian biaya sebagai pertanggung jawaban administrasi pasien
kelolaan.
k. Mengevaluasi laporan keadaan pasien yang telah dibuat anggota tim (Post
Conference).
l. Melakukan tindakan keperawatan.
m. Melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga.
n. Menciptakan kerjasama yang harmonis.
o. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti visite dokter.
p. Merencanakan ronde keperawatan untuk kasus pasien kelolaan.
q. Merencanakan pembahasan kasus pada pasien kelolaannya.
r. Ikut serta kegiatan ilmiah rumah sakit.
s. Mensupervisi dan menilai kinerja anggota tim

D. Perawat / Bidan Pelaksana


1. Nama Jabatan : Perawat / Bidan Pelaksana
2. Persyaratan :
a. Pendidikan minimal D III Keperawatan
b. sehat jasmani dan rohani
3. Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Intensive Care Unit, kepala
ruangan dan ketua tim masing-masing terhadap hal-hal :
a. Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
standar.
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasi pelaksanaan asuhan
keperawatan / kegiatan lain yang dilakukan
4. Tugas pokok
Memberikan asuhan keperawatan sesuai standar serta melakukan dokumentasi
pelaksanaan asuhan keperawatan / kegiatan lain yang dilakukan.
5. Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang perawatan mempunyai
wewenang sebagai berikut:
a. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.
b. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.
6. Uraian Tugas
a. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya
b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
c. Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap
pakai
d. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnose keperawatan,
sesuai batas kewenangannya.
e. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya
f. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya antara lain:
1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan.
2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya.
g. Melatih/ membantu pasien untuk melakukan latihan gerak

h. Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi, kolaps,
pendarahan, keracunan, nafas & henti jantung) sesuai protap yang berlaku
selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter
ruang rawat/ dokter jaga.
i. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuan.
j. Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas kemampuannya.
k. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dalam
upayah meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
l. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai
jadwal dinas
m. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang rawat.
n. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan antara
lain melaui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin / persetujuan atasan
o. Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang
tepat dan benar sesuai standar asuhan keperawatan
p. Melaksnakan serah terima tugas kepada petugas pengganti kepada lisan
maupun tertulis pada saat pergantian dinas.
q. Memberikan penyuluhan keehatan kepada kepada paien dan keluarganya
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien mengenai :
1) Program diet
2) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya.
3) Pentingnya pemeriksaan ulang di Rumah sakit, Puskesmas atau Institusi
kesehatan lainnya.
4) Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang bergizi atau
bahan pengganti sesuai dengan keadaan social ekonomi
5) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan
6) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah
misalnya merawat luka, melatih anggota gerak.
r. Menyiapkan pasien yang akan pulang.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

A. Pola hubungan Kerja


Dalam menjalankan tugas dan fungsi pokok pelayanan, ICU RSUD Kota Baubau
menjalin kerjasama dengan unit/ instalasi di RSUD Kota Baubau terkait lainnya.
Beberapa contoh kerjasama yang terjalin diantaranya seperti kerjasama dengan IGD
dalam hal penerimaan pasien yang masuk melalui IGD termasuk rujukan dari RS lain,
kerja sama dengan laundry sebagai sarana penunjang pemenuhan kebutuhan linen dan
pencucian alat tenun, kerja sama dengan CSSD sebagai sarana penunjang
penyeterilan alat-alat kesehatan, dan kerja sama lainnya dengan unit terkait lainnya.
Pola kerja sama tersebut diatur melalui sebuah ketentuan tertulis yang memuat
mekanisme dan ketentuan standar pola hubungan kerja sama Intensive Care Unit
dengan bagian/instalasi lain. Hal tersebut ditujukan untuk memberikan kejelasan dan
batasan yang jelas dalam melaksanakan kerja sama antar instalasi sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan baik dan dapat mewujudkan pelayanan prima kepada
masyarakat.

B. Desain Tata Hubungan Kerja Intensive Care Unit Dengan bagian/ Instalasi lain
RSUD Kota Baubau

Rawat Inap IGD

Laboratorium

OK
ICU Radiologi

Fisoterapi Gizi

Farmasi CSSD

Laundry Kamar Jenazah


Hubungan ICU dengan bagian/Instalasi lain :

No Unit / bagian Hal / Tujuan


.
1. IGD Penerimaan pasien yang masuk melalui IGD
2. Rawat inap Menerima rujukan pasien yang memerlukan
penatalaksanaan Intensif dari Instalasi Rawat Inap
3. OK Menerima pasien kembali setelah pelaksanaan operasi
4. Fisioterapi Penunjang kebutuhan bagi pasien yang memerlukan
tindakan fisioterapi / rehabilitasi
5. Farmasi Penunjang obat-obatan dan alat kesehatan
6. Laundry Penunjang kebutuhan linen dan pencucian peralatan tenun
7. Laboratoriumi Penunjang pemeriksaan diagnostik
8. Radiologi Penunjang pemeriksaan diagnostik
9. Gizi Penunjang pemenuhan kebutuhan nutrisi
10. CSSD Penunjang kebutuhan penyeterilan alat-alat kesehatan
11. Ruang Jenazah Penunjang untuk pemulasaraan jenazah
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM


Pasien yang berada di ICU adalah pasien ICU dengan status asuransi kesehatan
maupun umum, namun pelayanan yang diberikan tidak ada perbedaan antara keduanya
dari segi pelayanan SDM. Tenaga-tenaga yang ada di ICU adalah tenaga yang dapat
memberikan pelayanan dengan baik dan memberikan kenyamanan bagi pasien.

