Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN

RABIES PADA PEMILIK ANJING DI KELURAHAN BAHU KECAMATAN


MALALAYANG KOTA MANADO TAHUN 2016
Julianti Jeanette Sabono*, Jootje M. L. Umboh*, Billy J. Kepel**

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado


**Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
WHO tahun 2016 melaporkan terdapat sekitar lebih dari 60.000 orang meninggal akibat rabies setiap
tahunnya. Tahun 2015 dilaporkan terdapat 3 kasus kematian rabies di Kota Manado, dan salah satunya di
Kelurahan Bahu. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
tindakan pencegahan rabies pada pemilik anjing di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado.
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, di
Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado pada bulan Mei-Juli 2016. Populasi adalah seluruh
kepala keluarga pemilik anjing yaitu sebanyak 135 kepala keluarga, sedangkan sampel adalah total
populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian ini
menggunakan uji Chi Square pada 95% CI dan alpha (α) 0,05.
Hasil Uji chi square menunjukan pengetahuan berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies (p =
0,000), sikap berhubungan dengan tindakan rabies (p= 0,000), dukungan petugas kesehatan berhubungan
dengan tindakan pencegahan rabies (p = 0,000), sedangkan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan
tindakan pencegahan rabies (p = 0.057).
Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan petugas
kesehatan dengan tindakan pencegahan rabies, namun tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tindakan pencegahan rabies.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan
Rabies

ABSTRACT
In 2016, WHO was reported about more than 60,000 people died cause rabies each year. In 2015, there were
3 death cases of rabies, that has been reported in the city of Manado, and one of them in Bahu District. The
purpose of this study was to analyze relationship factors with rabies precaution on dog’s owners in Bahu
District of Malalayang Subdistrict in Manado City.
This type of research was analytic survey with cross sectional study approach, in Bahu District of
Malalayang Subdistrict in Manado City from May until July in 2016. The population is all family heads
dog’s owners as many as 135 heads of households, while the sample is total population. Data was collected
through interviews with used a questionnaire. This study had used Chi Square test at 95% confidence
interval (CI) and alpha (α) 0.05.
The results of Chi square test showed that knowledge related with rabies precaution (p = 0.000), attitude
related with rabies precaution (p = 0.000), health workers support related with rabies precaution (p =
0.000), while the level of education is not related with rabies precaution (p = 0057).
The conclusion, there is a significant relationship between knowledge, attitude, and health workers support
with rabies precaution, but there is not relationship between the level of education and rabies precaution.

