Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kita semua mengetahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan


Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi yaitu AKI :
228/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB : 34/1000 kelahiran hidup
(SDKI 2007). Sedangkan target RPJMN Depkes 2004-2009 AKI :
226/100.000 KH dan AKB : 26/1000 Kh. Dalam Konfrensi Tingkat Tinggi
Persatuan Bangsa-Bangsa (2000) telah disepakati berbagai Komitmen tentang
Tujuan Pembengunan Milenium (Millenium Development Goals) pada tahun
2015. Ada dua sasaran dan indikator yang secara khusus terkait dengan
kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu

1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar 2/3 dari AKB
pada tahun 1990 menjadi 20 dan 25/1000 kelahiran hidup

2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar 3/4 dari AKI pada tahun
1990 (menjadi 125/100.000 kelahiran hidup)

Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung


resiko bagi ibu hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai
komplikasi lainnya pada umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah
melahirkan dan 1 minggu pertama setelah melahirkan.

Salah satu factor penting dalam upaya menurunkan angka kematian


yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus kepada
aspek pencegaahan, promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan adalah hal
penting yang dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka
kesakitan serta kematian bayi.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh factor input
dan proses dari pelayanan itu sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya
meliputi kebijakan, tenaga yang melayani, sarana dan prasarana, standar
asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang disepakati. Sedangkan
factor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang ada
dalam interaksi antara bidan dengan dengan pasien yang meliputi penampilan
kerja sesuai dengan standar dan etika kebidanan.

Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di Rumah


Sakit Umum nataliaBoyolali, maka disusunlah pedoman pelayanan kebidanan
ini dengan harapan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pelayanan
kebidanan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :

Meningkatkan pelayanan asuhan bayi baru lahir di RSU Natalia


Boyolali dalam menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan
kesehatan global, nasional maupun regional.

2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan asuhan bayi baru
lahir secara professional.
b. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan bayi baru
lahir
c. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan asuhan bayi baru lahir .

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Poliklinik kebidanan dan kandungan
a. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan, seleksi dan pencegahan
kehamilan resiko tinggi
b. Melaksanakan kegiatan edukasi, imunisasi dan senam hamil
c. Melaksanakan pelayanan post partum lanjutan
d. Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka operasi.
2. Kamar bersalin.
a. Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
b. Melayani ibu post partum sebelum dipindah ke rawat gabung atau
rawat inap khusus

2
c. Melakukan inisiasi Menyusui Dini ( IMD )
d. Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan dan kandungan
2. Sumber daya insani, staf dan pimpinan
3. Fasilitas dan peralatan
4. Kebijakan dan prosedur
5. Pengendalian mutu

E. LANDASAN HUKUM
Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum
Natalia sesuai dengan:
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang- Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang praktik kebidanan.

3
4

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kualifikasi Tenaga Dokter Di Instalasi Kamar Bersalin Rumah
Sakit Umum Natalia :
a. Dokter Obsgyn menggunakan jasa Pelayanan dokter paruh waktu
(dokter spesialis obsgyn).
b. Di Rumah Sakit Umum Natalia memiliki 1 dokter spesialis
obstetric gynekologi

2. Kualifikasi Tenaga Bidan di Kamar Bersalin RSU Natalia


a. Bidan unit kamar bersalin minimal berpendidikan DIII Kebidanan
b. Di Rumah Sakit Umum natalia Boyolali memiliki 1 bidan
coordinator (kepala ruang) dan 3 bidan pelaksana

B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan asuhan kebidanan perlu menyediakan sumber daya
manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya
menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang
ada. Untuk menunjang pelayanan asuhan kebidanan di instalasi kamar
bersalin, maka dibutuhkan tenaga dokter, bidan yang mempunyai pengalaman,
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar bersalin
sehingga semua kegiatan pelayanan asuhan kebidanan dapat terkoordinir
dengan baik. Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu:
Petugas kamar bersalin terdiri dari bidan full time. Adapun pengaturan jaga
adalah sebagai berikut :

