BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat yang semakin dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan standar pelayanan
yang telah ditentukan.
Mengacu pada visi dan misi dari Millenium development goal’s, maka perlu disusun suatu
rencana kerja, sehingga kegiatan dari bagian ini menjadi lebih sistematis dan terorganisir. Program
kerja akan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan maternal-perinatal yang
komprehensif dalam periode satu tahun.
Program menurunkan angka kematian neonatal dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayi
tersebut dapat diperoleh dengan dukungan faktor keterampilan tenaga kesehatan khusus PONEK
serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di rumah sakit.
C. Batasan Operasional
Perawatan metode kangguru adalah pelayanan kesehatan bayi dengan berat lahir rendah yang
dapat bernafas spontan di rumah sakit yang dilakukan oleh ibu dengan pengawasan dan bimbingan
tenaga kesehatan
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan LembaranNegara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan
rumah sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan RI;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang ijin praktek dan
pelaksanaan praktik kedokteran;
6. KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara ekslusif pada bayi di Indonesia;
7. Keputusan Menteri Kesehatan No 1051 Tentang pedoman pelayanan obstetri neonatal emergency
komprehensif;
8. Keputusan Menteri Kesehatan no 604 / Menkes / SK / 2008 tentang pedoman pelayanan
maternal, perinatal pada rumah sakit umum kelas B, kelas C, dan kelas D;
9. KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/2007 tentang pemasaran Pengganti Air
Susu Ibu.
1
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B.Distribusi ketenagaan
1.Ruang bersalin
2.Ruang perinatal
C.Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal jaga tenaga perawat dan bidan dilakukan oleh masing-masing kepala ruangan
berdasarkan SPO yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Lilin . Pengaturan jadwal jaga
tenaga dokter dilakukan oleh komite medik Rumah sakit Umum Daerah Sungai Lilin .
2
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Ruang bersalin dan perinatal terletak berdampingan (denah ruangan terlampir)
B. Standar Fasilitas
1. Kriteria umum ruangan
a. Struktur fisik
Lantai porselen dan dinding dicat atau dilapisi keramik agar mudah dicuci
b.Kebersihan
Cat dan lantai berwarna terang dan sehingga kotoran terlihat dengan mudah. Ruangan bersih
bebas dari debu dan kotoran sampah atau limbah rumah sakit.Hal ini berlaku pula untuk
mebel, perlengkapan, instrumen, pintu, jendela, steker listrik, dan langit-langit
c.Pencahayaan
Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu berfungsi baik
dan kokoh. Pencahayaan terang dari cahaya alami atau listrik
d. Ventilasi
e. Suhu ruangan dijaga 24-26 °c dan pendingin ruangan berfungsi dengan baik
f. Pencucian tangan
g. Wastafel dilengkapi dengan dispenser sabun, serta tissu untuk mengeringkan tangan
3
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN PERAWATAN METODE KANGGURU
2. Kriteria ibu
a. Bersedia dan mau melaksanakan PMK
b. Mempunyai kemampuan fisik dan mental
c. Siap pakaian (baju dan kancing depan)
d. Kain panjang untuk menahan bayi
e. Kuku harus bersih dan tidak menggunakan cat kuku
4
BAB V
LOGISTIK
1. Pelayanan obat dipusatkan di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Lilin
2. Pelayanan pencitraan dipusatkan di laboratorium Rumah Sakit Sungai Lilin
3. Pelayanan radiologi dipusatkan di instalasi radiologi / rontgen
5
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Lilin.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
6
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Agar tidak terjadi infeksi silang maka dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi melalui
komponen kewaspadaan standar meliputi :
1. Cuci tangan
2. APD (sarung tangan, masker, pelindung mata dan wajah, gaun/apron)
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Penanganan linen
6. Penanganan limbah
7. Kesehatan karyawan
8. Penempatan pasien
9. Penyuntikan yang aman
10. Etika batuk
11. Prosedur lumbal pungsi
7
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Ada pertemuan khusus secara formal antara pimpinan dan staf pelaksana di lapangan. Mengenai
rencana kegiatan, dan evaluasi, yang dilakukan setiap satu bulan. Mutu dinilai dari penemuan kasus
kemampuan menangani BBLR.
8
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini dibuat untuk memberikan arahan dalam tindakan perawatatan metode kanguru di
RSUD Sungai Lilin . Dengan demikian pedoman ini harus dilaksanakan dengan disertai tekad dan
kemauan yang kuat guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Sungai Lilin .