Anda di halaman 1dari 51

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT
PERAWATAN INTENSIF BAYI

TERBITAN TAHUN 2021

Jalan Duren Tiga Raya No 5


Pancoran, Jakarta 12780
Telp 021 7976605
www.brawijayahospital.com
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BRAWIJAYA DUREN TIGA
BDT/DIR/SK/VII2021/011.41 PEDOMAN PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF BAYI

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF BAYI

DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BRAWIJAYA DUREN TIGA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya
Duren tiga (RSIA Brawijaya Duren Tiga ) sebagai institusi pelayanan
kesehatan spesialis terkemuka untuk wanita dan anak yang
memberikan pelayanan prima dipandang perlu untuk memperhatian
dan mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien,
termasuk di dalamnya adalah pelayanan kegawat daruratan medik;
b. Bahwa telah ditetapkannya Kebijakan Pelayanan Unit Perawatan
Intensif Bayi dengan Keputusan Direktur RSIA Brawijaya Duren Tiga
Nomor …..
c. Bahwa telah ditetapkannya Pedoman Pelayanan Perawatan Intensif
Bayi dengan keputusan Direktur RSIA Brawijaya Duren Tiga Nomor …
d. Bahwa dalam upaya menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan
Neonatus Intensive Care di RSIA Brawijaya Duren Tiga, maka
diperlukan pedoman organisasi Unit Perawatan Intensif Bayi sesuai
dengan peraturan dan perundang - undangan serta Kebijakan Direktur
RSIA Brawijaya Duren Tiga yang berlaku;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a,b,c,dan d di atas, perlu ditetapkan Pedoman Organisasi Unit
Perawatan Intensif Bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya Duren
tiga dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya
duren tiga.

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktek Kedokteran ;

3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit;

4. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor


HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438 tahun 2010 tentang


Standar Pelayanan Kedokteran

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008


tentang Intensive Care Unit

9. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit,


Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI
2010

10. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Direktorat


Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen RI 2008

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 834/Menkes/SK/VII/2010


Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Hight Care di Rumah
Sakit

12. Kebijakan pelayanan RSIA Brawijaya duren Tiga


BDT/DIR/KEBIJAKAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN/2018/202

13. Surat keputusan direktur PT Amban Puro Jaya No.


APJ/DIR/HOSPITAL/BY LAW/2018/TENTANG Hospital By Law

14. SK Direktur PT Amban Puro Jaya No. 02-IST/Dir/SK/17/07 Tentang


Pemberhentian dan pengangkatan kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak
Duren Tiga
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BRAWIJAYA
DURENTIGA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PERAWATAN
INTENSIF BAYI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BRAWIJAYA
DURENTIGA

KEDUA : Pedoman pelayanan perawatan intensif bayi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Brawijaya Durentiga sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KETIGA : Pedoman pelayanan Perawatan Intensif bayi harus dibahas


sekurang kurang nya 3 tahun sekali dan apabila diperlukan dapat
dilakukan perubahan sesuai perkembangan yang ada

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di


kemudian hari ternyata diperlukan perbaikan maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan :JAKARTA
Pada Tanggal : 21 0kt 2021

Direktur RSIA Brawijaya Duren Tiga


Lampiran : Keputusan Direktur RSIA Brawijaya Durentiga

Nomor : BDT/DIR/ BDT/DIR/SK/VII2021/011.41


Tentang : Pedoman pelayanan Unit Prawatan Intensif Bayi RSIA Brawijaya Duren Tiga

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana tertuang dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan pelayanan kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan pada Perawatan Intensif Bayi (NICU) merupakan pelayanan kesehatan
perorangan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga. Dimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini dilaksanakan
secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif.

Pelayanan unit Perawatan Intensif Bayi (NICU) merupakan pelayanan yang diberikan kepada bayi
usia 0-28 hari, yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat pada kondisi kritis yang
memerlukan observasi ketat dengan peralatan medik yang lengkap dan berteknologi, dengan
menggabungkan pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan non medik, yang
saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan baik.

Sumber daya yang ada dalam Perawatan Intensif Bayi (NICU), baik dalam bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta fasilitas pelayanan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dikelola dan
dikembangkan dengan baik.
B. Tujuan

Pedoman pelayanan unit Perawatan Intensif Bayi (NICU) ini dibuat sebagai acuan bagi seluruh
staf dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan professional.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

RSIA Brawijaya Duren Tiga merupakan tipe pelayanan RS kelas C yang menyediakan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, yang didukung oleh pelayanan medik spesialis sesuai kekhususan,
pelayanan medik umum dan penunjang medik, juga disertai pelayanan keperawatan dan
kebidanan dan pelayanan non medik, berupa farmasi, rekam medik, psikologi, CSSD, pengolahan
makan/gizi, pelayanan darah, laundry, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan.

Pelayanan Perawatan Intensif Bayi (NICU) selain didukung oleh bangunan (ruang) dan prasarana
serta peralatan yang berteknologi tinggi, juga dibekali dengan sumber daya manusia yang
kompeten dan professional, yang meliputi tenaga medis (dokter spesialis obstetric dan ginekologi,
dokter spesialis anak, dokter subspesialis dan/atau spesialis dengan kualifikasi tambahan sesuai
kekhususan, dokter umum, dokter gigi); tenaga keperawatan dan kebidanan; tenaga
kefarmasiaan, dan tenaga kesehatan lainnya, yang saling bersinergi dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan fokus patient centered care.

D. Batasan Operasional

1. Perawatan Intensif Bayi Perina 2A

Kriteria Masuk:
Bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan (> 35 minggu) dengan berat badan lahir atau saat
tiba di RS ≥ 2000-gram yang stabil dalam hemodinamik namun membutuhkan:

 Oksigenasi : low flow oksigen dan pemantauan saturasi oksigen tetapi tidak dalam fase akut
 Penyembuhan pasca perawatan intensif
 Terapi sinar tanpa akses intravena
 Mampu FULL FEED per oral/OGT
 Perawatan observasi pasca resusitasi tanpa alat bantu nafas

Kriteria Keluar:
 Stabil untuk pulang
 Naik ke Perawatan Intensif Bayi Perina 2B

2. Pelayanan Perawatan Intensif Bayi Perina 2B

Kriteria Masuk:
 Usia gestasi ≥ 35 minggu dengan / tanpa bantuan oksigen
 Oksigenasi: Low flow ≤ 2L/menit
 Akses inravena: Perifer > 72 jam
 Berat badan > 1800 gram
 Hiperbilirubinemia yang membutuhkan akses intravena
 Hipotermia berkepanjangan > 6 jam
 Hipoglikemia yang membutuhkan IVFD (tidak berulang)
 Dehidrasi yang membutuhkan IVFD
 Tersangka sepsis neonatorum yang belum terbukti dari hasil biakan darah
 Pemantauan perawatan pasca resusitasi dengan alat bantu nafas

Kriteria Keluar:

 Klinis perbaikan dan selesai tatalaksana antibiotik/antijamur


 Parameter respirasi stabil (laju nafas 40-60 x/menit, nafas nyaman) tanpa bantuan alat bantu
nafas, pCO2 pada AGD normal.

3. Pelayanan Perawatan Intensif Bayi (NICU)

Kriteria Masuk:

 Usia Gestasi:
Usia gestasi dan berat berapapun yang mengalami gangguan hemodinamik dan pernafasan
yang tidak stabil dan membutuhkan monitor ketat.
Usia gestasi ≤ 35 minggu dan membutuhkan CPAP/Ventilator mekanik
 Usia gestasi ≥ 32 mgg dengan BB ≥ 1300 gram
 Berat badan lahir ≤ 1800 gram dengan atau tanpa dukungan oksigenasi
 Oksigenasi: CPAP, Ventilator mekanik
 Apnea/Periodic Apnea
 Kejang neonatorum
 Membutuhkan tranfusi tukar
 Perdarahan hebat
 Pasca Operasi bedah mayor
 Membutuhkan inotropik
 Membutuhkan terapi intravenous immunoglobulin (IVFG)
 Membutuhkan akses cepat (cito) konsultasi subspesialistik dan spesialistik bagian anak
maupun bagian lain
 Semua kondisi diatas yang membutuhkan akses intravena PICC, Total Parenteral Nutrition,
Jalur Vena Sentral
 Hipoglikemia berulang

Kriteria Keluar NICU:

 Parameter respirasi stabil (laju nafas 40-60 x/menit, nafas nyaman) tanpa bantuan alat bantu
nafas, pCO2 pada AGD normal.

 Parameter hemodinamik stabil, frekuensi jantung dan nadi normal, tekanan darah normal,
tanpa bantuan inotropic. Heart rate 120-160 x/menit, tekanan darah dan MAP sesuai usia.

 Status neurologis sudah terkontrol, kejang sudah teratasi dengan atau tanpa obat kejang.

 Parameter gula darah sudah normal tanpa infus dan tanpa obat
 Tidak terpasang infus sentral (vena umbilical kateter, PICC, atau long line).

