Anda di halaman 1dari 62

PEDOMAN PELAYANAN

RUANG KEBIDANAN
RS BUMI WARAS
BANDAR LAMPUNG

RS BUMI WARAS
JL.WOLTER MONGONSIDI BANDAR
LAMPUNG 2015
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT BUMI WARAS
NOMOR : /SK/DIRUT/II/2014

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
RUANG KEBIDANAN
DI RS BUMI WARAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT BUMI WARAS

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pengelolaan pemeliharaan sarana


yang baik di Rumah Sakit Bumi Waras perlu dibuat peraturan
Pelayanan Ruang Kebidanan Rumah Sakit Bumi Waras
b. bahwa sehubungan dengan huruf a di atas, perlu ditetapkan
Pedoman Pelayanan dengan Peraturan Direktur Utama Rumah
Sakit Bumi Waras.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 13 Tahun :


2003 Tentang : Ketenagakerjaan.

2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1970


Tentang : Keselamatan kerja.

3. Undang – Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996


Tentang : Tenaga kesehatan.

4. Permenkes No. 1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif ( PONEK ) 24 Jam di Rumah sakit
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS BUMI WARAS
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN RUANG KEBIDANAN
RUMAH SAKIT BUMI WARAS.

Kedua : Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Rumah Sakit Bumi Waras


sebagaimana terlampir digunakan sebagai acuan dalam
pengelolaan pelayanan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Bumi
Waras.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal : 25 Agustus 2015 dan dengan
diberlakukannya keputusan ini maka ketetapan/keputusan yang
telah berlaku sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi

Keempat : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam


ketetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bandar Lampung


Pada tanggal : 25 September 2015
Direktur Utama

Dr. Kuswandi, Sp. JP


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara
ASEAN dan penurunannya sangat lambat. AKI dari390/100.000 kelahiran
hidup (SDKI tahun 1994), menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2002-2003. Demikian pula AKN 28,2/1000 kh 1987-92 menjadi 21,8/1000
kelahiran hidup pada tahun 1992-1997. Seharusnya sesuai dengan Rencana
Strategis Depkes Tahun 2005 – 2009 telah ditetapkan target penurunan angka
kematian bayi dari 35 menjadi 26/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian
ibu dari 307 menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Sedangkan penurunan angka tersebut masih relatif lambat, (AKI dari
390/100.000 tahun 1994 menjadi 307/100.000 tahun 1997 dan AKN dari
282/1000 kelahiran hidup menjadi 21,8 pada tahun 1997).Salah satu kendala
utama lambatnya penurunan AKI dan AKN di Indonesia adalah hambatan
terhadap penyediaan dan akses pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan Ruang kebidanan dan terintegrasi 24 jam.Pada
dasarnya Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung telah menyelenggarakan
pelayanan obstetri neonatal emergency,tetapi demi suksesnya target
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi yang telah direncanakan
Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung berupaya
untuk menyediakan dan menyelenggarakan Pelayanan Ruang Kebidanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif 24 jam secara paripurna.

B. TUJUAN PEDOMAN
Dalam upaya memberikan Pelayanan Kebidanan secara maksimal,
Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung membuat buku Pedoman
Pelayanan ruang kebidanan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang
sesuai dengan standar dan SPO.
Tujuan pembuatan buku pedoman Pelayanan ruang kebidanan adalah :
1. Sebagai acuan dalam menentukan lingkup pelayanan Ruang kebidanan
2. Sebagai acuan dalam penyediaan tenaga unit kebidanan dan kualifikasi
SDM
3. Sebagai acuan dalam memenuhi kebutuhan tenaga setiap shift
4. Sebagai acuan dalam memenuhi standar penyediaan ruangan dan
fasilitas.
5. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang sesuai SPO
6. Sebagai acuan dalam penyediaan logistic kebutuhan sarana dan
prasarana Ruang kebidanan
7. Sebagai acuan dalam menjaga keselamatan pasien.
8. Sebagai acuan dalam menjaga keselamatan kerja
9. Sebagai acuan dalam mengendalikan mutu pelayanan ruang kebidanan

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang Lingkup Ruang kebidanan RS Bumi Waras Bandar Lampung mengacu
pada Pelayanan Ruang Kebidanan Rumah Sakit Kelas C, yang meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan operatif
c. Pelayanan Nifas
d. Asuhan Bayi Baru Lahir
e. Immunisasi
2. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi
Masa antenatal
a. Perdarahan pada kehamilan muda / abortus.
b. Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik.
c. Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
d. Partus Prematures Iminens
e. Hipertensi, Preeklampsi / Eklampsi.
f. Perdarahan pada masa Kehamilan
g. Kelainan Vaskular / Jantung
h. Hyperemesis Gravidarum

Masa intranatal
a. Persalinan dengan parut uterus
b. Persalinan dengan distensi uterus
c. Gawat janin dalam persalinan
d. Pelayanan terhadap syok
e. Plasenta Previa
f. Solusio Plasenta
g. Ketuban pecah dini
h. Persalinan macet
i. Induksi persalinan
f. Vaccum Ekstraksi
g. Seksio sesarea
h. Episiotomi
i. Malpresentasi dan malposisi
j. PEB/Eklamsia
k. Distosia bahu
l. Prolapsus tali pusat
m. Plasenta manual
n. Perbaikan robekan serviks
o. Perbaikan robekan vagina dan perineum
p. Perbaikan robekan dinding uterus
q. Kompresi bimanual dan aorta
r. Kuretase

