Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan, peran

keluarga dan teman sebaya terhadap tindakan pencegahan penggunaan narkoba

pada remaja di SMA YLPI tahun 2016 dimulai dari bulan Januari-Maret 2016,

dengan sampel sebanyak 70 orang siswa didapatkan hasil dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

1. Analisa univariat

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan, Peran Keluarga Dan


Teman Sebaya Terhadap Tindakan Pencegahan Penggunaan Narkoba
Pada Remaja di SMA YLPI Tahun 2016

No Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


1. Pencegahan Tidak Melakukan 10 14,3
penggunaan Melakukan 60 85,7
narkoba
Total 70 100%
2. Pengetahuan Kurang 6 8.6
Baik 64 91.4
Total 70 100%
3. Peran keluarga Tidak Berperan 20 28.6
Berperan 50 71.4
Total 70 100%
4. Teman sebaya Tidak berpengaruh 15 21.4
Berpengaruh 55 78.6
Total 70 100%
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa dstribusi frekuensi

data penelitian menunjukkan mayoritas yang melakukan pencegahan

penggunaan narkoba yaitu sebanyak 60 orang (85,7 %), mayoritas pengetahuan


yang baik sebanyak 64 orang (91,4%), mayoritas peran keluarga yang berperan

sebanyak 50 orang (71,4%), dan mayoritas teman sebaya yang berpengaruh 55

orang (78,6%).

2. Analisa Bivariat
A. Hubungan Pengetahuan Terhadap Tindakan Pencegahan
Penggunaan Narkoba Pada Remaja

Berdasarkan pembagian angket yang dilakukan di SMA YLPI

Pekanbaru tahun 2016 maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3
Hubungan Pengetahuan Terhadap Pencegahan Penggunaan Narkoba
Pada Remaja di SMA YLPI Pekanbaru
Tahun 2016

Pengetahuan
Tindakan p. OR CI
No. Kurang Baik
Pencegahan Total Value 95%
N % N %
1. Tidak 8,143( 1,
3 50 7 10,9 10
Melakukan 370-
0,045 48,405)
2. Melakukan 3 50 57 89,1 60
Jumlah 6 100 64 100 70

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat hasil analisa hubungan

pengetahuan terhadap tindakan pencegahan narkoba dengan 70 responden.

Pengetahuan yang baik dengan melakukan pencegahan tindakan sebanyak

57 orang (89,1%), sedangkan pengetahuan yang baik dengan tidak

melakukan pencegahan sebanyak 7 orang (10,9%). Hasil uji statistik Chi-

Square pada alpha = 0,05 didapatkan nilai p = 0,045 berarti terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan narkoba.

Dengan nilai OR CI 95% = 8,143( 1,370-48,405), artinya bahwa peran


kelurarga memiliki 8 kali peluang terjadinya tindakan pencegahan narkoba

pada remaja di SMA YLPI Pekanbaru.

B. Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Pencegahan Tindakan


Narkoba Pada Remaja
Berdasarkan penyebaran angket yang dilakukan kepada remaja

SMA YLPI Pekanbaru, maka di peroleh data sebagai berikut:

Tabel 4
Hubungan Pengetahuan Terhadap Pencegahan Penggunaan Narkoba
Pada Remaja di SMA YLPI Pekanbaru
Tahun 2016

Peran Keluarga
Tindakan Tidak p. OR CI
No. Berperan
Pencegahan Berperan Total Value 95%
N % N %
1. Tidak 5,445
10 47,6 0 0 10
Melakukan (3,198-
0,000 9,034)
2. Melakukan 11 52,4 49 100 60
Jumlah 21 100 49 100 70

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat hasil analisa hubungan peran

keluarga terhadap tindakan pencegahan narkoba dengan 70 responden.

Peran kelaurga yang berperan dengan melakukan pencegahan sebanyak

49 orang (100%), sedangkan peran keluarga yang tidak berperan dengan

melakukan tindakan pencegahan sebanyak 11 orang (52,4%). Hasil uji

statistik Chi-Square pada alpha = 0,05 didapatkan nilai p = 0,000 berarti

terdapat hubungan antara peran keluarga dengan tindakan pencegahan

narkoba. Dengan nilai OR CI 95% = 5,445 (3,198-9,034), artinya bahwa

peran kelurarga memiliki 5 kali peluang terjadinya tindakan pencegahan

narkoba pada remaja di SMA YLPI Pekanbaru.