Pola Ketenagaan ICU RSUD Kota Baubau


No
Profesi Spesifikasi Jumlah Tenaga Keterangan
.
1. Kepala Instalasi S2 Spesialis Anestesiologi 1 PNS
2. Kepala Ruangan S1 1 PNS
3. Dokter Spesialis S2 Spesialis Penyakit Dalam 3 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis Bedah Umum 1 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis Anak 3 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis Syaraf 1 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis THT 1 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis Mata 1 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis Kulit 1 PNS
Dokter Spesialis S2 Spesialis Kandungan 3 PNS
4. Ketua Tim DIII 1 PNS
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

A. Program Orientasi ICU RSUD Kota Baubau


Sesuai dengan visi rumah sakit RSUD Kota Baubau, untuk memberikan pelayanan
prima maka Sumber Daya Manusia (SDM) di ruang ICU harus memiliki SDM
professional yang memiliki wawasan menyeluruh meliputi persoalan fisik dan
biopsikososial, spiritual, memiliki kemampuan pengelolaan jalan napas, resusitasi
jantung paru, terapi oksigen, pemantauan elektrokardiogram, pemberian nutrisi enteral
dan parenteral, pemeriksaan laboratorium khusus, pemakaian alat-alat untuk
menunjang pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan Ketentuan peningkatan SDM RSUD Kota Baubau, setiap pegawai
baru yang masuk akan menjalani masa orientasi guna mendukung pelayanan prima
yang berkesinambungan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk mengenalkan kondisi
lingkungan kerja beserta aturan-aturan yang harus ditaati sehingga pegawai yang baru
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Pelaksana Kegiatan Orientasi RSUD Kota Baubau dilakukan sebagai berikut :
1. Orientasi Umum
Diberikan oleh Bagian kepegawaian bekerja sama dengan seksi diklat membahas
tentang gambaran umum RSUD Kota Baubau termasuk visi, misi, tujuan, falsafah
dan struktur organisasi serta peraturan dan tata tertib yang berlaku di RSUD Kota
Baubau. Disamping itu, diberikan workshop dasar yang terdiri dari bantuan Hidup
Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), dan Patient Safety. Setelah itu dilakukan orientasi
langsung dilapangan untuk memperkenalkan gedung-gedung atau instalasi-
instalasi yang ada di RSUD Kota Baubau.
2. Orientasi Khusus
Dilakukan langsung di ruang perawatan sesuai dengan penempatan. Orientasi
khusus diberikan oleh kepala ruangan membahas tentang lingkungan dan pasien,
prosedur-prosedur yang berlaku diruang rawat, peralatan serta peraturan dan tata
tertib yang berlaku di ruangan tersebut.
3. Kegiatan Orientasi dilakukan melalui Metode berikut :
a. Penyampaian Meteri
b. Diskusi
c. Praktek lapangan
BAB X
PERTEMUAN (RAPAT)

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah


sakit sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dipengaruhi oleh mutu pelayanan
keperawatan. Pelayanan keperawatan dikatakan bermutu apabila pelayanan keperawatan
diberikan sesuai standar yang telah ditetapkan. Guna memonitor penyelenggaraan
pelayanan perawatan dan memastikan terjaminnya mutu pelayanan kesehatan, maka
dilakukan rangkaian pertemuan (rapat) dengan seluruh staf pegawai terkait.
Pelaksanaan pertemuan/rapat dilakukan sebagai berikut:
A. Sasaran
Intensive Care Unit RSUD Kota Baubau
B. Jadwal Pelaksanaan
1. Laporan sensus harian
2. Laporan bulanan
3. Laporan tahunan
Pertemuan/rapat Intensive Care UnitRSUD Kota Baubau terdiri dari :
1. Rapat Rutin
Rapat Rutin diselenggarakan pada :
a. Waktu : Jum’at ke tiga setiap bulan
b. Jam : 14.00 - selesai
c. Tempat : Aula Lantai 2 RSUD Kota Baubau
d. Peserta : Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Seksi Diklat, Kepala Instalasi
Rawat Inap, Kepala Ruangan, Staf
e. Materi :
1) Evaluasi masalah-masalah pelayanan
2) Evaluasi Kinerja staf
3) Evaluasi mutu pelayanan
4) Evaluasi keterlambatan pelayanan
5) Evaluasi KTD dan KLB
6) Pembahasan masalah / komplain pasien
7) Usulan - usulan
2. Rapat Insidentil
Rapat Insidentil diselenggarakan pada :
a. Waktu : Sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang perlu
dibahas segera.
b. Jam : Sesuai undangan
c. Tempat : Sesuai undangan
f. Peserta : Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Seksi Diklat, Kepala Instalasi
Rawat Inap, Kepala Ruangan, Staf
g. Materi : Sesuai dengan masalah yang perlu dibahas.
BAB XI
PELAPORAN

Laporan Intensive Care UnitRSUD Kota Baubau dibedakan atas laporan rutin dan
laporan insidentil.
A. Laporan Rutin
Laporan rutin adalah laporan yang dikerjakan secara rutin oleh Instalasi. Terdiri atas :
1. Laporan Harian, berisi tentang :
a. Jumlah pasien
b. Jumlah Pemeriksaan
c. Pasien kelas titipan
2. Laporan Bulanan, terdiri dari :
a. Laporan mutu Pelayanan Intensive Care Unit, berisi tentang :
1) Jumlah pasien
2) Jumlah pasien yg diinfus dan pasien dengan kejadian infeksi jarum infus
3) Jumlah pasien jatuh
4) Jumlah operasi bersih, kotor dan infeksi pasca operasi
5) Rekapitulasi tingkat pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupation Rate)
b. Sensus Harian
c. Laporan pemakaian darah
d. Laporan time motion / waktu pelayanan
3. Laporan Tahunan, berisi tentang
a. Laporan Pencapaian BOR
b. Laporan SDM/ tenaga
c. Laporan Mutu Pelayanan
B. Laporan Insidentil
Laporan mengenai Intensive Care UnitRSUD Kota Baubau umumnya yang segera
harus dilaporkan berkenaan dengan pelayanan dan kinerja.
PEMERINTAH KOTA BAUBAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl.Drs.H.La Ode Manarfa No. (0402)2825356,2825357 Fax. (0402)2825356
Email : Rsudbaubau@yahoo.com

PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT


RSUD KOTA BAUBAU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pada dasarnya penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, sehingga kualitas pelayanan Rumah Sakit diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit). Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau (RSUD Kota Baubau) merupakan
satu-satunya Rumah Sakit kepemilikan pemerintah kelas C di Kota Baubau dengan
status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Rumah Sakit ini menjadi pusat rujukan
bagi fasilitas kesehatan pemerintah lainnya maupun Rumah Sakit swasta yang ada di
Kota Baubau sehingga diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Pelayanan Intensive Care Unitmerupakan bagian intergral dari pelayanan yang
merawat semua kasus yang meliputi kasus Penyakit Dalam, kasus Bedah, kasus
Kebidanan dan Kandungan, dan kasus Anak. Pelayanan Intensive Care Unitdi RSUD
Kota Baubau meliputi kasus Penyakit Dalam, kasus Bedah, kasus Kebidanan dan
Kandungan, kasus Anak, kasus Mata, kasus THT, kasus Saraf, serta kasus Kulit dan
Kelamin. Dalam rangka mendukung visi dan misi Rumah Sakit, maka Intensive Care
Unitperlu menyusun program yang jelas dan matang. Hal tersebut terkait dengan
profesionalisme tenaga keperawatan yang merupakan tolak ukur dalam meningkatkan
produktifitas. Guna keperluan tersebut, maka pengelolaan khusus terkait mutu
profesional tenaga perawat dan bidan, mutu pelayanan dan sarana prasarana
pendukung pelayanan perlu direncanakan dengan baik.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tercapainya Instalasi Intensive Care Unitsebagai instalasi yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi kedokteran secara efektif dan efisien agar tercapai pelayanan kesehatan
yang optimal, serta dapat dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui standar ketenagaan di Instalasi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau
b. Mengetahui standar Fasilitas di Instalasi Intensive Care UnitRumah Sakit Umum
Daerah Kota Baubau
c. Mengetahui Tata Laksana pelayanan di Instalasi Intensive Care UnitRumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau
d. Mengetahui penyediaan logistik di Instalasi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau
e. Mengetahui Keselamatan pasien dalam pelayanan di Instalasi Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau
f. Mengetahui Keselamatan kerja dalam pelayanan di Instalasi Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau
g. Mengetahui pengendalian mutu pelayanan di Intensive Care UnitRumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Ruang Lingkup pelayanan Intensive Care Unityang berkaitan dengan profesi lainya
terdiri dari :
a. Staf Medis
b. Staf Perawat / Bidan
c. Staf Farmasi
d. Staf Rehabilitasi Medis
e. Staf Radiografer
f. Staf Laboran
g. Staf Gizi
2. Ruang lingkup unit kerja yang terkait pelayanan Instalasi Rawat Inap adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Care Unit
d. Instalasi Bedah Sentral
e. Instalasi Radiologi
f. Instalasi Laboratorium
g. Instalasi Rehabilitasi Medik
h. Instalasi Gizi
i. Instalasi Laundry
j. Instalasi CSSD
k. Intensive Care Unitterdiri dari :
1. Ruang Perawatan Penyakit Dalam
2. Ruang Perawatan Bedah
3. Ruang Perawatan Anak
4. Ruang Perawatan Kebidanan dan Penyakit Kandungan
5. Ruang Perawatan Mata, THT, Saraf, serta Kulit dan kelamin
6. Ruang Perawatan Isolasi
7. Ruang VIP

D. Batasan Operasional
Intensive Care UnitRumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau buka selama 24 jam non
stop yang menerima pasien dari Rawat Jalan dan IGD RSUD Kota Baubau. Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Baubau sebagai Rumah Sakit Rujukan Wilayah Kepulauan
Buton dan sekitarnya menerapkan keselamatan pasien yaitu :
1. Berperan serta dalam pemantapan mutu internal dan eksternal
2. Benar –benar menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit
3. Dibawah tanggung jawab Kepala Instalasi Intensive Care Unitdan Bidang
Keperawatan

E. LandasanHukum
Sebagai dasar dikeluarkanya keputusan ini adalah ketentuan dalam bidang
kesehatan terutama yang menyangkut hak pasien dan keluarga, serta kewajiban staf
rumah sakit yang terlibat dalam pelayanan pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien
sebagai berikut :
1. Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
6. PERMENKES No. 755 Tahun 2010 Tentang Komite Medik
7. PERMENKES No. 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
8. PERMENKES No. 25 Tahun 2014 Tentang Komite Keperawatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

No. Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga Keterangan


Kebutuha yang
n Ada

1 Kepala Instalasi Dokter Pelatihan 1 1 Cukup


Instalasi Rawat Spesialis Manajemen (Masih kuliah
Inap Patologi Klinik Instalasi spesialis)
Rawat Inap
2 Koordinator D III Analis Pelatihan 1 1 Cukup
Pelayanan Kesehatan Manajemen
Teknis Instalasi
3 Pelaksana D III Analis Pelatihan 10 10 Cukup
Analis Kesehatan Instalasi
Rawat Inap
4 Administrasi SMA/SMEA Pelatihan
Kimia Klinik 4 2 Kurang 2
administrasi

Total 16 14 Kurang 2

B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Intensive Care Unitmembawahi secara langsung koordinator pelayanan
keperawatan (kepala ruang perawatan) dan secara tidak langsung membawahi perawat
pelaksana.

C. Pengaturan Jaga 
Intensive Care UnitRSUD Kota Baubau dalam pengaturan jam dinas dibagi menjadi 3
shift dimana pada shift pagi dinas mulai Jam 07.00 WIB s/d jam 14.00 WIB, shift
siang/sore dinas mulai Jam 14.00 WIB s/d jam 21.00 WIB dan shift malam dinas mulai
21.00 WIB s/d jam 07.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Instalasi Intensive Care UnitRSUD Kota Baubau dibuat berdasarakan jenis
perawatan sehingga terdiri atas beberapa gedung sesuai dengan jenis perawatannya.
Unit Intensive Care Unitsebagai sarana pendukung dalam memberikan informasi
diagnostik dilengkapi dengan sarana prasarana alat medis yang canggih.
Kebutuhan air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Baubau di suplai secara kontinue untuk memastikan kecukupan kebutuhan air yang
digunakan.
Listrik di suplai dari PLN dengan sumber listrik yang stabil dan tegangan yang
konstan sehingga tidak ada giliran listrik terputus dengan dibantu UPS. Hal ini
diperlukan supaya pemeriksaan tidak terhenti mengingat Intensive Care UnitRSUD Kota
Baubau memberikan pelayanan 24 jam. Pemantauan kestabilan voltage secara
kontinue dilakukan agar alat-alat yang ada di Instalasi Rawat Inap dapat digunakan
dengan baik dan hasil yang dikeluarkan juga akurat.
1. Fasilitas Prasarana Penunjang
Fasilitas Prasarana untuk menunjang kegitan Instalasi Rawat Inap meliputi :
a. Perawatan Bedah
No
Nama Barang Ratio
.
Alat Kesehatan
1 Instrumen untuk perawatan luka 2
2 EKG 1
3 Suction pump 1
4 Tensi meter 2
5 Statescope 2
6 SpO2 1
7 Tromol 2
8 Kursi roda 1
9 Kasur decubitus 1
10 Tempat tidur pasien set 11
11 Bedsite cabinet 11
12 Over bed table 11
13 Troly untuk rawat luka 1
14 Timbangan berat badan 1
15 Stand infus 11
Alat Tenun / Linen
1 Seprei 33
2 Ferlak/penutup seprei 33
3 Sarung Bantal 33
4 Gorden
Mebelur
1 Lemari 4
2 Meja Biro 2
3 Kursi 6
ATK
1 Form assessment awal 1:1
2 Form catatan perkembangan pasien 1:1
3 Form catatan pengobatan 1:1
4 Form laboratorium 1:1
5 Form radiologi 1:1
6 Form konsul 1:1
7 Form transfer 1:1
8 Form plan of care 1:1
9 Form discharge Planing 1:1
10 Form laporan operasi 1:1
11 Form area penandaan 1:1
12 Form persetuan tindakan medis 1:1
13 Form persetujuan tindakan anastesi 1:1
14 Form ringkasan masuk dan keluar pasien 1:1
15 Buku register pasien 1
16 Buku expedisi 2
17 Buku folio 16
18 Kertas resep 5 blok
19 Form permintaaan darah 1:1
20 Form surat keterangan opname 1:1
21 Form grafik suhu 1:1
22 Form diabeteik 1:1
23 Spidol patent 2
24 Spidol board white 2
25 Spidol kecil merah 1
26 Spidol kecil biru 1
27 Stapler 1
28 Staples 1
29 Pelubang kertas 1
30 Map snelhecter 2 lusin

