PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, dimana penyelenggaraannya harus berdasarkan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan Perinatologi merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien dimana
pasien memerlukan tindakan yang cepat, dan tepat serta pelayanan yang emergency
untuk pasien dengan kondisi yang kritis dan memerlukan observasi khusus dengan
menggunkan peralatan yang lengkap.
1
b. Perawatan Bayi sakit tanpa incubator
Bayi yang dirawat dengan diagnosa Hipoglikemi, observasi vomitus
c. Perawatan Bayi sakit dengan Blue Light
Bayi yang dirawat dengan diagnosa Hiperbilirubin
C. Batasan Operasional
Unit pelayanan Perinatologi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau meliputi :
1. Status pasien, meliputi pelayanan pasien rawat inap
Pelayanan Perinatologi pasien Rawat inap yaitu pasien yang membutuhkan
pelayanan Perinatoogi saat dalam perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit
Mary Cileungsi Hijau.
2. Lingkup pelayanan keperawatan neonatus mengacu pada empat tingkat
pelayanan yaitu
a. Pelayanan Perina ( Pasien yang dirawat yang memerlukan Observasi Ketat
dari bayi baru lahir – 1 bulan)
Merupakan pelayanan neonatus dengan pemantauan yang ketat sehingga
diperlukan perawatan yang lebih intensive berikut indikasi pasien masuk ke
ruang perawatan perinatologi sebagai berikut :
a) Bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 minggu dan memiliki berat
badan >1500 gram yang tidak memiliki ketidak matangan fisiologis seperti
apnoe, prematuritas, ketidak mampuan dalam asupan oral atau
menderitan sakit yang tidak diantisipasi sebelumnya.
b) Pasien pasca ventilator selama 7 hari yang memerlukan oksigen nasal
dengan pemantauan saturasi oksigen.
c) Bayi yang memerlukan infus intra vena perifer dan mungkin nutrisi
parenteral untuk jangka waktu terbatas.
d) Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan intensif
e) Level II adalah kondisi gangguan hemodinamik ringan yang membutuhkan
pemantauan hemodinamik dengan Kriteria Fisiologi pernafasan >
60x/menit, Nadi 140 -160 x/menit, kecukupan oksigen dalam darah
dibawah 88%
2
f) Icterik Neonatorum yang perlu terapi fototherapi dan terapi cairan dengan
hasil bilirubin bayi > 16 mg/dl
g) GED sedang, Hipoglikemia dengan hasil GDS < 40 g/dl
h) Asfiksia sedang dengan kriteria fisiologis frekuensi nafas 60 – 80 x/menit,
retraksi ringan, sianosis, merintih yang memerlukan alat non invasif
(NCPAP).
i) Kelainan Kongenital.
j) Premature < 37 minggu BBLR < 2000 gram tetapi belum memerlukan
peralatan invasive agresif seperti : ventilator
k) bayi dengan ibu kehamilan/persalinan resiko tinggi (PEB, DM,KPD)
D. Landasan Hukum
1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5063).
2. Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4431).
3. Undang – undang nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Neonatal intensive Care Unit (NICU) di
Rumah Sakit
E. Kebijakan
a. Kebijakan Umum
3
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan
kasih sayang, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatian ( option for
the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada
mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, dan
Misi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada
pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan
kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien,
pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali
beberapa unit pelayanan tertentu
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap
pelayanan di rumah sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang
muka.
8. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang
mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk
mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
10.Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya
untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan
4
dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).
11.Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6
(enam) sasaran Keselamatan Pasien.
12.Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap
pakai.
13.Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14.Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan
profesi dan ketentuan yang berlaku.
15.Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit
dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
16.Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
17.Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan
menggunakan informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar
untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara
keseluruhan maupun individu.
18.Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
19.Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan dan tahunan
kepada manajemen rumah sakit.
20.Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 (enam)
standar keselamatan pasien dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
21.Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk
melaksanakan PONEK. Terkait PONEK Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau
mengupayakan pelayanan meliputi : penanganan awal / emergency ibu dan bayi
5
dan pelayanan rujukan kerumah sakit lain yang mampu memberikan pelayanan
lebih lanjut.