Keyword : Knowledge, Attitude, Level of Education, Health Workers Support, Rabies Precaution
PENDAHULUAN Salah satu kelurahan yang berada di
Rabies marupakan penyakit yang wilayah kerja Puskesmas Bahu adalah
mengancam dunia. Terdapat lebih dari Kelurahan Bahu. Kelurahan Bahu merupakan
60.000 orang meninggal akibat rabies setiap kelurahan dengan angka GHPR tertinggi
tahunnya (WHO, 2016a). Selain tingginya sebanyak 9 kasus, 7 kasus yang mendapat
kasus kematian, jumlah orang yang VAR, serta 1 kasus Lyssa pada tahun 2015
menerima vaksin anti rabies telah mencapai (Puskesmas Bahu, 2016).
lebih dari 15 juta orang setiap tahunnya Pada penelitan sebelumnya,
hingga tahun 2016. (WHO, 2016b). Purnawan dan Kardiwinata (2013)
Situasi rabies menurut Profil menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
Kesehatan Indonesia tahun 2014, terdapat signifikan antara pengetahuan dengan
42.958 kasus gigitan hewan penular rabies tindakan pencegahan rabies. Hasil penelitian
(GHPR), dengan 34.095 kasus yang tersebut didukung juga oleh Tahulending
mendapat vaksin anti rabies (VAR), serta 81 (2014) bahwa terdapat hubungan yang
kasus kematian/ Lyssa. Provinsi Bali bermakna antara pengetahuan, sikap, dan
merupakan provinsi dengan kasus GHPR peran petugas kesehatan dengan tindakan
tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 21.161 pencegahan rabies di Kelurahan Aertembaga
kasus dengan 1 kasus Lyssa, diikuti Nusa Kota Bitung. Selain itu, Marpaung (2009)
Tenggara Timur pada urutan ke dua sebanyak menyatakan tingkat pendidikan pemilik
5.340 kasus, dan pada urutan ke 3 adalah anjing juga merupakkan salah satu faktor
Sulawesi Utara dengan 3.601 kasus GHPR yang berhubungan dengan pemeliharaan
dan 22 kasus Lyssa (Ditjen PP dan PL, dalam anjing dalam upaya mencegah rabies di
Kemenkes RI, 2015). Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.
Jumlah Kasus gigitan di Provinsi Berdasarkan situasi rabies baik di
Sulawesi Utara tahun 2015 sebanyak 3.324 Dunia, Indonesia, Sulawesi Utara, maupun
kasus, dengan 1.659 kasus yang mendapat Kelurahan Bahu maka penulis tertarik untuk
vaksin anti rabies, serta 28 kasus kematian melakukan penelitian tentang faktor-faktor
atau Lyssa. Kota Manado menempati urutan yang berhubungan dengan tindakan
ke empat tertinggi setelah Kabupaten pencegahan rabies pada pemilik anjing di
Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Selatan untuk kasus GHPR di Sulawesi Utara Manado Tahun 2015.
yaitu sebanyak 372 kasus, dengan 119 kasus
yang menerima VAR di tahun 2015. Khusus METODE PENELITIAN
untuk kasus Lyssa, Kota Manado berada pada Jenis penelitian yang digunakan adalah
urutan ke tiga tertinggi dengan 3 kasus pada penelitian survei analitik dengan rancangan
tahun 2015 yang terjadi di wilayah kerja penelitian Cross Sectional yang dilaksanakan
Puskesmas Bahu (Dinkes Prov. Sulut, 2016). di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
Kota Manado pada bulan Mei-Juli 2016. Pengumulan data dilakukan menggunakan
Populasi adalah semua kepala keluarga kuesioner dengan teknik wawancara. Uji
pemilik anjing yang bertempat tinggal di statistik yang digunakan dalam analisis
Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang bivariat adalah chi square Square pada 95%
Kota Manado dengan total 135 KK. Sampel CI dan alpha (α) 0,05.
penelitian ini adalah total populasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies
Faktor yang Tindakan Pencegahan Total
p-value
berhubungan Kurang % Baik % n %
PengetahuanKurang 30 71,4 12 28,6 42 100,0
Baik 33 35,5 60 64,5 93 100,0 0,000
Total 63 46,7 72 53,3 135 100,0
Sikap Negatif 37 75,5 12 24,5 49 100,0
Positif 26 30,2 60 69,8 86 100,0 0,000
Total 63 46,7 72 53,3 135 100,0
Tingkat Rendah 49 52.7 44 47.3 93 100,0
Pendidikan Tinggi 14 33,3 28 66,7 42 100,0 0,057
Total 63 46,7 72 53,3 135 100,0
Dukungan Kurang 42 62,7 25 37,3 67 100,0
Petugas Baik 21 30,9 47 69,1 68 100,0 0,000
Kesehatan Total 63 46,7 72 53,3 135 100,0
Hubungan antara pengetahuan dengan pengetahuan dengan tindakan pencegahan
tindakan pencegahan rabies rabies pada pemilik anjing di Kelurahan
Tabel 1 menunjukan jumlah responden yang Bahu Kecamatan Malayang Kota Manado
berpengetahuan kurang dengan tindakan Tahun 2016.
kurang sebanyak 30 responden (71.4%) dan Hal tersebut sesuai dengan hasil
jumlah responden yang memiliki penelitian Purnawan dan Kardiwinata (2013)
pengetahuan kurang dengan tindakan baik yang menunjukan adanya hubungan yang
sebanyak 12 orang (28.6%). Di sisi lain, sikgnifikan antara pengetahuan dengan
jumlah responden yang memiliki tindakan pencegahan rabies pada wisatawan
pengetahuan baik dengan tindakan kurang di Ubud Bali. Adanya hubungan antara ke
adalah 33 responden (35.5%), dan reponden dua variabel pada penelitian tersebut karena
berpengetahuan baik dengan tindakan baik karena sebagian besar responden telah
sebanyak 60 orang (64.5%). banyak medapatkan informasi melalui media
Hasil analisis menggunakan Chi elektronik sehingga medorong mereka untuk
Square dengan alpha (α) 0,05 diperoleh nilai melakukan tindakan pencegahan rabies.
p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 Sama seperti penelitian sebelumnya,
(p < 0,05). Oleh karena itu, terdapat adanya hubungan yang signifikan antara