b. Ruang Bersalin
No
Nama Barang Ratio
.
Alat Kesehatan
1 Partus set 70 % x persalinan / hari
2 Hecting set 50 % x persalinan / hari
3 Perdarahan Partus set 30 % x persalinan / hari
4 Alat vacuum 1 set
5 Alat forceps 1 set
6 Alat kuret 2 set
7 Bengkok Sesuai kebutuhan
Alat Tenun / Linen
1 Gordyn 1:2
2 Sprei Besar 1:3
3 Sarung Bantal 1:3
4 Waslap 1:3
Mebelur
1 Kursi roda 1 – 2/ruangan
2 Meja pasien 1:1
3 Lampu sorot/lampu tindakan 1/ruangan
4 Tempat tidur pasien 1:1
5 Timbangan bayi 1/ruangan
6 Dopler 2
7 Chamber pot/pispot 1:1
8 Tempat sampah pasien 1:1
Tempat sampah besar tertutup (Tempat
9 4/ruangan
sampah infeksius)
ATK
1 Formulir medik lengkap 1:1
2 Formulir laboratorium lengkap 1:3
3 Buku register pasien 4/ruangan/tahun
4 Buku folio 4/ruangan/tahun
5 White board 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelaksanaan Penerimaan Pasien


1. Pasien tiba diruang perawatan diantar oleh petugas perawat/bidan poliklinik atau
perawat Instalasi Gawat Darurat.
2. Sampai diruang perawatan perawat melakukan verifikasi pasien (Nama, Tanggal
Lahir, Nomor Rekam Medik) sambil mencocokkan dengan status pasien dan gelang
pasien bila sudah terpasang .
3. Perawat melakukan asesmen keperawatan awal (berdasarkan usia/kelompok/ kasus
pasien)
4. Pasien yang berasal dari IGD atau Poliklinik maka perawat meneruskan asesmen /
pengkajian awal dari pengkajian fisik sampai dengan masalah keperawatan yang
timbul dan didokumentasikan disertai dengan tanda tangan dan nama lengkap
perawat yang mengkaji.
5. Perawat melakukan orientasi pada pasien dan keluarga tentang petugas yang akan
merawat, asuhan keperawatan dan kebidanan, waktu konsultasi dan visite dokter,
hak dan kewajiban, fasilitas ruangan, cuci tangan.
6. Dokter melakukan asesmen medis awal di lembar anamnese dan pemeriksaan fisik
oleh dokter yang terdiri dari :
a) Subyek : terdiri dari keluhan utama pasien, anamnesa
b) Objek : terdiri dari pemeriksaan fisik head to toe ,tanda tanda vital.
c) Assesman : diagnosis yang di dapatkan , diagnose banding bila ada
d) Planning : tindakan /pengobatan yang diberikan.
7. Perawat melakukan pengkajian sesuai dengan masalah pasien.
8. Tentukan diagnose pasien, buat rencana keperawatan / medis berdasarkan skala
a) Prioritas (mulai dari keadaan umum pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang)
b) Kolaborasikan dengan dokter spesialis lain atau yang merawat untuk tindakan
medis, pemberian terapi dan tindakan pelayanan selanjutnya atau kolaborasikan
dengan tim medis lain bila diperlukan.
9. Informasikan / berikan edukasi kepada keluarga / pasien untuk ikut dalam
pengambilan keputusan untuk pelayanan selanjutnya dan didokukmentasikan.
B. Pelaksanaan Orientasi Pasien
1. Pasien dilakukan orientasi pada saat masuk dalam ruang perawatan yang meliputi :
a. Perkenalan terhadap perawat jaga
b. Memperkenalkan Ruang perawatan yang ditempati pasien
c. Menjelaskan dokter penanggung jawab pelayanan ( DPJP) terhadap pasien
d. Menjelaskan cara penggunaaan peralatan seperti :
1) Cara operasional tempat tidur
2) Jam visite dokter
3) Jam berkunjung
4) Jam makan pasien
5) Jam tindakan rutin
6) Cara pemasangan gelang identitas
7) Tanda resiko jatuh
8) Cara operasional TV dan AC
9) Kamar mandi

C. Pelaksanaan Pemberian Asuhan Pasien


1. Melakukan asesmen pasien baik asesmen medis dan asesmen keperawatan atau
asesmen lainya sesuai kebutuhan
2. Melakukan penegakan diagnosa baik medis dan keperawatan atau kebidanan
3. Membauat NCP ( Nursing Care Plan)
4. Melaksanakan tindakan baik tindakan dependen atau independen
5. Melakukan evaluasi (SOAP)
6. Dan melakukan dokumentasi asuhan pada Rekam Medis pasien