22.Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau bukan rumah sakit yang ditunjuk untuk
melakukan pelayanan pasien dengan HIV/AIDS, sehingga pelayanan yang
diselenggarakan Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau meliputi ; rujukan HIV ke
rumah sakit lain yang di tunjuk melayanai HIV/AIDS, dan penerapan Universal
Precaution.
23.Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat
persetujuan pasien / keluarga
24.Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
25.Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia
medis pasien yang dilayani.
26.Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal
ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
b. Kebijakan Khusus
1. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi
a. Batasan operasional periode perinatal dimulai dari usia kehamilan 28 minggu
hingga bayi baru lahir 0-40 hari, apabila diperlukan sehubungan dengan
kelainannya maka perawatan di ruang rawat Perinatoplogi dapat dilanjutkan
sesuai dengan kebutuhanya.
b. Pelayanan bayi baru lahir mulai dari resusitasi bayi baru lahir sampai
melewati usia perinatal dilaksanakan dan dipantau oleh Panitia Perinatal
Risiko Tinggi.
c. Penentuan risiko kehamilan pada ibu hamil dengan menggunakan daftar
risiko tinggi didalam dokumen yang ada.
d. Menunjuk instalasi ICU, SMF anestesi dan SMF Kebidanan sebagai
pelaksana pelayanan Perinatal Risiko Tinggi.
e. Pelayanan perinatal yang dilaksanakan di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau
adalah Pelayanan Perinatal Tingkat I dan Tingkat II.
6
f. Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran infeksi ke perawatan Perinatal
Risiko Tinggi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau, maka pasien Perinatal
Risiko Tinggi dari luar Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau yang dianggap
sebagai pasien Perinatal Risiko Tinggi terinfeksi harus dirawat di ruang
perinatologi.
2. Tingkat Pelayanan Perinatal
a. Perawatan perinatal tingkat I adalah perawatan dasar terhadap
ibu dan bayi baru lahir normal dan dengan komplikasi ringan harus
dilaksanakan rawat gabung.
b. Perawatan tingkat II adalah pelayanan perinatal risiko tinggi dan
mampu menerima rujukan dari perawatan perinatal tingkat I.
c. Perawatan perinatal tingkat III tidak dilakukan di Rumah Sakit
Mary Cileungsi Hijau, jika ada akan di rujuk ke rumah sakit lain yang
mempunyai fasilitas yang lengkap.
3. Semua pelayanan yang ada di perinatologi wajib berdasarkan standar prosedur
operasional ( SPO )
4. Setiap ibu dan bayi baru lahir harus dilengkapi dengan berkas rekam medis yang
diisi dengan benar, lengkap dan tepat waktu
5. Setiap bayi baru lahir, harus dilakukan identifikasi dengan pemasangan gelang
dan dilengkapi dengan sidik jari dan telapak kaki bayi
6. Setiap bayi baru lahir masuk dalam risiko tinggi pasien jatuh.
7. Setiap ibu diberikan edukasi tentang ASI ekslusif, metode kangguru ( jika BBLR )
dan edukasi lainnya yang mendukung perawatan berkelanjutan.