Masa Post Natal


a. Masa nifas
b. Demam pasca persalinan
c. Perdarahan pasca persalinan

3. Pelayanan Kesehatan Neonatal


a. BBL sehat
b. Asfiksia
c. Trauma kelahiran minimal
d. Gangguan Pernafasan
e. Inisiasi Menyusu dini
f. Resusitasi Neonatus
g. Perawatan Metode Kanguru

4. Pelayanan Ginekologis
a. Kehamilan ektopik
b. Perdarahan uterus disfungsi
c. Perdarahan menoragia
d. Kista ovarium akut
e. Myoma Uteri
f. Radang Pelvik akut
g. Abses Pelvik
h. Infeksi Saluran Genitalia
i. HIV – AIDS

5. Perawatan Intensif Neonatal


Perawatan Intensif Neoanatal dilayani diruang Perinatologi

6. Pelayanan RSSIB
7. Pelayanan Rawat Gabung
8. Pelayanan IMD
9. Perawatan Metode Kanguru

D. PELAYANAN PENUNJANG MEDIK


1. Perawatan Intensif
a. Jenis Pelayanan
 Pemantauan terapi cairan
 Pengawasan gawat nafas / ventilator
 Perawatan sepsis
b. Tempat Pelayanan
 Unit Perawatan Intensif
c. Kompetensi
 Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat,
tunjangan kardio-respirasi jangka pendek dan mempunyai peran
memantau serta mencegah penyulit pada pasien medik dan bedah
yang berisiko.
 Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana.
d. Sumber Daya Manusia
 Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi
jantung paru.
 Dokter Spesialis Anestesiologi
e. Ruang Pelayanan
 Ruang Pelayanan Intensif (ICU) berukuran

3. Pencitraan
a. Radiologi
b. USG / Ibu dan Neonatal
4. Laboratorium
a. Pemeriksaan rutin darah, urin
b. Kultur darah, urin, pus
c. Kimia

E. BATASAN OPERASIONAL
 Ruang kebidanan adalah Unit kebidanan yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam.
 RSSIB adalah program pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang merupakan
koordinasi berbagai unit kerja ( multi sector ) dan didukung berbagai
kegiatan profesi ( multi disiplin dan multi profesi ) untuk
menyelengggarakan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
 Rawat Gabung adalah pelayanan yang diberikan kepada BBL
ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan.
 Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan,dimana bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya sendiri.
 Perawatan Metode Kanguru adalah Pelayanan Kesehatan Bayi dengan
Berat Lahir Rendah ( BBLR ) yang dapat bernafas spontan.

F. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
4. Permenkes No. 1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
( PONEK ) 24 Jam di Rumah sakit
5. Kepmenkes No. 604/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal perinatal pada Rumah sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas
D.
6. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Rs Bumi Waras Bandar Lampung unit kebidanan memiliki Tim Pelayanan
Kebidanan yang terdiri dari :
 5 Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
 4 Dokter Spesialis Anak
 1 Bidan Kepala Ruangan
 1 Bidan Wakil Kepala Ruangan
 6 Bidan PJ shift
 6 Bidan pelaksana
 1 Pelaksana Rumah Tangga
Daftar Ketenagaan penyelenggara ruang kebidanan
No Jenis Tenaga Tugas Jumlah
1 Dokter Spesialis Obstetri Penanggung jawab pelayanan 5
& Ginekologi kesehatan maternal & neonatal
2 Dokter Spesialis Anak Pelayanan kesehatan perinatal dan 4
anak
3 Bidan kepala Ruangan Kepala asuhan pelayanan kebidanan 1
4 Bidan Wakil Ka Ruangan Wakil Kepala Asuhan Pelayanan 1
Kebidanan
5 Bidan PJ Shift PJ Pelayanan Asuhan Kebidanan 6
setiap Shift
6 Bidan pelaksana Pelayanan asuhan kebidanan 6
7 Pelaksana Rumah Tangga Membantu Pelayanan Asuhan 1
Kebidanan dan kegiatan rumah
tangga

PELATIHAN
Pelatihan yang perlu diikuti adalah :
a.Pelatihan APN
b. Pelatihan Resusitasi Neonatus
c.Pelatihan Manajemen Laktasi
d. Konseling Menyusui
e. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
f. Pelatihan Perawatan BBLR dengan metode Kanguru
g. Pelatihan PONEK
h. Pelatihan BLS
i. Program pengendalian infeksi :
- Penyegaran SPO mencuci tangan
- Penyegaran SPO tindakan invasive
j. Program keselamatan dan kesehatan kerja :
- Penggunaan alat pelindung diri ( APD )
k. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman :
- Penyegaran SPO penggunaan alat medik ; ventilator, monitor, EKG,
defibrilator, syring pump, infus pump, CPAP, USG,CTG, Inkubator dll
l. Pelayanan prima :
- Komunikasi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pemenuhan tenaga di unit kebidanan berdasarkan kebutuhan pelayanan
pasien di lapangan dan tentunya tetap mengacu pada standar ketenagaan yang
harus dipenuhi oleh Rumah Sakit berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan ruang
kebidanan Rumah Sakit.
Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung mengadakan perekrutan tenaga
yang dibutuhkan untuk SDM yang diambil dari ruangan-ruangan yang secara
langsung melayani pasien maternal neonatal.
Tenaga ini telah mendapatkan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pelayanan emergency pada maternal dan neonatal dan pelatihan-pelatihan dalam
upaya peningkatan kesehatan maternal dan neonatal.