 Infeksi sudah teratasi dibuktikan dengan kultur yang negative dan parameter infeksi yang
sudah normal.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Perencanaan ketenagaan, pengorganisasian, pengembangan dan pendayagunaan ketenagaan


yang baik akan meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien.

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

A. NAMA KUALIFIKASI JABATAN


N JABATAN

1 Penangung Pendidikan formal : Dokter Spesialis anak + fellowship neonatus


jawab klinis Pendidikan non formal : ATLS
Masa kerja : 1 tahun
Pengalaman jabatan : 1 tahun spesialis Anak ditempat lain
Persyaratan lain Telah memenuhi kompetensi sebagai penanggung
: jawab klinis ruang Intensif bayi

2 Dokter jaga Pendidikan formal : Dokter umum


Pendidikan non formal : ATLS
Masa kerja : 1 tahun
Pengalaman jabatan : 1 tahun dokter umum
Persyaratan lain : Pengalaman di IGD RSIA diutamakan

3 Coordinator Pendidikan formal : Diploma III Keperawatan, S1 Keperawatan


Ners/Kebidanan
Pendidikan non formal : Mempunyai sertifikat manajemen bangsal
Masa kerja 3 Tahun
Pengalaman jabatan : Sebagai Penanggung Jawab Shift (PJ) atau
sebagai koordinator
4 Perawat Ranap Pendidikan formal : Diploma III Keperawatan, S1 Keperawatan
Bayi dan High Ners/
Care Pendidikan non formal : Resusitasi Bayi
Masa kerja 1 Tahun
Pengalaman jabatan : -

1. Penanggung jawab klinis: Spesialis Anak dengan keahlian neonatus


2. Dokter jaga 24 jam: Dokter umum-S1 Kedokteran
3. Koordinator Unit Perawatan Intensif Bayi
Seorang tenaga keperawatan profesional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di Perawatan Intensif Bayi. Tertuang dalam SK
Direktur RS penetapaan koordinator unit beserta uraian tugas dan wewenang.
Fungsi Utama:
Bertanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan di unit perawatan intensif bayi.

Uraian Tugas
- Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan tenaga, alat dan asuhan
keperawatan
- Mengkoordinasikan dan mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan
- Memberikan bimbingan penerapan etika profesi, asuhan keperawatan sesuai SDM
- Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang unit
- Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Unit Perawatan Intensif Bayi atau dengan unit
lain (rapat jajaran)
- Melaksanakan fungsi perencanaan meliputi :
Menyusun program kerja tahunan unit perawatan intensif bayi
Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi
tenaga untuk unit kerja tanggung jawabnya
Menyusun rencana kebutuhan peralatan dari segi jumlah maupun jenis dan kualitas alat
Menyusun program pengembangan staf keperawatan dan program orientasi bagi tenaga
keperawatan baru yang akan bekerja di unit kerjanya
Menyusun jadwal pertemuan berkala atau sewaktu waktu bila diperlukan dengan staf
keperawatan di masing-masing unit kerjanya
Membuat usualan mutasi tenaga keperawatan, berkoordinasi dengan Kepala Bidang
Keperawatan dan SDM
- Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi :
Melaksanakan sebagian tugas yang dilimpahkan dari Kepala Bidang Keperawatan
Mewakili tugas dan wewenang Kepala Bidang Keperawatan atas persetujuan Direktur
RSIA Duren Tiga
Menyampaikan dan menjelaskan kebijaksanaan Kepala Bidang Keperawatan pada staf
keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya
Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan baru yang bekerja di unit
kerja di bawah tanggung jawabnya
Memberikan bimbingan kepada tenaga keperawatan yang berada di bawah tanggung
jawabnya, berkerjasama dengan SDM
Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan baru yang akan bekerja di
unit kerjanya
Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Kepala Departemen Keperawatan, Unit
Perawatan Intensif Bayi atau staf keperawatan secara berkala atau sewaktu-waktu bila
diperlukan
Menampung dan menanggulangi usul, keluhan, baik tentang masalah tenaga
keperawatan maupun asuhan keperawatan untuk disampaikan kepada Kepala Bidang
Keperawatan
Membantu menyelesaikan masalah yang timbul di unit kerjanya, memelihara suasana
kerja yang harmonis
Meneliti dan mempertimbanagkan syarat permohonan kenaikan pangkat, cuti, pindah,
berhenti dari tenaga keperawatan di wilayah tanggung jawabnya
Menyimpan dokumen kegiatan, termasuk data kepegawaian (data tenaga keperawatan)
yang berada di bawah tanggung jawabnya
- Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
Mengendalikan pelaksanaan peraturan atau tata tertib, Standar Prosedur Operasional
(SPO) pelayanan keperawatan yang berlaku
Mengendalikan pendayagunaan peralatan, tenaga keperawatan secara efektif dan efisien
Melaksanakan kunjungan keliling (supervisi) secara berkala atau sewaktu-waktu bila
diperlukan ke semua bagian unit kerjanya, agar tujuan pelayanan keperawatan yang
diinginkan tetap terjamin
- Menilai mutu pelayanan atau asuhan keperawatan, koordinasi dengan Tim Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
- Melaksanakan dan mengawasi komunikasi yang efektif di unitnya
- Melaksanakan dan mengawasi kegiatan peningkatan mutu pelayanan di unitnya
- Melaksanakan dan mengawasi budaya keselamatan di unitnya
- Memilih dan menerapkan penilaian mutu dan keselamatan pasien serta spesifik terhadap
cakupan pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan serta menyediakan data dan
informasi dari hasil kegiatan tersebut

Tanggung Jawab
- Bertanggung jawab terhadap pengaturan dinas di Unit Perawatan Intensif Bayi
- Bertanggung jawab terhadap koordinasi antara Unit Perawatan Intensif Bayi dengan unit
lain maupun manajemen
- Bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian operasional di Unit
Perawatan Intensif Bayi

Wewenang
- Menerima delegasi tanggung jawab dari Kepala Departemen Medis dan Keperawatan
Kualifikasi
- Pendidikan = Ners / D-III Keperawatan
- Kursus / Pelatihan = Memiliki sertifikat pelatihan Manajemen Bangsal
- Pengalaman Kerja = Pernah menjadi penanggung Jawab Shift atau Koordinator
- Kondisi Fisik = Sehat jasmani dan rohani

4. Perawat pelaksana
Seorang perawat profesional/non profesional yang ditugaskan dan diberi kewenangan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada bayi, berupa SPK dan RKK.

Persyaratan dan Kualifikasi:


 Pendidikan Ners/D-III Keperawatan
 Memiliki sertifikat yang berkaitan dengan neonatologi
 Dapat berkomunikasi dengan baik
 Mempunyai surat izin perawat, SIPP, STR, SPK, RKK

Perawat pelaksana mempunyai minimal 12 kompetensi dasar sesuai Proses Delphi dari
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI)
1. Kemampuan melaksanakan komunikasi interpersonal dalam implementasi keperawatan
2. Melakssanakan prinsip etik dalam tindakan keperawatan
3. Melaksanakan prinsip pengendalian infeksi nosokomial
4. Melaksanakan, interpretasi dan menganalisis dokumen secara akurat
5. Meningkatkan dan memelihara lingkungan yang aman dan meningkatkan quality assurance
dan manajemen resiko.
6. Melaksanakan tanda-tanda vital
7. Melaksanakan satndar precautions untuk mencegah pasien injuri
8. Memfasilitasi kebutuhan oksigen
9. Memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit
10. Mampu melaksanakan perawatan luka
11. Memberikan pengobatan yang aman
12. Pengelolaan darah atau cairan dengan prosedur yang aman

B. Distribusi Ketenagaan

Tabel 1. Distribusi Ketenagaan Unit Perawatan Intensif Bayi


JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH
Penangung Jawab Klinis Spesialis + Fellowship neonatus 1
Dokter Jaga 24 jam S1 Kedokteran 2
Koordinator Perawatan Intensif Bayi Ners 1
Perawat pelaksana Ners/D-III Kep 8
Total 14

Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di unit Perawatan Intensif Bayi menurut Rumus
Gillies adalah sebagai berikut
AxBxC = F = H
(C – D) x E G

Keterangan
A = Rata-rata jumlah perawatan /pasien/hari
B = Rata-rata jumlah pasien/hari
C = Jumlah hari/tahun (365 hari)
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat (78 hari)
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumalh jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Pelayanan keperawatan terdiri dari tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu


- Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Self care membutuhkan ½ x 4 jam = 2 jam
Partial care membutuhkan ¾ x 4 jam = 3 jam
Total care membutuhkan 1 - 1½ x 4 jam = 4 – 6 jam
Intensive care membutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam
 Jumlah rata-rata pasien yang dirawat (BOR) 2 pasien/hari = 2 pasien x 8 jam
(intensive care) = 16 jam

- Perawatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan,


memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca
catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dibutuhkan 60 menit/pasien/hari (Gillies,
1994)
 Keperawatan tidak langsung 2 pasien = 2 pasien x 1 jam = 2 jam

- Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada orangtua bayi meliputi: aktivitas,


pengobatan, serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Gillies (1994), waktu yang
dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan adalah 15 menit/pasien/hari
 Penyuluhan kesehatan 2 orang pasien = 0,5 jam

Rumus Gillies
AxBxC = F = H
(C – D) x E G
(16 + 2 + 0,5) x 2 pasien x 365 hari = 13505 = 6,7 orang; koreksi 25% = 8 – 9 orang
(365 – 78) x 7 hari/minggu 2009

Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990).

- Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%  (Pagi 3, Sore 2, Malam 2, Lepas
malam 1, Libur 1)
Jam kerja mengacu pada SPO RSIA Brawijaya Duren Tiga
Shift Pagi : Jam 07.00 – 14.30
Shift Siang : Jam 14.00 – 20.30
Shift Malam : Jam 20.00 – 07.30

- Kombinasi proporsi yang dianjurkan tiap shift, 55% tenaga profesional (Ners) dan 45%
tenaga non profesional (D-III Kep).

C. Pengaturan Jaga

Diketahui perawat secara 24 jam memberikan asuhan keperawatan, maka penjadwalan harus
dikelola agar kualitas pelayanan tetap terjaga. Kepuasan terhadap penjadwalan mungkin
tidak sepenuhnya dapat memenuhi keinginan tiap staf, tetapi setidaaknya penjadwalan
sedapat mungkin dibangun dengan prinsip keadilan dan dikomunikasikan dalam tim.

Pengaturan jadwal adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-
masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapai hasil yang
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husen, 2008)
- Pengaturan jadwal dinas unit Perawatan Intensif Bayi dibuat untuk periode satu bulan
oleh Koordinator Unit dan direalisasikan ke perawat pelaksana untuk pelaksanaan 1
bulan.
- Pertukaran jadwal dinas perawat diberitahukan terlebih dahulu kepada Koordinator Unit 1
hari sebelumnya dan dicatat kedalam jadwal dinas ruangan. Perubahan jadwal dinas
segera direvisi di bagian sistem ANDAL untuk pencatatan.
- Bila terjadi ketidakseimbangan tenaga keperawatan dengan jumlah dan kualifikasi pasien,
Koordinator unit dapat melaporkan ke PJO bila ada kebutuhan tenaga di unit lain yang
sedang ramai pasien, atau memberlakukan oncall pada perawat, atau menerapkan oncall
pada perawat part time yang khusus berdinas jika ada kondisi yang dibutuhkan.
- Perawat yang tidak bisa melaksanakan dinas (tanpa terencana/cuti insidential) harus
menginformasikan kepada Koordinator Unit, untuk segera ditunjuk penggantinya sesuai
dengan kompetensi/level perawat yang dibutuhkan.
- Koordinator unit mempertimbangkan perubahan jadwal dinas, bila terjadi kondisi yang
tidak terduga seperti ketidakhadiran staf dan staf yang sakit.
- Pengajuan cuti tahunan perawat diajukan 1 bulan kepada Koordinator Unit sebelum
pembuatan jadwal dinas.

BAB III
STANDAR FASILITAS

Menurut PP RI Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, fasilitas


Kesehatan dan sarana penunjang pada Rumah sakit terdiri atas bangunan dan prasarana,
ketersediaan tempat tidur rawat inap, dan peralatan.

A. Alur Pasien & Denah Ruang

Dapur Susu Perawatan Bayi


dan Perina 2A dan 2B

Perawatan
Intensif Bayi
(NICU)
Perawatan
Kamar Bayi

ALUR PASIEN UNIT PERAWATAN INTENSIF BAYI

BAYI BARU LAHIR

(0-28 HARI)

KAMAR BAYI PERINA 2A PERINA 2B NICU


(NURSERY)

BAYI SEHAT

MENGIKUTI PEDOMAN KRITERIA KELUAR DAN MASUK


PASIEN YANG TELAH DITETAPKAN
RAWAT GABUNG

BERSAMA IBU

B. Standar Fasilitas

Unit pelayanan Perawatan Intensif Bayi terletak di lantai 2 RSIA Brawijaya Duren Tiga,
bersebelahan dengan ruang perawatan 204. Memiliki akses masuk dengan fingerprint, demi
keamanan dan keselamatan pasien bayi. Peralatan pada Rumah Sakit terdiri atas peralatan medis
dan peralatan non medis yamg memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai.

Tabel 2. Daftar barang medis unit Perawatan Intensif Bayi


No. Nama barang medis Jumlah Keterangan
1 Inkubator 5 2-unit berfungsi baik
1-unit dalam proses perbaikan, 2-unit
dalam proses pengajuan.
2 Termometer kulkas 1 Berfungsi baik
3 Termometer bayi 2 Berfungsi baik
4 Box bayi 18 Box bayi paramount 9
Box bayi biasa 9
5 Timbangan digital 1 Berfungsi baik
6 Timbangan jarum (timbangan kue) 1 Berfungsi baik
7 Tabung oksigen 2 Berada di unit OK/VK
8 Tabung udara tekan 2 Berada di unit OK/VK
9 Stetoskop bayi 2 Merk spirit 1; Merk Littman 1
10 Cooler box-vaksin 1 Engsel penutup bagian box rusak
11 Sterilisator botol bayi 2 Merk upang. Kondisi baik
12 Penlight 1 Berfungsi baik
13 Alat ukur GDS bayi 2 Berfungsi baik
14 Pulse oximetry 2 Kondisi baik.
Sedang pengajuan tambahan 1 pulse
oximetry
15 Inkubator transport 1 Kondisi baik
16 Trolley emergency 1 Kondisi baik
17 Emergency kit 1 Kondisi baik
18 Set Tindakan SC untuk bayi 1 Kondisi baik
19 Set Tindakan Umbilikal bayi 1 Kondisi baik
20 Blue light LED 2 1 LED sedang dalam perawatan
21 Blue light (kotak) 3 Kondisi baik
22 Tiang infus 3 Kondisi baik
No. Nama barang medis Jumlah Keterangan
23 Oksigen low flow 2 Kondisi baik
24 Neopuff 2 1 unit di NICU
1 unit di OK/VK
25 Bed tafel 2 Kondisi baik
26 Infant warmer 4 1-unit berada di NICU
3-unit berada di unit OK/VK
27 Monitor Pasien 1 Sedang pengajuan tambahan 1 unit
28 Mesin B-CPAP 1 Kondisi baik
29 Ventilator 1 Kondisi baik
30 Mesin suction 3 1 unit di NICU
2 unit di OK/VK
31 Meja trolley 2 Kondisi baik
32 Infus pump 6 Kondisi baik
33 Syringe pump 7 Kondisi baik
34 Sofa menyusui 1 Kondisi baik
35 Set laringoskop neonantus 1 Kondisi baik

Tabel 3. Daftar barang non medis unit Perawatan Intensif Bayi


No. Nama barang non medis Jumlah Keterangan
1 APAR 1 Kondisi baik
2 Kulkas 1 Kondisi baik
3 AC 6 Kondisi baik
4 Jam dinding 3 Kondisi baik
5 Termos air panas 2 Kondisi baik
6 Tempat linen kotor (besar) 1 Kondisi baik
7 Rak sepatu 1 Kondisi baik
8 Tempat sampah infeksius 3 Kondisi baik
9 Tempat sampah non-infeksius 3 Kondisi baik
10 Set alat tulis (stationery) 1 Kondisi baik
11 Komputer dan meja komputer 2 Kondisi baik
12 Lemari alkes 2 Kondisi baik
13 Telepon 4 Kondisi baik
14 Kursi duduk 7 Kondisi baik
15 Wastafel 3 Kondisi baik
16 Tempat tissue 2 Kondisi baik

Pengkalibrasian alat medik di unit pelayanan Perawatan Intensif Bayi dikelola oleh Maintenance
Medik (Atem) berkoordinasi dengan Koordinator unit dan badan yang telah bekerjasama dengan
RSIA Brawijaya Duren Tiga.

 Persiapan alat: kartu pemeliharaan alat, set sarung tangan, lap basah, lap kering, botol cairan
desinfektan.
 Cara kerja pemeliharaan kesehatan: mencantumkan kartu pemeliharaan pada setiap alat,
mencantumkan petunjuk cara penggunaan alat medik pada setiap alat, pemeriksaan alat
secara berkala dilakukan oleh bagian teknisi, membersihkan dan mengeringkan alat-alat
sehabis pakai sesuai dengan petunjuk, dan meletakkan semua peralatan medik ditempat
yang aman.
 Perbaikan peralatan kesehatan: memeriksa peralatan yang ada di unit, melaporkan
kerusakan yang ada ke bagian teknisi dengan mengisi form kerusakan barang, mencatat hasil
perbaikan yang meliputi tanggal dan jam perbaikan, nama petugas yang memperbaiki serta
komponen yang rusak.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan: apabila kerusakan tidak dapat diperbaiki atau diganti oleh
teknisi maintenance RS, maka petugas maintenance menghubungi teknisi luar/supplier untuk
perbaikan alat.