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Perinatologi yaitu :
…
a. Untuk Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 3-4 orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :
- 1 orang Kepala Ruangan
- 3 orang Bidan/perawat
b. Untuk Dinas Sore
Yang bertugas sejumlah 2-3 orang dengan standard minimal bersertifikat BLS
Kategori :
- 3 orang Bidan / Perawat pelaksan
c. Untuk Dinas Malam
Yang bertugas sejumlah 2 orang dengan standard minimal bersertifikat BLS
Kategori :
2-3 orang Bidan/Perawat
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jadwal dinas atau jadwal jaga ruang Perinatologi dibuat untuk periode
satu bulan oleh kepala ruang dan direalisasikan ke perawat Perinatologi untuk
8
pelaksanaan 1 bulan
2. Pertukaran jadwal dinas perawat Perinatologi diberitahukan kepada Kepala Ruang
unit, maksimal 1 hari sebelumnya dan dicatat kedalam jadwal dinas ruangan
3. Pengajuan cuti tahunan perawat Perinatologi diajukan 1 bulan kepada Kepala ruang
unit sebelum pembuatan jadwal dinas
4. Perawat yang tidak bisa melaksanakan dinas (tanpa terencana / Cuti Insidential)
harus menginformasikan kepada Kepala Ruang untuk ditunjuk penggantinya sesuai
dengan kompetensi maksimal 6 jam sebelumnya
5. Jadwal dinas perinatology :
a. Shift Pagi : Jam 07.00 - 14.00 WIB
b. Shift Siang : Jam 14.00 – 21.00 WIB
c. Shift Malam : Jam 21.00 - 07.00 WIB
d. Midle : Jam 10.00 – 17.00 WIB
6. Apabila ada tenaga kebidanan jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka bidan yang bersangkutan
harus memberitahu kepada kepala ruangan kebidanan : 2 jam sebelum dinas pagi,
4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu kepala ruangan
kebidanan, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari bidan pengganti,
apabila bidan yang bersangkutan tidak mendapatkan bidan pengganti, maka kepala
ruangan kebidanan akan mencari tenaga bidan pengganti yaitu bidan yang hari itu
libur atau bidan yang tinggal di lingkungan terdekat Rumah Sakit Mary Cileungsi
Hijau.
7. Apabila bidan pengganti tidak di dapatkan, maka bidan yang dinas pada shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan atau melanjutkan jaga dengan dihitung
lembur (SPO pengaturan jadwal dinas bidan terlampi
BAB III
9
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
10
8 X-Ray Foto 1
9 Stestoskop bayi 4
10 Timbangan bayi 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
11
A. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Perinatologi
Perina mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan Perina adalah suatu pelayanan
yang dilakukan untuk kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah
memberikan pelayanan medik berkelanjutan.
12
a) Timbangan bayi.
b) Tempat tidur bayi.
c) Phototerapi..
d) Inkubator.
e) O2 Central (peralatan pemberian Oksigen : Oxyhood, kateter nasal)
f) Suction.
g) Termometer.
D. Prosedur Medik
a. Pemasangan Stomach Tube
b. Pemasanagan Vena Umbilikal
c. Pemakaian Inkubator/Infant warmer
d. Pemasangan Infus
e. Pengoperasian fototerapi
f. Balance cairan
13
b. Syringe Pump dan Inpus Pump
Syringe Pump
Syringe Pump digunkan untuk pemberian obat – obatan secara maintenen
ataupun cairan ruwatan minimal yaitu 1 – 3 cc/jam, Jumlah cairan maksimal per
jam yang dapat digunakan dengan syringe pump adalah 99,9 cc/jam.
Infus Pump
Infus Pump digunakan untuk pemberian cairan berupa nutrisi maupun cairan
ruwatan, jumlah maksimal yang dapat diberikan kepada pasien yang
menggunkan infus pump adalah 999,9 cc/jam.
c. Suction
Suction digunakan untuk membantu mengeluarkan lendir dari mulut atau alat bantu
nafas pasien, tekanan suction untuk pasien adalah :
a) Bayi dengan tekanan kurang dari 100 cmH20
b) Anak dengan tekanan kurang dari 100- 120 cmH20, atau sesuai dengan standar
prosedur operasional ( SPO )
F. Konsultasi
Orang tua pasien berhak berkonsultasi pada dokter yang merawat pada setiap dokter
visit ataupun konsultasi di poliklinik dengan perjanjian sebelumnya.
H. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke radiologi/poliklinik
Sebelum pasien dibawa ke radiologi/poliklinik perawat appoitment terlebih dahulu
mendaftar sehingga pasien tidak menunggu lama di bagian radiologi ataupun
Poliklinik, pasien yang memerlukan pendampingan anastesi perawat perlu meminta
persetujuan kepada keluarga terlebih dahulu.
2. Pengiriman rujukan
14
Setiap pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit lain harus sesuai dengan SPO
merujuk ke RS luar
3. Pengiriman ke kamar jenazah
Setelah 2 jam pasien dinyatakan meninggal oleh DPJP ataupun dokter jaga
bangsal, maka pasien diantar ke kamar jenazah.
