Disusun Oleh:
Ni Luh Putu Tania Sentana Sanjiwani (22120716016)
Putu Ayu Dwi Utami Pasek (22120716021)
Ni Wayan Sri Nadi (22120716039)
2.3. Audiens
Segmentasi audiens dalam pencegahan kasus rabies adalah:
a. Sasaran Primer
1) Pemilik Hewan Peliharaan:
Memastikan hewan peliharaan divaksinasi secara berkala sesuai
dengan jadwal yang disarankan oleh petugas kesehatan hewan
Mengenali gejala rabies pada hewan peliharaan dan segera
mencari bantuan medis jika diperlukan.
b. Sasaran Sekunder
1) Masyarakat Umum
Edukasi mengenai gejala, risiko, dan langkah-langkah pencegahan
rabies.
Menghindari kontak dengan hewan liar yang bisa membawa rabies.
2) Petugas Kesehatan
Mendiagnosis kasus rabies dengan cepat dan memberikan perawatan
yang diperlukan kepada pasien dan hewan yang terinfeksi.
Menyediakan informasi yang akurat dan memperbarui praktik-
praktik terbaik kepada masyarakat terkait pencegahan dan
penanganan rabies.
Melakukan pelaporan kasus-kasus rabies kepada otoritas kesehatan
setempat untuk tindakan lebih lanjut.
c. Sasaran Tersier
1) Pengambil Kebijakan Kesehatan
Mengembangkan kebijakan-kebijakan yang mendukung program
vaksinasi massal dan kampanye edukasi tentang rabies.
2) Media dan Jurnalis
Menyebarkan informasi yang akurat dan membantu dalam
mengedukasi masyarakat tentang risiko rabies serta langkah-langkah
pencegahan.
2.4. Pesan/Konten
2.4.1. Informasi Dasar
Rabies adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus rabies.
Penyakit ini umumnya ditularkan melalui gigitan hewan terinfeksi,
terutama anjing. Virus rabies menyerang sistem saraf pusat dan dapat
menyebabkan gejala neurologis serius, termasuk kejang, kesulitan menelan,
dan perubahan perilaku. Rabies biasanya fatal jika tidak diobati.
2.4.2. Tindakan Pencegahan
Pencegahan Umum:
- Hindari Kontak dengan Hewan Liar:
Penting untuk menghindari kontak dengan hewan liar atau tidak
dikenal, terutama yang terlihat sakit atau bermasalah.
- Perlakuan Setelah Gigitan:
Setelah gigitan hewan yang dicurigai terinfeksi rabies, pencarian
perawatan medis segera dengan vaksinasi rabies dan, jika diperlukan,
imunoglobulin rabies, sangat penting.
2.4.3. Agenda Komunikasi Risiko Melalui Media
Tabel 1. Agenda Komunikasi Risiko yang Ingin Dicapai dan Saluran
Penyampaiannya Melalui Media
Tujuan: Peningkatan kesadaran tentang pencegahan penyebaran rabies
Strategi
Kelompok Bentuk Dokumen Tanggal/
Fokus Topik Hubungan PIC
Audiens Kerjasama Untuk Media Bulan
Media
Kel. Audiens Primer
Kolaborasi Video
dengan klinik pendek,
hewan
Jadwal
vaksinasi
Membagikan Video
brosur atau leaflet pendek,
kepada masyakat
umum
Petugas Diagnosis Pelatihan untuk Brosur atau Kepala
Kesehatan Dini, petugas kesehatan leaflet, Fasilitas
Kesehatan,
Penanganan Konten
Kasus, gambar atau Dinas
poster, Kesehatan
Pelaporan
Video
pendek,
Panduan
diagnose
cepat,
Laporan
kasus rabies
Kel. Audiens Tersier.
Regulasi
terkait
perlindungan
hewan
Strategi
Kelompok Bentuk Dokumen Tanggal/
Fokus Topik Hubungan PIC
Audiens Kerjasama Untuk Media Bulan
Media
Kel. Audiens Primer
Panduan
diagnose
cepat,
Laporan
kasus rabies
Kel. Audiens Tersier.
Keterlibatan
Aktif dalam
Pencegahan,
Alokasi
Anggaran
untuk Program
Rabies
Media dan Penyampaian Kerjasama untuk shared Infografis Nopember Kepala
Jurnalis Informasi yang wawancara gejala rabies, Redaksi,
Akurat dengan ahli
kesehatan Artikel Dinas
terbaru Kesehatan
mengenai
rabies
2.5. Media
Kampanye online tentang rabies dapat menjadi langkah yang efektif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, memberikan informasi yang benar,
dan mendorong tindakan pencegahan. Berikut adalah beberapa kampanye
media sosial tentang rabies:
a) Infografik Edukasi: Desain infografik yang menarik dan informatif yang
menjelaskan fakta-fakta kunci tentang rabies, termasuk cara penularan,
gejala, dan tindakan pencegahan.