C. PENGATURAN JAGA
Demi kelancaran dalam Penyelenggaraan Pelayanan ruang kebidanan di
Rumah Sakit,maka perlu adanya pengaturan tenaga.
Adapun pengaturan tenaga ruang kebidanan RS Bumi Waras Bandar
Lampung diatur oleh Kepala Ruang. Direktur Utama Rs Bumi Waras menjadi
pelindung dalam penyelenggaraan pelayanan kebidanan.

Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah


Dinas Pagi Kepala Ruangan 1 Orang
(Pukul 07.30-14.30) PJ Shift 1 Orang
Perawat pelaksana 1 Orang
Petugas rumah tangga 1 Orang
Cleaning service 1 Orang

Dinas Sore PJ Shift 1 Orang


(Pukul 14.00-21.00) Perawat Pelaksana 2 Orang
Cleaning service 2 Orang
Dinas Malam PJ Shift 1 Orang
Pukul 21.00-07.30 Perawat pelaksana 2 Orang
Cleaning Service -
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaranaan pelayanan
ruang kebidanan harus dipenuhi hal-hal sebagi berikut :
 Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
 Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
 Ruang pulih / observasi pasca tindakan
Secara umum ruangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan
kebidanan cukup nyaman dan leluasa. Adapun ruangan yang terlibat dalam
pelayanan ini adalah UGD, Kamar Bersalin / Peristi, Kamar Bedah, HDN dan
ICU. Secara detail,denah ruangan dapat dilihat dalam lampiran.

R.115

R.114 R.116

R. R.
Neonat ka R.
us ru perawat R.117
R. Kebidanan

R. VK 1 R. R. RUANG CEMPAKA
USG VK (PERINATOLOGI)
2

B. STANDAR FASILITAS
Penyelenggaraan pelayanan ruang kebidanan RS Bumi Waras Bandar Lampung
tidak terlepas dari fasilitas ruangan yang mendukung. Secara umum ruangan
tersebut harus mempunyai pencahayaan yang baik,ventilasi udara yang baik,
struktur fisik yang baik dan tentunya kebersihan yang terjaga. Adapun standar
fasilitas ruang Kamar bersalin adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Bangunan Dan Prasarana fisik

No. JENIS KELENGKAPAN KETERANGAN


1 Gedung Baik
2 Ventilasi Cukup
3 Penerangan (Lampu) Cukup
4 Air Mengalir Bersih Baik
5 Daya Listrik
6 Tata Ruang :
Ruang VK Baik
Ruang Bayi Sehat Baik
Ruang Nifas Baik

2. Jenis Peralatan

No Jenis Peralatan Jumlah


1 Box Emergency Dewasa / Bayi set 1/1
2 Inkubator 1
3 Penghangat (Radiant Warmer) 1
5 Ekstraktor vakum 2 set
6 Forceps naegele 1 set
7 USG 1
11 Fetal Doppler 5
12 Partus set 4 set
13 Heacting set 4 set
14 Curetage set 3 set
15 Ganti Balut set 2 set
19 Oksigen Tabung besar/kecil 1/3
20 Titik Oksigen Central 3
21 Lampu tindakan 3
22 Lemari Es 4
23 Sterilisator 1
24 Timbangan Bayi / Dewasa 1/2
25 CTG 1
26 Suction 1
27 Tensimeter 2
28 Inkubator 2
29 senter 1
30 Thermometer 2
31 APD set 5 set

3. Daftar Obat Injeksi dan Alkes

No. Obat Injeksi / Alkesh stok Jumlah


1 Methyl Ergometrin 10
2 Induksin 10
3 Lidocain 10
4 Dexamethason 3
5 Atropin Sulfat 5
6 Asam Traneksamat 3
7 Tramadol 3
8 Duvadilan 5
9 Neo K inj 5
10 Epidosin 5
11 Lasik 1
12 Valium 3
13 MgSO4 20% 2
14 MgSO4 40% 2
15 Infus Fimahaes 2
16 Gudel 2
17 Dextrose 40 % 2
18 Meylon 2
19 Gastrul 5
20 Infus RL 10
21 Infus NaCl 5
22 Infus Dextrose 5% 5
23 Catheter no 16/18/20 1/3/1
24 Urin Bag 3
25 Infus Set 3
26 IV Cath no 18 3
27 IV Cath no 20 3
28 IV Cath no 22 3
29 Selang Oksigen bayi kanule 2
30 Selang Oksigen dewasa kanule 5
31 Spuit 1 cc 5
32 Spuit 3 cc 20
33 Spuit 5 cc 10
34 Spuit 10 cc 10
35 Selang suction 3
36 Transfusi set 3
37 Infuse set mikro 3
38 Three way 3
39 Introcan 2
40 Umbilikal klem 10
41 Tegaderm 5
42 Underpad 20
43 NGT no 5 3
44 NGT no 10 3
45 NGT no 12 3
46 NGT no 14 3
47 NGT no 16 3
48 NGT no 18 3
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

 Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal Fisiologis


1. Pelayanan Kehamilan
a. Pelayanan kehamilan dilayani di klinik
kebidanan setiap hari kerja.
b. Ibu hamil yang memenuhi syarat akan dianjurkan mengikuti senam
hamil.
c. Apabila pasien memerlukan perawatan, maka pasien akan dibawa ke
ruang rawat inap.
2. Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan operatif
a. Pelayanan persalinan fisiologis.
Pelayanan persalinan fisiologis meliputi Pengawasan 10 di kala I,
pertolongan persalinan fisiologis di kala II, manajemen aktif kala III
dan pengawasan 2 jam pasca persalinan.
Pengawasan 10 di Kala I :
 Observasi Keadaan Umum
 Observasi Tekanan Darah
 Observasi Suhu
 Observasi Nadi
 Observasi Respirasi Rate
 Observasi His
 Observasi DJJ
 Observasi Bandle Ring
 Observasi Pengeluaran per Vaginam
 Observasi Tanda Gejala Kala II
Pertolongan persalinan fisiologis di kala II :
 Pertolongan persalinan sesuai dengan asuhan persalinan normal
 Seorang primi gravida dipimpin persalinan maksimal selama 2
jam, bayi harus lahir.
 Seorang multi gravida dipimpin persalinan maksimal selama 1
jam, bayi harus lahir.

Manajemen aktif kala III :


 Petugas memastikan janin tunggal, memberikan oksitocyn 1 amp
secara IM, memastikan kandung kemih penuh dan melahirkan
plasenta tidak lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
Pengawasan 2 jam pasca persalinan :
 Observasi K.U, TTV, TFU, Kontraksi, PPV setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
b. Pelayanan Persalinan dengan tindakan operatif
 Ibu yang tidak memungkinkan untuk melahirkan pervaginam,
akan dilakukan tindakan operasi.
 Menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana tindakan operasi
kepada pasien dan keluarga.
 Menginformasikan kamar bedah dan kamar bayi sehat untuk
program operasi.
 Pasien dilakukan persiapan operasi seperti memakaikan baju
operasi, memasang infus , memasang kateter menetap, mencukur
rambut pubis dan area operasi.
 Memesan darah ke BDRS bila perlu.
 Memeriksa kembali DJJ sebelum tindakan operasi.
 Mengantar pasien ke kamar operasi
3. Pelayanan Nifas
Pelayanan Nifas Fisiologis meliputi pengawasan K.U dan TTV,
pengawasan involusi uteri, pengawasan perdarahan,perawatan jahitan
perineum dan laktasi.
4. Asuhan Bayi Baru Lahir
 Setelah bayi lahir, letakkan di perut ibu
 Potong tali pusat, oles dengan betadin 10 % dan ikat tali pusat
 Mengeringkan tubuh bayi.
 Menilai APGAR SCORE bayi pada menit pertama dan menit ke 5
 Menunjukkan pada ibu dan diberitahu jenis kelamin bayinya.
 Bayi dilakukan IMD ± 1 jam
 Bila IMD sudah selesai,lakukan pemeriksaan antropometri
menimbang BB , ukur panjang badan, ukur Lingkar dada dan
kepala, periksa adakah terdapat kelainan pada anus atau tidak.
 Melakukan identifikasi bayi, ditulis pada RM, memasang gelang
bayi dengan sticker identitas ibunya pada tangan kiri ( merah muda
untuk bayi perempuan dan biru untuk bayi laki-laki ).
 Berikan tetes mata profilaksis pada bayi, injeksi Vit K1 secara IM,
imunisasi Hb 0 secara IM.
 Bayi dijaga kehangatannya
 Mendaftarkan bayi ke TPPRI, kemudian memasang gelang identitas
ke 2 dengan sticker identitas bayi dan dipasang pada tangan kanan.
5. Immunisasi
 BBL yang memenuhi syarat pemberian imunisasi akan diberikan
imunisasi Hb 0.
 Pada imunisasi lanjutan akan dilayani di klinik anak.
 Imunisasi diberikan sesuai dengan tahapan pemberian imunisasi dan
bayi dalam kondisi sehat.
 Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Dengan Risiko Tinggi