D. Pelaksanaan Perawatan Pasien


1. Observasi kondisi pasien setiap shift atau sesuai kebutuhan
2. Pantau in take dan out put pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang kondisi maupun tindakan
yang akan dilakukan
4. Identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan
5. Komunikasi efektif melalui metode SBAR
6. Pengawasan penggunaan obat di ruangan
7. Pelaksanaan operasi sesuai prosedur
8. Mencegah infeksi nosokomial dengan cuci tangan sesuai standar WHO
9. Mencegah pasien jatuh
10. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan yang lain
E. Standar Prosedur Operasional
1. Penghisapan Lendir (Suction)
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Indikasi
3. Mencuci Tangan
4. Perawatan Kateter Urine
5. Mengukur Suhu
6. Menghitung Pernapasan
7. Pemberian Oksigen Melalui Simple Mask
8. Pemberian Oksigen Dengan Sungkup Rebreathing
9. Pemberian Oksigen Dengan Sungkup Non Rebreathing
10. Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
11. Posisi Semi Fowler
12. Teknis Relaksasi Napas Dalam
13. Resusitasi Jantung Paru (RJP) / BHD C-A-B
14. Teknik Batuk Efektif
15. Memasang Kateter
16. Melepas Kateter
17. Memasang Infus
18. Kompres
19. Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
20. Pemberian Obat Suntikan Subcutan
21. Pemberian Obat Melalui Suntikan Intravena
22. Pemberian Obat Suntikan Intramuskular
23. Pemberian Obat Suntikan Intracutan
24. Pemberian Obat Melalui Oral
25. Mengganti Alat Tenun Kotor Tanpa Pasien Di Atas Tempat Tidur
26. Menyiapkan Tempat Tidur dan Mengganti Alat Tenun Dengan Pasien Di Atas Tempat Tidur
27. Menerima Pasien Baru
28. Memindahkan Pasien
29. Pengkajian Keperawatan
30. Membuang Sampah Sesuai Indikasi
31. Pemberian Obat Topikal Tetes Hidung
32. Pemberian Obat Tetes Telinga
33. Pemasangan Verban Luka Pada Telinga
34. Perawat Luka Post Op Pada Telinga
35. Merawat Luka Post Op Pada Hidung
36. Irigasi Telinga
37. Irigasi Hidung
38. Memasang Selang NGT (Naso Gastrik Tube)
39. Pemberian Makan Lewat Selang Nasogastrik
40. Pemasangan Matras Dekubitus
41. Perawatan Luka Dekibitus
42. Pemasangan Popok
43. Merubah Posisi Baring
44. Membantu Pasien Duduk
45. Melatih ROM
46. Pemasangan Verban Luka Pada Mata
47. Mengukur Visus
48. Mengukur Tekanan Intra Okular
49. Perawatan Mata
50. Pemberian Obat Tetes Mata
51. Memberikan Informasi Dan Edukasi Pasien
52. Menilai Tanda-tanda Dehidrasi
53. Memfasilitasi Permintaan darah Untuk Pasien
54. Merujuk Pasien Atau Pindah Perawatan Ke Rumah Sakit Lain
55. Pemberian Transfusi Darah Atau Produk Darah
56. Pemberian Terapi Titrasi Bicnat Atau Obat KCL (Kalium Clorida)
57. Sterilisasi Peralatan
58. Menyiapkan Klien Untuk Punctie Pleura
59. Menjemput Pasien Dari Ruang ICU
60. Pengiriman Pasien Untuk Pemeriksaan Di Luar Rumah Sakit
61. Pemasangan Syringe Pump
62. Mengganti Verban
63. Melakukan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi Nosokomial
64. Menghitung Balance Cairan
65. Mendampingi Dokter Visite
66. Melakukan Kumbah Lambung
67. Pengelolaan Pasien Dengan Penyakit Menular
68. Memberikan Obat-Obat Emergency Dan Live Saving
69. Serah Terima Pasien Dari Poliklinik atau IGD Ke Rawat Inap
70. Mengoperasikan Perekaman Elektrokardiogram (EKG)
71. Pemantauan dan Pelaporan Hasil pemeriksaan Laboratorium
72. Melakukan Evaluasi Tindakan Keperawatan
73. Melakukan Pemantauan Hemodinamik
74. Melakukan Suction Melalui Mulut, Hidung dan Tracheostomi
75. Memindahkan Pasien Ke Ruangan Lain Di Rumah Sakit
76. Mempersiapkan Klien Operasi Tertentu
77. Membuat Resume Keperawatan
78. Pemakaian dan perawatan suction
79. Menggunakan nebulizer sederhana
80. Menyiapkan dan membantu melakukan pungsi pleura
81. Menyiapkan pemasangan WSD
82. Merawat pasien dengan WSD
83. Menyuapi pasien
84. Melepas infus
85. Mengukur cairan yang masuk dan keluar
86. Menimbang BB pasa orang dewasa
87. Menimbang BB pada anak
88. Mengukur tinggi badan
89. Menolong BAK pada dewasa
90. Menolong BAB pada dewasa
91. Menolong BAK pada anak
92. Menolong BAB pada anak
93. Merawat pasien dengan kolostomi
94. Pemasangan kateter menetap
95. Desinfektan
96. Manajemen linen
97. Memakai dan melepas sarung tangan
98. Pembersihan spill atau muntahan
99. Pemasangan shring pump
100. Pengambilan urine untuk pemeriksaan laboratorium
101. Pemasangan skin traksi
102. Melakukan skin test
103. Penanganan anafilatik syok pada pasien dewasa
104. Penanganan anafilatik syok pada pasien anak
105. Penanganan septik syok
106. Penanganan dengan hemorogik syok
107. Penanganan hipovolemik syok
108. Memandikan pasien di tempat tidur
109. Memandikan pasien dengan posisi duduk
110. Memelihara kebersihan vulva
111. Membantu pasien dari kursi roda atau sebaliknya
112. Memindahkan pasien patah tulang
113. Menolong pasien berjalan menuju kursi roda
114. Memiringkan pasien
115. Menyiapkan mental pasien pre operasi
116. Melakukan komunikasi terapeutik
117. Menyiapkan pasien keluar rumah sakit
118. Persiapan pasien pre operasi
119. Perawatan pasien post operasi
120. Menyiapkan pasien untuk tindakan pembedahan akut
121. Memberikan kompres dingin
122. Memberikan kompres hangat
123. Memberikan kompres buli-buli panas
124. Pemasangan neckolar
125. Pemberian obat melalui rektum
126. Mengangkat jahitan luka
127. Merawat luka yang memakai drainase
128. Merawat luka dekubitus
129. Perawatan luka bakar
130. Memberikan rendam duduk
131. Injeksi IV tidak langsung
132. Penanganan sampah medis dan non medis
133. Pendidikan pasien pre operasi
134. Pemasangan bidai
.BAB V
LOGISTIK

A. Pengertian
Manajemen Intensive Care Unitdan unit pelayanan lain yang terlibat dalam
penggunaan asesmen pasien merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan habis
pakai dan formulir-formulir pendukung terhadap kebutuhan asesmen pasien dan
barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit secara teratur dalam
kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat
dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya yang
rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akuntansi.