Tabel 4. Daftar barang emergency kit unit Perawatan Intensif Bayi


No. Nama Barang Unit Jumlah
1 Adrenaline (epinephrine) 1 mg/ml amp 2
2 Alcohol swab each 20
3 Aqua PI inj 25 ml kolf 1
4 Atropine sulfate amp 2
5 Bisturi B510 each 1
6 Ca Gluconas 10%-amp 10 ml amp 1
7 Dextrose 10% Infus 500 ml kolf 1
8 Dextrose 40% Infus 25 ML kolf 1
9 Dobutamine Inj amp 1
10 ETT non-cuff no. 2 each 1
11 ETT non-cuff no. 2.5 each 2
12 ETT non-cuff no. 3 each 2
13 ETT non-cuff no. 3.5 each 2
14 ETT non-cuff no. 4 each 1
15 Extension tube 150 cm 1.5m/l each 1
16 Feeding Tube Terumo Fr 3,5 (35 cm) each 1
17 Feeding Tube Terumo Fr 5 (100 cm) each 2
18 Feeding Tube Terumo Fr 5 (40 cm) each 2
19 Feeding Tube Terumo Fr 8 (100 cm) each 2
20 Feeding Tube Terumo Fr 8 (40 cm) each 2
21 Gloves steril no. 6,5 gamex each 2
22 Infus set pediatric each 1
23 Intubation stylet 1 100-120-100 each 2
24 IV Cannula flash back snapfit 26 each 2
25 IV Cat surflo-w 26G each 2
26 Kassa steril 16/16 husada box box 1
27 Miloz 5mg/5ml ampul amp 1
28 NaCl 0.9% Iinfus 25 ml kolf 2
29 NaCl 0.9% Infus Piggy 100 ml kolf 1
30 Nasal cannula infant each 2
31 Needle 18G X 1-1/2Inch Terumo each 4
32 Neo K 2 mg/ml Inj amp 1
33 Proinfark (Dopamine Inj) amp 1
34 Suction catheter + tutup no. 6 each 1
35 Suction catheter ch 8 each 1
No. Nama Barang Unit Jumlah
36 Suture soft silk 2-0 GS833 each 2
37 Syringe 1 cc TB Terumo each 5
38 Syringe 10 cc Terumo each 5
39 Syringe 20 cc Terumo each 2
40 Syringe 3 cc Terumo each 2
41 Syringe 5 cc Terumo each 2
42 Syringe 50 cc Terumo each 2
43 Three-way stopcock with tube each 1
44 Umbilical cord clamp each 1
Tabel 5. Daftar barang emergency trolley NICU di unit Perawatan Intensif Bayi
No. Nama Barang Unit Jumlah
Laci 1
1 Adrenaline (Epinephrine) 1 mg/ml amp 3
2 Aminophilin 2.4% Inj 10 ml amp 2
3 Aqua PI Inj 25 ml kolf 2
4 Atropin Sulfat amp 3
5 Ca gluconas 10%amp 10 ml amp 2
6 Cortidex Inj amp 2
7 Dextrose 40% Infus 25 ml kolf 2
8 Dobutamin HCl 50 mg/ml amp 2
9 Inviclot 5000 IU/ml Inj 5 ml vial 1
10 KCl IV 7.46% Inj 25 ml kolf 2
11 Lasix 10 mg/ml Inj amp 2
12 Lidocaine 2% Inj 2 ml amp 2
13 Meylon IV 8.4% Inj 25 ml kolf 1
14 Miloz 1 mg/ml 5 ml Injeksi (Ampul) amp 2
15 NaCl 0.9% Infus 25 ml kolf 2
16 Natrium Phenitoin Inj amp 2
17 Neo K 2 mg/ml Inj amp 2
18 Oxytetracycline 1% salep mata 5gram tube 2
19 Proinfark 20 mg/ml amp 10 ml (Dopamine) amp 2
20 Ranitidine Inj amp 2
21 Sagestam Inj amp 2
22 Sibital 200 mg/2ml amp 2
23 Stesolid Inj amp 2
Laci 2
1 Duoderm extra thin 4X4 each 1
2 ETT non-cuff No. 2.0 each 1
3 ETT non-cuff No. 2.5 each 2
4 ETT non-cuff No. 3.0 each 2
5 ETT non-cuff No. 3.5 each 2
6 ETT non-cuff No. 4.0 each 2
7 Feeding tube terumo Fr 3.5 (35 cm) each 2
8 Feeding tube terumo Fr 5 (100 cm) each 2
9 Feeding tube terumo Fr 5 (40 cm) each 2
10 Feeding tube terumo Fr 8 (100 cm) each 2
No. Nama Barang Unit Jumlah
11 Feeding tube terumo Fr 8 (40 cm) each 2
12 Gudel airway 0 (Blue) Rusch each 1
13 Gudel airway 00 (Pink) Rusch each 1
14 Infant nasal cpap size 0 each 1
15 Infant nasal cpap size 1 each 1
16 Infant nasal cpap size 2 each 1
17 Infant nasal cpap size 3 each 1
18 Infant nasal cpap size 4 each 1
19 Intubation stylet 100-120-100 each 2
20 Nasal cannula infant each 2
21 Neonatal nasal ventilation double 10 Fr each 1
22 Neonatal nasal ventilation double 8 Fr each 1
23 Suction catheter ch 8 each 1
Laci 3
1 Bisturi Aesculap BB510 kolf 2
2 Bisturi Aesculap BB515 kolf 2
3 Blood adm set TB-U800L each 2
4 Certofix mono paed S 110 22G each 1
5 ECG electrode blue sensor NF-00-S (bayi) kolf 12
6 Foley catheter Fr 6 kolf 1
7 Foley catheter Fr 8 kolf 1
8 Gloves steril No. 6.5 Gamex kolf 2
9 Gloves steril No. 7 Gamex kolf 2
10 Gloves steril No. 7.5 Gamex kolf 2
11 Infus set ped each 2
12 IV cannula flash back snapfit 24 kolf 2
13 IV cannula flash back snapfit 26 each 2
14 IV catheter surflo W26G each 2
15 Needle No. 18 G X 1-1/2inch Terumo each 5
16 Nutriline twinflo 24G (2 Fr) each 1
17 Pediatric Urine Collector (JMS) each 2
18 Perfusor ET 150 cm (black) each 2
19 Spalk kecil bayi each 1
20 Suture mersilk 3/0 W2511T each 2
21 Suture softsilk 2-0 GS833 each 2
22 Umbilical cord clamp each 2
No. Nama Barang Unit Jumlah
23 Xylocain 25 gel syringe 10G tube 1
Laci 4
1 Extension tube 150 cm 1.5 ml each 2
2 Surplug 3B 30 cm lock spet220L2A each 2
3 Surplug ET 20 cm Lock spet 105L1SA2 each 2
4 Surplug SP1S each 5
5 Syringe 1 cc TB Terumo each 10
6 Syringe 10 cc Terumo each 10
7 Syringe 20 cc Terumo each 10
8 Syringe 3 cc Terumo each 10
9 Syringe 5 cc Terumo each 10
10 Syringe 50 cc Terumo each 10
11 Threeway stopcock with tube each 2
Laci 5
1 Dextrose 10% 1/5 NS Infus 500 ml kolf 1
2 Dextrose 10% Infus 500 ml kolf 1
3 Dextrose 5% INFUS 100 ml piggy pack kolf 1
4 NaCl 0.9% Infus 500 ml kolf 1
5 NaCl 0.9% Infus Piggy 100 ml kolf 2
6 Otsu mannitol 20% Inf 500 ml kolf 1
7 Perfusor syringe 50 ml (black/orange) each 5
8 Umbilical catheter 3.5 Fr – L.40 cm vygon each 1
9 Umbilical catheter 4 Fr – L.40 cm vygon each 1
10 Umbilical catheter 5 Fr – L.40 cm vygon each 1

Keterangan:
Penyimpanan elektrolit konsentrat diluar Instalasi Farmasi, berada di unit perawatan intensif
bayi dengan pertimbangan klinis untuk mengurangi risiko dan cedera pada penggunaan
elektrolit konsentrat. Unit akan melaporkan setiap penggunaan barang dan melakukan
permintaan setiap habis penggunaan. Emergency kit maupun emergency trolley NICU akan
dikunci setelah barang habis pakai dilengkapi sesuai jumlah pada standar, dengan
menggunakan kunci yang bernomor tertentu untuk memastikan keamanan dan keselematan
pasien. Instalasi Farmasi akan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan
elektrolit konsentrat di unit, setiap akhir bulan.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

BAYI BARU LAHIR

(0-28 HARI)

KAMAR BAYI PERINA 2A PERINA 2B NICU


(NURSERY)