Bidan Full Time

1. Jadwal jaga : Senin – Minggu dibagi menjadi 3 shif


a. Shif pagi jam 07;00 – 14;00
b. Shif siang jam 14;00 – 20;00
c. Shif malam jam 20;00 – 07;00
2. Apabila pada kondisi tertentu bidan shiff selanjutnya bisa dipanggil
untuk oncall.
3. Apabila ada yang sakit/ cuti diutamakan yang melemburkan shif
yang libur.
D. Prosedur Rekrutmen dan Seleksi
1. Pengertian
Adalah proses penambahan tenaga kebidanan karena suatau hal seperti
adanya perencanaan ruang baru atau karena ada bidan yang mengundurkan
diri.
2. Waktu Perekrutan
Waktu Perekrutan dilakukan apabila :
a. Adanya permintaan tenaga dari bawah karena adanya peningkatan
kebutuhan yang di sebabkan oleh peningkatan jumlah pasien kebidanan.
b. Adanya perencanaan pembangunan ruang atau unit baru
c. Adanya bidan yang mengundurkan diri
3. Prosedur
a. Adanya permintaan dari unit kamar bersalin atau adanya
perencanaan dari kasi keperawatan tentang penambahan tenaga bidan
kamar bersalin.
b. Kasi keperawatan membuat pengajuan penambahan tenaga bidan
kepada direktur melalui Kabid umum, administrasi dan personalia

5
6

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Bersalin

utara

TROLI RESUSITASI SET

ISOLASI PRE VK

VK

Spool
BED BED wa BED BED
hook sta
ISOLA 1 fel 2 3
SI WC

troli

B. Standar Fasilitas
Sebagai bagian penting dari Rumah Sakit, beberapa komponen yang
digunakan pada ruang bersalin memerlukan beberapa persyaratan khusus,
antara lain :

1. Ruang Pre kamar bersalin

a. Ruang ini berada di tengah antara ruang bersalin dengan ruang


isolasi.

b. Ruangan berukuran 4 x 4 m

c. Di ruang dengan 1 bedgyn, dilengkapi dengan wastafel

d. Ruang harus dilengkapi 2 steker listrik yang dipasang dengan tepat


untuk peralatan listrik.

e. Terdapat 1 almari penyimpanan alat

2. Ruang tindakan Kamar bersalin

a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD


b. Ukuran 4 x 8 m, dilengkapi dengan oksigen sentral, wastafel, meja
resusitasi, meja tindakan bayi, lemari emergency dan troli emergency.

c. Tiap ibu bersalin punya privasi agar keluarga dapat hadir.

d. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.

e. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.

f. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk


memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.

g. ldealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter-integrasi: kala


1, kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh
sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak
memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar
kala 2.

h. Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse


station) agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus
sebelum dibawa ke ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila
diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang
berdekatan dengan kamar bersalin.

i. Harus ada kamar mandi toilet berhubungan kamar bersalin.

j. Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat tidur


(bed) dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal: 10
m2.

k. Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.

l. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur
minimum 1 m s.d 2 m dan antara dinding 1 m.

m. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4.

n. Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara


cukup.

7
o. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke
koridor).

p. Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien Obstetri dan


ginekologi, kursi pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari
obat kecil dan troli emergensi.

q. Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang kurangnya 11 m2.


Bila ada beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2.
Perlu disediakan toilet yang dekat dengan ruang periksa.

r. Ruang perawat/nurse station berisi : meja, telepon, lemari berisi


perlengkapan darurat/obat.

s. Ruang tunggu bagi keluarga pasien.

3. Ruang isolasi untuk pasien Eklampsia dan Sepsis

a) Ruang ini harus berada disamping ruang bersalin, atau


setidaknya
jauh dari area yang sering dilalui.

b) Paling kecil, ruangan berukuran 4 x 4 m

c) Di ruang dengan 1 bedgyn

d) Ruang harus dilengkapi 2 steker listrik yang dipasang


dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok
beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.

C. Sterilisasi Ruangan

Pemeliharan kamar bersalin merupakan proses pembersihan ruang berserta


alat-alat standar yang ada dikamar bersalin yang dilakukan teratur sesuai
jadwal tujuannya untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien.

