PELAYANAN UNIT
PERAWATAN INTENSIF BAYI
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya
Duren tiga (RSIA Brawijaya Duren Tiga ) sebagai institusi pelayanan
kesehatan spesialis terkemuka untuk wanita dan anak yang
memberikan pelayanan prima dipandang perlu untuk memperhatian
dan mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien,
termasuk di dalamnya adalah pelayanan kegawat daruratan medik;
b. Bahwa telah ditetapkannya Kebijakan Pelayanan Unit Perawatan
Intensif Bayi dengan Keputusan Direktur RSIA Brawijaya Duren Tiga
Nomor …..
c. Bahwa telah ditetapkannya Pedoman Pelayanan Perawatan Intensif
Bayi dengan keputusan Direktur RSIA Brawijaya Duren Tiga Nomor …
d. Bahwa dalam upaya menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan
Neonatus Intensive Care di RSIA Brawijaya Duren Tiga, maka
diperlukan pedoman organisasi Unit Perawatan Intensif Bayi sesuai
dengan peraturan dan perundang - undangan serta Kebijakan Direktur
RSIA Brawijaya Duren Tiga yang berlaku;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a,b,c,dan d di atas, perlu ditetapkan Pedoman Organisasi Unit
Perawatan Intensif Bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya Duren
tiga dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya
duren tiga.
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BRAWIJAYA
DURENTIGA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PERAWATAN
INTENSIF BAYI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BRAWIJAYA
DURENTIGA
KEDUA : Pedoman pelayanan perawatan intensif bayi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Brawijaya Durentiga sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ditetapkan :JAKARTA
Pada Tanggal : 21 0kt 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana tertuang dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan pelayanan kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan pada Perawatan Intensif Bayi (NICU) merupakan pelayanan kesehatan
perorangan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga. Dimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini dilaksanakan
secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif.
Pelayanan unit Perawatan Intensif Bayi (NICU) merupakan pelayanan yang diberikan kepada bayi
usia 0-28 hari, yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat pada kondisi kritis yang
memerlukan observasi ketat dengan peralatan medik yang lengkap dan berteknologi, dengan
menggabungkan pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan non medik, yang
saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan baik.
Sumber daya yang ada dalam Perawatan Intensif Bayi (NICU), baik dalam bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta fasilitas pelayanan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dikelola dan
dikembangkan dengan baik.
B. Tujuan
Pedoman pelayanan unit Perawatan Intensif Bayi (NICU) ini dibuat sebagai acuan bagi seluruh
staf dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan professional.
RSIA Brawijaya Duren Tiga merupakan tipe pelayanan RS kelas C yang menyediakan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, yang didukung oleh pelayanan medik spesialis sesuai kekhususan,
pelayanan medik umum dan penunjang medik, juga disertai pelayanan keperawatan dan
kebidanan dan pelayanan non medik, berupa farmasi, rekam medik, psikologi, CSSD, pengolahan
makan/gizi, pelayanan darah, laundry, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan.
Pelayanan Perawatan Intensif Bayi (NICU) selain didukung oleh bangunan (ruang) dan prasarana
serta peralatan yang berteknologi tinggi, juga dibekali dengan sumber daya manusia yang
kompeten dan professional, yang meliputi tenaga medis (dokter spesialis obstetric dan ginekologi,
dokter spesialis anak, dokter subspesialis dan/atau spesialis dengan kualifikasi tambahan sesuai
kekhususan, dokter umum, dokter gigi); tenaga keperawatan dan kebidanan; tenaga
kefarmasiaan, dan tenaga kesehatan lainnya, yang saling bersinergi dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan fokus patient centered care.