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan pencegahan rabies
dalam penelitian ini disebabkan karena Kelurahan Bahu Kecamatan Malayang Kota
ketersediaan sarana informasi yang memadai Manado Tahun 2016.
sehingga pengetahuan tentang rabies telah Banyaknya sikap responden yang
diterima responden. Dampak dari tingginya positif menyebabkan jumlah responden
pengetahuan responden, mendorong dengan tindakan baik lebih tinggi dari pada
responden untuk melakukan tindakan tindakan kurang. Hal yang sama juga terjadi
pencegahan rabies. pada responden dengan sikap negatif yang
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo berdampak pada sedikitnya persentase
(2012) menyatakan bahwa terdapat 3 domain responden yang memiliki tindakan baik
perilaku yaitu kognitif, afektif, dan dibandingkan dengan resonden yang
psikomotor. Akan tetapi, kognitif atau memiliki tindakan kurang.
pengetahuan adalah yang paling berpengaruh Pada penelitian sebelumnya
dalam pembentukan tindakan seseorang. Tahulending (2014) juga menyatakan bahwa
Selain itu, Lawrence Green dalam sikap berhubungan dengan tindakan
Notoatmodjo (2012) juga menyatakan bahwa pencegahan penyakit rabies di Kelurahan
pengetahuan merupakan salah satu faktor Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota
yang berpengaruh dalam pembentukan Bitung. Ia mengungkapkan bahwa jumlah
perilaku kesehatan. responden yang memiliki sikap kurang lebih
banyak memiliki tindakan kurang dari pada
Hubungan antara sikap dengan tindakan tindakan baik. Di sisi lain responden yang
pencegahan rabies memiliki sikap baik lebih banyak memiliki
Jumlah responden yang bersikap tindakan baik dari pada tindakan kurang.
negatif dengan tindakan kurang adalah Sikap merupakan kecenderungan
sebanyak 37 responden (75.5%) dan jumlah untuk bertindak. Hal ini diungkapkan oleh
responden yang bersikap negatif dengan Notoatmodjo (2012) yang dengan kata lain,
tindakan baik adalah sebanyak 12 responden tindakan seseorang dipengaruhi dari hasil
(24,5%). Selain itu, responden yang bersikap evaluasi terhadap sesuatu sehingga
positif dengan tindakan kurang sebanyak 26 menghasilkan rasa suka atau tidak suka,
responden (30,2%) dan responden yang setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal
bersikap positif dengan tindakan baik seperti ide, objek, orang lain, maupun suatu
sebanyak 60 responden (69,8%). perilaku tertentu.
Berdasarkan hasil uji statistik, nilai
probabilitas atau p-value = 0,000 lebih kecil
dari nilai α = 0,05 (p < 0,05) yang
menunjukan adanya hubungan antara sikap
dengan tindakan pencegahan rabies di
Hubungan antara tingkat pendidikan yang menunjukan sebagian besar reponden
dengan tindakan pencegahan rabies dengan tindakan pencegahan baik ada pada
Pada hasil penelitian menunjukan responden kategori pendidikan menengah dan rendah,
yang berpendidikan rendah dengan tindakan sedangkan responden yang ada kategori
kurang sebanyak 49 responden (52,7%), dan pendidikan tinggi lebih banyak memiliki
responden yang berpendidikan rendah tindakan pencegahan kurang.
dengan tindakan baik adalah sebanyak 44 Henderson (1959) dalam Sadulloh
responden (47,3%), Untuk kategori (2015) mengungkapkan bahwa pendidikan
responden yang memiliki tingkat pendidikan dalam arti luas merupakan poses
tinggi dengan tindakan pencegahan kurang pembelajaran yang dihasilkan dari interaksi
berjumlah 14 responden (33,3%) dan individu dengan lingkungan. Lingkungan
responden yang berpendidikan tinggi dengan tersebut mencakup lingkungan sosial dan
tindakan baik sebanyak 28 responden lingkungan fisik yang berlangsung sepanjang
(66,7%). hidup seseorang. Menurut konsep belajar
Nilai probabilitas yang didapatkan sepanjang hayat, pendidikan atau proses
setelah melakukan uji statistik adalah p-value belajar tidak hanya didapatkan di sekolah
= 0.057 lebih besar dari nilai α = 0,05 (ρ > atau di tingkat pendidikan formal, tetapi juga
0,05). Hal tersebut menunjukan tidak adanya di dalam keluarga, dan masyarakat.
hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tindakan pencegahan rabies pada pemilik Hubungan antara dukungan petugas
anjing di Kelurahan Bahu Kecamatan kesehatan dengan tindakan pencegahan
Malayanng Kota Manado Tahun 2016. rabies
Tidak adanya hubungan antara Seperti yang ditunjukan pada tabel 1, jumlah
pendidikan dengan tindakan pencegahan responden yang kurang mendapat dukungan
rabies berkaitan dengan kesadaran serta petugas kesehatan dengan tindakan kurang
kepedulian setiap responden terhadap adalah sebanyak 42 responden (62,7%) dan
penyakit rabies. Selain itu, informasi tentang responden yang kurang mendapat dukungan
penyakit rabies tidak hanya didapatkan di petugas kesehatan dengan tindakan baik
tingkat pendidikan formal, tetapi juga dari sebanyak 25 responden (37.3%). Selain itu,
sumber informasi lainya seperti petugas responden yang mendapat dukungan
kesehatan, madia massa, media elektorik, kesehatan baik dengan tindakan pencegahan
keluarga, teman, serta pemilik anjing lainnya. kurang adalah sebanyak 21 responden
Oleh karena itu, meskipun tingkat pendidikan (30.9%) dan responden yang mendapat
responden rendah, pengetahuan responden dukungan petugas kesehatan baik dengan
seputar penyakit rabies tetap baik. tindakan baik berjumlah 47 orang (69.1%)