Cara pembersihan kamar bersalin :

8
1. Cara pembersihan rutin atau harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah
penggunaan kamar bersalin agar siap pakai dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Semua permukaan peralatan yang terdapat didalam kamar
bersalin harus dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau
dapat juga menggunakan air sabun.
b. Permukaan bad dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.
c. Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai
dipakai kemudian pasang plastic yang baru.
d. Semua peralatan yang digunakan untuk tindakan
dibersihkan.
e. Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan
f. Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan
cairan desinfektan.
g. Lubang angin kaca jendela dan kosen harus dibersihkan
h. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar bersalin
jika alat tenun tersebut bekas pasien infeksi maka penaganannya
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
i. Alas kaki ( sandal ) khusus kamar bersalin harus
dibersihkan setiap hari
2. Pembersihan sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar bersalin digunakan untuk
tindakan kebidanan pada kasus infeksi dengan ketentuan sbb:
a. Pembersihan kamar bersalin secara menyeluruh meliputi
dinding,bad tindakan, meja instrument dan semua peralatan yang
ada dikamar bersalin.
b. Intrumen dan alat bekas pake harus dipindahkan atau tidak
boleh campur dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c. Pemakaian kamar bersalin untuk pasien berikutnya di
ijinkan setelah pembersihan selesai.

9
10

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Lingkungan Kamar Bersalin

1. Persiapan alat-alat

a. Semua kebutuhan perlengkapan dikemas atau dibungkus dengan


pembungkus steril yang memenuhi syarat.
b. Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa terhadap:
- Keutuhan dari bungkusan atau kemasan tersebut (tidak robek, tidak
terbuka, tidak kotor).
- Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.
- Tanggal steril harus tercantum di bagian luar pembungkus, bila
lewat dari 7 x 24 jam harus disteril ulang.
c. Tempat larutan antiseptik atau desinfektan yang dipakai di kamar
bersalin harus sering diganti, paling sedikit seminggu sekali.
d. Alat-alat besar seperti: lampu tindakan, bad tindakan dan troli
dibersihkan dengan desinfektan tertentu.

2. Persiapan Kamar Bersalin.

Ruangan disiapkan setiap hari dalam kondisi bersih

B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar Bersalin

1. Displin yang tinggi dalam menjalankan tugas.


2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan terlalu banyak
orang dalam kamar bersalin.
3. Kesehatan dan kebersihan.
4. Perlengkapan petugas:
a. Perlengkapan petugas yang membantu persalinan:
- Baju kamar bersalin
- Apron
- Penutup kepala
- Masker
- Alas kaki atau sepatu dalam kamar bersalin
- Sarung tangan steril
b. Perlengkapan petugas yang lain:
- Baju kamar bersalin
- Penutup kepala
- Masker
- Alas kaki

C. Tata Laksana Persalinan pada Penderita dengan Hepatitis dan atau


penyakit menular lainnya

1. Pasien yang akan bersalin ditempatkan pada ruang infeksius, atau


kamar bersalin bagian utara.
2. Harus disiapkan:
- Desinfektan yang cukup
- Celemek plastik yang kedap cairan.
- Pelindung mata.
- Kantong plastik yang tebal dan kedap air untuk tempat kotor yang
terkontaminasi.
3. Personil kamar bersalin harus memakai baju kamar bersalin,
celemek plastik kedap air, memakai pelindung mata (kaca mata) dan
pelindung muka, memakai sarung tangan rangkap dua.
4. Personil dalam kamar bersalin sesedikit mungkin dan alat-alat yang
diperlukan saja
5. Penderita dibawa kamar setelah 2 jam post partus.
6. Instrumen yang telah dipakai harus direndam dlm klorin 0,5%,
dicuci dengan sab sebelum di autoclave. Instrumen yang tidak tahan panas
diautoklaf bagian atas.
7. Perawat yang mencuci instrumen tersebut harus memakai
perlengkapan seperti:
a. Sarung tangan yang kuat dan utuh.
b. Celemek plastik kedap air.
c. Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini sangat penting
dengan banyaknya percikan-percikan air yang mengandung kuman.
8. Setelah partus, kamar bersalin dan alat-alat yang telah dipakai
harus segera dibersihkan dengan air / alkhohol.
9. Linen yang sudah digunakan dimasukkan kantong plastic dan di
taruh di ember merah bertuliskan linen infeksius.
10. Rahasia penderita harus dijaga.