C. Hubungan Teman Sebya Terhadap Tindakan Pencegahan Narkoba
Pada Remaja
Berdasarkan penyebaran angket yang dilakukan kepada remaja

SMA YLPI Pekanbaru, maka di peroleh data sebagai berikut:

Tabel 5
Hubungan Pengetahuan Terhadap Pencegahan Penggunaan Narkoba
Pada Remaja di SMA YLPI Pekanbaru
Tahun 2016

Teman Sebaya
Tindakan Tidak p. OR CI
No. Berpengaruh
Pencegahan Berpengaruh Total Value 95%
N % N %
1. Tidak 8,500
6 40 4 7,3 10
Melakukan (1,994-
0,005 36,240)
2. Melakukan 9 60 51 92,7 60
Jumlah 15 100 55 100 70

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat hasil analisa hubungan peran

keluarga terhadap tindakan pencegahan narkoba dengan 70 responden.

Teman sebaya yang berpengaruh dengan melakukan pencegahan sebanyak

51 orang (92,7%), sedangkan teman sebaya yang tidak berpengaruh

dengan tidak melakukan pencegahan sebanyak 9 orang (60%). Hasil uji

statistik Chi-Square pada alpha = 0,05 didapatkan nilai p = 0,005 berarti

terdapat hubungan antara teman sebaya dengan tindakan pencegahan

narkoba. Dengan nilai OR CI 95% = 8,500 (1,994- 36,240), artinya bahwa

teman sebaya memiliki 8 kali peluang terjadinya tindakan pencegahan

narkoba pada remaja di SMA YLPI Pekanbaru.


B. PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Narkoba Pada

Remaja

Hasil penelitian P Value 0,045 < α (0,05) dan nilai Odds Ratio (OR) =

8,143( 1,370-48,405), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penggunaan

narkoba pada remaja SMA YLPI Tahun 2016. Hal ini sejalan dengaan teori

Sokidjo Notoatmodjo (2007). Yang mengatakan bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan pengetahuan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan

manusia diperolah melalui mata dan telinga dan didapatkan melalui

lingkungannya.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prisaria (2012) tentang Hubungan Pengetahuan Dan Lingkungan Sosial

Terhadap Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada Siswa SMA

Negeri 1 Jepara. Dimana didapatkan hasil p value 0,001. Yang berarti bahwa

adanya hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan narkoba.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, siswa remaja di SMA

YLPI memiliki pengetahuan yang tinggi. Dimana pengetahuan tersebut rata-

rata mereka peroleh dari brosur.


2. Hubungan Peran Keluarga Dengan Tindakan Pencegahan Narkoba

Pada Remaja

Hasil penelitian P Value 0,000 < α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan antara peran keluarga terhadap pencegahan tindakan

narkoba pada remaja. Hal ini sejalan dengan teori Sugeng (2010) Jika

hubungan dengan keluarga kurang harmonis (broken home) maka seseorang

akan mudah merasa putus asa dan frustasi. Akibat lebih jauh, orang akhirnya

mencari kompensasi diluar rumah dengan menjadi konsumen narkoba.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku antar pribadi, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari

keluarga, kelompok masyarakat (BKKBN, 2012).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mahasri (2014) tentang Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua Dengan

Risiko Penyalahgunaan Napza Pada Remaja. Hasil penelitian menunjukkan

ada hubungan negatif antara kelekatan ayah-anak dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA sebesar -0,209 dengan signifikansi p=0,000

(p<0,05). Artinya semakin tinggi kelekatan ayah-anak, maka semakin rendah

risiko penyalahgunaan NAPZA, begitu pula sebaliknya. Terdapat hubungan

negatif antara kelekatan ibu-anak dengan risiko penyalahgunaan NAPZA

sebesar -0,316 dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05). Artinya semakin tinggi

kelekatan ibu-anak, maka semakin rendah risiko penyalahgunaan NAPZA,

begitu pula sebaliknya.