Masa antenatal
1. Perdarahan pada kehamilan muda / abortus.
Pelayanan Abortus Iminens :
 Mengatasi perdarahan dan kontraksi dengan pemberian therapy
 Bedrest
 Lakukan pemeriksaan penunjang seperti USG
 Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Mengobservasi kontraksi dan perdarahan
 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan abortus
iminens.
2. Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik.
 Mengkaji keluhan nyeri
 Melakukan pemeriksaan fisik
 Melakukan pemeriksaan penunjang yaitu USG
 Memberikan therapy sesuai kebutuhan
 Melakukan tindakan operatif bila perlu
3. Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
 Mengkaji keluhan nyeri
 Melakukan pemeriksaan fisik
 Melakukan pemeriksaan penunjang yaitu USG
 Memesan darah
 Melakukan penanganan syok bila pasien syok
 Melakukan persiapan pre operasi
 Melakukan tindakan operatif
4. Partus Prematures Iminens
Pelayanan Partus Prematures Iminens :
 Mengatasi kontraksi dengan pemberian therapy
 Bedrest
 Lakukan pemeriksaan penunjang seperti USG bila perlu
 Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Mengobservasi kontraksi dan DJJ
 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan Partus
Prematures Iminens.
5. Hipertensi, Preeklampsi / Eklampsi.
Pelayanan PEB/Eklamsia :
 Memberikan therapy untuk mengatasi hipertensi dan mencegah
kejang menggunakan MgSO4 40%
 Mengatasi kejang dengan pemberian therapy
 Menjaga safety patien
 Mengobservasi KU,tekanan darah, kejang, his, DJJ
 Bedrest
 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan
PEB/Eklamsi
 Mengakhiri kehamilan bila perlu.
6. Perdarahan pada masa Kehamilan
Pelayanan HAP :
 Mengatasi perdarahan dan kontraksi dengan pemberian therapy
 Bedrest
 Lakukan pemeriksaan penunjang seperti USG
 Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Mengobservasi kontraksi dan perdarahan
 Mengobservasi DJJ
 Memberikan transfuse darah bila perlu
 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan HAP.
 Mengakhiri kehamilan bila perdarahan banyak
7. Kelainan Vaskular / Jantung
 Mengkaji keluhan
 Melakukan pemeriksaan fisik
 Melakukan pemeriksaan EKG
 Mengkonsulkan pada dr.interna
 Memberikan cairan dengan hati-hati.
 Memperingan kala II dengan VE atau operasi
8. Hiperemesis Gravidarum
 Mengatasi kekurangan cairan dengan rehidrasi.
 Mengurangi gejala mual muntah dengan pemberian therapy
 Mengobservasi intake dan output
 Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
 Memberikan pendidikan kesehatan ibu hamil dengan hyperemesis
gravidarum.