D. Batasan Operasional
Kriteria Masuk:
Bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan (> 35 minggu) dengan berat badan lahir atau saat
tiba di RS ≥ 2000-gram yang stabil dalam hemodinamik namun membutuhkan:
Oksigenasi : low flow oksigen dan pemantauan saturasi oksigen tetapi tidak dalam fase akut
Penyembuhan pasca perawatan intensif
Terapi sinar tanpa akses intravena
Mampu FULL FEED per oral/OGT
Perawatan observasi pasca resusitasi tanpa alat bantu nafas
Kriteria Keluar:
Stabil untuk pulang
Naik ke Perawatan Intensif Bayi Perina 2B
Kriteria Masuk:
Usia gestasi ≥ 35 minggu dengan / tanpa bantuan oksigen
Oksigenasi: Low flow ≤ 2L/menit
Akses inravena: Perifer > 72 jam
Berat badan > 1800 gram
Hiperbilirubinemia yang membutuhkan akses intravena
Hipotermia berkepanjangan > 6 jam
Hipoglikemia yang membutuhkan IVFD (tidak berulang)
Dehidrasi yang membutuhkan IVFD
Tersangka sepsis neonatorum yang belum terbukti dari hasil biakan darah
Pemantauan perawatan pasca resusitasi dengan alat bantu nafas
Kriteria Keluar:
Kriteria Masuk:
Usia Gestasi:
Usia gestasi dan berat berapapun yang mengalami gangguan hemodinamik dan pernafasan
yang tidak stabil dan membutuhkan monitor ketat.
Usia gestasi ≤ 35 minggu dan membutuhkan CPAP/Ventilator mekanik
Usia gestasi ≥ 32 mgg dengan BB ≥ 1300 gram
Berat badan lahir ≤ 1800 gram dengan atau tanpa dukungan oksigenasi
Oksigenasi: CPAP, Ventilator mekanik
Apnea/Periodic Apnea
Kejang neonatorum
Membutuhkan tranfusi tukar
Perdarahan hebat
Pasca Operasi bedah mayor
Membutuhkan inotropik
Membutuhkan terapi intravenous immunoglobulin (IVFG)
Membutuhkan akses cepat (cito) konsultasi subspesialistik dan spesialistik bagian anak
maupun bagian lain
Semua kondisi diatas yang membutuhkan akses intravena PICC, Total Parenteral Nutrition,
Jalur Vena Sentral
Hipoglikemia berulang
Parameter respirasi stabil (laju nafas 40-60 x/menit, nafas nyaman) tanpa bantuan alat bantu
nafas, pCO2 pada AGD normal.
Parameter hemodinamik stabil, frekuensi jantung dan nadi normal, tekanan darah normal,
tanpa bantuan inotropic. Heart rate 120-160 x/menit, tekanan darah dan MAP sesuai usia.
Status neurologis sudah terkontrol, kejang sudah teratasi dengan atau tanpa obat kejang.
Parameter gula darah sudah normal tanpa infus dan tanpa obat
Tidak terpasang infus sentral (vena umbilical kateter, PICC, atau long line).
Infeksi sudah teratasi dibuktikan dengan kultur yang negative dan parameter infeksi yang
sudah normal.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Uraian Tugas
- Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan tenaga, alat dan asuhan
keperawatan
- Mengkoordinasikan dan mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan
- Memberikan bimbingan penerapan etika profesi, asuhan keperawatan sesuai SDM
- Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang unit
- Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Unit Perawatan Intensif Bayi atau dengan unit
lain (rapat jajaran)
- Melaksanakan fungsi perencanaan meliputi :
Menyusun program kerja tahunan unit perawatan intensif bayi
Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi
tenaga untuk unit kerja tanggung jawabnya
Menyusun rencana kebutuhan peralatan dari segi jumlah maupun jenis dan kualitas alat
Menyusun program pengembangan staf keperawatan dan program orientasi bagi tenaga
keperawatan baru yang akan bekerja di unit kerjanya
Menyusun jadwal pertemuan berkala atau sewaktu waktu bila diperlukan dengan staf
keperawatan di masing-masing unit kerjanya
Membuat usualan mutasi tenaga keperawatan, berkoordinasi dengan Kepala Bidang
Keperawatan dan SDM
- Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi :
Melaksanakan sebagian tugas yang dilimpahkan dari Kepala Bidang Keperawatan
Mewakili tugas dan wewenang Kepala Bidang Keperawatan atas persetujuan Direktur
RSIA Duren Tiga
Menyampaikan dan menjelaskan kebijaksanaan Kepala Bidang Keperawatan pada staf
keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya
Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan baru yang bekerja di unit
kerja di bawah tanggung jawabnya
Memberikan bimbingan kepada tenaga keperawatan yang berada di bawah tanggung
jawabnya, berkerjasama dengan SDM
Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan baru yang akan bekerja di
unit kerjanya
Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Kepala Departemen Keperawatan, Unit
Perawatan Intensif Bayi atau staf keperawatan secara berkala atau sewaktu-waktu bila
diperlukan
Menampung dan menanggulangi usul, keluhan, baik tentang masalah tenaga
keperawatan maupun asuhan keperawatan untuk disampaikan kepada Kepala Bidang
Keperawatan
Membantu menyelesaikan masalah yang timbul di unit kerjanya, memelihara suasana
kerja yang harmonis
Meneliti dan mempertimbanagkan syarat permohonan kenaikan pangkat, cuti, pindah,
berhenti dari tenaga keperawatan di wilayah tanggung jawabnya
Menyimpan dokumen kegiatan, termasuk data kepegawaian (data tenaga keperawatan)
yang berada di bawah tanggung jawabnya
- Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
Mengendalikan pelaksanaan peraturan atau tata tertib, Standar Prosedur Operasional
(SPO) pelayanan keperawatan yang berlaku
Mengendalikan pendayagunaan peralatan, tenaga keperawatan secara efektif dan efisien
Melaksanakan kunjungan keliling (supervisi) secara berkala atau sewaktu-waktu bila
diperlukan ke semua bagian unit kerjanya, agar tujuan pelayanan keperawatan yang
diinginkan tetap terjamin
- Menilai mutu pelayanan atau asuhan keperawatan, koordinasi dengan Tim Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
- Melaksanakan dan mengawasi komunikasi yang efektif di unitnya
- Melaksanakan dan mengawasi kegiatan peningkatan mutu pelayanan di unitnya
- Melaksanakan dan mengawasi budaya keselamatan di unitnya
- Memilih dan menerapkan penilaian mutu dan keselamatan pasien serta spesifik terhadap
cakupan pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan serta menyediakan data dan
informasi dari hasil kegiatan tersebut
Tanggung Jawab
- Bertanggung jawab terhadap pengaturan dinas di Unit Perawatan Intensif Bayi
- Bertanggung jawab terhadap koordinasi antara Unit Perawatan Intensif Bayi dengan unit
lain maupun manajemen
- Bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian operasional di Unit
Perawatan Intensif Bayi
Wewenang
- Menerima delegasi tanggung jawab dari Kepala Departemen Medis dan Keperawatan
Kualifikasi
- Pendidikan = Ners / D-III Keperawatan
- Kursus / Pelatihan = Memiliki sertifikat pelatihan Manajemen Bangsal
- Pengalaman Kerja = Pernah menjadi penanggung Jawab Shift atau Koordinator
- Kondisi Fisik = Sehat jasmani dan rohani
4. Perawat pelaksana
Seorang perawat profesional/non profesional yang ditugaskan dan diberi kewenangan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada bayi, berupa SPK dan RKK.
Perawat pelaksana mempunyai minimal 12 kompetensi dasar sesuai Proses Delphi dari
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI)
1. Kemampuan melaksanakan komunikasi interpersonal dalam implementasi keperawatan
2. Melakssanakan prinsip etik dalam tindakan keperawatan
3. Melaksanakan prinsip pengendalian infeksi nosokomial
4. Melaksanakan, interpretasi dan menganalisis dokumen secara akurat
5. Meningkatkan dan memelihara lingkungan yang aman dan meningkatkan quality assurance
dan manajemen resiko.
6. Melaksanakan tanda-tanda vital
7. Melaksanakan satndar precautions untuk mencegah pasien injuri
8. Memfasilitasi kebutuhan oksigen
9. Memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit
10. Mampu melaksanakan perawatan luka
11. Memberikan pengobatan yang aman
12. Pengelolaan darah atau cairan dengan prosedur yang aman
B. Distribusi Ketenagaan
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di unit Perawatan Intensif Bayi menurut Rumus
Gillies adalah sebagai berikut
AxBxC = F = H
(C – D) x E G
Keterangan
A = Rata-rata jumlah perawatan /pasien/hari
B = Rata-rata jumlah pasien/hari
C = Jumlah hari/tahun (365 hari)
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat (78 hari)
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumalh jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Rumus Gillies
AxBxC = F = H
(C – D) x E G
(16 + 2 + 0,5) x 2 pasien x 365 hari = 13505 = 6,7 orang; koreksi 25% = 8 – 9 orang
(365 – 78) x 7 hari/minggu 2009
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990).
- Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17% (Pagi 3, Sore 2, Malam 2, Lepas
malam 1, Libur 1)
Jam kerja mengacu pada SPO RSIA Brawijaya Duren Tiga
Shift Pagi : Jam 07.00 – 14.30
Shift Siang : Jam 14.00 – 20.30
Shift Malam : Jam 20.00 – 07.30
- Kombinasi proporsi yang dianjurkan tiap shift, 55% tenaga profesional (Ners) dan 45%
tenaga non profesional (D-III Kep).
C. Pengaturan Jaga
Diketahui perawat secara 24 jam memberikan asuhan keperawatan, maka penjadwalan harus
dikelola agar kualitas pelayanan tetap terjaga. Kepuasan terhadap penjadwalan mungkin
tidak sepenuhnya dapat memenuhi keinginan tiap staf, tetapi setidaaknya penjadwalan
sedapat mungkin dibangun dengan prinsip keadilan dan dikomunikasikan dalam tim.
Pengaturan jadwal adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-
masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapai hasil yang
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husen, 2008)
- Pengaturan jadwal dinas unit Perawatan Intensif Bayi dibuat untuk periode satu bulan
oleh Koordinator Unit dan direalisasikan ke perawat pelaksana untuk pelaksanaan 1
bulan.
- Pertukaran jadwal dinas perawat diberitahukan terlebih dahulu kepada Koordinator Unit 1
hari sebelumnya dan dicatat kedalam jadwal dinas ruangan. Perubahan jadwal dinas
segera direvisi di bagian sistem ANDAL untuk pencatatan.
- Bila terjadi ketidakseimbangan tenaga keperawatan dengan jumlah dan kualifikasi pasien,
Koordinator unit dapat melaporkan ke PJO bila ada kebutuhan tenaga di unit lain yang
sedang ramai pasien, atau memberlakukan oncall pada perawat, atau menerapkan oncall
pada perawat part time yang khusus berdinas jika ada kondisi yang dibutuhkan.
- Perawat yang tidak bisa melaksanakan dinas (tanpa terencana/cuti insidential) harus
menginformasikan kepada Koordinator Unit, untuk segera ditunjuk penggantinya sesuai
dengan kompetensi/level perawat yang dibutuhkan.
- Koordinator unit mempertimbangkan perubahan jadwal dinas, bila terjadi kondisi yang
tidak terduga seperti ketidakhadiran staf dan staf yang sakit.
- Pengajuan cuti tahunan perawat diajukan 1 bulan kepada Koordinator Unit sebelum
pembuatan jadwal dinas.
BAB III
STANDAR FASILITAS
Perawatan
Intensif Bayi
(NICU)
Perawatan
Kamar Bayi
(0-28 HARI)
BAYI SEHAT
BERSAMA IBU
B. Standar Fasilitas
Unit pelayanan Perawatan Intensif Bayi terletak di lantai 2 RSIA Brawijaya Duren Tiga,
bersebelahan dengan ruang perawatan 204. Memiliki akses masuk dengan fingerprint, demi
keamanan dan keselamatan pasien bayi. Peralatan pada Rumah Sakit terdiri atas peralatan medis
dan peralatan non medis yamg memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai.
Pengkalibrasian alat medik di unit pelayanan Perawatan Intensif Bayi dikelola oleh Maintenance
Medik (Atem) berkoordinasi dengan Koordinator unit dan badan yang telah bekerjasama dengan
RSIA Brawijaya Duren Tiga.
Persiapan alat: kartu pemeliharaan alat, set sarung tangan, lap basah, lap kering, botol cairan
desinfektan.
Cara kerja pemeliharaan kesehatan: mencantumkan kartu pemeliharaan pada setiap alat,
mencantumkan petunjuk cara penggunaan alat medik pada setiap alat, pemeriksaan alat
secara berkala dilakukan oleh bagian teknisi, membersihkan dan mengeringkan alat-alat
sehabis pakai sesuai dengan petunjuk, dan meletakkan semua peralatan medik ditempat
yang aman.
Perbaikan peralatan kesehatan: memeriksa peralatan yang ada di unit, melaporkan
kerusakan yang ada ke bagian teknisi dengan mengisi form kerusakan barang, mencatat hasil
perbaikan yang meliputi tanggal dan jam perbaikan, nama petugas yang memperbaiki serta
komponen yang rusak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan: apabila kerusakan tidak dapat diperbaiki atau diganti oleh
teknisi maintenance RS, maka petugas maintenance menghubungi teknisi luar/supplier untuk
perbaikan alat.