Hasil penelitian ini didukung oleh Analisis statistik yang digunakan
Malahayati (2009) pada hasil penelitiannya dalam menguji hubungan antara dukungan
petugas dengan tindakan pencegahan rabies KESIMPULAN
adalah uji Chi square dengan alpha (α) 0,05, 1. Terdapat hubungan yang signifikan
maka didapatkan nilai probabilitas adalah p- antara pengetahuan dengan tindakan
value=0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (ρ pencegahan rabies pada pemilik anjing di
< 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
terdapat hubungan yang signifikan antara Kota Manado
dukungan petugas kesehatan dengan tindakan 2. Terdapat hubungan yang signifikan
pencegahan rabies pada pemilik anjing di antara sikap dengan tindakan pencegahan
Kelurahan Bahu, Kecamatan Malayang, Kota rabies pada pemilik anjing di Kelurahan
Manado Tahun 2016. Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Selaras dengan penelitian ini, Manado
Ritonga (2013) juga menyatakan bahwa 3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat
dukungan tenaga kesehatan berpengaruh pendidikan dengan tindakan pencegahan
secara signifikan terhadap tindakan rabies pada pemilik anjing di Kelurahan
pencegahan rabies di Kecamatan Tarutung Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian Manado
tersebut menunjukan responden yang 4. Terdapat hubungan yang signifikan
memiliki tindakan pencegahan yang kurang antara dukungan petugas kesehatan
umumnya juga mengaku kurang mendapat dengan tindakan pencegahan rabies pada
dukungan dari petugas kesehatan. Hal serupa pemilik anjing di Kelurahan Bahu
juga dinyatakan oleh Mongdong (2016) Kecamatan Malalayang Kota Manado
bahwa faktor anjuran tenaga kesehatan
berhubungan dengan pemeliharaan anjing SARAN
dalam upaya pencegahan rabies. Hasil 1. Bagi Instansi Kesehatan
penelitiannya menunjukan bahwa responden a. Penyuluhan yang berkesinambungan
yang kurang mendapat anjuran dari tenaga harus dilakukan baik secara langsung
kesehatan memiliki tindakan pencegahan maupun dengan menggunakan stiker,
yang kurang. baliho, leaflet agar dapat
Berdasarkan teori perilaku, meningkatkan pengetahuan
dukungan petugas kesehatan merupakan masyarakat tentang rabies dan
Reinforcing Factors dalam menentukan pencegahannya terutama tentang
tindakan seseorang. Oleh karena itu, terdapat pertolongan pertama saat digigit
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anjing.
petugas kesehatan dalam rangka b. Kegiatan surveilans aktif harus
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. dilaksanakan agar semua kasus
gigitan, hewan penular rabies dapat
terlapor dengan baik.
2. Bagi Dinas Pertanian Kota Manado mengetahui adanya kasus gigitan,
a. Upaya promotif melalui penyuluhan maupun kematian akibat penyakit rabies.
secara langsung, maupun melalui Selain itu, diharapkan adanya kesediaan
media cetak seperti koran, leaflet, masyarakat dalam menghadiri
baliho perlu dilakukan agar dapat penyuluhan maupun mengikuti pelatihan-
meningkatkan pengetahuan pelatihan yang diselengarakan oleh
masyarakat tentang rabies pada lembaga terkait dalam hal pencegahan
hewan dan pencegahannya. rabies.
b. Dukungan pelayanan dengan
pemberian vaksinasi harus lebih DAFTAR PUSTAKA
ditingkatkan lagi agar dapat Dinkes Prov. Sulut. 2016. Gambaran Situasi
Rabies di Provinsi Sulawesi Utara
menjangkau seluruh masyarakat
Tahun 2010-2015. Sulawesi Utara:
pemilik anjing yang ada di Kelurahan Dinas Kesehatan Provinsi
Bahu.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
c. Dorongan kepada mayarakat perlu 2015. Profil Kesehatan Indonesia
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan
selalu dilakukan terutama pada saat
RI
melakukan kunjungan vaksinsi, agar
Malahayati. 2009. Pengaruh Karakterisstik
masyarakat memahami pentingnya Pemilik Anjing terhadap
tindakan pencegahan rabies seperti Partisipasinya Dalam Program
Pencegahan Penyakit Rabies di
mengikat anjing, vaksinasi, Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan
pentingnya pelalporan kasus gigitan, Medan Johor Kota Madan Tahun
2009. Skripsi. Skripsi tidak
sehingga masyarakat terdorong untuk diterbitkan. Medan: Fakultas
berpartisipasi aktif dalam kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
pencegahan rabies.
3. Bagi Pemerintah Kelurahan Bahu Marpaung. 2009. Hubungan Faktor Internal
dan Eksternal Pemilik Anjing
Sebaikanya upaya dalam melakukan Dengan Pemeliharaan Anjing
pendataan terhadap pemilik anjing perlu Dalam Upaya Mencegah Rabies Di
Kecamatan Sumbul Kabupaten
dilakukan agar setiap program Dairi. Tesis. Tesis tidak diteritkan.
pencegahan rabies dapat melibatkan Medan: Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas
semua masyarakat terutama bagi mereka Kesehatan Masyarakat Universitas
yang memelihara hewan penular rabies. Sumatera Utara
4. Bagi Masyarakat Mongdong. 2016. Hubungan. Faktor Internal
Diharapkan partisipasi masyarakat dalam dan Eksternal Pemilik Anjing
Dengan Pemeliharaan Anjing dalam
pencegahan rabies lebih ditingkatkan Upaya Mencegah Rabies di
lagi, seperti mengikat anjing, memvaksin Kelurahan Taratara Kecamatan
Tomohon Barat. Community Health
anjing secara rutin, serta turut berperan (Online), Vol. 1 No. 1, 2016
aktif dalam pelaporan kasus jika (http://ejournalhealth.com/index.php/
CH/article/view/13/13 diakses 19 Juli
2016)