15
d) Perawat menggantikan baju bayi dan menjelasan surat kontrol dan penkes
selama di rumah
BAB V
LOGISTIK
16
Ruang perinatologi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau mempunyai permintaan untuk
pemenuhan logistik ruang perinatologi, dimana kebutuhan tersebut dibagi menjadi 2 yaitu
kebutuhan ATK (Alat Tulis Kerja) dan ART ( Alat Rumah Tangga ) yang dimana jadwal
permintaannya dilakukan setiap 2 mingu sekali atau sesuai kebutuhan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
17
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
a) Asesmen resiko
b) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c) Pelaporan dan analisis insiden
d) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a) Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b) Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
18
A. Pendahuluan
Menurut UU No 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja yaitu tempat kerja yang mempunyai resiko
bahaya kesehatan kerja, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai 10 orang.
Rumah sakit adalah tempat kerja yang termaksud dalam kategori seperti diatas,
berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja diunit Perinatologi bertujuan untuk melindungi
karyawan dan pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dari dalam dan luar
rumah sakit.
B. Tujuan
Keselamatan dan kesehatan kerja /K3 merupakan bagian dari integral dari
perlindungan terhadap rumah sakit. Pegawai adalah bagian dari integral dari rumah
sakit, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan meningkatkan produktifitas
pegawai dan meningkatkan produktifitas rumah sakit.
Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan keberlangsungan usaha
masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyarakatnya termaksud para
pegawai dari bahaya kerja. Sebab itu pemerintah mengatur dan mengawasi
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. UU No 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja bermaksud untuk menjamin :
Agar pegawai dan setiap orang ditempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat
dan selamat.
Agar faktor – faktor produksi dapat dipakai dan digunakan sebagai efesien.
Agar proses produksi berjalan lancar tanpa adanya hambatan.
19
Peran dan kwalitas manajement
Dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan kerja, kecelakanan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi apabila :
a) Peralatan tidak memenuhi standar .
b) Standar kualitas menurun.
c) Alat – alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi.
d) Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruang terlalu
panas atau terlalu dingin.
e) Tidak tersedianya alat alat pengaman.
f) Kurang memperhatikan persyaratan dan penanggulangan bahaya kebakaran
dll.
20
Pelaksanaan kalibrasi pada alat yang seharusnya dikalibarasi sehingga alat yang
dipakai pasien terjamin keselamatannya.
Pemasangan hek tempat tidur pada semua tempat tidur sehingga bayi terhindar dari
jatuh.
Pemasangan alat fototerapi harus sesuai dengan SPO
Pemberian obat – obatan harus sesuai dengan SPO sehingga bayi terhindar dari
pemberian obat – obatan (Biknat, KCL)
Prosedur cuci tangan dijalankan untuk mencegahan infeksi nosokomial
Pemakaian APD sesuai dengan ketentuan sehingga tidak terjadi infeksi silang
abtara petugas adan pasien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
21
Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau khusunya untuk ruang
intensif care unit (ICU) mengacu kepada Indikator Mutu Area Klinik (IAK), Indikator Mutu
Area Manajerial (IAM) dan Indikator Mutu Area Sasaran Keselamatan Pasien (IASKP).
Dari acuan tersebut diatas, maka indikator mutu ruang intensif care unit (ICU) adalah
sebagai berikut :
1. Indikator Mutu Area Klinik (IAK)
(1). Assesmen pasien
(2). Pencegahan dan pengendalian, pengawasan serta pelaporan infeksi
(3). Prosedur Operasi
(4). Penggunaan antibiotik dan obat lainnya
BAB IX
22
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Perinatologi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau ini diharapkan dapat
menjadi panduan bagi seluruh Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau yang
menyelenggarakan pelayanan perinatologi.
Pelayanan Perinatologi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau dibagi menjadi tiga klasifikasi
pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi sumber daya,
sarana, prasarana dan peralatan.
Pedoman Pelayanan Perinatologi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau, selanjutnya perlu
dijabarkan dalam standar prosedur operasional (SPO) di setiap proses pelayanannya
sehingga tercapai kelancaran dalam proses pelaksanaan di ruang perinatologi Rumah
Sakit Mary Cileungsi Hijau.
23