Keterangan:
Penyimpanan elektrolit konsentrat diluar Instalasi Farmasi, berada di unit perawatan intensif
bayi dengan pertimbangan klinis untuk mengurangi risiko dan cedera pada penggunaan
elektrolit konsentrat. Unit akan melaporkan setiap penggunaan barang dan melakukan
permintaan setiap habis penggunaan. Emergency kit maupun emergency trolley NICU akan
dikunci setelah barang habis pakai dilengkapi sesuai jumlah pada standar, dengan
menggunakan kunci yang bernomor tertentu untuk memastikan keamanan dan keselematan
pasien. Instalasi Farmasi akan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan
elektrolit konsentrat di unit, setiap akhir bulan.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
(0-28 HARI)
BAYI SEHAT
BERSAMA IBU
A. Persiapan penerimaan pasien
1) Sebelum pasien diterima, perawat unit mempersiapkan kebutuhan bed bayi, peralatan
medis dan kemungkinan barang habis pakai yang kemungkinan akan digunakan.
2) Pasien tiba di ruang perawatan dihantar oleh perawat/bidan Poliklinik/Kamar bayi atau
perawat Unit Gawat Darurat dengan membawa rekam medis pasien.
3) Perawat rawat inap cuci tangan, sambut pasien, ucapkan salam, perkenalan diri
4) Melakukan identifikasi pasien dengan meminta orangtua bayi menyebutkan kembali nama
bayi, tanggal lahir, dan jenis kelamin sembari mencocokkan identitas yang telah disebutkan
dengan gelang identitas pasien dan warnanya. Pastikan kancing kuning sebagai petanda
risiko jatuh sudah dipasang pada gelang bayi.
5) Melakukan timbang terima (operan) dengan perawat/bidan pengantar, sesuai SOP transfer
antar ruangan. Memastikan semua aspek dalam SOP transfer antar ruangan terpenuhi,
dipahami dan ditanda tangani oleh pihak pengirim dan pihak penerima.
6) Melakukan asesmen awal pasien masuk rawat inap, pengkajian dan pemeriksaan fisik diikuti
oleh proses keperawatan
7) Memberi kehangatan dan kenyamanan pada pasien
8) Memastikan setiap instruksi DPJP sudah berjalan sesuai terapi. Mengkonfirmasi DPJP bila
dirasa ada informasi yang perlu diklarifikasi, berkoordinasi dengan dokter jaga ruangan.
9) Bila pasien menggunakan infus, letakkan infus pada tiang infus atur tetesan sesuai program
DPJP
10) Berikan edukasi dengan bahasa yang sederhan yang dapat dipahami pasien sesuai yang
tertera pada lembar KIE. Bila sudah jelas dan dipahami oleh orangtua pasien, kedua pihak
baik perawat maupun orangtua bayi menandatangani form KIE tersebut
11) Memberi kesempatan kepada orangtua bayi untuk berdikusi mengenai ruang rawat, hak
pasien dan keluarga, keselamatan pasien, pengunaan terapi obat pada pasien, prosedur
cuci tangan dan pencegahan risiko jatuh.
12) Memberitahu orangtua bayi dan keluarganya, bahwa tidak ada jam besuk selama masa
pandemi. Perawat memberikan nomor telepon unit agar orangtua bayi dan keluarga dapat
saling berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang ada di unit perawatan.
13) Perawat cuci tangan, menghubungi dokter jaga ruangan dan DPJP untuk pelayanan yang
berkesinambungan.
14) Melakukan dokumentasi, tindakan yang sudah dilakukan sesuai jam tindakan.
15) Berkoordinasi dengan tim frontliner dalam hal penjaminan pasien.
Observasi keadaan umum, TTV dan usaha nafas pasien tiap jam dalam 6 jam observasi post
kelahiran
Observasi meco miksi
Observasi GDS
Observasi gumoh/muntah
4. Ruang NICU
A. Prosedur medik
1. Ruang Nursery
4. Ruang NICU
Digunakan untuk bayi baru lahir, dalam observasi 4-6 jam post kelahiran
Digunakan pada bayi yang prematur / BBLR yang belum memiliki termoregulasi yang baik
Digunakan pada bayi dengan hipotermia/terdapat gumoh/muntah
2. Infant warmer
Digunakan pada bayi yang ingin dilakukan tindakan invasif, seperti infus umbilikalis
Digunakan pada bayi yang memerlukan penanganan gawat darurat yang cepat atau memakai
alat bantu nafas
3. BCPAP/Ventilator
C. Konsultasi
Orangtua pasien berhak mendapatkan informasi mengenai kondisi pasien dan
pengobatan yang dilakukan kepada DPJP saat dokter melakukan visitasi.
