RUANG KEBIDANAN
RS BUMI WARAS
BANDAR LAMPUNG
RS BUMI WARAS
JL.WOLTER MONGONSIDI BANDAR
LAMPUNG 2015
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT BUMI WARAS
NOMOR : /SK/DIRUT/II/2014
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
RUANG KEBIDANAN
DI RS BUMI WARAS
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS BUMI WARAS
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN RUANG KEBIDANAN
RUMAH SAKIT BUMI WARAS.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal : 25 Agustus 2015 dan dengan
diberlakukannya keputusan ini maka ketetapan/keputusan yang
telah berlaku sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara
ASEAN dan penurunannya sangat lambat. AKI dari390/100.000 kelahiran
hidup (SDKI tahun 1994), menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2002-2003. Demikian pula AKN 28,2/1000 kh 1987-92 menjadi 21,8/1000
kelahiran hidup pada tahun 1992-1997. Seharusnya sesuai dengan Rencana
Strategis Depkes Tahun 2005 – 2009 telah ditetapkan target penurunan angka
kematian bayi dari 35 menjadi 26/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian
ibu dari 307 menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Sedangkan penurunan angka tersebut masih relatif lambat, (AKI dari
390/100.000 tahun 1994 menjadi 307/100.000 tahun 1997 dan AKN dari
282/1000 kelahiran hidup menjadi 21,8 pada tahun 1997).Salah satu kendala
utama lambatnya penurunan AKI dan AKN di Indonesia adalah hambatan
terhadap penyediaan dan akses pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan Ruang kebidanan dan terintegrasi 24 jam.Pada
dasarnya Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung telah menyelenggarakan
pelayanan obstetri neonatal emergency,tetapi demi suksesnya target
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi yang telah direncanakan
Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung berupaya
untuk menyediakan dan menyelenggarakan Pelayanan Ruang Kebidanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif 24 jam secara paripurna.
B. TUJUAN PEDOMAN
Dalam upaya memberikan Pelayanan Kebidanan secara maksimal,
Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung membuat buku Pedoman
Pelayanan ruang kebidanan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang
sesuai dengan standar dan SPO.
Tujuan pembuatan buku pedoman Pelayanan ruang kebidanan adalah :
1. Sebagai acuan dalam menentukan lingkup pelayanan Ruang kebidanan
2. Sebagai acuan dalam penyediaan tenaga unit kebidanan dan kualifikasi
SDM
3. Sebagai acuan dalam memenuhi kebutuhan tenaga setiap shift
4. Sebagai acuan dalam memenuhi standar penyediaan ruangan dan
fasilitas.
5. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang sesuai SPO
6. Sebagai acuan dalam penyediaan logistic kebutuhan sarana dan
prasarana Ruang kebidanan
7. Sebagai acuan dalam menjaga keselamatan pasien.
8. Sebagai acuan dalam menjaga keselamatan kerja
9. Sebagai acuan dalam mengendalikan mutu pelayanan ruang kebidanan
Masa intranatal
a. Persalinan dengan parut uterus
b. Persalinan dengan distensi uterus
c. Gawat janin dalam persalinan
d. Pelayanan terhadap syok
e. Plasenta Previa
f. Solusio Plasenta
g. Ketuban pecah dini
h. Persalinan macet
i. Induksi persalinan
f. Vaccum Ekstraksi
g. Seksio sesarea
h. Episiotomi
i. Malpresentasi dan malposisi
j. PEB/Eklamsia
k. Distosia bahu
l. Prolapsus tali pusat
m. Plasenta manual
n. Perbaikan robekan serviks
o. Perbaikan robekan vagina dan perineum
p. Perbaikan robekan dinding uterus
q. Kompresi bimanual dan aorta
r. Kuretase
4. Pelayanan Ginekologis
a. Kehamilan ektopik
b. Perdarahan uterus disfungsi
c. Perdarahan menoragia
d. Kista ovarium akut
e. Myoma Uteri
f. Radang Pelvik akut
g. Abses Pelvik
h. Infeksi Saluran Genitalia
i. HIV – AIDS
6. Pelayanan RSSIB
7. Pelayanan Rawat Gabung
8. Pelayanan IMD
9. Perawatan Metode Kanguru
3. Pencitraan
a. Radiologi
b. USG / Ibu dan Neonatal
4. Laboratorium
a. Pemeriksaan rutin darah, urin
b. Kultur darah, urin, pus
c. Kimia
E. BATASAN OPERASIONAL
Ruang kebidanan adalah Unit kebidanan yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam.
RSSIB adalah program pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang merupakan
koordinasi berbagai unit kerja ( multi sector ) dan didukung berbagai
kegiatan profesi ( multi disiplin dan multi profesi ) untuk
menyelengggarakan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
Rawat Gabung adalah pelayanan yang diberikan kepada BBL
ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan.
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan,dimana bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya sendiri.
Perawatan Metode Kanguru adalah Pelayanan Kesehatan Bayi dengan
Berat Lahir Rendah ( BBLR ) yang dapat bernafas spontan.
F. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
4. Permenkes No. 1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
( PONEK ) 24 Jam di Rumah sakit
5. Kepmenkes No. 604/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal perinatal pada Rumah sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas
D.
6. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
PELATIHAN
Pelatihan yang perlu diikuti adalah :
a.Pelatihan APN
b. Pelatihan Resusitasi Neonatus
c.Pelatihan Manajemen Laktasi
d. Konseling Menyusui
e. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
f. Pelatihan Perawatan BBLR dengan metode Kanguru
g. Pelatihan PONEK
h. Pelatihan BLS
i. Program pengendalian infeksi :
- Penyegaran SPO mencuci tangan
- Penyegaran SPO tindakan invasive
j. Program keselamatan dan kesehatan kerja :
- Penggunaan alat pelindung diri ( APD )
k. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman :
- Penyegaran SPO penggunaan alat medik ; ventilator, monitor, EKG,
defibrilator, syring pump, infus pump, CPAP, USG,CTG, Inkubator dll
l. Pelayanan prima :
- Komunikasi
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pemenuhan tenaga di unit kebidanan berdasarkan kebutuhan pelayanan
pasien di lapangan dan tentunya tetap mengacu pada standar ketenagaan yang
harus dipenuhi oleh Rumah Sakit berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan ruang
kebidanan Rumah Sakit.
Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung mengadakan perekrutan tenaga
yang dibutuhkan untuk SDM yang diambil dari ruangan-ruangan yang secara
langsung melayani pasien maternal neonatal.
Tenaga ini telah mendapatkan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pelayanan emergency pada maternal dan neonatal dan pelatihan-pelatihan dalam
upaya peningkatan kesehatan maternal dan neonatal.
C. PENGATURAN JAGA
Demi kelancaran dalam Penyelenggaraan Pelayanan ruang kebidanan di
Rumah Sakit,maka perlu adanya pengaturan tenaga.
Adapun pengaturan tenaga ruang kebidanan RS Bumi Waras Bandar
Lampung diatur oleh Kepala Ruang. Direktur Utama Rs Bumi Waras menjadi
pelindung dalam penyelenggaraan pelayanan kebidanan.
A. DENAH
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaranaan pelayanan
ruang kebidanan harus dipenuhi hal-hal sebagi berikut :
Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
Ruang pulih / observasi pasca tindakan
Secara umum ruangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan
kebidanan cukup nyaman dan leluasa. Adapun ruangan yang terlibat dalam
pelayanan ini adalah UGD, Kamar Bersalin / Peristi, Kamar Bedah, HDN dan
ICU. Secara detail,denah ruangan dapat dilihat dalam lampiran.
R.115
R.114 R.116
R. R.
Neonat ka R.
us ru perawat R.117
R. Kebidanan
R. VK 1 R. R. RUANG CEMPAKA
USG VK (PERINATOLOGI)
2
B. STANDAR FASILITAS
Penyelenggaraan pelayanan ruang kebidanan RS Bumi Waras Bandar Lampung
tidak terlepas dari fasilitas ruangan yang mendukung. Secara umum ruangan
tersebut harus mempunyai pencahayaan yang baik,ventilasi udara yang baik,
struktur fisik yang baik dan tentunya kebersihan yang terjaga. Adapun standar
fasilitas ruang Kamar bersalin adalah sebagai berikut :
2. Jenis Peralatan
Masa antenatal
1. Perdarahan pada kehamilan muda / abortus.
Pelayanan Abortus Iminens :
Mengatasi perdarahan dan kontraksi dengan pemberian therapy
Bedrest
Lakukan pemeriksaan penunjang seperti USG
Memenuhi kebutuhan nutrisi
Mengobservasi kontraksi dan perdarahan
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan abortus
iminens.
2. Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik.
Mengkaji keluhan nyeri
Melakukan pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan penunjang yaitu USG
Memberikan therapy sesuai kebutuhan
Melakukan tindakan operatif bila perlu
3. Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
Mengkaji keluhan nyeri
Melakukan pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan penunjang yaitu USG
Memesan darah
Melakukan penanganan syok bila pasien syok
Melakukan persiapan pre operasi
Melakukan tindakan operatif
4. Partus Prematures Iminens
Pelayanan Partus Prematures Iminens :
Mengatasi kontraksi dengan pemberian therapy
Bedrest
Lakukan pemeriksaan penunjang seperti USG bila perlu
Memenuhi kebutuhan nutrisi
Mengobservasi kontraksi dan DJJ
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan Partus
Prematures Iminens.
5. Hipertensi, Preeklampsi / Eklampsi.
Pelayanan PEB/Eklamsia :
Memberikan therapy untuk mengatasi hipertensi dan mencegah
kejang menggunakan MgSO4 40%
Mengatasi kejang dengan pemberian therapy
Menjaga safety patien
Mengobservasi KU,tekanan darah, kejang, his, DJJ
Bedrest
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan
PEB/Eklamsi
Mengakhiri kehamilan bila perlu.
6. Perdarahan pada masa Kehamilan
Pelayanan HAP :
Mengatasi perdarahan dan kontraksi dengan pemberian therapy
Bedrest
Lakukan pemeriksaan penunjang seperti USG
Memenuhi kebutuhan nutrisi
Mengobservasi kontraksi dan perdarahan
Mengobservasi DJJ
Memberikan transfuse darah bila perlu
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan HAP.
Mengakhiri kehamilan bila perdarahan banyak
7. Kelainan Vaskular / Jantung
Mengkaji keluhan
Melakukan pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan EKG
Mengkonsulkan pada dr.interna
Memberikan cairan dengan hati-hati.