Masa intranatal
1. Persalinan dengan parut uterus
 Memasang infus
 Mengkaji penyebab parut uterus
 Apabila Riwayat operasi sebelumnya adalah insisi transversa
rendah,presentasi janin adalah verteks normal,
 Bila tidak memenuhi syarat untuk melahirkan per vaginam , maka
lakukan tindakan SC
2. Persalinan dengan distensi uterus
 Melakukan pemeriksaan palpasi, abdomen hanya teraba satu janin
kemungkinan taksiran persalinan salah, Hidramnion, atau janin besar.
 Melakukan pemeriksaan USG
 Jika janin tunggal bayi besar, lakukan partus percobaan, bila tidak
memungkinkan untuk dilahirkan pervaginam.
 Jika janin kembar, letak membujur dapat dilakukan partus percobaan,
apabila tidak memungkinkan untuk dilahirkan pervaginam.
3. Gawat janin dalam persalinan
 Meningkatkan arus darah uterus dengan cara :Hindarkan tidur
telentang,kurangi kontraksi uterus, apabila menggunakan infuse
oksitosin sebaiknya hentikan pemberian tersebut dan dilanjutkan
dengan pemberian obat ktokolisis,pemberian infuse.
 Meningkatkan arus darah talipusat dengan :Mengubah posisi ibu
tidur miring ke kiri,Tingkatkan pemberian oksigen dengan
pemberian oksigen 4-6 liter/menit.
 Lakukan tindakan cunam atau vaccum bila terdapat syarat
melakukan tindakan tersebut.
4. Pelayanan terhadap syok
 Melakukan resusitasi syok terlebih dahulu yang bertujuan untuk
memulihkan segera perfusi jaringan dan kapasitas angkut oksigen
yang adekuat.
 Baringkan pasien dengan posisi telentang dengan kaki ditinggikan .
 Bebaskan dan pelihara jalan nafas : Tidur tanpa bantal, kepala
tengadah.
 Beri O2 5-10 ltr/menit melalui kanule hidung atau sungkup muka.
 Resusitasi cairan :
a. Pasang infuse ( 16 G ) dan ambil contoh darah untuk meminta
darah.
b. Pantau TTV
c. Segera berikan cairan infuse ( garam fisiologik atau RL )
awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit
d. Berikan paling sedikit 2 liter cairan pada 1 jam pertama .
e. Setelah kehilangan cairan dikoreksi , pemberian cairan infuse
dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam.
NB : Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin
dibutuhkan dalam penatalaksanaan syok akibat
perdarahan Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat
jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
f. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lakukan venous cut
down
g. Pantau TTV setiap 15 menit dan pantau darah yang hilang.
Bila kondisi membaik, hati-hati agar tidak berlebihan
memberi cairan. Nafas pendek dan pipi bengkak merupakan
kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil :
o Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100
mmHg
o Denyut jantung stabil
o Kesadaran bertambah baik
o Perfusi jaringan meningkat
o Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin
lebih dari 0,5 ml/KG BB /jam
h. Lakukan pemasangan DC dan pantau balance cairan
i. Lakukan tranfusi darah bila Hb < 8 gr%
5. Plasenta Previa
Pelayanan Plasenta Previa :
 Melakukan perbaikan KU bila pasien mengalami syok
 Mengatasi perdarahan dengan pemberian therapy
 Bedrest
 Mengobservasi perdarahan dan DJJ
 Melakukan pemeriksaan penunjang USG bila perlu.
 Memesan darah
 Lakukan tindakan SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
6. Solutio Plasenta
Pelayanan Solutio Plasenta :
 Melakukan perbaikan KU bila pasien mengalami syok
 Mengatasi perdarahan dengan pemberian therapy
 Bedrest
 Mengobservasi perdarahan dan DJJ
 Melakukan pemeriksaan penunjang USG bila perlu.
 Memesan darah
 Lakukan tindakan SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
7. Ketuban pecah dini
Pelayanan KPD :
 Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
 Bedrest
 Mengobservasi pengawasan 10
 Bila syarat persalinan pervaginam terpenuhi, maka upayakan
dilahirkan per vaginam.
 Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi, terjadi Fetal
distress dan air ketuban sedikit, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
8. Persalinan macet
Pelayanan Partus Macet :
 Bila seorang primi gravida sudah mengejan selama lebih dari 2 jam
tetapi bayi belum lahir dan bila seorang multi gravida sudah
mengejan selama lebih dari 1 jam tetapi bayi belum lahir.
 Mengobservasi pengawasan 9
 Bila memenuhi syarat tindakan VE, maka lakukan tindakan VE.
 Bila syarat VE tidak terpenuhi, maka lakukan tindakan SC. Lakukan
penatalaksanaan pasien pro SC.
9. Induksi persalinan
 Pastikan syarat per vaginam terpenuhi.
 Induksi dapat dilakukan menggunakan oksitosin dan misoprostol.
 Bila menggunakan oksitosin : Pasang Infung D5% + oksitosin 5 unit
menggunakan abocath no 18/20.Tetesan dimulai 8 tetes per menit,
lakukan evaluasi his setiap 15 menit, apabila his kurang adekuat
naikkan tetesan infus ( 4 tetes tiap 15 menit ). Bila his sudah baik,
pertahankan hingga 2 jam post partum.
 Tetesan maksimal 40 tetes per menit ( pemberian infuse maksimal 2
kolf atau 1000 cc ) .Bila tiba-tiba kontraksi rahim sangat kuat, tetesan
dapat dikurangi atau dihentikan sementara.
 Bila selama dilakukan infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu atau
janin seperti pada RUI atau Fetal Distres maka infuse oksitosin harus
dihentikan dan kehamilan segera diakhiri dengan sc.
 Bila habis 2 kolf / 1000cc persalinan tetap belum dimulai, induksi