BAYI SEHAT

MENGIKUTI PEDOMAN KRITERIA KELUAR DAN MASUK


PASIEN YANG TELAH DITETAPKAN
RAWAT GABUNG

BERSAMA IBU
A. Persiapan penerimaan pasien

1) Sebelum pasien diterima, perawat unit mempersiapkan kebutuhan bed bayi, peralatan
medis dan kemungkinan barang habis pakai yang kemungkinan akan digunakan.
2) Pasien tiba di ruang perawatan dihantar oleh perawat/bidan Poliklinik/Kamar bayi atau
perawat Unit Gawat Darurat dengan membawa rekam medis pasien.
3) Perawat rawat inap cuci tangan, sambut pasien, ucapkan salam, perkenalan diri
4) Melakukan identifikasi pasien dengan meminta orangtua bayi menyebutkan kembali nama
bayi, tanggal lahir, dan jenis kelamin sembari mencocokkan identitas yang telah disebutkan
dengan gelang identitas pasien dan warnanya. Pastikan kancing kuning sebagai petanda
risiko jatuh sudah dipasang pada gelang bayi.
5) Melakukan timbang terima (operan) dengan perawat/bidan pengantar, sesuai SOP transfer
antar ruangan. Memastikan semua aspek dalam SOP transfer antar ruangan terpenuhi,
dipahami dan ditanda tangani oleh pihak pengirim dan pihak penerima.
6) Melakukan asesmen awal pasien masuk rawat inap, pengkajian dan pemeriksaan fisik diikuti
oleh proses keperawatan
7) Memberi kehangatan dan kenyamanan pada pasien
8) Memastikan setiap instruksi DPJP sudah berjalan sesuai terapi. Mengkonfirmasi DPJP bila
dirasa ada informasi yang perlu diklarifikasi, berkoordinasi dengan dokter jaga ruangan.
9) Bila pasien menggunakan infus, letakkan infus pada tiang infus atur tetesan sesuai program
DPJP
10) Berikan edukasi dengan bahasa yang sederhan yang dapat dipahami pasien sesuai yang
tertera pada lembar KIE. Bila sudah jelas dan dipahami oleh orangtua pasien, kedua pihak
baik perawat maupun orangtua bayi menandatangani form KIE tersebut
11) Memberi kesempatan kepada orangtua bayi untuk berdikusi mengenai ruang rawat, hak
pasien dan keluarga, keselamatan pasien, pengunaan terapi obat pada pasien, prosedur
cuci tangan dan pencegahan risiko jatuh.
12) Memberitahu orangtua bayi dan keluarganya, bahwa tidak ada jam besuk selama masa
pandemi. Perawat memberikan nomor telepon unit agar orangtua bayi dan keluarga dapat
saling berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang ada di unit perawatan.
13) Perawat cuci tangan, menghubungi dokter jaga ruangan dan DPJP untuk pelayanan yang
berkesinambungan.
14) Melakukan dokumentasi, tindakan yang sudah dilakukan sesuai jam tindakan.
15) Berkoordinasi dengan tim frontliner dalam hal penjaminan pasien.

B. Pelaksanaan pemberian asuhan pada pasien


1) Sebelum melakukan proses keperawatan, identifikasi pasien sesuai dengan SOP
2) Melakukan proses keperawatan, pengkajian dengan memperhatikan bio-psiko-sosio-spiritual,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan intervensi, implementasi dan evaluasi
3) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai dengan metode SMART
4) Menetapakan diagnosa keperawatan pasien berdasarkan pada kebutuhan pasien
5) Melakukan implementasi keperawatan berfokus pada konsep caring
6) Memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan bayi orangtua bayi
7) Mengawasi penggunaan obat di unit perawatan
8) Merekapitulasi segala bentuk tindakan dan penggunaan alat yang diberikan pada pasien
dalam sistem rekam medis elektronik
9) Mengevaluasi proses keperawatan diakhir shif
10) Mendokumentasikan segala tindakan yang telah dilakukan berikut dengan rencana tindak
lanjut pada bagian CPPT
11) Berkolaborasi antar PPA agar tujuan tercapai dan patient safety
12) Memberi edukasi atau pendidikan kesehatan mengenai kondisi pasien terkini dan terapi
pengobatannya.
13) Melakukan timbang terima ke shif berikutnya, dengan metode SBAR
14) DPJP memverifikasi semua catatan perkembangan pasien terintegrasi dari semua Pemberi
Pelayanan Asuhan (PPA) didalam sistem elektonic medical record. DPJP juga memverifikasi
dalam waktu 24 jam setelah instruksi masuk, segala bentuk TUBAK yang terjadi pada pasien.
15) Mencegah infeksi nosokomial dengna cuci tangan dan penggunaan APD, dengan metode 5
moments dan 6 langkah cuci tangan.
16) Melakukan asesmen awal dan lanjutan pada pasien bayi yang berisiko cedera

C. Pemulangan pasien rawat inap


1) Setelah pasien dinyatakan boleh pulang oleh DPJP, perawat akan mempersiapkan segala
dokumen yang dibutuhkan untuk proses kepulangan pasien. Resume medis rangkap 4,
formulir pesanan pulang carbonized, jadwal kontrol, retur obat, jaminan pembiayaan pasien,
rencana tindak lanjut setelah pasien pulang.
2) Berkoordinasi dengan bagian kasir rawat inap untuk saling mengklarifikasi segala bentuk
biaya perawatan pasien selama dirawat.
3) Bila pasien berencana pulang sebelum DPJP mengijinkan, orangtua bayi menandatangani
surat pernyataan pulang atas permintaan sendiri (APS)
4) Memberitahu dokter spesialis lain/konsulen bila pasien dirawat oleh lebih dari satu dokter
5) Mengganti baju pasien dengan baju yang sudah dipersiapkan orangtua
6) Memberikan edukasi/pendidikan kesehatan terhadap perawatan yang harus tetap
dilanjutkan saat dirumah.
7) Untuk pasien yang masih membutuhkan perawatan lanjutan dirumah, pastikan juga
keluarga mempersiapkan yang baik seperti peralatan dan berikan edukasi sesuai kebutuhan
8) Melakukan skrining transportasi apakah pulang dengan kendaraan pribadi atau proses
online. Perawat akan mendampingi pasien sampai selamat berada di kendaraan pulang.

D. Rujukan pasien rawat inap


1) Setelah pasien dilakukan pemeriksaan hingga evaluasi, DPJP memutuskan untuk membuat
rujukan keluar RS dengan
2) Perawat rawat inap melaporkan ke PJO bahwa ada pasien rencana rujuk
3) Perawat menghubungi keluarga pasien, dan meminta orangtua bayi untuk datang ke RS.
4) Membuat surat rujukan dengan melengkapai keterangan terapi yang telah dilakukan, sesuai
Form transfer pasien antar RS
5) Menetapkan 2 orangg yang akan berangkar rujuk pasien
6) Menghubungi SPGDT/Sisrute dalam hal rujuk antar RS
7) Perawat mempersiapkan petugas transportasi untuk menyiapkan ambulance
8) Perhatikan kondisi pasien pasien selama menunggu proses administrasi

E. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Ruang Nursery/Kamar Bayi

 Observasi keadaan umum, TTV dan usaha nafas pasien tiap jam dalam 6 jam observasi post
kelahiran
 Observasi meco miksi
 Observasi GDS
 Observasi gumoh/muntah

2. Ruang Perina IIA/Fototerapi

 Observasi keadaan umum pasien tiap 2-3 jam


 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Pengukuran intake dan output cairan pasien tiap 6 jam
 Ubah posisi pasien tiap 4 jam

3. Ruang Perina II B/High Care

 Observasi keadaan umum pasien tiap 2-3 jam


 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Pengukuran intake dan output cairan pasien tiap 6 jam
 Ubah posisi pasien 4 jam sekali

4. Ruang NICU

 Observasi keadaan umum pasien tiap 1 jam


 Observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam
 Pengukuran intake dan output cairan pasien tiap 6 jam
 Ubah posisi pasien 4 jam sekali

A. Prosedur medik

1. Ruang Nursery

 Pemakaian Inkubator/box bayi


 Penggunaan pulse oximetri
 Pemeriksaan OAE
 Pemeriksaan lab/radiologi
 Pemberian imunisasi dasar

2. Ruang Perina IIA/Fototerapi

 Pemakaian inkubator/box bayi


 Penggunaan lampu fototerapi
 Pemasangan infus perifer
 Pemasangan OGT
 Pemasangan urine collector
 Pemasangan infus pump/syringe pump
 Perhitungan obat dan kebutuhan cairan
 Balance cairan dan diuresis
 Pemeriksaan lab/radiologi
3. Ruang Perina II B/High Care

 Pemakaian inkubator/infant warmer


 Pemasangan single nasal prong/low flow oksigen
 Pemasangan pulse oximetry
 Pemasangan infus perifer
 Pemasangan OGT
 Pemasangan urine collector
 Pemasangan infus pump/syringe pump
 Penggunaan lampu Fototerapi
 Balance cairan dan diuresis
 Perhitungan obat dan kebutuhan cairan
 Kangaroo mother care
 Pemeriksaan lab/radiologi