Memperingan kala II dengan VE atau operasi
8. Hiperemesis Gravidarum
Mengatasi kekurangan cairan dengan rehidrasi.
Mengurangi gejala mual muntah dengan pemberian therapy
Mengobservasi intake dan output
Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Memberikan pendidikan kesehatan ibu hamil dengan hyperemesis
gravidarum.
Masa intranatal
1. Persalinan dengan parut uterus
Memasang infus
Mengkaji penyebab parut uterus
Apabila Riwayat operasi sebelumnya adalah insisi transversa
rendah,presentasi janin adalah verteks normal,
Bila tidak memenuhi syarat untuk melahirkan per vaginam , maka
lakukan tindakan SC
2. Persalinan dengan distensi uterus
Melakukan pemeriksaan palpasi, abdomen hanya teraba satu janin
kemungkinan taksiran persalinan salah, Hidramnion, atau janin besar.
Melakukan pemeriksaan USG
Jika janin tunggal bayi besar, lakukan partus percobaan, bila tidak
memungkinkan untuk dilahirkan pervaginam.
Jika janin kembar, letak membujur dapat dilakukan partus percobaan,
apabila tidak memungkinkan untuk dilahirkan pervaginam.
3. Gawat janin dalam persalinan
Meningkatkan arus darah uterus dengan cara :Hindarkan tidur
telentang,kurangi kontraksi uterus, apabila menggunakan infuse
oksitosin sebaiknya hentikan pemberian tersebut dan dilanjutkan
dengan pemberian obat ktokolisis,pemberian infuse.
Meningkatkan arus darah talipusat dengan :Mengubah posisi ibu
tidur miring ke kiri,Tingkatkan pemberian oksigen dengan
pemberian oksigen 4-6 liter/menit.
Lakukan tindakan cunam atau vaccum bila terdapat syarat
melakukan tindakan tersebut.
4. Pelayanan terhadap syok
Melakukan resusitasi syok terlebih dahulu yang bertujuan untuk
memulihkan segera perfusi jaringan dan kapasitas angkut oksigen
yang adekuat.
Baringkan pasien dengan posisi telentang dengan kaki ditinggikan .
Bebaskan dan pelihara jalan nafas : Tidur tanpa bantal, kepala
tengadah.
Beri O2 5-10 ltr/menit melalui kanule hidung atau sungkup muka.
Resusitasi cairan :
a. Pasang infuse ( 16 G ) dan ambil contoh darah untuk meminta
darah.
b. Pantau TTV
c. Segera berikan cairan infuse ( garam fisiologik atau RL )
awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit
d. Berikan paling sedikit 2 liter cairan pada 1 jam pertama .
e. Setelah kehilangan cairan dikoreksi , pemberian cairan infuse
dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam.
NB : Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin
dibutuhkan dalam penatalaksanaan syok akibat
perdarahan Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat
jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
f. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lakukan venous cut
down
g. Pantau TTV setiap 15 menit dan pantau darah yang hilang.
Bila kondisi membaik, hati-hati agar tidak berlebihan
memberi cairan. Nafas pendek dan pipi bengkak merupakan
kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil :
o Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100
mmHg
o Denyut jantung stabil
o Kesadaran bertambah baik
o Perfusi jaringan meningkat
o Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin
lebih dari 0,5 ml/KG BB /jam
h. Lakukan pemasangan DC dan pantau balance cairan
i. Lakukan tranfusi darah bila Hb < 8 gr%
5. Plasenta Previa
Pelayanan Plasenta Previa :
Melakukan perbaikan KU bila pasien mengalami syok
Mengatasi perdarahan dengan pemberian therapy
Bedrest
Mengobservasi perdarahan dan DJJ
Melakukan pemeriksaan penunjang USG bila perlu.
Memesan darah
Lakukan tindakan SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
6. Solutio Plasenta
Pelayanan Solutio Plasenta :
Melakukan perbaikan KU bila pasien mengalami syok
Mengatasi perdarahan dengan pemberian therapy
Bedrest
Mengobservasi perdarahan dan DJJ
Melakukan pemeriksaan penunjang USG bila perlu.
Memesan darah
Lakukan tindakan SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
7. Ketuban pecah dini
Pelayanan KPD :
Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
Bedrest
Mengobservasi pengawasan 10
Bila syarat persalinan pervaginam terpenuhi, maka upayakan
dilahirkan per vaginam.
Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi, terjadi Fetal
distress dan air ketuban sedikit, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
8. Persalinan macet
Pelayanan Partus Macet :
Bila seorang primi gravida sudah mengejan selama lebih dari 2 jam
tetapi bayi belum lahir dan bila seorang multi gravida sudah
mengejan selama lebih dari 1 jam tetapi bayi belum lahir.
Mengobservasi pengawasan 9
Bila memenuhi syarat tindakan VE, maka lakukan tindakan VE.
Bila syarat VE tidak terpenuhi, maka lakukan tindakan SC. Lakukan
penatalaksanaan pasien pro SC.
9. Induksi persalinan
Pastikan syarat per vaginam terpenuhi.
Induksi dapat dilakukan menggunakan oksitosin dan misoprostol.
Bila menggunakan oksitosin : Pasang Infung D5% + oksitosin 5 unit
menggunakan abocath no 18/20.Tetesan dimulai 8 tetes per menit,
lakukan evaluasi his setiap 15 menit, apabila his kurang adekuat
naikkan tetesan infus ( 4 tetes tiap 15 menit ). Bila his sudah baik,
pertahankan hingga 2 jam post partum.