C. Syarat Manajemen Logistik


1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO (First In First Out).
2. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai).
3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan tetap terjamin.
5. Adanya sistem pencatatan.

D. Kegiatan Logistik Di Instalasi


Pemesanan bahan/barang bahan habis pakai secara periodik dan sesuai dengan
kebutuhan ruangan masing-masing.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah sistem yang sudah dijalankan dirumah sakit untuk
memberikan jaminan keselamatan paien sehingga kepercayaan pasien terhadap
pelayan Intensive Care Unitmeningkat. Keselamatan pasien termasuk asesmen resiko
cidera. Pelaporan setiap kali terjadi insiden dianalisis dan ditindak lanjuti dengan
implementasi yang dapat berulangnya kembali insiden tersebut sehingga dapat
meminimalkan resiko terhadap paien.

2. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh tindakan
pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak dilaksanakan.
Selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien.

3. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan
pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
b. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal potensial
bermasalah.
d. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien, standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.

4. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit.


a. Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
b. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2 tahun.
c. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
d. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
e. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
f. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
di atas.
g. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan
melakukan self assesment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit.
h. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
i. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.

5. Pengertian 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit


a. Ketepatan Identifikasi Pasien
1) Identifikasi pasien (Patient Identification) adalah prosedur pencatatan identitas
diri pasien yang masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau, termasuk
bayi yang baru lahir, yang dilakukan secara manual
2) Identifikasi pasien dewasa adalah pencatatan identifikasi diri pasien dan
pemberian tanda berupa gelang nama pada tangan yang memuat minimal :
nama pasien, nomor rekam medis dan tanggal lahir
3) Identifikasi bayi baru lahir adalah pencatatan identitas diri bayi dan pemberian
tanda berupa gelang nama pada tangan bayi yang memuat nama ibu bayi,
nomor rekam medis bayi dan tanggal lahir . Disertai cap kaki bayi kiri dan
kanan dan cap ibu jari tangan kanan dari ibu bayi pada lembar identifikasi bayi.
b. Peningkatan Komunikasi Efektif Antar Perawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Komunikasi verbal antar perawat dan staf yang terkait lainnya, yang mampu
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam
perawatan di rumah sakit melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan
c. Peningkatan Keamanan Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medication)
Obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikasi berisiko
membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang
tepat.
d. Kepastian Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Rumah sakit harus mempunyai metodologi identifikasi dan verifikasi pemberian
tanda pada lokasi operasi (Site Marking) berdasarkan diagnosis dan tepat pasien.
e. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Hand Hygiene)
1) Cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.
2) Cuci tangan antiseptik/prosedural adalah proses menghilangkan/mematikan
mikroorganisme transient.
3) Cuci tangan bedah adalah proses menghilangkan/mematikan mikroorganisme
transient dan mengurangi flora resident.
f. Pengurangan Risiko Pasien Cidera Akibat Jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau ke
tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istiharat maupun pada saat terbangun
yang disebabkan oleh berbagai kondisi penyakit stroke, epilepsi, kejang, penyakit
kronis lainnya atau karena terlalu banyak aktifitas atau akibat kelalaian perawat,
pemberian obat-obatan diuretik, laksatik, sedatif, psikotropik dan obat anti depresan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan Kerja
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah
sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori tersebut di atas, sehingga wajib
menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program kesehatan dan
keselamatan kerja bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 (dua) disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan
martabat manusia. Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan bagian
integral dari perlindungan terhadap pegawai dan perlindungan terhadap rumah sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas
pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit antara lain :
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
1) Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
2) Agar faktor-faktor produksi dapat digunakan secara tepat dan efisien.
3) Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan.
b. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1) Kondisi dan lingkungan kerja
2) Kesadaran dan kualitas pekerja
3) Peranan dan kualitas manajemen
c. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
1) Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2) Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
3) Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
4) Tidak tersedia alat-alat pengaman.
5) Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
d. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dan petugas kesehatan
1) Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
2) Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3) Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
e. Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan.
1) Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
2) Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
3) Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
instalasi perawatan intensif, ruang rawat anak, ruang bayi.
4) Semua petugas harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung
kaki (sandal/sepatu boot), sebelum masuk ruangan yang berpenyakit menular.
Termasuk harus mengenakan APD tersebut hal ini bertujuan untuk mengurangi
kontaminasi atau penularan
f. Prinsip keselamatan kerja karyawan dalam proses penyelenggaraan pelayanan
pasien
1) Pengendalian teknis mencakup
a) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan.
b) Perlengkapan alat kesehatan yang cukup disertai tempat penyimpanan
yang praktis.
c) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
d) Tersedianya ruang istirahat untuk karyawan.
2) Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
3) Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
karyawan.
4) Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
5) Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi
pemeliharaan sarana sesuai jadwal.
6) Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
7) Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
g. Prosedur keselamatan kerja
1) Keamanan kerja di ruang ini meliputi :
a) Menggunakan alat pembuka peti/bungkus menurut cara yang tepat.
b) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
c) Tidak diperkenankan merokok di ruang perawatan
d) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
e) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
f) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang.
g) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang perawatan

B. Keselamatan Kerja di Instalasi Instalasi Rawat Inap


Instalasi Rawat Inap harus memiliki pemahaman akan pentingnya keamanan kerja
di Instalasi Rawat Inap. Hal ini mutlak perlu diperhatikan karena mempunyai dampak
kesehatan langsung bagi petugas dan dampak tidak langsung terhadap
masyarakat/lingkungan disekitar Intensive Care Unit. Oleh karena itu pentingnya
mengurangi bahaya yang terjadi, Intensive Care Unitharus mempunyai sarana
keamanan kerja yang sesuai dengan Pedoman keamanan Intensive Care
Unitmikrobiologi dan biomedis yang sesuai dengan tandart DepKes RI.
C. Ruangan di Instalasi Rawat Inap
1. Seluruh ruangan dalam Instalasi Rawat Inap mudah dibersihkan
2. Permukaan meja kerja tidak tembus air, juga tahan asam, alkali, dan panas yang
sedang
3. Perabot yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat
4. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
5. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan Instalasi Rawat Inap
6. Penerangan Instalasi Rawat Inap sudah cukup memenuhi standar
7. Permukaan dinding, langit-langit dan lantai harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desifektan.
8. Tempat sampah dilengkapi dengan kantong (untuk infeksius berwarna kuning,
sedangkan non infeksius berwarna hitam)
9. Tempat sampah dipisahkan antara sampah infeksius dan non infeksius