oksitosin dianggap gagal, kehamilan diakhiri dengan sc kecuali pada
post date atau IUFD bila ketuban masih utuh induksi bisa diulangi
setelah 24 jam, maksimal 3 kali, pada induksi yang ke 3 sebaiknya
dilakukan amniotomi terlebih dahulu. Bila tetap gagal persalinan
diakhiri dengan sc.
 Bila menggunakan misoprostol : berikan misoprostol 25 mcg di
fornik posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulang setelah
6 jam.
 Lakukan pengawasan 10.
 Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian, naikkan dosis menjadi
50 mcg tiap 6 jam.
10. Vaccum Ekstraksi
 Pastikan syarat Vaccum ekstraksi terpenuhi : Pembukaan lengkap,
ibu masih mampu untuk meneran, presentasi kepala ( turun H II atau
dasar panggul, cukup bulan, tidak ada kesempitan panggul, kontraksi
baik.
 Vaccum dilakukan pada : Penyakit Jnatung, kala II lama, adanya
gawat janin.
 Pelaksanaan :
a. Setelah semua persiapanselesai, penolong melakukan periksa
dalam uilan untuk meyakinkan pembukaan serviks, posisi
denominator (UUK) dan mengetahui selaput ketuban sudah
pecah atau belum, bila belum langsung dilakukan amniotomi dan
mengevaluasi lagi ada tidaknya CPD.
b. Mangkok vacuum yang sesuai dengan pembukaan serviks
(pembukaan lengkap) dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi
miring dan di pasang pada bagian terendah kepala menjauhi UUB
tonjolin pada mengkok diletakkan sesuai dengan arah
denominator.
c. Dilakukan eksplorasi untuk memastikan tidak adanya jalan lahir
yang terjepit.
d. Dilakukan penghispan dengan pompa penghisp dengan tekanan
0,2 kg/ cm2 tekanan dinaikkan dengan interval 2 menit sampai di
capai tekanan 0,7 – 0,8 kg/cm2.
e. Sebelum dilakukan traksi dilakukan periksa dalam ulang untuk
melihat apakah ada bagian jalan lahir yang terjepit.
f. Bersamaan dengan timbulnya his ibu disuruh mengejan dan
mangkok di tarik searah dengan sumbu panggul. Pada waktu
melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara
tangan kiri dan tangan kanan penolong.
g. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkok, sedang
tangan kanan melakukan tarikan.
h. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti
putaran paksi dalam, sampai subocciput di bawah simfisis. Bila
his berhenti maka tarikan juga berhenti.
i. Bila dilakukan episiotomi, bisa dilakukan pada waktu mangkok
belum dipasang atau pada saat kepala meregang perineum.
j. Setelah sub occiput di bawah simfisis selanjutnya mangkok di
tarik ke atas sehingga kepala janin mengadakan gerakan defleksi
dengan sub ociput sebagai hipomoklion. Maka akan lahir
berturut, dahi, hidung, mulut, dagu dan lahirlah kepala
keseluruhan. Pada saat kepala melakukan defleksi tangan kiri
penolong menahan perineum.
k. Selanjutnya tekanan negative vacuum dihilangkan dengan
memutar penting pada alat vacuum. Mangkok si lepas dan bayi
dilahirkan keseluruhan seperti pada partus fisiologis.
11. Seksio sesarea
 Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
 Melakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, Gol Darah, CT,
BT, HbSAg stick dan HIV stick.
 Memastikan indikasi SC
 Melakukan persiapan operasi : memesan darah,memasang infus,
memasang DC, mencukur rambut pubis,memakaikan baju operasi,
memasang tutup kepala.
 Mengobservasi DJJ
 Prosedur SC:
a. Posisikan pasien sedikit miring ke kiri dan ganjal pinggul
kanan dengan bantal.
b. Lakukan tindakan aseptic / antiseptic pada dinding abdomen
hingga lipat paha.
c. Lakukan tindakan diatas dengan gerakan melingkar atau atas
bawah dan hindarkan persentuhan siku dan gaun operasi
dengan area operasi.
d. Batasi daerah operasi dan kemudian tutup bagian tubuh lain
dengan kain :
 Bila menggunakan kain berlobang, tempatkan lubang
tersebut di area operasi kemudian buka lipatan kain dengan
menjauhi area operasi
 Tindakan aseptic antiseptic dan penutupan tubuh dengan
kain dilakukan setelah prosedur anesthesia regional
dilakukan.
e. Buka dinding perut dengan 2 cara pilihan yaitu :
 Vertiikal
 Transversal
12. Episiotomi
 Indikasi episiotomy :
a. Primigravida
b. Persalinan buatan
c. Bekas Ruptura Perinei
d. Perineum tinggi
e. Introitus vagina kaku
f. Persalinan Prematur
 Prosedur episiotomy :
a. Bersihkan vulva kemudian diberi cairan antiseptic
b. Bila diperlukan gunakan anesthesia local baik dengan cara
infiltrasi.
 Siapkan spuit 3 cc dengan lignokain 0,5 %
 Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantulah
ibu untuk rileks
 Tempatkan dua jari diantara kepala janin dan perineum ibu
 Masukkan seluruh panjang jarum mulai dari
fourchete,menembus persis dibawah kulit dan otot
perineum, sepanjang garis episiotomi.
 Lakukan aspirasi untuk meyakinkan suntikan lignokain
tidak masuk dalam pembuluh darah. Kejang dan kematian
dapat terjadi jikao lignaokain diberikan lewat pembuluh
darah.
 Suntikkan pada garis tengah : Suntikkan secara merata
sambil menarik jarumnya keluar
 Suntikkan pada sisi dari garis tengah : Miringkan arah
tusukan jarum ke sisi lain dari garis tengah.Sebelum
menyuntik, ulangi aspirasi untuk meyakinkan suntikan
lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah. Ulang pada
sisi lain dari tengahnya.
 Suntikkan ke bagian tengah dari dinding belakang vagina.