Tetesan maksimal 40 tetes per menit ( pemberian infuse maksimal 2
kolf atau 1000 cc ) .Bila tiba-tiba kontraksi rahim sangat kuat, tetesan
dapat dikurangi atau dihentikan sementara.
Bila selama dilakukan infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu atau
janin seperti pada RUI atau Fetal Distres maka infuse oksitosin harus
dihentikan dan kehamilan segera diakhiri dengan sc.
Bila habis 2 kolf / 1000cc persalinan tetap belum dimulai, induksi
oksitosin dianggap gagal, kehamilan diakhiri dengan sc kecuali pada
post date atau IUFD bila ketuban masih utuh induksi bisa diulangi
setelah 24 jam, maksimal 3 kali, pada induksi yang ke 3 sebaiknya
dilakukan amniotomi terlebih dahulu. Bila tetap gagal persalinan
diakhiri dengan sc.
Bila menggunakan misoprostol : berikan misoprostol 25 mcg di
fornik posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulang setelah
6 jam.
Lakukan pengawasan 10.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian, naikkan dosis menjadi
50 mcg tiap 6 jam.
10. Vaccum Ekstraksi
Pastikan syarat Vaccum ekstraksi terpenuhi : Pembukaan lengkap,
ibu masih mampu untuk meneran, presentasi kepala ( turun H II atau
dasar panggul, cukup bulan, tidak ada kesempitan panggul, kontraksi
baik.
Vaccum dilakukan pada : Penyakit Jnatung, kala II lama, adanya
gawat janin.
Pelaksanaan :
a. Setelah semua persiapanselesai, penolong melakukan periksa
dalam uilan untuk meyakinkan pembukaan serviks, posisi
denominator (UUK) dan mengetahui selaput ketuban sudah
pecah atau belum, bila belum langsung dilakukan amniotomi dan
mengevaluasi lagi ada tidaknya CPD.
b. Mangkok vacuum yang sesuai dengan pembukaan serviks
(pembukaan lengkap) dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi
miring dan di pasang pada bagian terendah kepala menjauhi UUB
tonjolin pada mengkok diletakkan sesuai dengan arah
denominator.
c. Dilakukan eksplorasi untuk memastikan tidak adanya jalan lahir
yang terjepit.
d. Dilakukan penghispan dengan pompa penghisp dengan tekanan
0,2 kg/ cm2 tekanan dinaikkan dengan interval 2 menit sampai di
capai tekanan 0,7 – 0,8 kg/cm2.
e. Sebelum dilakukan traksi dilakukan periksa dalam ulang untuk
melihat apakah ada bagian jalan lahir yang terjepit.
f. Bersamaan dengan timbulnya his ibu disuruh mengejan dan
mangkok di tarik searah dengan sumbu panggul. Pada waktu
melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara
tangan kiri dan tangan kanan penolong.
g. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkok, sedang
tangan kanan melakukan tarikan.
h. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti
putaran paksi dalam, sampai subocciput di bawah simfisis. Bila
his berhenti maka tarikan juga berhenti.
i. Bila dilakukan episiotomi, bisa dilakukan pada waktu mangkok
belum dipasang atau pada saat kepala meregang perineum.
j. Setelah sub occiput di bawah simfisis selanjutnya mangkok di
tarik ke atas sehingga kepala janin mengadakan gerakan defleksi
dengan sub ociput sebagai hipomoklion. Maka akan lahir
berturut, dahi, hidung, mulut, dagu dan lahirlah kepala
keseluruhan. Pada saat kepala melakukan defleksi tangan kiri
penolong menahan perineum.
k. Selanjutnya tekanan negative vacuum dihilangkan dengan
memutar penting pada alat vacuum. Mangkok si lepas dan bayi
dilahirkan keseluruhan seperti pada partus fisiologis.
11. Seksio sesarea
Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
Melakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, Gol Darah, CT,
BT, HbSAg stick dan HIV stick.
Memastikan indikasi SC
Melakukan persiapan operasi : memesan darah,memasang infus,
memasang DC, mencukur rambut pubis,memakaikan baju operasi,
memasang tutup kepala.
Mengobservasi DJJ
Prosedur SC:
a. Posisikan pasien sedikit miring ke kiri dan ganjal pinggul
kanan dengan bantal.
b. Lakukan tindakan aseptic / antiseptic pada dinding abdomen
hingga lipat paha.
c. Lakukan tindakan diatas dengan gerakan melingkar atau atas
bawah dan hindarkan persentuhan siku dan gaun operasi
dengan area operasi.
d. Batasi daerah operasi dan kemudian tutup bagian tubuh lain
dengan kain :
Bila menggunakan kain berlobang, tempatkan lubang
tersebut di area operasi kemudian buka lipatan kain dengan
menjauhi area operasi
Tindakan aseptic antiseptic dan penutupan tubuh dengan
kain dilakukan setelah prosedur anesthesia regional
dilakukan.
e. Buka dinding perut dengan 2 cara pilihan yaitu :
Vertiikal
Transversal
12. Episiotomi
Indikasi episiotomy :
a. Primigravida
b. Persalinan buatan
c. Bekas Ruptura Perinei
d. Perineum tinggi
e. Introitus vagina kaku
f. Persalinan Prematur
Prosedur episiotomy :
a. Bersihkan vulva kemudian diberi cairan antiseptic
b. Bila diperlukan gunakan anesthesia local baik dengan cara
infiltrasi.