b) Video Animasi Pendek: Buat video animasi pendek yang menjelaskan
proses penularan rabies dan langkah-langkah pencegahan. Video dapat
diunggah di platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok.
c) Kampanye Tagar: Buat tagar khusus untuk kampanye Anda dan dorong
pengguna media sosial untuk berbagi informasi, foto, atau pengalaman
mereka terkait rabies. Misalnya, #StopRabies atau #RabiesAwareness.
d) Cerita Pengalaman: Ajak orang-orang untuk berbagi cerita pengalaman
mereka terkait rabies. Cerita ini dapat menjadi inspiratif atau
memperingatkan dan dapat membantu menginspirasi tindakan
pencegahan.
e) Sesi Tanya Jawab Live: Selenggarakan sesi tanya jawab langsung di
platform seperti Instagram atau Facebook. Ajak seorang ahli atau seorang
dokter hewan untuk menjawab pertanyaan dari penonton.
f) Challenge Kreatif: Buat tantangan kreatif terkait rabies, misalnya
tantangan berbagi fakta seputar rabies atau tantangan menciptakan poster
kampanye sederhana.
g) Konten Kolaborasi: Kolaborasikan dengan pengguna media sosial
terkenal, organisasi kesehatan hewan, atau influencer lokal untuk
meningkatkan jangkauan kampanye Anda.
h) Panduan Langkah-demi-Langkah: Bagikan panduan langkah-demi-
langkah untuk tindakan pencegahan, termasuk apa yang harus dilakukan
setelah gigitan hewan dan bagaimana mendekati hewan yang
mencurigakan.
i) Kuis Pendidikan: Buat kuis online tentang rabies untuk menguji
pengetahuan pengikut Anda dan memberikan hadiah atau penghargaan
kepada pemenang.
j) Siaran Langsung Edukasi: Selenggarakan siaran langsung di platform
media sosial untuk mendiskusikan topik-topik penting tentang rabies,
seperti tindakan pencegahan, pengobatan, dan dampak sosial.
k) Kampanye Donasi: Jika Anda terlibat dengan organisasi atau lembaga
amal yang berfokus pada rabies, buat kampanye penggalangan dana
online untuk mendukung program-program pencegahan dan pengobatan.
l) Pembaruan Berkala: Berikan pembaruan berkala tentang perkembangan
kampanye, statistik penularan rabies, dan keberhasilan tindakan
pencegahan.
m) Sosialisasi Vaksinasi Hewan Peliharaan: Fokus pada pentingnya
vaksinasi hewan peliharaan dengan berbagi informasi tentang lokasi
vaksinasi gratis atau berbiaya rendah.
2.6. Komunikator
Peran Komunikator Kesehatan Rabies:
a) Pendidikan Masyarakat: Memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pentingnya vaksinasi hewan peliharaan, cara menghindari kontak
dengan hewan liar, dan tindakan pencegahan lainnya.
b) Konsultasi dengan Pemilik Hewan: Menyediakan konsultasi kepada
pemilik hewan peliharaan tentang perlunya vaksinasi rabies, tanda-tanda
penyakit, dan tindakan yang harus diambil setelah gigitan hewan.
c) Kampanye Kesadaran: Merancang dan melaksanakan kampanye kesadaran
di tingkat lokal atau regional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang risiko rabies dan tindakan pencegahan yang dapat diambil.
d) Siaran Media: Menjadi sumber informasi untuk media lokal, memberikan
wawancara dan kontribusi artikel untuk membahas isu-isu terkini seputar
rabies.
e) Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Bekerja sama dengan lembaga
pemerintah, organisasi nirlaba, dan klinik hewan untuk menyebarkan
pesan kesehatan secara efektif dan memastikan aksesibilitas layanan
vaksinasi.
f) Evaluasi Program: Melakukan evaluasi reguler terhadap program
penyuluhan dan kampanye untuk memastikan efektivitasnya dan membuat
penyesuaian jika diperlukan.
Seorang komunikator kesehatan yang berfokus pada rabies berperan
penting dalam membentuk perilaku masyarakat dan menciptakan kesadaran
yang dapat mengurangi risiko penularan rabies.
3.1 Simpulan
Rabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rabies dan
menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan peradangan yang fatal. Sejak zaman
kuno, rabies telah menjadi perhatian manusia karena sifatnya yang mematikan dan
menular. Virus rabies menyebar melalui gigitan hewan yang terinfeksi atau melalui
luka terbuka yang terkena air liur hewan yang terinfeksi.