Pasien dan keluarga juga diberikan hak untuk mendapatkan second opinion
Konsultasi untuk pemeriksaan echo jantung, usg kepala, ROP mata.
E. Pengiriman pasien
1. Rujukan
Setiap pasien yang akan dirujuk ke RS lain harus sesuai dengan SPO merujuk ke RS luar
Dalam transportasi, didampingi oleh dokter dan perawat yang terlatih
Keluarga pasien dapat terlibat dalam pemilihan RS rujukan
2. Pemeriksaan radiologi/lab/poliklinik
Perawat membuat janji kepada tim teknisi RS, koordinator unit yang bersangkutan dan
dokter penanggung jawab unit tersebut
Segala pemeriksaan lab/radiologi dilakukan didalam ruangan kamar bayi. Tidak dilakukan
pengiriman bayi ke unit rawat jalan
Bila pemeriksaan radiologi, hanya dapat dilakukan di RS luar, maka perawat melakukan
koordinasi dengan pihak RS tersebut dan edukasi pada keluarga perihal kemungkinan
tambahan biaya.
1. Laporan harian
2. Laporan Bulanan
Laporan Koordinator unit kepada Direktur RS, berupa evaluasi pelayanan asuhan
keperawatan di unit
Laporan Koordinotor unit terkait monitoring dan supervisi harian terkait elemen penilaian
dalam akreditasi.
Laporan Koordinator unit kepada Komite MPKP, berupa data indikator mutu unit yang telah
ditentukan berdasarkan karakteristik unit.
3. Laporan Tahunan
BAB V
LOGISTIK
Logistik merupakan bagian dari kegiatan pengadaan yang terkait fungsi pengendalian, sediaan,
pergudangan, transportasi, penjaminan dan pengendalian mutu. Agar dapat terselenggara
dengan baik dan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka logistic harus dikelola dengan
baik melalui manajemen logistic: Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling .
Manajemen logitik dapat didefinisikan sebagai Planning, Organizing, Staffing, Leading, dan
Controlling dalam kegiatan yang terkait dengan pengadaan, pendistribusian, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan barang dan jasa untuk mendukung kegiatan fungsi-fungsi
utama dalam pencapaian tujuan organisasi (Adiatama, 2002)
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. (PMK RI No. 1691, 2011)
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
2) Kejadian Nyaris Cedera (KNC), terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
3) Kejadian Tidak Cedera (KTC), insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera
4) Kejadian Potensial Cedera (KPC), kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden
5) Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
Bila dalam pelaksanaan terdapat kejadian yang tidak disengaja atau kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, Unit
Perawatan Intensif Bayi akan melakukan pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP). Insiden
dilaporkan secara internal kepada TKPRS dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format
laporan. Tujuan dari pelaporan insiden ini untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem
dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang
(nonblaming). Sistem ini mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan
solusi untuk pembelajaran untuk mencapai tujuan patient safety.
Tujuh Standar Keselamatan Pasien yang merupakan acuan dalam menciptakan kondisi patient
safety,
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Setiap staf yang berada di Unit Perawatan Intensif Bayi wajib mengetahui 6 sasaran
keselamatan pasien, dan menerapkan sasaran keselamatan ini dalam setiap asuhan pelayanan.
1) Ketepatan identifikasi pasien
Pasien diidentifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah.
Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap
oleh penerima perintah.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaaan.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan
atau melalui telepon secara konsisten
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit perawatan intensif bayi diberi label yang jelas,
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat.
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Program hand hygiene yang efektif, berupa audit cucit tangan dan penggunaan APD.
6) Pengurangan risiko pasien jatuh
Unit melakukan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan
asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risisko jatuh, dan dimonitor hasilnya.
Tujuh langkah yang dibangun Unit Perawatan Intensif Bayi dalam menerapkan patient safety
adalah
1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Koordinator unit memastikan tim mampu berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani
melaporkan bilamana ada insiden.