Siapkan spuit 3 cc dengan lignokain 0,5 %
Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantulah
ibu untuk rileks
Tempatkan dua jari diantara kepala janin dan perineum ibu
Masukkan seluruh panjang jarum mulai dari
fourchete,menembus persis dibawah kulit dan otot
perineum, sepanjang garis episiotomi.
Lakukan aspirasi untuk meyakinkan suntikan lignokain
tidak masuk dalam pembuluh darah. Kejang dan kematian
dapat terjadi jikao lignaokain diberikan lewat pembuluh
darah.
Suntikkan pada garis tengah : Suntikkan secara merata
sambil menarik jarumnya keluar
Suntikkan pada sisi dari garis tengah : Miringkan arah
tusukan jarum ke sisi lain dari garis tengah.Sebelum
menyuntik, ulangi aspirasi untuk meyakinkan suntikan
lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah. Ulang pada
sisi lain dari tengahnya.
Suntikkan ke bagian tengah dari dinding belakang vagina.
Lindungi kepala bayi dengan meletakkan jari-jari di antara
kepala bayi dan jarum.
Tunggu 2 menit setelah suntukan , agar obat anesthesia
bekerja.
c. Letakkan 2 jari di antara kepala bayi dan perineum dengan
menggunakan sarung tangan steril
d. Gunakan gunting episiotomi untuk membuat sayatan 3-4 cm
sesuai dengan jenis episiotomi yang akan dilakukan :
Episiotomi Median
Tindakan ini akan menggunting dinding vagina, kulit,
m.bulbokavernosus, m.transversus perinea superfisialis dan
sebagian m.sfingter ani eksternus
Episiotomi Mediolateral
Seperti pada episiotomi mediana tetapi tanpa mengenai m.
sfingter ani ekstermus.
Episiotomi Lateral
Tindakan ini hanya akan menggunting dinding vagina,kulit
dan m. bulbokavernosus saja.
13. Malpresentasi dan malposisi
Pelayanan Persalinan Sungsang :
Mengobservasi pengawasan 10
Bila seorang primigravida maupun multi gravida dan diperkirakan
bayi besar, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan
SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
Bila seorang multi gravida dan diperkirakan bayi bisa lahir per
vaginam, maka lahirkan per vaginam dengan perasat bracht,
muller, lovset, mouricio.
14. PEB/Eklamsia
Pelayanan PEB/Eklamsia :
Memberikan therapy untuk mengatasi hipertensi dan mencegah
kejang menggunakan MgSO4 40%
Mengatasi kejang dengan pemberian therapy
Menjaga safety patien
Mengobservasi kejang dan pengawasan 10
Bedrest
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu bersalin dengan
PEB/Eklamsi
Mengakhiri persalinan dengan VE atau SC bila perlu.
15. Distosia bahu
Macetnya persalinan spontan yang disebabkan tertahannya bahu
depan melawan shimphisis
Cepat kenali masalahnya dan lakukan serangkaian gerakan /prasat
mengakhiri persalinan per vaginam.
Perasat harus dilakukan secara cepat,tepat, penuh ketrampilan dan
bijaksana.
Mobilisasi semua tenaga yang ada, kosongkan kandung kencing
bila penuh, usahakan membuat tarikan ringan pada kepala janin.
Lakukan episiotomi medio lateral yang luas.
Dilakukan penekanan supra pubik oleh asisten dilanjutkan tarikan
cunam ke bawah pada kepala janin.
Bila gagal lakukan persat Mc.Robert.
Bila gagal lakukan persat Wood Screw.
Bila gagal lahirkan lengan posterior lebih dulu
Bila gagal bisa dilakukan : mematahkan klavikula posterior atau
humerus atau melakukan perasat Zavancli.
15. Prolapsus tali pusat
Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
Bila didapatkan tali pusat pada pemeriksaan dalam,maka segera
lakukan tindakan SC
Melakukan persiapan operasi
16. Plasenta manual
Manual Plasenta adalah tindakan melepaskan plasenta dari dasarnya
dan menariknya keluar dari jalan lahir ibu secara manual.
Pelaksanaan :
a. Tangan kanan penolong masuk ke dalam kanalis servix uteri
menelusuri tali pusat. Kemudian jari-jari tangan dibuka
dengan tujuan untuk melebarkan kanalis servisis uteri tersebut.
b. Setelah sampai pada kavum uteri, jari jari tangan diluruskan
dan dirapatkan. Dengan menggunakan sisi dan ujung tangan ,
plasenta dilepaskan dari dasarnya kemudian dicekam dan
ditarik keluar dari jalan lahir.
c. Selama pemasukan tangan dan pelepasan plasenta , fundus
uteri ditahan oleh tangan kiri penolong.
d. Segera setelah plasenta dilepaskan dari dasarnya , uterotonika
diberikan secara intravena.
17. Perbaikan robekan serviks
Perbaikan robekan serviks adalah upaya melakukan penjahitan robekan
pada servix dengan benar.
Posisikan pasien dalam posisi lithotomy dan pasang speculum.
