BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar 2/3 dari AKB
pada tahun 1990 menjadi 20 dan 25/1000 kelahiran hidup
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar 3/4 dari AKI pada tahun
1990 (menjadi 125/100.000 kelahiran hidup)
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan asuhan bayi baru
lahir secara professional.
b. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan bayi baru
lahir
c. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan asuhan bayi baru lahir .
2
c. Melakukan inisiasi Menyusui Dini ( IMD )
d. Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan dan kandungan
2. Sumber daya insani, staf dan pimpinan
3. Fasilitas dan peralatan
4. Kebijakan dan prosedur
5. Pengendalian mutu
E. LANDASAN HUKUM
Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum
Natalia sesuai dengan:
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang- Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang praktik kebidanan.
3
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan asuhan kebidanan perlu menyediakan sumber daya
manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya
menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang
ada. Untuk menunjang pelayanan asuhan kebidanan di instalasi kamar
bersalin, maka dibutuhkan tenaga dokter, bidan yang mempunyai pengalaman,
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar bersalin
sehingga semua kegiatan pelayanan asuhan kebidanan dapat terkoordinir
dengan baik. Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu:
Petugas kamar bersalin terdiri dari bidan full time. Adapun pengaturan jaga
adalah sebagai berikut :
5
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
utara
ISOLASI PRE VK
VK
Spool
BED BED wa BED BED
hook sta
ISOLA 1 fel 2 3
SI WC
troli
B. Standar Fasilitas
Sebagai bagian penting dari Rumah Sakit, beberapa komponen yang
digunakan pada ruang bersalin memerlukan beberapa persyaratan khusus,
antara lain :
b. Ruangan berukuran 4 x 4 m
l. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur
minimum 1 m s.d 2 m dan antara dinding 1 m.
7
o. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke
koridor).
C. Sterilisasi Ruangan
8
1. Cara pembersihan rutin atau harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah
penggunaan kamar bersalin agar siap pakai dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Semua permukaan peralatan yang terdapat didalam kamar
bersalin harus dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau
dapat juga menggunakan air sabun.
b. Permukaan bad dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.
c. Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai
dipakai kemudian pasang plastic yang baru.
d. Semua peralatan yang digunakan untuk tindakan
dibersihkan.
e. Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan
f. Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan
cairan desinfektan.
g. Lubang angin kaca jendela dan kosen harus dibersihkan
h. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar bersalin
jika alat tenun tersebut bekas pasien infeksi maka penaganannya
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
i. Alas kaki ( sandal ) khusus kamar bersalin harus
dibersihkan setiap hari
2. Pembersihan sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar bersalin digunakan untuk
tindakan kebidanan pada kasus infeksi dengan ketentuan sbb:
a. Pembersihan kamar bersalin secara menyeluruh meliputi
dinding,bad tindakan, meja instrument dan semua peralatan yang
ada dikamar bersalin.
b. Intrumen dan alat bekas pake harus dipindahkan atau tidak
boleh campur dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c. Pemakaian kamar bersalin untuk pasien berikutnya di
ijinkan setelah pembersihan selesai.
9
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Persiapan alat-alat
11
11. Kamar bersalin segera harus dibersihkan.
12
13
BAB V
LOGISTIK
NO NAMA JUMLAH
9 O2 Central 2 Tabung
18 USG 4D 1 Buah
20 Neopuf 1 Buah
26 Stetoskop 2 Buah
27 Senter 1 Buah
31 Incubator 2 Buah
33 Komputer 1 Buah
34 Kulkas 1 buah
35 Covis 1 Buah
37 CAP 1Buah
15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
16
17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Agar menjadi lebih efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya
gaun dan duk lobang telah tebukti dapat mencegah infeksi luka bila hanya
dalam keadaan kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai
spons yang menarik dari kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat
mengkontaminasi luka. Sebagai konsekuensinya, pengolahan Rumah Sakit,
penyedia dan para petugas kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan
dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi peran APD sesungguhnya dalam
mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
18
e. Topi : digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama
pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut.
Meski pun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah
atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
f. Gaun pelindung : digunakan untuk menutupi atau mengganti pakai
biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/airbone.
Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut,
petugas kesehatan harus menggunakan gaun pelindung setiap masuk
ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan percikan atau
semprotan darah cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung
tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun
sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas pastikan
bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian potensial tercemar,
lalu cuci tangan segera untuk berpindahnya organisme.
Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat
diturunkan 20-100 kali dengan memakai gaun pelindung. Bidan yang
menggunakan apron plastik saat merawat pasien dapat menurunkan
transmisi S. Aureus 30 kali dibandingkan dengan bidan yang memakai
baju seragam dan ganti tiap hari.
g. Apron : yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang
tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan.
Petuagas kesehatan harus mengunakan apron dibawah gaun penutup
ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi. Hal ini sangat penting bila gaun pelindung
tidak tahan air apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju
dan kulit petugas kesehatan.
19
h. Pelindung kaki : digunakan untuk melindung kaki dari cedera
akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak
segaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sadal, “sandal jepit” atau sepatu
yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot
karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi
darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan
jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap
air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa
penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi
karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali
digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung
tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers at al. 1992).
B. Faktor – Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan Pada
Pemakaian Alat Pelindung Diri
1. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum
memasuki ruangan.
2. Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
3. Lepas dan buang secara hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
4. Lepas dan buang secara hati-hati ketempat limbah infeksius yang
telah disediakan di ruangan ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan.
5. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah
membersihkan tangan sesuai pedoman.
20
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
22
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien diharapkan
memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien Rumah Sakit.
23
24
BAB IX
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelayanan dan Pengelolaan Kamar Bersalin dilaksanaan mengacu
pada Kebijakan dan prosedur tertulis.
2. Pembersihan dan sterilisasi kamar bersalin dilaksanakan sesuai
dengan SPO Pembersihan dan sterilisasi berdasarkan program sterilisasi
kamar bersalin.
3. Rancang bangun kamar bersalin dilaksanakan sesuai dengan
standart penilaian instrument akreditasi rumah sakit. RS Natalia Boyolali
menyediakan kamar bersalin yang dapat dicapai secara cepat.
4. Dalam proses keselamatan pasien perlu juga diperhatikan SDM
yang sesuai kompetensi. Proses kredential dan kredentialing dilaksanakan
oleh komite medik secara rutin unruk menjaga mutu pelayanan Rumah
Sakit. Legalitas petugas medik, paramedis maupun non medis dapat
dipertanggungjawabkan dengan meninjau kembali kompetensi dan kinerja
sesuai dengan kewenangannya.
5. Perlu diperhatikan :
a. Alas kaki pelindung yang disediakan digunakan saat tindakan
b. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptik/
handrub setiap kali kontak dengan pasien.
c. Saat bersalin ibu boleh ditungguin 1 orang.
d. Saat menolong persalinan dilakukan minimal 2 orang.