4. Ruang NICU

 Pemakaian inkubator/infant warmer


 Pemasangan patient monitor/pulse oximetry
 Pemakaian BCPAP/Ventilator
 Pemasangan arteri/vena umbilikalis
 Pemasangan PICC
 Pemasangan infus perifer
 Pemasangan OGT
 Pemasangan urine collector
 Pemasangan infus pump/syringe pump
 Intubasi dan Ekstubasi
 Resusitasi neonatus
 Penggunaan lampu Fototerapi
 Balance cairan dan diuresis
 Perhitungan obat dan kebutuhan cairan
 Kangaroo mother care
 Pemeriksaan lab/radiologi

B. Penggunaan alat medik


1. Inkubator

 Digunakan untuk bayi baru lahir, dalam observasi 4-6 jam post kelahiran
 Digunakan pada bayi yang prematur / BBLR yang belum memiliki termoregulasi yang baik
 Digunakan pada bayi dengan hipotermia/terdapat gumoh/muntah

2. Infant warmer

 Digunakan pada bayi yang ingin dilakukan tindakan invasif, seperti infus umbilikalis
 Digunakan pada bayi yang memerlukan penanganan gawat darurat yang cepat atau memakai
alat bantu nafas

3. BCPAP/Ventilator

 BCPAP/Ventilator dipasang dengan memperhatikan prinsip steril pada bayi yang


membutuhkan bantuan nafas, dengan down score > 4, sesuai dengan indikasi

C. Konsultasi
 Orangtua pasien berhak mendapatkan informasi mengenai kondisi pasien dan
pengobatan yang dilakukan kepada DPJP saat dokter melakukan visitasi.
 Pasien dan keluarga juga diberikan hak untuk mendapatkan second opinion
 Konsultasi untuk pemeriksaan echo jantung, usg kepala, ROP mata.

D. Indikasi dan Prosedur pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

Semua prosedur pemeriksaan laboratorium maupun radiologi atas instruksi DPJP


 Usia 1 jam post lahir, cek GDS
 Usia 48 jam, cek lab screening BBL + OAE
 Bila bayi berada di Perina?NICU, pemeriksaan lab dan radiologi disesuaikan dengan kondisi
bayi
 Sebelum pemeriksaan lab/radiologi, surat persetujuan tindakan kedokteran harus sudah di
tanda tangani oleh orangtua.

E. Pengiriman pasien

1. Rujukan
 Setiap pasien yang akan dirujuk ke RS lain harus sesuai dengan SPO merujuk ke RS luar
 Dalam transportasi, didampingi oleh dokter dan perawat yang terlatih
 Keluarga pasien dapat terlibat dalam pemilihan RS rujukan

2. Pemeriksaan radiologi/lab/poliklinik

 Perawat membuat janji kepada tim teknisi RS, koordinator unit yang bersangkutan dan
dokter penanggung jawab unit tersebut
 Segala pemeriksaan lab/radiologi dilakukan didalam ruangan kamar bayi. Tidak dilakukan
pengiriman bayi ke unit rawat jalan
 Bila pemeriksaan radiologi, hanya dapat dilakukan di RS luar, maka perawat melakukan
koordinasi dengan pihak RS tersebut dan edukasi pada keluarga perihal kemungkinan
tambahan biaya.

F. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan

1. Laporan harian

 Laporan supervisi harian


 Laporan askep yang dibuat untuk setiap 1 pasien dan laporan tersebut menggunakan buku
besar yang telah tersedia. Laporan ini terdiri laporan 3 shift yaitu pagi, siang dan malam yang
dilakukan secara berkesinambungan

Isi dari pencatatan.


 Identitas pasien
 DPJP
 BB hari ini
 Observasi tanda-tanda vital
 Masalah yang terjadi pada bayi
 Kemampuan menyusui ibu
 Catatan keadaan pasien dan asuhan keperawatanyang telah kita lakukan pada pasien
 Rencana tindakan selanjutnya

2. Laporan Bulanan

 Laporan Koordinator unit kepada Direktur RS, berupa evaluasi pelayanan asuhan
keperawatan di unit
 Laporan Koordinotor unit terkait monitoring dan supervisi harian terkait elemen penilaian
dalam akreditasi.
 Laporan Koordinator unit kepada Komite MPKP, berupa data indikator mutu unit yang telah
ditentukan berdasarkan karakteristik unit.

3. Laporan Tahunan

 Laporan evaluasi pendidikan dan pelatihan perawat


 Laporan orientasi khusus untuk karyawan baru
 Laporan evaluasi program kerja unit

BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan bagian dari kegiatan pengadaan yang terkait fungsi pengendalian, sediaan,
pergudangan, transportasi, penjaminan dan pengendalian mutu. Agar dapat terselenggara
dengan baik dan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka logistic harus dikelola dengan
baik melalui manajemen logistic: Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling .

Manajemen logitik dapat didefinisikan sebagai Planning, Organizing, Staffing, Leading, dan
Controlling dalam kegiatan yang terkait dengan pengadaan, pendistribusian, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan barang dan jasa untuk mendukung kegiatan fungsi-fungsi
utama dalam pencapaian tujuan organisasi (Adiatama, 2002)

Tujuan manajemen logistic adalah


1) Mampu menyediakan logistic sesuai dengan kebutuhan
2) Mampu menyediakan informasi berkaitan dengan keberadaan logistic
3) Mampu menyediakan logistic yang siap pakai (ready for use)
4) Mampu menjaga dan mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil logistic,
baik secara preventif maupun represif secara optimal
5) Mampu mencegah dan mengambil tindakan antisipatif terhadap berbagai penyimpangan
6) Mampu membangun budaya penggunaan logistic secara bertanggung jawab

Lingkup logistic di Unit Perawatan Intensif Bayi adalah


1) Logistik obat
2) Logistik alat kesehatan/keperawatan
3) Logistik bahan habis pakai
4) Logistic peralatan medis dan non medis: syringe pump, infus pump, ventilator, bcpap, patient
monitor, box bayi, infant warmer, mobile x-ray
5) Logistic sarana dan prasarana gedung
6) Logistic linen bayi

Proses manajemen logistik diunit Perawatan Intensif Bayi, meliputi


 Perencanaan
 Penganggaran
 Pengadaan
 Penyimpanan dan penyaluran
 Inventory control, menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan.
 Stock opname di rawat inap bayi dilakukan setiap akhir bulan.
 Emergency kit, dikontrol setiap hari oleh bagian farmasi melalui form supervisi. Bila terdapat
penggunaan alat dalam emergency kit, unit melaporkan dan menginput penggunaannya
dalam 1x24 jam.
 Persediaan gas medik dipantau tiap hari dan dilaporkan kepada petugas support service dari
bagian penunjang umum.
 Pengelolaan peralatan medik adalah upaya memastikan sistem peralatan medik aman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung maupun
lingkungan Rumah Sakit baik saat peralatan medik digunakan maupun tidak digunakan.
 Memastikan adanya daftar inventaris seluruh peralatan medik, komponen-komponen sistem
utilitasnya dan memetakan pendistribusiannya.
 Memastikan dilaksanakannya inspeksi berkala
 Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan
 Memastikan dilakukan pemeliharaan promotif dan pemeliharaan terencana pada peralatan
medik
 Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan medik kompeten dan
terlatih.
 Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan semua
komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi di dalam daftar inventaris, berdasarkan
kriteria seperti rekomendasi produsen, tingkat risiko dan pengalaman Rumah Sakit.
 Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan terhadap semua
komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi.
 Memberikan label pada tuas kontrol sistem utilitas unit untuk membantu pemadaman darurat
secara keseluruhan atau sebagian
 Memastikan pendokumentasian yang benar dan lengkap di setiap kegiatan.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. (PMK RI No. 1691, 2011)

Setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
2) Kejadian Nyaris Cedera (KNC), terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
3) Kejadian Tidak Cedera (KTC), insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera
4) Kejadian Potensial Cedera (KPC), kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden
5) Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius

Bila dalam pelaksanaan terdapat kejadian yang tidak disengaja atau kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, Unit
Perawatan Intensif Bayi akan melakukan pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP). Insiden
dilaporkan secara internal kepada TKPRS dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format
laporan. Tujuan dari pelaporan insiden ini untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem
dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang
(nonblaming). Sistem ini mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan
solusi untuk pembelajaran untuk mencapai tujuan patient safety.

Tujuh Standar Keselamatan Pasien yang merupakan acuan dalam menciptakan kondisi patient
safety,
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Setiap staf yang berada di Unit Perawatan Intensif Bayi wajib mengetahui 6 sasaran
keselamatan pasien, dan menerapkan sasaran keselamatan ini dalam setiap asuhan pelayanan.
1) Ketepatan identifikasi pasien
Pasien diidentifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah.
Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap
oleh penerima perintah.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaaan.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan
atau melalui telepon secara konsisten
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit perawatan intensif bayi diberi label yang jelas,
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat.
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Program hand hygiene yang efektif, berupa audit cucit tangan dan penggunaan APD.
6) Pengurangan risiko pasien jatuh
Unit melakukan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan
asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risisko jatuh, dan dimonitor hasilnya.