Lakukan ekplorasi ulang
Observasi robekan serviks
Tangan kiri dan kanan masing masing memegang klem ovum
kemudian jepit portio depan dengan klem kiri 2,5 cm lateral dari
tempat tersebut,jepitkan klem kanan ( Posisi Penolong ).
Lepaskan klem pertama , pindahkan lagi ke dalam portio 2,5 cm di
sebelah klem kedua dan seterusnya mengikuti putaran arah jarum
jam.
Lakukan langkah tersebut diatas ( jepitan )bergantian sehingga
semua bagian portio dapat diperiksa.
Lakukan penjahitan
Lakukan eksplorasi ulangan
18. Perbaikan robekan vagina dan perineum
Melakukan eksplorasi dan mengobservasi luka robekan.
Melakukan anesthesia
Melakukan penjahitan dengan teliti
Melakukan eksplorasi ulangan dan mengobservasi hasil penjahitan.
c. Trauma kelahiran
d. Hipoglikemi
Jaga kehangatan bayi
Berikan glukosa per oral, bila tidak ada gejala klinis berikan glukosa
10% atau ASI PASI per oral secepatnya.
Apabila bayi menunjukkan gejala klinis berikan secara IV bolus
glucose 10% 1-2 ml/kgBB diikuti dengan glucose 10% 3-5 ml/kg
BB / diikuti dengan glucose 10% 3-5 ml/kgBB/jam
Periksa kadar gula darah setiap jam bilamana kadar gula darah tidak
stabil
Bila memungkinkan diberikan diet secepatnya per oral
e. Kejang
Petugas menanyakan adakah riwayat kejang dalam keluarga
Riwayat kehamilan/prenatal
- Kehamilan kurang bulan
- Infeksi TORCH atau infeksi lain saat ibu hamil
- Pre-eklamsi, gawat janin
- Pemakaian obat golongan narkotik, metadon
- Imunisasi anti tetanus, rubella.
Petugas menanyakan riwayat persalinan
- Adakah asfiksia, episode hipoksik, gawat janin.
- Trauma persalinan
- KPD
- Anestesi local
Petugas menanyakan riwayat pascanatal
- Infeksi
- Bayi tampak kuning
- Perawatan TP tidak bersih dan kering, penggunaan obat tradisional,
infeksi TP
- Riwayat kejang
- Gerakan abnormal pada mata, mulut. Lidah dan ekstremitas, otot
mulut dan perut, dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau
tindakan pengobatan.
f. Sepsis neonatal
Rawat bayi dalam ikubator
Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan
Pengaturan suhu dan posisi bayi diatur
Terapi O2
Pemberian cairan dan elektrolit, pada keadaan umum jelek diberikan
secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi, bila
keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara bertahap dan
parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi peroral.
Berikan antibiotic sesuai instruksi dokter
Atasi kejang
Atasi hiperbilirubin
Atasi anemia, syok
g. Gangguan keseimbangan dan elektrolit
h. Gangguan Pernafasan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
- Jaga kehangatan
- Berikan ASI bila memungkinkan menghisap, bila tidak berikan ASI
peras dengan salah satu alternative cara pemberian minum (dengan
sendok/melalui NGT)
- Kurangi pemberian Oksigen secara bertahap, bila ada perbaikan
gangguan napas hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas antara 30-
60 kali/menit.
- Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi nafas menetap
antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tnda sepsis, dan tidak ada
masalah lain, bayi dapat dipulangkan
i. Kelainan jantung
Berikan terapi oksigen
Tidurkan bayi dengan posisi setengah duduk
Pantau pemberian cairan (retriksi cairan )
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Timbang BB tiap hari
Hilangkan faktor yang memperberat : atasi demam, anemia, infeksi jika
ada
Lakukan pemeriksaan thorak foto, darah rutin, Ekokardiografi untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Secepatnya untuk pemberian terapi gagal jantung
j. Gangguan pendarahan
Berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan
Jaga kehangatan bayi
Observasi tanda-tanda perdarahan seperti ubun-ubun cembung, kejang,
bayi pucat, perut kembung tegang, berak hitam
Periksa hemoglobin tiap hari sampai stabil selama tiga hari dan
kadarnya menunjukkan bayi tidak memerlukan transfusi
Periksa denyut jantung bayi dan frekuensi napas tiap tiga jam sampai
keadaan bayi stabil
Berikan vitamin K atau sesuai dengan tatalaksana bayi lahir
k. Shock
Pertahankan jalan napas
Berikan Oksigen sesuai kondisi bayi
Pasang akses vaskuler secepatnya
Berikan cairan kristaloid 10 ml/BB dalam waktu kurang dari 10 menit,
lalu respon terhadap pemberian cairan dengan menilai denyut jantung
nadi dan perfusi jaringan. Respon yanga baik ditandai dengan
penurunan denyut nadi, pebaikan perfusi jaringan dan perbaikan
tekanan darah bila terdapat hipotensi sebelumnya.
Pasang kateter urine untuk menilai sirkulasi dengan memantau
produksi urin.
Pemberian cairan resusitasi dapat diulangi, bila syok belum teratasi,
hingga volume ekstravaskuler optimal.
Pemberian cairan resusitasi dihentikan bila penambahan volume tidak
lagi mengakibatkan perbaikan hemodinamik, dapat disertai terdapatnya
ronchi basah halus tidak nyaring, peningkatan tekanan jugular atau
pembesaran hati akut.