11
11. Kamar bersalin segera harus dibersihkan.

12
13

BAB V

LOGISTIK

Daftar Instrumen Instalasi Kamar Bersalin

NO NAMA JUMLAH

1 Partus set 2 Set

2 Vacum set 1 Set

3 Medikasi set 1 Set

4 IUD KID 2 Set

5 Campur-campur set 1 set

6 Resusitasi SC set 2 Set

7 Implan kid 1Set

8 GYN bad 3 Set

9 O2 Central 2 Tabung

10 Suction Pump 2 Buah

11 Meja resusitasi 2 Buah

12 Ambubag dewasa 1 Set

13 Ambubag bayi 1 Set

14 Troly stanlis 2 buah

15 Troly kayu 1 Buah

16 Lampu Sorot 4 Buah

17 Lampu penghangat 2 buah

18 USG 4D 1 Buah

19 Tensi meter 2buah


14

20 Neopuf 1 Buah

21 Tromol kasa tanggung 1Buah

22 Tromol kassa kecil 2 buah

23 Tromol tupres 1 Set

24 Kabel rol 1 Set

25 Manometer Oksigen 2 Buah

26 Stetoskop 2 Buah

27 Senter 1 Buah

28 Timbangan dewasa 1 Buah

29 Timbangan bayi 3 Buah

30 Almari Almunium 3 Buah

31 Incubator 2 Buah

32 Box Bayi 4 Buah

33 Komputer 1 Buah

34 Kulkas 1 buah

35 Covis 1 Buah

36 Tiang infus 2 Buah

37 CAP 1Buah
15

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Mengidentifikasi pasien dengan gelang pasien.


Identifikasi dilakukan ketika perawatan pasien
dipindahtangankan/ditransfer, sebelum pasien memasuki kamar
bersalin/tindakan, dan sebelum dilakukan tindakan
B. Menandatangani persetujuan(informed consent)

Yang berhak memberikan persetujuan :

1. Pasien sendiri, yaitu apabila 21 tahun atau telah menikah


2. Untuk pasien yang mau kontrasepsi inform consent harus disertai
suami
3. Bagi pasien dibawah 21 tahun, persetujuan (inform consent) atau
Penolakan Tindakan Medis Diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut:
a. Suami
b. Ayah/ ibu Kandung
c. Saudara - saudara kandung
4. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak memepunyai orang
tua atau orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (informed consent)
atau Penolakan Tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut:
a. Ayah/ibu adopsi
b. Saudara - saudara kandung
c. Induk semang
5. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut:
a. Ayah/ ibu kandung
b. Wali yang sah
c. Saudara - saudara kandung
6. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan persetujuan
atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hak sebagai berikut:
a. Wali
b. Curator
7. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan
atau penolakan tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
a. Suami/ istri
b. Ayah/ Ibu kandung
c. Anak kandung
d. Saudara – saudara kandung
C. Rekam medis pasien harus jelas mencantumkan nama dan nomer pasien di
setiap halamannya, ditulis atau diketik lengkap dengan tanggal dan waktu,
objektif atau sesuai dengan fakta, kontemporer atau dicatat sesegera mungkin
tanpa ditunda, mudah dilacak, asli dan jika ada yang salah segera dikoreksi,
setiap perubahan harus mencantumkan tanggal dan ditandatangani dan
menyertakan catatan yang menjelaskan mengapa perubahan itu terjadi

16
17

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pelindung barrier, yang disebut secara umum disebut sebagai alat


pelindung diri (APD), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan.
Namun dengan munculya AIDS dengan Hepatitis C, serta meningkatkan
kembali Tuberkulosis di banyak Negara, pemakaian APD menjadi juga sangat
penting untuk melindungi petugas. Dengan munculnya infeksi baru seperti flu
burung, SARS dan infeksi lainnya (Emerging Infectious Diseases), pemakaian
APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting.