Tujuh langkah yang dibangun Unit Perawatan Intensif Bayi dalam menerapkan patient safety
adalah
1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Koordinator unit memastikan tim mampu berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani
melaporkan bilamana ada insiden.
2) Memimpin dan mendukung staf
Koordinator menjadi penggerak untuk memimpin gerakan keselamatan pasien, dan
menumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Koordinator unit melakukan proses asesmen risiko secara teratur dan mendiskusikan isu-isu
keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada manjaemen RS.
4) Mengembangkan sistem pelaporan
Koordinator unit memberi semangat kepada tim untuk secara aktif melaaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai proses
pembelajaran.
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Koordinator unit memastikan staf menghargai dan mendukung kerterlibatan pasien dan
keluarga bila terjadi insiden, dengan menginformasikan insiden dengan jelas dan benar
secara tepat kepada keluarga pasien. Tunjukkan sikap empati pada pasien dan keluarga.
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Koordinator unit berdiskusi dengan staf, pengalaman dari hasil analisis insiden, dan berbagi
pengalaman.
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Koordinator unit melibatkan tim dalam mengembangkan cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Menelaah kembali perubahan yang dibuat oleh
staf dan memberikan umpan balik atas setiap tindak lanjut insiden yang dilaporkan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khusunya tempat kerja
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran), kecelakaan
yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya, radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomic. Semua
potensi bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS,
para pasien maupun para peengunjung yang ada di lingkunagan RS.

Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termaksud dalam kategori seperti diatas, wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di unit Perawatan Intensif Bayi bertujuan untuk melindungi staf dan pasien serta keluarga
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dari dalam dan luar Rumah Sakit.

Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya inimeliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kinerja setiap petugas Kesehatan dan noon Kesehatan merupakan hasil dari 3 komponen K3
yaitu kaspasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.

Bahaya potensial di RS yang dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
1) Faktor biologi: virus, bakteri, jamur
2) Faktor kimia: antiseptic, gas anestesi
3) Faktor ergonomic: cara kerja yang salah
4) Faktor fisika: suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi
5) Faktor psikososial: kerja bergilir, hubungan sesame karyawan/atasan

Unit Perawatan Intensif Bayi membuat perencanaan yang efektif agar penerapan system
manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan meliputi
1) Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko
2) Membuat peraturan
3) Tujuan dan sasaran
4) Indikator kerja
5) Program K3

Identifikasi Kecelakaan Kerja

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu
- kondisi dan lingkungan kerja
- kesadaran dan kualitas kerja
- peran dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan kerja, kecelakan dan penyakit akibat kerja dapat
terjadi, apabila:

 peralatan tidak memenuhi standar


 standar kualitas pelayanan menurun
 alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan prosea produksi
 ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruang terlalu panas atau
terlalu dingin,
 tidak tersedianya alat-alat pengaman
 kurang memperhatikan persyaratan dan penanggulangan bahaya kebakaran

Langkah-langkah dalam meminimalisir kecelakaan kerja di unit Perawatan Intensif Bayi adalah

 Peraturan keselamatan terpampang dengan jelas di unit Perawatan Intensif Bayi.


 Bekerja sesuai SPO yang telah ditetapkan
 Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan penglihatan dan memudahkan
dokter atau perawat dalam melakukan tindakan kepada pasien
 Pemantauan suhu dan kelembaban ruangan, suhu dan kelembaban kulkas yang terdapat di
unit
 Pencegahan bahaya kebakaran dengan mengidentifikasi risiko yang terdapat di unit dan
pelatihan penggunaaan APAR di seluruh staf RS
 Tersedia rak-rak penyimpanan alat-alat yang dapat diangkat dengan mudahatau rak-rak yang
beroda
 Lantai ruangan tidak licin, sehingga insiden staf terjatuh ketika sedang bekerja akibat lantai
licin, tidak ada.
 Memasukan jarum/benda tajam kedalam safety box dengan memperhatikan kondisi dan
tanggal pemakaiannya.
 Pemasangan wizak pada tempat tidur bayi sehingga bayi terhindar dari benturan atau trauma
fisik
 Pengelolaan peralatan medik, seperti pelaksanaan kalibarasi pada alat-alat yang tersedia di
unit agar terjamin keselamatannya
 Pemasangan tanda risiko jatuh pada semua tempat tidur sehingga bayi terhindar dari risiko
jatuh
 Pemasangan alat fototerapi harus sesuai dengan SPO
 Pemberian obat-obatan harus sesuai dengan SPO sehingga bayi terhindar dari kesalahan saat
pemberian obata-obat high alert (Bicnat, KCl)
 Prosedur cuci tangan dijalankan untuk mencegah infeksi nosokomial
 Selalu menggunakan sarung tangan, saat melakukan prosedur invasif seperti pemasangan
infus, membersihkan BAB-BAK pasien, dan mencuci alat bekas pasien.
 Pemakaian APD sesuai dengan ketentuan sehingga tidak terjaddi infeksi silang antara
petugas dan pasien
 Pengelolaan B3 (bahan berbahaya dan beracun) dan spill kit yang tersimpan di tempat yang
terlihat oleh seluruh staf.

Dengan pelaksanaan K3RS di unit Perawatan Intensif Bayi ini, diharapkan menurunkan absensi
karyawan karena sakit, menurunkan angka kecelakaan kerja, menurunkan prevalensi penyakit
akibat kerja, dan meningkatkan produktivitas kerja unit Perawatan Intensif Bayi.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kendali mutu adalah upaya mempertahankan mutu, mencegah pasien memperoleh pelayanan
asuhan yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Konsep penjaminan mutu lebih
tertuju kepada keselamatan pasien serta terjaminnya mutu pelayanan secara
berkesinambungan. Sistem mutu berupaya menghasilkan asuhan yang berfokus pada pasien
serta berfokus pada kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal (staf) atau pelanggan
eksternal (pasien).
Konsep peningkatan mutu selalu dilaksanakan secara berkelanjutan, artinya perbaikan kualitas
pelayanan keperawatan selalu dievaluasi dan selalu melalui analisis hasil evaluasi, dilaksanakan
perubahan, pengembangan dan peningkatan mutu serta dilaksanakan tindak lanjut untuk
perbaikan. Konsep manajemen mutu terpadu, yaitu konsep ini memadukan upaya
pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan peningkatan mutu dari berbagai kelompok
dalam organisasi untuk menghasilkan produk yang paling ekonomis, serta terpenuhinya
kepuasan konsumen. Konsep ini melibatkan seluruh jajaran organisasi dan anggota organisasi,
serta lebih menekankan keterlibatan unsur seluruh manajer, dari mulai manajemen atas sampai
ke bawah.

Pengendalian mutu pelayanan keperawatan tidak bisa terlepas dari pengendalian mutu sumber
daya keperawatan. Sumber daya keperawatan menjadi salahsatu kunci keberhasilan pelayanan
keperawatan, tanpa adanya dukungan staf yang kompeten, maka pengendalian mutu pelayanan
keperawatan juga tidak akan tercapai.

Langkah-langkah dalam penjaminan mutu Unit Perawatan Intensif Bayi, adalah


- Identifikasi masalah penjaminan mutu dengan focus group discussion
- Penetapan masalah penjaminan mutu dengan tehnik SWOT
- Memprioritaskan masalah penjaminan mutu
- Membuat Plan of Action (POA)
- Implementasi POA
- Evaluasi POA
- Membuat tindak lanjut

Sistem pengendalian mutu, unit Perawatan Intensif Bayi meliputi:

1) Penetapan regulasi
Merupakan suatu proses penetapan suatu aturan yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan
asuhan pelayanan neonatus, meliputi
- Penetapan pedoman pengorganisasian dan pelayanan
- Penetapan kebijakan pelayanan
- Penetapan standar prosedur operasional
- Penetapan formulir yang digunakan selama proses pelayanan
- Penetapan uraian tugas

2) Penetapan program pengendalian mutu


 Pemilihan indikator mutu unit:
Unit memilih sasaran atau target yang ingin dicapai di Unit Perawatan Intensif Bayi dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan unit kerja.
 Pengendalian indikator mutu unit:
Indikator mutu unit yang telah ditetapkan, dikontrol pencapaiannya setiap bulan. Proses
pengelolaan indikator mutu, PIC dan Koordinator unit berkoordinasi dengan unit MR RS
dalam proses pengumpulan datanya.
 Pengukuran kepuasan pelanggan:
Proses pengukuran kepuasan pelanggan ini dilakukan pada setiap pasien dan keluarga yang
menerima perawatan di unit Perawatan Intensif Bayi, RSIA Brawijaya Duren Tiga. Hasil dari
proses pengukuran kepuasan pelanggan, akan dianalisa dan dievaluasi pelaksanaannya
dengan berkoordinasi dengan unit pelayanan marketing (humas) setiap bulannya.
 Pengendalian infeksi Rumah Sakit:
Koordinator unit berkoordinasi dengan Tim PPIRS untuk mencegah terjadinya infeksi di unit
rawat inap serta memberikan perlindungan bagi pasien, keluarga maupun staf RS.
 Pengelolaan insiden keselamatan pasien:
Setiap insiden yang terjadi dianalisa dan dievaluasi dengan berkoordinasi pada sub komite
keselamatan pasien. Setiap terjadi insiden wajib dilaporkan ke Koordinator Unit dan sub
komite keselamatan pasien maksimal 2x24 jam
 Pelatihan dan pengembangan SDM:
Koordinator unit berkoordinasi dengan bagian diklat RS, sebagai suatu proses pengembangan
SDM di level pengetahuan dan ketrampilan staf di unit Perawatan Intensif Bayi.
 Penilaian kinerja:
Mengetahui seberapa efektif pelaksanaan suatu pelayanan yang dilakukan oleh staf terhadap
standar dan regulasi yang telah ditetapkan di RS.