Periksa dan atasi gangguan metabolic seperti hipoglikemi, hipokalsemi
dan asidosis.
Bila syok belum teratasi lakukan pemasangan vena sentral. Bila
tekanan vena sentral kurang dari 10 mmHg, pemberian cairan
resusitasi dapat dilanjutkan hingga mencapai 10 mmHg.
Bila syok belum teratasi setelah langkah 9, berikan dopamine 2-
10�g/kg/menit/dobutamine 5-20�g/kg/menit.
Bila syok belum teratasi setelah langkah 10, berikan epineprin 0,05-
2�g/kg/menit, bila akral dingin (vasokonstriksi) atau norepineprin
0,05-2�g/kg/menit, bila akral hangat (vasodilatasi pada syok
distributive
m. Aspirasi mekoneum
Hangatkan bayi dibawah pemancar penas
Apabila bayi lahir bugar, lakukan penanganan seperti bayi baru lahir
Apabila bayi tidak bugar, isap lender terlebih dahulu mulai dari jalan
nafas dan hidung bila perlu dengan menggunakan laringoskope,
bersihkanmeconeum didaerah trakea sampai bersih, lalu rangsang bayi
untuk menangis.
Bebaskan jalan nafas
- Posisikan bayi
- Pengisapan lender
- Pembebasan jalan nafas dari meconeum
- Mengeringkan bayi, merangsang, memposisikan kembali (posisi
mengidu atau sedikit ekstensi).
- Menilai usaha nafas, frekuensi jantung dan warna kulit
Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama kurang lebih 1
jam sampai proses menyusu awal selesai
o. Resusitasi Neonatus
p. Perawatan Metode Kanguru
Ukur suhu tubuh bayi dengan thermometer
Pakaikan baju kanguru bayi pada ibu
Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru, menggunakan topi, popok dan
kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu, posisikan bayi
dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada
ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan
di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai
selendang yang dililitkan diperut ibu agar bayi tidak jatuh.
Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi.
Selanjutnya ibu bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa
bayinya dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to skin contact)
seperti kanguru atau duduk dengan posisi yang nyaman
A. Perencanaan
Pemenuhan logistik dengan metode perencanaan yaitu seminggu sekali. Logistik
meliputi : ATK, penunjang keperawatan, linen, barang-barang non medis diminta
setiap satu minggu sekali, sedangkan obat obatan dan alkes(diminta setiap
hari).Alat medis dimintakan sesuai program.
B. Permintaan & pengadaan
1. Permintaan barang Medis
a. Permintaan barang Medis dilakukan ke bagian pembelian medis, dengan
form permintaan barang
b. Pengadaan barang Medis dipesan melalui satu pintu oleh bagian
pembelian medis setelah barang diterima kemudian didistribusikan ke
bagian unit kerja yang membutuhkan.
2. Permintaan barang Non Medis
a. Permintaan barang dilakukan ke bagian Gudang Non Medis dengan form
permintaan barang
b. Pengadaan barang dipesan melalui satu pintu oleh bagian gudang Non
Medis, setelah barang diterima kemudian didistribusikan ke unit kerja
yang membutuhkan
Permintaan barang ke gudang Non Medis dapat dilaksanakan pada hari
selasa
C. Monitoring & evaluasi
Permintaan penggunaan bahan habis pakai dan obat menggunakan buku
inventaris. Setiap kali pemakaian dicatat pada buku dan awal bulan dilakukan
stok opname dengan bagian akounting dan dilaporkan sebagai laporan bulanan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Dibawah ini cara penerapan 6 sasaran keselamatan pasien di ruang rawat inap.
b. CBAK
Adalah cara saat petugas menerima instruksi yaitu dengan cara menulis, kemudian
membaca ulang dan konfirmasi.
Hal ini harus dilakukan supaya tidak ada instruksi yang keliru
a. Setiap pasien yang di rawat dilakukan asesmen awal resiko jatuh mulai dari UGD
b. Semua pasien anak < 5 tahun, geriatri >60 th, pasien ICU, pasien HDN, pasien
Peristi, adalah pasien berisiko jatuh, tidak dilakukan penilaian, tidak dilakukan
pemasangan gelang tetapi langsung dilakukan intervensi
c. Asesmen ulang resiko jatuh dilakukan di ruang rawat inap atau jika terjadi
perubahan kondisi klinis pasien.
d. setiap pasien dengan resiko jatuh dipasang gelang berwarna kuning yang
bergambar perawat atau keluarga menurut keadaan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Kalibrasi Alat
Alat-alat yang harus dilakukan kalibrasi meliputi syring pump, infus pump,
akutren, pulse oximetry, Inkubator, infant warmer, CPAP, Neopuf, timbangan bayi,
EKG, USG, CTG, Ventilator, dopler, bedside monitor, tensimeter, alat-alat
tersebut dikalibrasi minimal 1 tahun sekali. Kalibrasi dilakukan secara internal
oleh tehnisi elektromedis. Secara eksternal oleh lembaga yang terakreditasi.
Dokumentasi hasil kalibrasi dengan stiker dan dicatat pada kartu pemeliharaan.