D. Koridor, gang dan lantai


1. Lantai Instalasi Rawat Inap harus bersih, kering dan tidak licin
2. Koridor dan gang harus bebas dari halangan
3. Penerangan dikoridor dan gang cukup

E. Sistem Ventilasi
Ventilasi Instalasi Rawat Inap harus cukup

F. Fasilitas Air dan Listrik


1. Tersedianya aliran listrik dan generator dengan kapasitas yang memadai
2. Tersedianya fasilitas air PAM dengan kualitas air yang memadai sesuai dengan
kebutuhan Instalasi Rawat Inap

G. Peralatan keamanan kerja Instalasi Rawat Inap


Peralatan keamanan kerja Instalasi Rawat Inap meliputi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)

H. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kegiatan Intensive Care Unitdiperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan
Instalasi Rawat Inap.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bentuk-Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian


Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang /alat habis pakai atau alat kesehatan
1. Bon pemesanan barang/alat habis pakai
2. Pencatatan pemesanan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan diterima
oleh bagian umum untuk di verifikasi dan diserahkan ke bagian pengadaan.
3. Pencatatan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum terealisasi
b. Pencatatan dan Pelaporan Tentang pelayanan pasien
1. Dokumen rekam medis pasien.
2. Buku laporan kegiatan harian.
c. Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan di Unit pelayanan
1. Membuat inventaris peralatan di unit pelayanan
2. Dilaporkan kepada atasan langsung ( Kepala Ruangan)
d. Langkah-langkah Dalam Proses Pengendalian
Empat langkah dasar yang harus dilakukan :
1. Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu:
a. Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta
jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolok ukur).
b. Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang
diwujudkan dalam ukuran bentuk.
c. Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang
digunakan untuk mengukur biaya lain.
d. Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-
hari dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
2. Melatih tenaga keperawatan untuk memahami dan melaksanakan standar-
standar yang telah ditetapkan.
3. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar
dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya.
4. Menetapkan tindakan perbaikan/ koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data
kegiatan terdahulu.

B. Sistem Pengendalian Efektif


Sistem pengendalian efektif meliputi :
1. Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung kepada
atasan langsung.
2. Terfokus pada titik strategis, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-
orang yang dikendalikan.
3. Objektif dan menyeluruh, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang
yang dikendalikan.
4. Fleksibel, sistem harus dibuat mudah, sehingga mudah diterapkan.
5. Secara ekonomi realistis, untung rugi pengendalian harus diperhitungkan secara
realistis.
6. Secara organisasi harus realistis, jika sistem tidak realistis (standar yang ditetapkan
terlalu tinggi), maka bawahan cenderung membuat laporan bias.
7. Akurat/tepat yaitu informasi yang dihasilkan oleh sistem harus benar.
8. Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu tertentu, sehingga dapat
dilakukan koreksi bila diperlukan.
9. Sistem harus dapat diterima oleh semua pegawai.

C. Indikator Keberhasilan Pelayanan


1. Terselenggaranya pelaksanaann indicator mutu klinis (IMK) di unit pelayanan
meliputi :
a. Perawatan Bedah, Perawatan Penyakit Dalam, Perawatan Anak, Perawatan
Mata, THT, Saraf, Kulit dan Kelamin :
1) Pengkajian awal keperawatan pasien baru dalam 24 jam
2) Pengkajian awal medis pasien baru dalam 24 jam
3) Pre visite anestesia
4) Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi
5) Kejadian reaksi tranfusi
6) Kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri ( APS )
7) Waktu tunggu operasi elektif
8) Angka ketidaktepatan identifikasi pasien
9) Kejadian dekubitus selama masa perawatan
10) Angka kejadian pasien jatuh
b. Pelayanan obstetri
1) Pengkajian awal keperawatan pasien baru dalam 24 jam
2) Pengkajian awal medis pasien baru dalam 24 jam
3) Pre visite anestesia
4) Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi
5) Kejadian reaksi tranfusi
6) Kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri ( APS )
7) Waktu tunggu operasi elektif
8) Angka ketidaktepatan identifikasi pasien
9) Kejadian dekubitus selama masa perawatan
10) Angka kejadian pasien jatuh
11) Angka kematian ibu karena eklampsi
12) Angka kematian ibu karena perdarahan
13) Angka kematian ibu karena sepsis
14) Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir selama masa rawat inap

2. Pengukuran indikator dan definisi operasional yang dilakukan :

a. Asesmen awal keperawatan pasien baru dalam 24 jam


Judul Assesmen awal keperawatan pasien baru dalam 24 jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisien
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi asuhan
keperawatan
Definisi Operasional Terlaksanananya pengisian proses asuhan keperawatan
pasien mulai pengkajian dan pendokumentasian
dilakukan dalam waktu 1x24 jam
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah asesmen asuhan keperawatan pasien yang
terisi lengkap dalam waktu 1x24 jam dalam satu bulan
Denominator Total pasien yang dirawat dalam waktu 1x24 jam dalam
satu bulan
Sumber Data Rekam Medik Intensive Care Unit
Standar 100 %
Penanggung jawab Rekam Medik
Pengumpulan data

b. Asesmen awal medis pasien baru dalam 24 jam


Judul Assesmen awal medis pasien baru dalam 24 jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisien
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi asuhan medis
pasien
Definisi Operasional Terlaksanananya pengisian proses asuhan medis
pasien mulai pengkajian dan pendokumentasian
dilakukan dalam waktu 1x24 jam
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah asesmen asuhan medis pasien yang terisi
lengkap dalam waktu 1x24 jam dalam satu bulan
Denominator Total pasien yang dirawat dalam waktu 1x24 jam dalam
satu bulan
Sumber Data Rekam Medik Intensive Care Unit
Standar 100 %
Penanggung jawab Rekam Medik
Pengumpulan data