Strategi komunikasi pengendalian rabies terfokus pada pendekatan holistik
dengan memahami audiens secara mendalam, menyampaikan pesan yang jelas dan
relevan melalui berbagai media komunikasi, serta menggelar kampanye edukasi
yang luas. Kolaborasi dengan lembaga kesehatan, organisasi hewan, dan pemerintah
setempat menjadi kunci, sementara kreativitas dan interaksi aktif melalui kegiatan
komunitas turut mendukung pemahaman yang lebih baik akan risiko rabies. Dengan
pendekatan yang inklusif, diharapkan pesan pencegahan rabies dapat tersebar luas,
mendorong perubahan perilaku yang diperlukan, dan membantu mengendalikan
penyebaran penyakit ini secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D. & Dudiarto, E., 2016. Pengantar Epidemiologi, E/2. 2 ed. Jakarta: EGC.
ANTARA, 2018. Sebaran Rabies Yang Menghantui Kalbar. [Online]
Available at: https://kalbar.antaranews.com/berita/361282/sebaran-rabies-yang-
menghantui-kalbar
Budayanti, N. N. S., 2020. Penerapan Konsep One Health Dalam Penanganan Kasusa
Rabies. Sleman: Penerbit Deepublish.
Budijanto, D., 2020. Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Rabies di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
CIVAS, 2014. Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies: Rabies. [Online]
Available at: https://civas.net/en/2014/02/24/rabies/
Dibia, I. N. et al., 2015. Faktor-Faktor Risiko Rabies pada Anjing di Bali. Jurnal
Veteriner, 16(3), pp. 389-398.
Duana, I. M. K., 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyakit Rabies. Jurnal Online
Universitas Gadjah Mada, 27(3).
Hamdani, R. & Puhilan, 2020. pidemiologi Penyakit Rabies di Provinsi Kalimantan
Barat. JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases,
6(1), pp. 7-14.
Hidayati, F. et al., 2019. Intervensi Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Buzz
untuk Peningkatkan Pengetahuan dan Sikap Kader Posyandu dalam
Pengendalian Rabies di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan, 15(1), pp. 65-
74.
Irwan, 2018. Epidemiologi Penyakit Menular. II ed. Yogyakarta: CV. Absolute Media.
Kemenkes RI, 2019. Buku Saku Rabies: Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Rebuplik Indonesia.
Kementerian Pertanian, 2019. Masterplan Nasional Pemberantasan Rabies di
Indonesia. Jakarta: Direktoran Jenderan Peternakan dan Kesehatn Hewan
Kementerian Pertanian.
Maryatiningsih, Sugito & Tohardi, A., 2020. Evaluasi Kebijakan Pengendalian Dan
Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Rabies Di Kabupaten Kapuas Hulu.
JPASDEV: Journal of Public Administration and Sociology of Development,
1(1).
Masriadi, 2014. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Murti, B., 2010. Sejarah Epidemiologi. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.
Nasronudin, 2011. Penyakit Infeksi di Indonesia: Solusi Kini & Mendatang. Surabaya:
Airlangga University Press.
Nugraha, E. Y., Batan, I. W. & Kardena, I. M., 2017. Sistem Pemeliharaan Anjing dan
Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Penyakit Rabies di Kabupaten
Bangli, Bali. Jurnal Veteriner, 18(2), pp. 274-282.
Putra, A. A. G. et al., 2019. [Draft] One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional
2030. Jakarta: Pemerintah RI.
Rumlawang, F. Y. & Nahlohy, M. I., 2011. Analisa Kestabilan Model Penyebaran
Penyakit Rabies. Jurnal Barekeng, 5(2), pp. 39-44.
Septiani, M. et al., 2018. Kemajuan Penanganan Rabies Bali: Analisis Tahun 2012-
2017. Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan
Ilmiah (RATEKPIL) dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2018, pp. 323-
330.
Setiawaty, V., Septiawati, C. & Burni, E., 2019. Karakteristik Kasus Fatal Akibat
Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia 2016 – 2017. Media Litbangkes,
29(3), pp. 235-242.
Soedarto, 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga University Press.
Suartha, I. N. et al., 2012. Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies Dalam Upaya Bali
Bebas Rabies. Buletin Veteriner Udayana, 4(1), pp. 41-46.
Sumerti, N. L. P., 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingginya
Pemakaian Vaksin Anti Rabies (VAR) Pada Kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies di Kabupaten Karangasem. Denpasar: Sekolah Timggi Ilmu Kesehatan
Bali.
Sumiarto, B. & Budiharta, S., 2021. Epidemiologi Veteriner Analitik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Tanzil, K., 2014. Penyakit Rabies dan Penatalaksanaannya. E-Journal WIDYA
Kesehatan Dan Lingkungan, 1(1), pp. 61-67.
Winarni, 2021. Buku Pintar Penanggulangan Wabah Penyakit Dunia dan Nasional.
Yogyakarta: DIVA Press.
Yahya, A. et al., 2020. Edukasi Masyasrakat dalam Mengurangi Rabies Serta
Peningkatan Kesehatan Ternak melalui Pemeriksaan Masal pada Lima UPT di
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(2), pp.
294-301.
Zamosky, L., 2018. Louis Pasteur and the Fight Against Germs. Huntington Beach:
Teacher Created Materials.