3) Implementasi standar mutu

Dalam pelaksanaan, Koordinator unit bertanggung jawab dalam mensupervisi pengumpulan


data sebagai usaha dalam menjaga keshahihan data, meningkatkan standar mutu berdasarkan
regulasi dan program yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan standar mutu mengacu kepada
standar dan regulasi yang telah ditetapkan oleh RSIA Brawijaya Duren Tiga.

4) Evaluasi standar mutu


Setiap standar mutu dan program mutu yang telah dilaksanakan, dilakukan analisa dan evaluasi
atas pelaksanaannya. Koordinator unit menindaklanjuti hasil capaian indikator mutu unit yang
berguna untuk periode selanjutnya.

5) Perbaikan secara terus menerus

Dalam menciptakan serta mengembangkan mutu pelayanan, dibutuhkan proses perbaikan


secara terus menerus. Proses perbaikan ini dilakukan untuk mendapatkan sistem yang ideal
untuk menerapkan standar dan program yang telah berjalan di RSIA Brawijaya Duren Tiga.
Proses perbaikan ini dengan melibatkan seluruh perangkat kerja pelayanan di Rumah Sakit.

Tabel 6. Daftar indikator mutu Unit Perawatan Intensif Bayi


No Indikator Standar
Indikator Nasional
1 Kepatuhan identifikasi pasien 100%
2 Kepatuhan Jam Visit Dokter Spesialis 90%
3 Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat pasien jatuh pada 100%
pasien rawat inap perawatan intensif bayi
Indikator Kinerja Unit
1 Kelengkapan asesmen medis dalam waktu 24 jam 100%
2 Tidak terlaporkannya hasil kritis 0%
3 Kejadian reaksi transfusi darah 0%
4 Insiden keamanan obat yang perlu diwaspadai 0%
5 Kejadian pasien jatuh 0%
6 Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan ASI selama rawat inap 0%
7 Ketepatan melakukan tulbakon saat menerima instruksi verbal 100%
melalui telpon
8 Kejadian pulang atas permintaan sendiri 5%
9 Insiden trauma hidung karena pemakaian nasal kanul cpap 0%
10 Ketidak mampuan menanganai BBLR 1500 – 2500 gram 0,5%
11 Insiden vagal reflek pada pemasangan Endotracheal Tube 0%
12 Angka kematian bayi dengan berat badan lahir < 2000 gram 0%
13 Keberhasilan rawat gabung 80%
14 Kepatuhan PMK 80%

Keterangan:
- Setiap hari, data pencapaian indikator mutu direkapitulasi oleh PJ pengumpul data unit
dalam bentuk file excel. Bila terdapat data harian yang tidak tercapai, PJ pengumpul unit
akan mengingatkan semua staf, melakukan evaluasi segera agar indikator mutu dapat
dikendalilkan sesuai standar yang ada.
- Akhir bulan, data diinterpretasikan dan dilakukan analisisnya dalam bentuk grafik batang
yang tergambar dalam bentuk powerpoint. Data yang tidak tercapai sesuai standar, akan
dibuatkan bentuk rencana tindak lanjut (RTL), untuk mencegah terjadinya kejadian
berulang yang akan berefek pada mutu pelayanan unit.
- Data pencapaian mutu bulanan ini termasuk salahsatu agenda rutin yang di diskusikan
dan di evaluasi bersama tim, dalam rapat bulanan unit.
- Hasil pencapaian indikator mutu unit, dipresentasikan dihadapan Direktur RS dalam rapat
bulanan mutu bersama tim PMKP.

BAB IX
PPI

Menurut PMK RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) di fasilitas pelayanan kesehatan, PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
Infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak
ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi didalam rumah sakit tapi muncul
setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Jenis infeksi terkait pelayanan kesehatan atau HAIs, terutama dalam Unit perawatan Intensif
Bayi, mencakup:
- Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
- Infeksi Aliran Darah (IAD)

Dimana faktor risiko HAIS meliputi


- Umur: neonatus
- Status imun yang rendah
- Gangguan/interupsi barrier anatomis berupa intubasi dan pemakaian ventilator:
meningkatkan kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP); Kanula vena dan arteri:
berupa pemasangan infus perifer atau akses sentral (PICC atau umbilikalis) yang
meningkatkan resiko phlebitis dan IAD.
- Perubahan microflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak biijak dapat
menyebabkan pertumbauhan jamur berrlebihan dan timbulnya bakteri resisten terhadap
berbagai antimikroba.

Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Unit Perawatan Intensif Bayi bertujuan
untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi. Bagi
pasien yang memerlukan isolasi sementara, maka akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.

A. Kewaspadaan Standar

1) Kebersihan tangan: menggunakan sabun dan air mengalir atau menggunakan alcohol-
based handrubs
2) Alat Pelindung Diri (APD)
- Sarung tangan
- Masker
- Gaun pelindung
- Goggle dan perisai wajah
- Sepatu pelindung
- Topi pelindung

3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien


- Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu dibersihkan
dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.
- Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksisus harus didekontaminasi terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya
- Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang,
jika akan dibuang.
- Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, Di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit

4) Pengendalian lingkungan
- Kualitas udara
- Kualitas air
- Permukaan lingkungan: pembersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, bila ada
cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%
- Ventilasi
- Pengelolaan alat medik reused dan disposable

5) Pengelolaan Limbah
6) Penatalaksanaan Linen
Kehati-hatian mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan
tangan secara teratur sesuai kewaspadaan standar dalam prosedur penanganan,
pengangkutan dan distribusi linen.

7) Perlindungan Kesehatan Petugas

8) Penempatan pasien
Pasien bayi infeksius terpisah dengan pasien bayi non infeksius. Penempatan pasien
disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne).
Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) dibatasi untuk
menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.

9) Kebersihan pernafasan/Etika batuk dan bersin


10) Praktik menyuntik yang aman

Pakai spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap suntikan, berlaku juga pada penggunaan
vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien
lain. Membuang spuit dan jarum suntik bekas pada tempatnya dengan benar.

B. Kewaspadaan berdasarkan transmisi

1) Kewaspadaan transmisi melalui kontak: Kontak langsung pada saat petugas melakukan
perubahan posisi, memandikan tanpa sarung tangan. Kontak tidak langsung, kontak
dengan cairan sekresi pasien yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum
dicuci.

2) Kewaspadaan transmisi melalui droplet: dibutuhkan APD atau masker yang memadai
untuk mencegah transmisi droplet yang dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah,
bicara, selama prosedur suction.

3) Kewaspadaan transmisi melalui udara: pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien


dan ventilasi mekanis didalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara
bersih yang masuk dan keluar.

C. Cara pencegahan dan pengendalian infeksi terkait Unit Perawatan Intensif Bayi dengan
Bundles HAIs

1) Ventilator Associate Pneumonia (VAP)


- Membersihkan tangan setiap akan melakukan kegiatan terhadap pasien
- Posisikan tempat tidur antara 30-45o bila tidak ada kontraindikasi misalnya trauma kepala
ataupun cedera tulang belakang
- Menjaga kebersihan mulut atau oral hygiene setiap 2-4 jam dengan menggunakan bahan
dasar anti sepetik chlorhexidine 0,02%
- Manajemen sekresi oroparingeal dan trakeal
- Melakukan pengkajian setiap hari “sedasi dan extubasi”

2) Infeksi aliran darah (IAD)

- Melakukan prosedur kebersihan tangan


- Antiseptic kulit
- Pemilihan lokasi insersi kateter
- Observasi rutin kateter vena sentral setiap hari
BAB X
PENUTUP

Pedoman pelayanan unit ini dibuat untuk menjadi acuan bagi seluruh staf dalam menjalankan
proses pelayanan kepada pasien dan keluarga di rawat inap bayi dengan tujuan meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien serta keselamatan kerja staf RSIA Brawijaya Duren Tiga.

Pedoman ini tentunya masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pedoman ini perlu ditinjau
kembali setiap 3 tahun sesuai dengan perkembangan kesehatan, kebutuhan pasien, tuntutan
pelayanan dan standar akreditasi. Saran dan masukan kami butuhkan, untuk penyempurnaan
pedoman ini, agar kualitas pelayanan dapat terus ditingkatkan di RSIA Brawijaya Duren Tiga.

Anda mungkin juga menyukai