c. Pre visite anesthesia


Judul Pre visite anesthesia
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisien
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi asuhan
anestesia pasien yang akan dilakukan operasi
Definisi Operasional Terlaksanananya kegiatan visite pasien yang akan
dilakukan pre operasi
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah pasien yang dilakukan pre visite sebelum
dilakukan pembedahan/operasi dalam satu bulan
Denominator Total pasien yang dilakukan pembedahan/operasi dalam
satu bulan
Sumber Data Rekam Medik Intensive Care Unit
Standar 100 %
Penanggung jawab Rekam Medik
Pengumpulan data

d. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi


Judul Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Terpenuhinya kebutuhan darah bagi pasien
Definisi Operasional Jumlah permintaan kebutuhan darah yang dapat
dipenuhi di setiap pelayanan
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah permintaan kebutuhan darah yang dapat
dipenuhi dalam 1 bulan x 100%
Denominator Total seluruh permintaan darah dalam 1 bulan
Sumber Data IRNA
Standar 100%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

e. Kejadian reaksi tranfusi


Judul Kejadian reaksi tranfusi
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Reaksi dapat diketahui sedini mungkin
Definisi Operasional Jumlah kejadian reakis tranfusi di setiap pelayanan
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah reaksi tranfusi dalam 1 bulan x 100%
Denominator Total seluruh pasien yang mendapat tranfusi dalam 1
bulan
Sumber Data IRNA
Standar ≤ 0,01 %
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

f. Kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri ( APS )


Judul Kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri (APS)
Dimensi mutu Menghindari pasien pulang paksa
Tujuan Tidak ada pasien pulang atas permintaan sendiri

Definisi operasional Jumlah pasien pulang paksa dalam 1 bulan


Frekuensi pengumpulan data Setiap bulan
Periode analisis Tiga bulan
Numerator Jumlah pasien pulang paksa atas permintaan sendiri
dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam 1 bulan
Sumber data IRNA
Standar ≤5%
Penanggung jawab IRNA
g. Waktu tunggu operasi elektif
Judul Waktu tunggu operasi elektif
Dimensi Mutu Efektif dan kenyamanan bagi pasien
Tujuan Operasi dapat dilakukan tepat waktu
Definisi Operasional Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang
terencana dari seluruh pasien yang dioperasi dalam 1
bulan
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang
terencana dari seluruh pasien yang dioperasi dalam 1
bulan
Denominator Jumlah pasien yang operasi dalam 1 bulan
Sumber Data IRNA
Standar ≤ 2 hari
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

h. Angka ketidaktepatan identifikasi pasien


Judul Angka ketidaktepatan identifikasi pasien

Dimensi Mutu Keselamatan bagi pasien


Tujuan Identifikasi pasien dilakukan dengan tepat
Definisi Operasional Jumlah salah identifikasi dalam pelayanan kesehatan
dan prosedur tindakan selama dalam perawatan
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah salah identifikasi dalam pelayanan kesehatan
dan prosedur tindakan selama dalam perawatan
Denominator Total pasien yang dilakukan idientifikasi pada proses
pelaynan kesehatan selama periode waktu tertentu
setiap bulan
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

i. Kejadian dekubitus selama masa perawatan


Judul Kejadian dekubitus selama masa perawatan
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Tidak terjadi dekubitus selama masa perawatan
Definisi Operasional Jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama
periode waktu tertentu
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama
periode waktu tertentu
Denominator Jumlah pasien yang mempunyai resiko dekubitus
selama periode tertentu
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data
j. Angka kejadian pasien jatuh
Judul Angka Kejadian pasien jatuh
Dimensi Mutu Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan Tidak ada kejadian pasien jatuh selama dalam
perawatan
Definisi Operasional Jatuhnya pasien di unit pelayanan perawatan pada
saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang tidak
disebabkan oleh serangan strok, epilepsy, bahaya
karena banyak aktifitas
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Total / jumlah pasien jatuh yang dirawat di unit
perawatan selama waktu tertentu setiap bulan
Denominator Total atau jumlah pasien yang beresiko jatuh ( factor
intrinsic dan ekstrinsik ) yang dirawat selama periode
waktu tertentu setiap bulan
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

k. Angka kematian ibu karena eklampsi


Judul Angka kematian ibu karena eklampsi
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Tidak terjadi kematian pada ibu dengan eklamsi
Definisi Operasional Terjadinya kematian ibu dengan eklamsi selama masa
perawatan
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah ibu yang meninggal karena eklampsia setiap
bulan
Denominator Total ibu dengan eklampsia pada bulan tersebut
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data
l. Angka kematian ibu karena perdarahan
Judul Angka kematian ibu karena perdarahan
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Tidak terjadi kematian pada ibu dengan perdarahan
Definisi Operasional Terjadinya kematian pada ibu bersalin karena
perdarahan dalam waktu tertentu
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah ibu bersalin yang meninggal karena
perdarahan dalam satu bulan
Denominator Total ibu bersalin yang mengalami perdarahan pada
bulan tersebut
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

m. Angka kematian ibu karena sepsis


Judul Angka kematian ibu karena sepsis
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Tidak terjadi kematian pada ibu melahirkan karena
sepsis
Definisi Operasional Kematian ibu melahirkan karena sepsis dalam
periode tertentu
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah ibu melahirkan yang meninggal karena
sepsis dalam satu bulan
Denominator Total ibu melahirkan dengan sepsis pada bulan
tersebut
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data

n. Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir selama masa rawat inap
Judul Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir
selama masa rawat inap
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Tercapainya pemberian asi eksklusif pada bayi baru
lahir selama masa rawat inap
Definisi Operasional Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir
selama masa rawat inap
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah kematian BBLR < dari 2500 gram dalam
satu bulan
Denominator Jumlah seluruh BBLR < dari 2500 gram dalam satu
bulan
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data
BAB IX
PENUTUP

Penyusunan Pedoman Pelayanan Intensive Care Unitdi Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Baubau ini diharapkan :
1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait
2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang terkait,
pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan demi terwujudnya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau sesuai dengan
visi dan misi serta untuk mewujudkan Program Peningkatan Mutu Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Baubau.

Ditetapkan di : Baubau
Pada tanggal : 05 Januari 2018
Intensive Care Unit
Kepala,

dr. H. Abdul Syukur, Sp. An


Nip.

Anda mungkin juga menyukai