2) Memimpin dan mendukung staf
Koordinator menjadi penggerak untuk memimpin gerakan keselamatan pasien, dan
menumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Koordinator unit melakukan proses asesmen risiko secara teratur dan mendiskusikan isu-isu
keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada manjaemen RS.
4) Mengembangkan sistem pelaporan
Koordinator unit memberi semangat kepada tim untuk secara aktif melaaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai proses
pembelajaran.
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Koordinator unit memastikan staf menghargai dan mendukung kerterlibatan pasien dan
keluarga bila terjadi insiden, dengan menginformasikan insiden dengan jelas dan benar
secara tepat kepada keluarga pasien. Tunjukkan sikap empati pada pasien dan keluarga.
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Koordinator unit berdiskusi dengan staf, pengalaman dari hasil analisis insiden, dan berbagi
pengalaman.
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Koordinator unit melibatkan tim dalam mengembangkan cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Menelaah kembali perubahan yang dibuat oleh
staf dan memberikan umpan balik atas setiap tindak lanjut insiden yang dilaporkan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khusunya tempat kerja
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran), kecelakaan
yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya, radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomic. Semua
potensi bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS,
para pasien maupun para peengunjung yang ada di lingkunagan RS.
Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termaksud dalam kategori seperti diatas, wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di unit Perawatan Intensif Bayi bertujuan untuk melindungi staf dan pasien serta keluarga
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dari dalam dan luar Rumah Sakit.
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya inimeliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kinerja setiap petugas Kesehatan dan noon Kesehatan merupakan hasil dari 3 komponen K3
yaitu kaspasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Bahaya potensial di RS yang dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
1) Faktor biologi: virus, bakteri, jamur
2) Faktor kimia: antiseptic, gas anestesi
3) Faktor ergonomic: cara kerja yang salah
4) Faktor fisika: suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi
5) Faktor psikososial: kerja bergilir, hubungan sesame karyawan/atasan
Unit Perawatan Intensif Bayi membuat perencanaan yang efektif agar penerapan system
manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan meliputi
1) Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko
2) Membuat peraturan
3) Tujuan dan sasaran
4) Indikator kerja
5) Program K3
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu
- kondisi dan lingkungan kerja
- kesadaran dan kualitas kerja
- peran dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan kerja, kecelakan dan penyakit akibat kerja dapat
terjadi, apabila:
Langkah-langkah dalam meminimalisir kecelakaan kerja di unit Perawatan Intensif Bayi adalah
Dengan pelaksanaan K3RS di unit Perawatan Intensif Bayi ini, diharapkan menurunkan absensi
karyawan karena sakit, menurunkan angka kecelakaan kerja, menurunkan prevalensi penyakit
akibat kerja, dan meningkatkan produktivitas kerja unit Perawatan Intensif Bayi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kendali mutu adalah upaya mempertahankan mutu, mencegah pasien memperoleh pelayanan
asuhan yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Konsep penjaminan mutu lebih
tertuju kepada keselamatan pasien serta terjaminnya mutu pelayanan secara
berkesinambungan. Sistem mutu berupaya menghasilkan asuhan yang berfokus pada pasien
serta berfokus pada kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal (staf) atau pelanggan
eksternal (pasien).
Konsep peningkatan mutu selalu dilaksanakan secara berkelanjutan, artinya perbaikan kualitas
pelayanan keperawatan selalu dievaluasi dan selalu melalui analisis hasil evaluasi, dilaksanakan
perubahan, pengembangan dan peningkatan mutu serta dilaksanakan tindak lanjut untuk
perbaikan. Konsep manajemen mutu terpadu, yaitu konsep ini memadukan upaya
pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan peningkatan mutu dari berbagai kelompok
dalam organisasi untuk menghasilkan produk yang paling ekonomis, serta terpenuhinya
kepuasan konsumen. Konsep ini melibatkan seluruh jajaran organisasi dan anggota organisasi,
serta lebih menekankan keterlibatan unsur seluruh manajer, dari mulai manajemen atas sampai
ke bawah.
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan tidak bisa terlepas dari pengendalian mutu sumber
daya keperawatan. Sumber daya keperawatan menjadi salahsatu kunci keberhasilan pelayanan
keperawatan, tanpa adanya dukungan staf yang kompeten, maka pengendalian mutu pelayanan
keperawatan juga tidak akan tercapai.
1) Penetapan regulasi
Merupakan suatu proses penetapan suatu aturan yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan
asuhan pelayanan neonatus, meliputi
- Penetapan pedoman pengorganisasian dan pelayanan
- Penetapan kebijakan pelayanan
- Penetapan standar prosedur operasional
- Penetapan formulir yang digunakan selama proses pelayanan
- Penetapan uraian tugas
Keterangan:
- Setiap hari, data pencapaian indikator mutu direkapitulasi oleh PJ pengumpul data unit
dalam bentuk file excel. Bila terdapat data harian yang tidak tercapai, PJ pengumpul unit
akan mengingatkan semua staf, melakukan evaluasi segera agar indikator mutu dapat
dikendalilkan sesuai standar yang ada.
- Akhir bulan, data diinterpretasikan dan dilakukan analisisnya dalam bentuk grafik batang
yang tergambar dalam bentuk powerpoint. Data yang tidak tercapai sesuai standar, akan
dibuatkan bentuk rencana tindak lanjut (RTL), untuk mencegah terjadinya kejadian
berulang yang akan berefek pada mutu pelayanan unit.
- Data pencapaian mutu bulanan ini termasuk salahsatu agenda rutin yang di diskusikan
dan di evaluasi bersama tim, dalam rapat bulanan unit.
- Hasil pencapaian indikator mutu unit, dipresentasikan dihadapan Direktur RS dalam rapat
bulanan mutu bersama tim PMKP.
BAB IX
PPI
Menurut PMK RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) di fasilitas pelayanan kesehatan, PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
Infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak
ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi didalam rumah sakit tapi muncul
setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Jenis infeksi terkait pelayanan kesehatan atau HAIs, terutama dalam Unit perawatan Intensif
Bayi, mencakup:
- Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
- Infeksi Aliran Darah (IAD)
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Unit Perawatan Intensif Bayi bertujuan
untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi. Bagi
pasien yang memerlukan isolasi sementara, maka akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
A. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan tangan: menggunakan sabun dan air mengalir atau menggunakan alcohol-
based handrubs
2) Alat Pelindung Diri (APD)
- Sarung tangan
- Masker
- Gaun pelindung
- Goggle dan perisai wajah
- Sepatu pelindung
- Topi pelindung
4) Pengendalian lingkungan
- Kualitas udara
- Kualitas air
- Permukaan lingkungan: pembersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, bila ada
cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%
- Ventilasi
- Pengelolaan alat medik reused dan disposable
5) Pengelolaan Limbah
6) Penatalaksanaan Linen
Kehati-hatian mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan
tangan secara teratur sesuai kewaspadaan standar dalam prosedur penanganan,
pengangkutan dan distribusi linen.
8) Penempatan pasien
Pasien bayi infeksius terpisah dengan pasien bayi non infeksius. Penempatan pasien
disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne).
Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) dibatasi untuk
menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
Pakai spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap suntikan, berlaku juga pada penggunaan
vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien
lain. Membuang spuit dan jarum suntik bekas pada tempatnya dengan benar.
1) Kewaspadaan transmisi melalui kontak: Kontak langsung pada saat petugas melakukan
perubahan posisi, memandikan tanpa sarung tangan. Kontak tidak langsung, kontak
dengan cairan sekresi pasien yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum
dicuci.
2) Kewaspadaan transmisi melalui droplet: dibutuhkan APD atau masker yang memadai
untuk mencegah transmisi droplet yang dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah,
bicara, selama prosedur suction.
C. Cara pencegahan dan pengendalian infeksi terkait Unit Perawatan Intensif Bayi dengan
Bundles HAIs
Pedoman pelayanan unit ini dibuat untuk menjadi acuan bagi seluruh staf dalam menjalankan
proses pelayanan kepada pasien dan keluarga di rawat inap bayi dengan tujuan meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien serta keselamatan kerja staf RSIA Brawijaya Duren Tiga.
Pedoman ini tentunya masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pedoman ini perlu ditinjau
kembali setiap 3 tahun sesuai dengan perkembangan kesehatan, kebutuhan pasien, tuntutan
pelayanan dan standar akreditasi. Saran dan masukan kami butuhkan, untuk penyempurnaan
pedoman ini, agar kualitas pelayanan dapat terus ditingkatkan di RSIA Brawijaya Duren Tiga.