Agar menjadi lebih efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya
gaun dan duk lobang telah tebukti dapat mencegah infeksi luka bila hanya
dalam keadaan kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai
spons yang menarik dari kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat
mengkontaminasi luka. Sebagai konsekuensinya, pengolahan Rumah Sakit,
penyedia dan para petugas kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan
dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi peran APD sesungguhnya dalam
mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.

1. Pedoman umum alat pelindung diri


a. Tangan harus selalu bersih walaupun mengunakan APD.
b. Lepas atau ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat
digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera setalah anda
mengetahui APD tersebut tidak berfugsi optimal.
c. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai
memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi : lingkungan di luar
ruang isolasi, para pasien atau pekerja lain, dan diri anda sendiri.
d. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera
bersihkan tangan.
e. Perkiraan resiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi
sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan.
f. Pilih APD sesuai dengan perkiraan resiko terjadinya pajanan.
g. Menyediakan sarana APD bila emergensi dibutuhkan untuk dipakai
(Depertemen Kesehatan, 2009).
2. Jenis-jenis alat pelindung diri
b. Sarung tangan : melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularakan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yan
berada ditangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan
penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan
satu pasien dengan pasien lainnya, untuk menghidari kontaminasi
silang.
c. Masker : harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian
bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker digunakan
untuk menahan cipratan yang sewaktu petugas kesehatan atau petugas
bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan
darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas
kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan yang tahan dari cairan,
maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
d. Alat pelindung mata : melindungi petugas dari percikan darah atau
cairan tubuh lainnya dengan cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan
lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan
pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan
masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas
yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja
kearah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan
dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta
masker.

18
e. Topi : digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama
pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut.
Meski pun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah
atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
f. Gaun pelindung : digunakan untuk menutupi atau mengganti pakai
biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/airbone.
Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut,
petugas kesehatan harus menggunakan gaun pelindung setiap masuk
ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan percikan atau
semprotan darah cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung
tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun
sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas pastikan
bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian potensial tercemar,
lalu cuci tangan segera untuk berpindahnya organisme.
Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat
diturunkan 20-100 kali dengan memakai gaun pelindung. Bidan yang
menggunakan apron plastik saat merawat pasien dapat menurunkan
transmisi S. Aureus 30 kali dibandingkan dengan bidan yang memakai
baju seragam dan ganti tiap hari.
g. Apron : yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang
tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan.
Petuagas kesehatan harus mengunakan apron dibawah gaun penutup
ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi. Hal ini sangat penting bila gaun pelindung
tidak tahan air apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju
dan kulit petugas kesehatan.

19
h. Pelindung kaki : digunakan untuk melindung kaki dari cedera
akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak
segaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sadal, “sandal jepit” atau sepatu
yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot
karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi
darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan
jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap
air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa
penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi
karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali
digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung
tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers at al. 1992).
B. Faktor – Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan Pada
Pemakaian Alat Pelindung Diri
1. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum
memasuki ruangan.
2. Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
3. Lepas dan buang secara hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
4. Lepas dan buang secara hati-hati ketempat limbah infeksius yang
telah disediakan di ruangan ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan.
5. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah
membersihkan tangan sesuai pedoman.

20
21

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali


dengan penilaian akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan
masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus
melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah sakit
dipicu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil
kerjanya perlu ada alat ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan rumah
sakit yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (output). Tanpa
mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat dikertahui apakah input dan
proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. Indikator rumah sakit
disusun bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta nyata sesuai standar yang
ditetapkan.