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa remaja YLPI

Pekanbaru tahun 2016 bahwa rata-rata siswa remaja SMA YLPI memiliki

keluarga yang harmonis dan memiliki dukungan keuarga yang positif.

3. Hubungan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Pencegahan Penggunaan

Narkoba Pada Remaja

Hasil penelitian p value 0,005 < α (0,05), hal ini menunjukan bahwa

ada hubungan antara teman sebaya dengan tindakan pencegahan penggunaan

narkoba pada remaja. Hal ini sesuai dengan teori ( Safaria, 2007) bahwa

remaja ingin diterima oleh lingkungan sebayanya. Apalagi masa remaja

merupakan masa dimana orientasi sosialnya banyak terpusat di lingkungan

sebaya. Mereka ingin diakui oleh lingkungan sebayanya dan memiliki

pengaruh dikalangan sebaya. Untuk bisa diterima oleh lingkungannya remaja

kemudian melakukan apa yang dianggap hebat oleh lingkungan sebayanya.

Pengaruh negatif kelompok sebaya ini bisa menjerumuskan remaja pada

penyalahgunaan napza.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prisiara (2012) tentang Hubungan Pengetahuan Dan Lingkungan Sosial

Terhadap Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada Siswa Sma

Negeri 1 Jepara. Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan

kolmogorov-smirnov (sampel>30) didapatkan hasil bahwa variabel pengaruh

teman sebaya dan tindakan keduanya tidak berdistribusi normal (p<0,05),

maka uji hubungan yang digunakan adalan dengan uji korelasi rank

spearman. Hasil uji menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif antara
pengaruh lingkungan social/teman sebaya terhadap tindakan pencegahan

NAPZA (p=0,028 ; r=0,226).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa siswa remaja YLPI

Pekanbaru tahun 2016 memiliki teman sebaya yang sangat berpengaruh

dalam kesehariannya baik dalam hal yang negatif atupun dalam hal yang

positif.
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja SMA YLPI

tentang Hubungan Pengetahuan, peran keluarga, dan teman sebaya terhadap

pencegahan tindakan narkoba SMA YLPI Pekanbaru tahun 2016, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan

pencegahan narkoba pada siswa remaja SMA YLPI Pekanbaru tahun 2016.

Semkin baik pengetahuannya, maka akan semakin baik tindakan

pencegahan narkobanya.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan tindakan

pencegahan narkoba pada siswa remaja SMA YLPI Pekanbaru 2016.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara teman sebaya dengan tindakan

pencegahan narkoba pada siswa remja SMA YLPI Pekanbaru, dengan p

value (0,005).

B. Saran

1. Bagi Remaja

Remaja dalam perkembangannnya wajib untuk mengemban tugas tugas

perkembangan remaja diantaranya remaja mampu menerima keadaan

dirinya, memehami peran seks/jenis kelamin, mengembangkan sifat

kemandirian, tanggung jawab pribadi dan sosial, menginternalisasikan


nilai-nilai moral dan merencanakan masa depan dengan hidup sehat

terhindar dari narkoba yang bisa merusak moral bangsa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. SMA YLPI Pekanbaru

Diharapkan pihak institusi memahami dan menyadari akan kemampuan

intelektual peserta didik yang wajib di pupuk dan dikembangkan agar

potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan

masing-masing khususnya menyangkut kesehatan dalam hal ini

penyalahgunaan narkoba dengan menetapkan konsep dasar Narkoba

kedalam salah satu kurikulum untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran

guna mencegah meluasnya penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja

khususnya siswa SMA YLPI Pekanbaru.

b. Stikes Hangtuah Pekanbaru

Sekolah tinggi ilmu kesehatan STIKES Hangtuah merupakan salah satu

wadah pendidikan dalam bidang kesehatan sehingga diharapkan kiranya

mampu berkontribusi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba

yang sekarang ini menjadi salah satu yang bisa merusak, bahkan

mematikan bagi umat manusia diseluruh dunia khususnya pada usia

remaja.

Anda mungkin juga menyukai