B. Preventive Maintenance Alat
Perawatan alat berkala dilakukan dengan cara hand over, dari satu shif ke shif
berikutnya dilakukan pembersihan alat setelah digunakan dikembalikan ke tempat
semula atau tempat penyimpanan. Ada pengecekan harian alat untuk unit dan
secara berkala setiap 2 minggu/3 bulan kecuali yang dilakukan oleh IPSRS dan
didokumentasikan didalam cheklist maintenence dan kartu pemeliharaan alat.
C. Corrective Maintenance Alat
Jika ada alat rusak maka unit mengajukan proses perbaikan kepada bagian
IPSRS dengan menggunakan form perbaikan barang. Jika alat tidak dapat
diperbaiki maka unit mengajukan permintaan pergantian alat atau perbaikan alat
dilakukan oleh vendor. Proses ini didokumentasikan dikartu maintenance.
D. Pendidikan dan Pelatihan staf
1. Mandatory training
a. Basic life suport
b. K3
c. PPI dan hand hygiene
d. Pasien safety
e. Customer cervice
f. Service Ekscellent
g. Mutu
2. Pelatihan lain-lain
a. Manajemen bangsal untuk level kepala bangsal
b. Penatalaksanaan BBLR
c. Clinical Instruktur untuk level pembimbing klinik
d. Resusitasi Neonatus untuk level kepala jaga/perawat senior
e. Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru
f. Managemen Laktasi
g. Konseling Menyusui
h. PPGD ON
i. APN
j. Pelatihan perawat kamar bedah dasar
k. BTCLS
l. Pelatihan anasthesi
Judul Indikator : Keberhasilan Asi Eksklusif Pada Bayi Lahir Spontan di Ruang Kebidanan
Definisi : Keberhasilan asi eksklusif pada bayi lahir spontan di RS BumiWaras dinilai bi
Operasional lahir spontan hanya mendapat ASI selama perawatan diruang kebidanan denga
mencapai 80%
Bagian/Unit : Kebidanan bagian Neonatus
Person In : Karu Kebidanan
Charge
KebijakanMutu : -
Rasionalisasi : Dengan adanya keberhasilan Asi Eksklusi dapat menurunkan angka kesakitan
Kalkulasi
Numerator : Jumlah bayi lahir spontan di RSBW yang ASI Eksklusif perbulan
Denominator : Jumlah bayi yang lahir spontan di RSBW perbulan
Kriteria Inklusi : Seluruh bayi yang lahir spontan di RS BumiWaras
Kriteria : Bayi yang lahir spontan di luar RSBW dan bayi yang lahir SC
Eksklusi
Metodologi : Concurrent
Pengumpulan
data
TipePengukuran : Proses dan outcome
Sumber Data : Buku pelaporan ASI Eksklusif
Waktu : Paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya
Pelaporan
Frekuensi : Setiap 1 bulan
Pelaporan
Target Kinerja : 80 %
JumlahSampel : Total Populasi
Area : Ruang kebidanan bagian neonatus
Monitoring
Rencana : Melalui rapat bulanan di unit kebidanan
Komunikasi
kestaf
Referensi : SK Dir No. ……… tentang ASI Eksklusif
Numerator : Jumlah bayi baru lahir spontan dan SC di RSBW yang menggunaka
Denominator : Jumlah bayi yang lahir spontan dan SC di RSBW perbulan
KriteriaInklusi : Seluruh bayi yang lahir di RS Bumi Waras baik lahir spontan maupu
KriteriaEksklusi : Bayi yang lahirdi luar RSBW
MetodologiPengumpulan : Concurrent
data
TipePengukuran : Proses dan outcome
Sumber Data : Buku Laporan Neonatus
WaktuPelaporan : Paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya
FrekuensiPelaporan : Setiap 1 bulan
Target Kinerja : 100 %
JumlahSampel : Total Populasi
Area Monitoring : Ruang kebidanan bagian neonatus
RencanaKomunikasikestaf : Melalui rapat bulanan di unit kebidanan
Referensi : SK Dir No. ……… tentang Sasaran Keselamatan Pasien point 1
dalamwaktu 1 bulan.
Bagian/Unit : Kebidanan
Person In Charge : KaruKebidanan
KebijakanMutu : -
Rasionalisasi : Dengan ketepatan dalam pemberian antibiotik sebelum operasi SC d
Numerator : Jumlah pasien yang mendapat antibiotik pre operasi sc secara tepat
Denominator : Jumlah seluruh pasien yang operasi sc di RS BumiWaras setiap bula
KriteriaInklusi : Seluruh pasien yang operasi sc di RS BumiWaras
KriteriaEksklusi : Pasien yang partus spontan di RSBW
MetodologiPengumpulan : Concurrent
data
TipePengukuran : Proses dan outcome
Sumber Data : Buku laporan vk
WaktuPelaporan : Paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya
FrekuensiPelaporan : Setiap 1 bulan
Target Kinerja : 70 %
JumlahSampel : Total Populasi
Area Monitoring : Ruang kebidanan
RencanaKomunikasikestaf : Melalui rapat bulanan di unit kebidanan
Referensi : SK Dir No. ……… tentang sasaran keselamatan pasien
BAB IX
PENUTUP
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak atau staf Rumah Sakit
Bumi Waras kami butuhkan demi kesempurnaan program pengorganisasian ini.
Dengan demikian dapat diharapkan mutu pelayanan keperawatan dapat memberikan
kontribusi yang maksimal demi terwujudnya Rumah Sakit Bumi Waras sebagai
pilihan utama Provinsi Lampung.