A. Pemantauan Indikator Klinis

Pemantauan indikator klinis adalah kegiatan pencatatan output


suatu pelayanan. Metode pengukuran ini lebih mencerminkan mutu hasil
pelayanan. Indikator klinis yang dipantau untuk menilai mutu pelayanan
antara lain :

1. Asesment terhadap area klinik


2. Pelayanan laboratorium
3. Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
4. Prosedur kebidanan
5. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya
6. Kesalahan medis (medication error) dan Kejadian Nyaris Cedera
(KNC)
7. Pelayanan KB dan Imunisasi
8. Penggunaan darah dan produk darah
9. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan medis
10.Pencegahan dan kontrol infeksi, surveilans dan pelaporan

B. Indikator yg dipilih terkait dengan upaya manajemen


meliputi :
1. pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk
memenuhi kebutuhan pasien;
2. pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan;
3. manajemen risiko;
4. manejemen penggunaan sumber daya;
5. harapan dan kepuasan pasien dan keluarga;
6. harapan dan kepuasan staf;
7. manajemen keuangan;
8. pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat
menimbulkan masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan
staf.
C. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi
1. Ketetapan identifikasi pasien
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif
3. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko jatuh
D. Laporan dan analisa KTD, Sentinel dan KNC

dimulai dengan laporan dalam unit layanan yang rutin dilaporkan


setiap bulan, kemudian dianalisa tiap 3 bulan oleh tim mutu. Dengan
menggunakan grading natrix akan diketahui kejadian- kejadian yang low,
mederate, high maupun extreme. Kemudian hasil laporan tersebut ditindak
lanjuti dengan tindakan-tindakan sesuai dengan tingkat kejadiannya.

E. Laporan indikator mutu dan Laporan Kejadian tidak diduga

dianalisis setiap 3 bulan. Hasil analisis merupakan dasar untuk membuat


dokumen perbaikan mutu. Perbaikan berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu sehingga dapat mengeliminir kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

22
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien diharapkan
memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien Rumah Sakit.

F. Dalam proses keselamatan pasien perlu juga diperhatikan


SDM yang sesuai kompetensi.

Proses kredential dan kredentialing dilaksanakan oleh komite medik


secara rutin unruk menjaga mutu pelayanan Rumah Sakit. Legalitas
petugas medik, paramedis maupun non medis dapat
dipertanggungjawabkan dengan meninjau kembali kompetensi dan
kinerja sesuai dengan kewenangannya.

G. Untuk mendukung petugas medis dalam melaksanakan


tugasnya perlu dibuatkan proses pedoman klinik atau Clinical
pathway.

Rumah Sakit Umum nataliaBoyolali berupaya untuk membuat Clinical


pathway yang terstandar sehingga dokter penanggunga jawab pasien
akan bekerja sesuai dengan clinaical pathway tersebut. Clinical pathway
juga berguna untuk mengukur kompetensi dokter dalam melayani pasien.

23
24

BAB IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pelayanan dan Pengelolaan Kamar Bersalin dilaksanaan mengacu
pada Kebijakan dan prosedur tertulis.
2. Pembersihan dan sterilisasi kamar bersalin dilaksanakan sesuai
dengan SPO Pembersihan dan sterilisasi berdasarkan program sterilisasi
kamar bersalin.
3. Rancang bangun kamar bersalin dilaksanakan sesuai dengan
standart penilaian instrument akreditasi rumah sakit. RS Natalia Boyolali
menyediakan kamar bersalin yang dapat dicapai secara cepat.
4. Dalam proses keselamatan pasien perlu juga diperhatikan SDM
yang sesuai kompetensi. Proses kredential dan kredentialing dilaksanakan
oleh komite medik secara rutin unruk menjaga mutu pelayanan Rumah
Sakit. Legalitas petugas medik, paramedis maupun non medis dapat
dipertanggungjawabkan dengan meninjau kembali kompetensi dan kinerja
sesuai dengan kewenangannya.
5. Perlu diperhatikan :
a. Alas kaki pelindung yang disediakan digunakan saat tindakan
b. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptik/
handrub setiap kali kontak dengan pasien.
c. Saat bersalin ibu boleh ditungguin 1 orang.
d. Saat menolong persalinan dilakukan minimal 2 orang.

Anda mungkin juga menyukai