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan


dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Purnawan dan Kardiwinata. 2013. Tingkat


Pengetahuan Dan Perilaku
Pencegahan Wisatawan Terhadap
Penyakit Rabies di Ubud Sebagai
Daerah Tujuan Wisata Di BALI.
Community Health (Online), Vol.1,
No.2, Juli 2013
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/jch/
article/view/7648 diakses 12 Mei
2016)

Puskesmas Bahu. 2016. Data GHPR 2015-


Mei 2016. Manado: Puskesmas Bahu

Ritonga P. 2013. Analisis Faktor


Predisposing, Enabling Dan
Reinforcing Terhadap Tindakan
Pemilik Anjing Dalam Pencegahan
Penyakit Rabies Melalui Gigitan
Hewan Penular Rabies (HPR) Di
Kecamatan Tarutung Kabupaten
Tapanuli Utara. Tesis. Tesis tidak
diterbitkan. Medan: Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Sadulloh U. 2015. Pengantar Filsafat


Pendidikan. Bandung: ALFABETA

Tahulending, J Y. 2014. Faktor-faktor Yang


Berhubungan Dengan Tindakan
Pencegahan Penyakit Rabies Di
Kelurahan Makawidey Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung. JIKMU
(Online), Vol. 5 No. 2, Januari 2015
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph
p/jikmu/article/view/7183/6693
diakses 13 Mei 2016)

WHO. 2016a. Human Rabies. (Online)


(http://www.who.int/rabies/human/en
/)diakses 2 Juli 2016

WHO. 2016b. Rabies. (Online)


(www.who.int/mediacentre/factsheet
s/fs099/en/) diakses 12 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai