Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN

RABIES DI DESA MOTOLING KECAMATAN MOTOLING KABUPATEN


MINAHASA SELATAN TAHUN 2015
Glendy Ariando Salomon*, Wulan P. J. Kaunang*, Paul. A. T. Kawatu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Rabies adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia), yang
disebabkan oleh virus rabies, dari genus Lyssavirus yang, dalam keluarga Rhabdoviridae.
Masalah penyakit rabies merupakan salah satu perhatian utama sektor kesehatan masyarakat di
beberapa negara di Asia bahkan di dunia. Angka kematian di dunia akibat kasus rabies di Asia
50.000 kematian per tahun, India 20.000-30.000 kematian per tahun, China rata-rata 2.500
kematian per tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, Filipina 200-300 kematian per tahun dan
Indonesia selama 4 tahun terakir rata-rata sebanyak 143 kematian per tahun. Data dari Balai
Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Provinsi Sulawesi Utara pada tahun
2013 dan 2014 terjadi kasus gigitan terbanyak di Minahasa Selatan dengan jumlah 225 sampel.
Metodologi penelitian yang digunakan yaitu metode observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Penelitian dilakukan pada
bulan Agustus-September 2015 di Desa Motoling. Variabel Penelitian yaitu Pengetahuan, sikap
dan ketersediaan pelayanan dan tindakan pencegahan rabies. Jumlah sampel dalam penelitian
yaitu 166 Sampel. Hasil penelitian pengetahuan diperoleh p= 0,042, hasil penelitian sikap
diperoleh p= 0,659 dan hasil penelitian ketersediaan pelayanan di peroleh p= 0,011. Masyarakat
yang memiliki pengetahuan baik sebesar 46,99%, masyarakat yang memiliki sikap baik sebesar
43,4%, tersedianya pelayanan menurut masyarakat sebesar 47,59% dan masyarakat yang
memiliki tindakan pencegahan yang baik sebesar 49,40%. Kesimpulannya terdapat hubungan
antara pengetahuan dan ketersediaan pelayanan dengan tindakan pencegahan rabies, tidak
terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan rabies.

Kata Kunci: Rabies, Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan Pelayanan,Tindakan

ABSTRACT
Rabies is a zoonotic disease (a disease transmitted from animals to humans), caused by the rabies
virus, of the genus Lyssavirus, family Rhabdoviridae. The problem of rabies is one of the main
concerns public health sector in several countries in Asia and the world. The death rate in the
world due to cases of rabies in Asia 50,000 deaths per year, India 20,000-30,000 deaths per year,
China averaged 2,500 deaths per year, Vietnam 9,000 deaths per year, the Philippines 200-300
deaths per year and Indonesia for 4 years terakir an average of 143 deaths per year. Data from
the Institute of Animal Health and Veterinary Public Health of North Sulawesi province in 2013
and 2014 occurred bite cases in South Minahasa with the highest number of 225 samples. The
research methodology used is observational method with cross sectional approach. The research
instrument used was a questionnaire. The study was conducted in August-September 2015 in the
village of Motoling. Research variables are knowledge, attitude and availability of services and
rabies prevention measures. The number of samples in the study of 166 samples. The results
knowledge of research obtained p = 0.042, attitude research results obtained p = 0.659 and
service availability research results obtained p = 0.011. People who have a good knowledge of
46.99%, people who have a good attitude by 43.4%, according to the public service availability of
47.59% and a society that has a good precaution for 49.40%. Conclusion there is a relationship
between knowledge and the availability of services with preventive measures rabies, there is no
relationship between attitude with rabies prevention measures.

Keywords: Rabies, Knowledge, Attitudes, Availability Services, Action

PENDAHULUAN dalam kaitannya dengan kesehatan


Penyakit zoonosis merupakan penyakit masyarakat karena dapat ditularkan dari
yang sangat penting dipelajari terutama hewan ke manusia maupun sebaliknya,

55
sedangkan WHO memberikan kematian per tahun dan Indonesia
pengertian zoonosis sebagai penyakit selama 4 tahun terakir rata-rata
yang dapat menular secara alami dari sebanyak 143 kematian per tahun
hewan ke manusia maupun sebaliknya, (Abata, 2013). Permenkes RI
Zoonosis yang penting di Indonesia No.1501/Menkes/Per/X/2010 pada Bab
antara lain rabie (Nurhadi, 2012). 2 jenis penyakit menular tertentu yang
Masalah penyakit rabies dapat menimbulkan wabah, bagian
merupakan salah satu perhatian utama kedua umum pasal 4 dijelaskan bahwa
sektor kesehatan masyarakat di beberapa dari tujuh belas (17) penyakit lainnya,
negara di Asia bahkan di dunia. rabies termasuk salah satu jenis penyakit
Penyebaran penyakit rabies ini dapat yang dapat menimbulkan wabah di
disebabkan oleh gigitan hewan penular Indonesia. Penyakit Rabies merupakan
rabies antara lain anjing yang terkena salah satu penyakit yang menjadi
rabies dan penyakit ini merupakan prioritas secara nasional. Jumlah kasus
penyakit yang fatal dengan angka gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
kematian sebesar 100 %. Kematian secara nasional masih cukup tinggi
umumnya di sebabkan oleh karena tidak setiap tahunnya. Provinsi Bali dengan
adanya perlakuan atau kurangnya 37.066 kasus gigitan dan 1 kematian,
perlakuan yang baik (post exposure Riau dengan jumlah kasus gigitan
treatment) dari korban yang terkena sebanyak 5.106 dan 12 kematian, Nusa
rabies. World Health Organization tenggara Timur dengan 5.067 kasus
(WHO) menyatakan bahwa sekitar gigitan dan 6 kematian, Sumatera Utara
55.000 orang pertahun meninggal 3.468 kasus gigitan dan 5 kematian,
karena Rabies, dimana 95 % dari jumlah Sumatera Barat 3.037 kasus gigitan dan
tersebut berasal dari Asia dan Afrika. 8 kematian. Sulawesi Utara dengan
Data menunjukkan bahwa sebagian 2.795 kasus gigitan dan 30 kematian.
besar dari korban sekitar 40 % adalah Sulawesi Utara merupakan Provinsi
anak-anak usia di bawah 15 tahun. tertinggi kasus kematian penyakit rabies
(WHO, 2013) (Subdit Pengendalian Zoonosis,
Angka kematian di dunia akibat Kemenkes 2014 ).
kasus rabies di Asia 50.000 kematian Pada tahun 2013, kasus penyakit
per tahun, India 20.000-30.000 kematian rabies hasil pemeriksaan di laboratorium
per tahun, China rata-rata 2.500 Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan
kematian per tahun, Vietnam 9.000 Masyarakat Veteriner adalah: sebanyak
kematian per tahun, Filipina 200-300 572 jumlah orang yang digigit, dengan

56
jumlah yang positif rabies sebanyak 284 Motoling Kabupaten Minahasa Selatan
ekor. Menurut Kepala Dinas Kesehatan kasus gigitan tertinggi dari tahun 2013-
Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan 2014 berada di Desa Motoling
data situasi penyakit rabies Provinsi (Puskesmas Motoling, 2013). Hasil
Sulut tahun 2014 jumlah gigitan pegambilan data di puskesmas motoling
sebanyak 1524, yang divaksinasi terdapat kasus rabies dengan jumlah
sebanyak 645 dan yang meninggal kasus gigitan HPR sebanyak 41 orang
sebanyak 19 orang. Dari kondisi yang dengan 5 orang (12%) penderita gigitan
demikian ini tentunya penyakit rabies di yang mendapatkan Vaksin Anti Rabies
Provinsi Sulawesi Utara, sudah sangat (VAR) dan tercatat ada 2 kasus rabies (2
memprihatinkan, dan tentunya sudah yang positif rabies) pada tahun 2014
sampai taraf meresahkan masyarakat, (Puskesmas Motoling, 2014). Data
oleh karena itu sangat diperlukan suatu terbaru pada bulan januari-mei 2015
penanganan yang efisien dan efektif terdapat 10 kasus gigitan dengan 1 kasus
dalam pencegahan dan kematian di Desa Motoling, dengan
pemberantasannya sumber gigitan yang diketahui berasal
Tahun 2014, Kabupaten/Kota dari HPR di desa ini yaitu anjing
yang tertinggi kasus Gigitan Hewan peliharaan dan anjing liar (Puskesmas
Penular Rabies (GHPR) yaitu Kota Motoling ,2015). Adapun Penelitian ini
Bitung (530 kasus) diikuti oleh bertujuan untuk mengetahui faktor yang
Kabupaten Minahasa Utara (501 kasus), berhubungan dengan tindakan
Minahasa Selatan(503 kasus), Minahasa pencegahan penyakit rabies yang ada di
(459 kasus), Tomohon dan Talaud (296 Desa Motoling.
kasus), Manado (289 kasus) dan yang
terkecil Kota Kotamobagu (10 kasus). METODE PENELITIAN
Masih tingginya kasus kematian di Jenis penelitian ini menggunakan
Provinsi Sulawesi Utara disebabkan metode observasional analitik, dengan
karena kurangnya sosialisasi penyakit pendekatan Cross Sectional atau potong
rabies di masyarakat dan juga lintang dimana subjek penelitian diamati
keenganan masyarakat untuk pada waktu yang sama. Lokasi
melaporkan adanya kasus gigitan ke penelitian ini akan dilaksanakan di Desa
Unit Pelayanan Masyarakat (Dinkes. Motoling Kecamatan Motoling
Bidang PMK Prov. Sulut 2014). Kabupaten Minahasa Selatan. Waktu
Data register gigitan HPR penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-
Puskesmas Motoling Kecamatan Oktober 2015. Populasi penelitian ini

57
adalah semua keluarga yang ada di Desa random sampling) yaitu pengambilan
Motoling Kecamatan Motoling sampel tanpa memandang tingkatan.
Kabupaten Minahasa Selatan yang Variabel dalam penelitian ini adalah
berjumlah 243 kepala keluarga. Sampel Variabel independent (bebas) yaitu
yang diambil dalam penelitian ini pengetahuan, sikap, ketersediaan
sebanyak 166 responden berdasarkan pelayanan rabies danVariabel dependent
penentuan besar sampel penelitian yang (terikat) yaitu tindakan pencegahan
menggunakan rumus Slovin (1998). penyakit rabies. Analisis data pada
Cara pengambilan sampel penelitian ini penelitian ini menggunakan analisis
dilakukan secara acak sederhana (simple univariat dan analisis bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Rabies
Tabel 1Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Rabies
Tindakan Responden
Pengetahuan
Baik Kurang Baik Þ
Responden n %
n % n %

Baik 34 20,5 44 26,5 78 47,0 0,042


Kurang Baik 24 14,5 64 38,6 88 53,0 (Þ < 0,05)

Total 58 34,9 108 65,1 166 100

Hasil analisis uji Chi Square Hasil analisis statistik dengan


menunjukkan bahwa responden yang menggunakan uji Chi Square dengan
memiliki pengetahuan dan tindakan hasil Þ < α (Þ = 0,042) yang
pencegahan yang kurang baik sebesar 64 menunjukan bahwa pada penelitian ini
dengan presentase 38,6% lebih besar terdapat hubungan yang signifikan atau
dari pengetahuan dan tindakan bermakna antara pengetahuan dengan
pencegahan yang baik yang hanya 34 tindakan pencegahan rabies di desa
dengan presentase 20,5%. motoling.

58
Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Pencegahan Rabies
Tabel 2 Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies
Tindakan Responden
Sikap Responden Baik Kurang Baik Þ
n %
n % n %

Baik 27 16,3 45 27,1 72 43,4 0,659


Kurang Baik 31 18,7 63 38,0 94 56,7 (Þ> 0,05)

Total 58 34,9 108 65,1 166 100

Hasil analisis uji Chi Square pada Hasil analisis statistik dengan
penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan uji Chi Square pada
responden yang memiliki sikap kurang penelitian ini yaitu Þ > α (Þ = 0,659)
baik dengan dengan pencegahan yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
kurang baik sebesar 63 dengan hubungan yang signifikan atau
presentase 38% lebih besar dari sikap bermakna antara sikap dengan tindakan
yang baik dengan tindakan pencegahan pencegahan rabies di desa motoling.
rabies yang baik sebanyak 27 dengan
presentase 16,3%

Hubungan antara Ketersediaan Pelayanan dengan Tindakan Pencegahan Rabies


Tabel 3 Hubungan antara Ketersediaan Pelayanan dengan Tindakan Pencegahan
Penyakit Rabies
Tindakan Responden
Ketersediaan
Pelayanan Baik Kurang Baik Þ
Responden n %
n % n %

Ada 20 12,0 61 36,7 81 48,8 0,011

Tidak Ada 38 22,9 47 28,3 85 51,2 (Þ< 0,05)

Total 58 34,9 108 65,1 166 100

Hasil analisis uji Chi Square pada dengan presentase 28,3% lebih besar
penelitian ini menunjukkan bahwa dari responden yang mengatakan adanya
responden yang mengatakan tidak pelayanan dengan tindakan pencegahan
adanya pelayanan kesehatan sebesar 41 sebesar 20 dengan presentase 12%.

x
Hasil analisis statistik dengan memiliki hubungan yang bermakna.
menggunakan uji Chi Square pada Hasil penelitian lain pula yaitu
penelitian ini yaitu Þ < α (Þ = 0,011) penelitian Malahayati (2010) yang di
yang menunjukkan bahwa terdapat lakukan di Kelurahan Kwala Berkala
hubungan yang signifikan atau Kecamatan Medan Johor Kota Medan
bermakna antara ketersediaan pelayanan menyatakan bahwa terdapat hubungan
dengan tindakan pencegahan rabies di antara pengetahuan dengan partisipasi
Desa Motoling. masyarakat dalam pencegahan penyakit
Hubungan antara Pengetahuan rabies. Penelitian lain juga yang
dengan Tindakan Pencegahan Rabies mendukung penelitian ini yaitu
Di Desa Motoling Kecamatan penelitian yang dilakukan oleh
Motoling Kabupaten Minahasa Tahulending (2014) di Kelurahan
Selatan Aertembaga Kota Bitung menyatakan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil terdapat hubungan yang signifikan
tahu dari manusia, yang sekedar antara pengetahuan dengan tindakan
menjawab pertanyaan “what”. pencegahan rabies.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari Hasil tersebut diatas sangat di
sejumlah fakta dan teori yang dukung dengan penjelasan yang di
memungkinkan seseorang untuk dapat sampaikan oleh kepala desa motoling
memecahkan masalah yang dihadapinya. bahwa banyak masyarakat yang kurang
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
pengalaman langsung maupun melalui seperti penyuluhan yang diakan oleh
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, pemerintah desa. Hal lain juga yang
2012). menyebabkan pengetahuan mereka
Hasil analisis statistik dengan sangat sedikit tentang kejadian rabies
menggunakan uji Chi Square yang pada dan pencegahanya karena kebanyakan
penelitian ini menunjukkan bahwa dari responden memiliki pekerjaan
terdapat hubungan yang signifikan atau sebagai tani, dimana mereka selalu
bermakna antara pengetahuan dengan berada di lading perkebunan dan sangat
tindakan pencegahan rabies di desa sedikit waktu untuk ada di desa atau
motoling karena nilai ρ < α (ρ = 0,042), tinggal di rumah dan bisa mengakses
berdasarkan hasil penelitian tersebut informasi-informasi yang ada tentang
maka sesuai dengan hipotesis yang kejadian rabies dan pencegahanya.
diajukan dapat disimpulkan bahwa Menurut Herlinae, dkk (2013)
H1/Ha diterima dan Ho di tolak karena Masyarakat dapat terhindar dari

56
penyakit asalkan pengetahuan tentang menyerap dan memahami pengetahuan
kesehatan dapat di tingkatkan sehingga yang mereka peroleh, pada umumnya
perilaku dan keadaan lingkungan semakin tinggi pendidikan seseorang
sosialnya menjadi sehat. Pengetahuan makin semain baik pula
merupakan salah satu faktor yang pengetahuannya. Demikian pula halnya
mempermudah terjadinya perubahan dengan penanganan rabies, diharapkan
perilaku. Pengetahuan mempunyai semakin tinggi pendidikan responden
peranan penting dalam membentuk semakin tinggi pula pengetahuan
tindakan seseorang. Dari penelitian responden tentang pencegahan penyakit
terbukti bahwa perilaku yang didasari rabies.
oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak disadari Hubungan antara Sikap dengan
oleh pengetahuan. Penelitian yang Tindakan Pencegahan Rabies Di Desa
dilakukan oleh Purnawan dan Motoling Kecamatan Motoling
Kardiwinata (2013) di Ubud Bali Kabupaten Minahasa Selatan
melaporkan bahwa pengetahuan sebagai Sikap merupakan reaksi atau respon
faktor yang paling berhubungan dengan yang masih tertutup dari seseorang
perilaku pencegahan rabies. terhadap suatu stimulus atau objek.
Faktor yang mempengaruhi Sikap belum merupakan suatu tindakan
tingkat pengetahuan salah satunya ialah atau aktivitas, akan tetapi merupakan
tingkat pendidikan seseorang. Menurut predisposisi suatu perilaku. Sikap itu
Notoatmodjo (2012), pengetahuan masih merupakan reaksi tertutup, bukan
adalah faktor yang mempermudah merupakan reaksi terbuka atau tingkah
terjadinya perubahan perilaku. Tindakan laku yang terbuka. Sikap merupakan
seseorang terhadap masalah kesehatan, kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dalam hal ini tindakan pencegahan di lingkungan tertentu sebagai suatu
rabies pada dasarnya akan dipengaruhi penghayatan terhadap objek. Komponen
oleh pengetahuan seseorang tentang pada sikap yaitu kepercayaan
pencegahan rabies. Selanjutnya (keyakinan) ide dan konsep terhadap
pengetahuan merupakan domain yang suatu objek, kehidupan emosional atau
sangat penting dalam membentuk evaluasi terhadap suatu objek dan
tindakan seseorang, dalam hal ini adalah kecenderungan untuk bertindak
tindakan responden dalam pencegahan (Notoatmodjo, 2007).
rabies. Tingkat pendidikan turut pula Hasil analisis statistik dengan
menentukan mudah tidaknya seseorang menggunakan uji Chi Square pada

57
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak Sikap dan perilaku masyarakat
terdapat hubungan yang signifikan atau Desa Motoling sudah tergolong baik,
bermakna antara sikap dengan tindakan hanya tinggal di tingkatkan lagi agar
pencegahan rabies di Desa Motoling supaya lebih seimbang antara
karena nilai ρ > α (ρ = 0,659), pengetahuan dengan sikap dan tindakan
berdasarkan hasil penelitian tersebut karena meskipun sikap sudah baik,
maka sesuai dengan hipotesis yang pengetahuan masyarakat tentang
diajukan dapat disimpulkan bahwa kejadian rabies dan pencegahanya masih
H1/Ha ditolak dan Ho di terima karena sangat sedikit atau kurang begitu pula
tidak memiliki hubungan yang dengan tindakan. Sikap positif selalu di
bermakna. Penelitian ini sesuai dengan tunjukan oleh masyarakat desa motoling
hasil penelitian dari Wattimena dan namun tindakan atau upaya untuk
Suharyo (2010) yang di lakukan di Kota melakukan pencegahan sangat kurang
Ambon menyatakan bahwa tidak adanya sekali, itu dikarenakan cara berpikir
hubungan antara sikap dalam mereka yang belum paham betul tentang
pemeliharaan anjing dengan kejadian rabies dan pencegahanya juga karena
rabies pada anjing, begitupun dengan mereka masih berpikiran bahwa itu
penelitian yang dilakukan oleh bukanlah hal yang terlalu penting untuk
Moningka (2013) di Desa Ongkau dilakukan. Menurut Notoatmodjo
Kecamatan Sinonsayang Kabupaten (2012), sikap itu masih merupakan
Minahasa Sealatan menyatakan tidak reaksi tertutup, bukan merupakan
terdapat hubungan yang signifikan predisposisi tindakan atau perilaku.
antara sikap pemilik anjing dengan Dengan pengertian lain sikap belum
tindakan pencegahan rabies dan juga merupakan suatu tindakan atau aktivitas.
penelitian yang di lakukan oleh Pangkey Sikap responden yang baik tidak selalu
(2014) di Desa Koha Kabupaten nyata dalam perilaku baik dan
Minahasa menyatakan tidak ada menghindarkan responden dari kejadian
hubungan yang bermakna antara sikap penyakit.
dengan tindakan pencegahan rabies.
Penelitian yang dilakukan oleh
Timmerman (2014) menunjukkan
bahwa sikap merupakan variabel paling
dominan dengan tindakan pemilik anjing
dalam pencegahan penyakit rabies di
Kelurahan Kayawu Kota Tomohon.

58
Hubungan antara Ketersediaan (2013) di Kecamatan Tarutung
Pelayanan dengan Tindakan Kabupaten Tapanuli Utara, bahwa
Pencegahan Rabies Di Desa Motoling dukungan petugas kesehatan atau
Kecamatan Motoling Kabupaten pelayanan kesehatan mempunyai
Minahasa Selatan hubungan bermakna dengan tindakan
Pelayanan kesehatan adalah setiap pemilik anjing dalam pencegahan
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan penyakit rabies.
yang dilakukan secara terpadu, Hasil penelitian diatas
terintegrasi dan berkesinambungan berdasarkan pendapat beberapa orang
untuk memelihara dan meningkatkan terhadap pelayanan vaksin rabies di desa
derajat kesehatan masyarakat dalam motoling, banyak yang memang belum
bentuk pencegahan penyakit, mengetahui pelayanan vaksin hewan
peningkatan kesehatan, pengobatan penular rabies karena kebanyakan yang
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh mengetahui hal-hal tersebut hanyalah
pemerintah dan/atau masyarakat (UU masyarakat yang tinggal dekat dengan
no. 36 tahun 2009). puskesmas dan atau yang mempunyai
Hasil analisis statistik dengan status pendidikan yang tinggi dan juga
menggunakan uji Chi Square pada masyarakat yang bekerja sebagai
penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai itu di karena seperti yang sudah
terdapat hubungan yang signifikan atau di jelaskan sebelumnya bahwa
bermakna antara ketersediaan pelayanan kebanyakan masyarakat desa motoling
dengan tindakan pencegahan rabies di memiliki pekerjaan sebagai tani
desa motoling karena nilai ρ < α (ρ = sehingga waktu mereka kebanyakn
0,011), berdasarkan hasil penelitian berada di kebun dari pada di desa.
tersebut maka sesuai dengan hipotesis Ketersediaan pelayanan di Desa
yang diajukan dapat disimpulkan bahwa Motoling memang tersedia namun tidak
H1/Ha diterima dan Ho di tolak karena semua msyarakat menerima hal tersebut
memiliki hubungan yang bermakna. atau mendapatkan pelayanan tersebut.
Hasil penelitian lain juga yang Bahkan peralatan pencehagahan di
dilakukan oleh Tahulending (2014) di Puskesmas Motoling dapat dikatakan
Kelurahan Aertembaga Kota Bitung belum lengkap sehingga pelayanan
menyatakan terdapat hubungan yang kejadian rabies tidak terlaksana dengan
signifikan antara pelayanan kesehatan begitu baik. Peran petugas kesehatan
dengan tindakan pencegahan rabies. juga mempunyai peranan penting dalam
Penelitian lain yang dilakukan Ritonga pencegahan dan pengendalian masalah

59
kesehatan di masyarakat, salah satu rabies dan juga melengkapi
perannya yaitu memberikan informasi peralatan yang ada di puskesmas
kesehatan. untuk penanganan kasus rabies yang
lebih efektif serta pentingnya
KESIMPULAN petugas kesehatan untuk turun dan
1. Terdapat hubungan yang signifikan terlibat aktif dalam menangani kasus
atau bermakna antara pengetahuan rabies yang ada agar masyarakat
dengan tindakan pencegahan rabies mendapatkan pelayanan kesehatan
di Desa Motoling Kecamatan yang layak.
Motoling Kabupaten Minahasa 2. Bagi Dinas Peternakan Kabupaten
Selatan Minahasa Selatan untuk dapat terus
2. Tidak terdapat hubungan yang mengintensifkan program vaksinasi
signifikan atau bermakna antara bagi hewan peliharaan khususnya
Sikap dengan tindakan pencegahan anjing.
rabies di Desa Motoling Kecamatan 3. Bagi Pemerintah setempat mulai
Motoling Kabupaten Minahasa dari kabupaten Minahasa Selatan,
Selatan kecamatan Motoling sampai di Desa
3. Terdapat hubungan yang signifikan Motoling untuk terus berupaya
atau bermakna antara Ketersediaan meningkatkan kesejahtraan dan
Pelayanan dengan tindakan kenyamanan masyarakat setempat
pencegahan rabies di Desa Motoling dengan bekerja sama dengan
Kecamatan Motoling Kabupaten puskesmas setempat untuk
Minahasa Selatan melakukan penanggulangan dan
pencegahan kasus rabies.
SARAN
1. Bagi instansi kesehatan, melakukan DAFTAR PUSTAKA
upaya promotif dan preventif Abata, QA. 2013. Cara atasi beragam
kepada masyarakat dengan Penyakit Berbahaya. Pustaka
meningkatkan pengetahuan Belajar, Madiun.
masyarakat melalui penyuluhan Dinas Kesehatan . 2014. Situasi dan
tentang rabies sehingga masyarakat Strategi Pencegahan Rabies di
dapat mengetahui dan dapat Sulawesi Utara. Provinsi
melakukan tindakan pencegahan, Sulawesi Utara.
serta memiliki sikap yang baik Dinas Pertanian dan Peternakan. 2014.
dalam penanggulangan penyakit Laporan Tahunan Balai

60
Kesehatan Hewan dan Masyarakat Universitas Sam
Kesehatan Masyarakat Ratulangi. Manado.
Veteriner. Dinas Pertanian dan Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
Peternakan, Provinsi Sulawesi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Utara. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Herlinae, dkk. 2013. Hubungan Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Pengetahuan Masyarakat Penelitian Kesehatan.
Pemelihara Anjing tentang PT.Rineka Cipta, Jakarta.
Bahaya Rabies Terhadap Nurhadi, M. 2012. Kesehatan
Partisipasi Pencegahan. Masyarakat Veteriner (Higiene
Skripsi. Program Studi Bahan Pangan Asal Hewan
Peternakan. Universitas Kristen dan Zoonosis). Gosyen
Palangka Raya. Publishing, Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Data Permenkes RI Nomor 1501 Tahun
Rabies Nasional. Subdit 2010. Tentang Jenis Penyakit
Pengendalian Zoonosis Menular Tertentu yang dapat
Direktorat PPBL, Ditjen PP & Menimbulkan Wabah dan
PL. Upaya penanggulangan.
Malahayati, E. 2010. Pengaruh Jakarta: Peraturan Menteri
Karakteristik Pemilik Anjing Kesehatan Republik Indonesia.
terhadap Partisipasinya dalam Puskesmas. 2014. Register Gigitan
Program Pencegahan Penyakit Hewan Penular Rabies
Rabies di Kelurahan Kwala .Puskesmas Motoling ,
Berkala Kecamatan Medan Kecamatan Motoling
Johor Kota Medan. Skripsi. Kabupaten Minahasa Selatan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Puskesmas. 2015. Register Gigitan
Universitas Sumatera Utara. Hewan Penular Rabies.
Medan. Puskesmas Motoling,
Moningka, F. 2013. Hubungan Antara Kecamatan Motoling
Pengetahuan dan Sikap Pemilik Kabupaten Minahasa Selatan.
Anjing dengan Tindakan Puskesmas. 2013. Profil Tahunan
Pencegahan Rabies di Wilayah Penanggulangan Kejadian
Kerja Puskesmas Ongkaw Rabies. Puskesmas Motoling
Kabupaten Minahasa Selatan. Kecamatan Kecamatan
Skripsi. Fakultas Kesehatan

61
Motoling Kabupaten Minahasa Universitas Sam Ratulangi.
Selatan. Manado.
Puskesmas. 2014. Profil Tahunan Ritonga, P.T. 2013. Analisis Faktor
Penanggulangan Kejadian Predisposing, Enabling dan
Rabies. Puskesmas Motoling Reinforcing terhadap Tindakan
Kecamatan Kecamatan Pemilik Anjing dalam
Motoling Kabupaten Minahasa Pencegahan Penyakit Rabies
Selatan. melalui Gigitan Hewan
Puskesmas. 2015. Profil Tahunan Penular rabies di Kecamatan
Penanggulangan Kejadian Tarutung Kabupaten Tapanuli
Rabies Bulan Januari-Mei. Utara. Tesis. Program
Puskesmas Motoling Pascasarjana Fakultas
Kecamatan Kecamatan Kesehatan Masyarakat
Motoling Kabupaten Minahasa Universitas Sumatera Utara.
Selatan. Tahulending, J Y. 2014. Faktor-faktor
Purnawan dan Kardiwinata. 2013. Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Pencegahan Penyakit
Perilaku Pencegahan Rabies Di Kelurahan
Wisatawan Terhadap Penyakit Makawidey Kecamatan
Rabies Di Ubud Sebagai Aertembaga Kota Bitung. Tesis.
Daerah Tujuan Wisata Di Program Pasca Sarjana
BALI. Community Health Program Studi Ilmu Kesehatan
Artikel Penelitian Volume. I Masyarakat, Universitas Sam
No. 2 Juli 2013.PS Ilmu Ratulangi, Manado.
Kesehatan Masyarakat Fak. Timmerman E. 2014. Faktor
Kedokteran Universitas Predisposing, Enabling Dan
Udayana Reinforcing Dengan Tindakan
Pangkey, M. 2014. Hubungan Antara Pemilik Anjing Dalam
Pengetahuan dan Sikap Pemilik Pencegahan Penyakit Rabies
Anjing dengan Tindakan Di Kelurahan Kayawu
Pencegahan Rabies di Desa Kecamatan Tomohon Utara
Koha Kecamatan Mandolang Kota Tomohon. Tesis. Program
Kabupaten Minahasa. Skripsi. Pascasarjana Fakultas
Fakultas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi

62
Manado. Fkm.Unsrat.ac.id,
diakses 17 Desember 2014.
Wattimena, J. 2010. Beberapa Faktor
Risiko Kejadian Rabies Pada
Anjing di Ambon. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol.
6.1. HAL. 24-29.
World Health Organization (WHO),
2013. Media Center Rabies
Strategis For The Control And
Elimination of Rabies in Asia.
Report of WHO interregional
Consultation Geneva
Switzerland: 1-19

63

Anda mungkin juga menyukai