Lindungi kepala bayi dengan meletakkan jari-jari di antara
kepala bayi dan jarum.
 Tunggu 2 menit setelah suntukan , agar obat anesthesia
bekerja.
c. Letakkan 2 jari di antara kepala bayi dan perineum dengan
menggunakan sarung tangan steril
d. Gunakan gunting episiotomi untuk membuat sayatan 3-4 cm
sesuai dengan jenis episiotomi yang akan dilakukan :
 Episiotomi Median
Tindakan ini akan menggunting dinding vagina, kulit,
m.bulbokavernosus, m.transversus perinea superfisialis dan
sebagian m.sfingter ani eksternus
 Episiotomi Mediolateral
Seperti pada episiotomi mediana tetapi tanpa mengenai m.
sfingter ani ekstermus.
 Episiotomi Lateral
Tindakan ini hanya akan menggunting dinding vagina,kulit
dan m. bulbokavernosus saja.
13. Malpresentasi dan malposisi
Pelayanan Persalinan Sungsang :
 Mengobservasi pengawasan 10
 Bila seorang primigravida maupun multi gravida dan diperkirakan
bayi besar, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan
SC. Lakukan penatalaksanaan pasien pro SC.
 Bila seorang multi gravida dan diperkirakan bayi bisa lahir per
vaginam, maka lahirkan per vaginam dengan perasat bracht,
muller, lovset, mouricio.
14. PEB/Eklamsia
Pelayanan PEB/Eklamsia :
 Memberikan therapy untuk mengatasi hipertensi dan mencegah
kejang menggunakan MgSO4 40%
 Mengatasi kejang dengan pemberian therapy
 Menjaga safety patien
 Mengobservasi kejang dan pengawasan 10
 Bedrest
 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu bersalin dengan
PEB/Eklamsi
 Mengakhiri persalinan dengan VE atau SC bila perlu.
15. Distosia bahu
 Macetnya persalinan spontan yang disebabkan tertahannya bahu
depan melawan shimphisis
 Cepat kenali masalahnya dan lakukan serangkaian gerakan /prasat
mengakhiri persalinan per vaginam.
 Perasat harus dilakukan secara cepat,tepat, penuh ketrampilan dan
bijaksana.
 Mobilisasi semua tenaga yang ada, kosongkan kandung kencing
bila penuh, usahakan membuat tarikan ringan pada kepala janin.
 Lakukan episiotomi medio lateral yang luas.
 Dilakukan penekanan supra pubik oleh asisten dilanjutkan tarikan
cunam ke bawah pada kepala janin.
 Bila gagal lakukan persat Mc.Robert.
 Bila gagal lakukan persat Wood Screw.
 Bila gagal lahirkan lengan posterior lebih dulu
 Bila gagal bisa dilakukan : mematahkan klavikula posterior atau
humerus atau melakukan perasat Zavancli.
15. Prolapsus tali pusat
 Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
 Bila didapatkan tali pusat pada pemeriksaan dalam,maka segera
lakukan tindakan SC
 Melakukan persiapan operasi
16. Plasenta manual
 Manual Plasenta adalah tindakan melepaskan plasenta dari dasarnya
dan menariknya keluar dari jalan lahir ibu secara manual.
 Pelaksanaan :
a. Tangan kanan penolong masuk ke dalam kanalis servix uteri
menelusuri tali pusat. Kemudian jari-jari tangan dibuka
dengan tujuan untuk melebarkan kanalis servisis uteri tersebut.
b. Setelah sampai pada kavum uteri, jari jari tangan diluruskan
dan dirapatkan. Dengan menggunakan sisi dan ujung tangan ,
plasenta dilepaskan dari dasarnya kemudian dicekam dan
ditarik keluar dari jalan lahir.
c. Selama pemasukan tangan dan pelepasan plasenta , fundus
uteri ditahan oleh tangan kiri penolong.
d. Segera setelah plasenta dilepaskan dari dasarnya , uterotonika
diberikan secara intravena.
17. Perbaikan robekan serviks
 Perbaikan robekan serviks adalah upaya melakukan penjahitan robekan
pada servix dengan benar.
 Posisikan pasien dalam posisi lithotomy dan pasang speculum.
 Lakukan ekplorasi ulang
 Observasi robekan serviks
 Tangan kiri dan kanan masing masing memegang klem ovum
kemudian jepit portio depan dengan klem kiri 2,5 cm lateral dari
tempat tersebut,jepitkan klem kanan ( Posisi Penolong ).
 Lepaskan klem pertama , pindahkan lagi ke dalam portio 2,5 cm di
sebelah klem kedua dan seterusnya mengikuti putaran arah jarum
jam.
 Lakukan langkah tersebut diatas ( jepitan )bergantian sehingga
semua bagian portio dapat diperiksa.
 Lakukan penjahitan
 Lakukan eksplorasi ulangan
18. Perbaikan robekan vagina dan perineum
 Melakukan eksplorasi dan mengobservasi luka robekan.
 Melakukan anesthesia
 Melakukan penjahitan dengan teliti
 Melakukan eksplorasi ulangan dan mengobservasi hasil penjahitan.

19. Perbaikan robekan dinding uterus


a. Nilai robekan dinding uterus, tentukan lokasi, arah, kedalaman,
kondisi tepi luka dan adanya perluasan robekan ke organ sekitar
atasi perdarahan yang terjadi
b. Setelah robekan dinding uterus dan cidera organ sekitar diketahui,
lakukan bilasan abdomen dengan larutan garam fisiologis hangat
dan hisap cairan hingga bersih
c. Lakukan insisi tepi luka yang nekrotik hingga diperoleh luka baru
yang relative bersih dan segar
d. Lakukan penjahitan ulang dinding uterus dimulai dari bagian dalam
(kearah cavum uteri) dengan benang cromic nomer 0 secara
terputus dan simpul kunci
e. Lapisan kedua meliputi otot tengah dan lapisan serosa dengan
jahitan matras (aposisi serosa ) terputus dan simpul kunci
Catatan :
- Bila mengenai SBR pisahkan dulu plica vesicauterina sebelum
menjahit dinding uterus. Setelah penjahitan dinding uterus selesai plica
dijahit secara jelujur dengan benang plain nomer 2 / 0
- Bila menciderai kandung kemih, lakukan perbaikan cidera kandung
kemih.

20. Kompresi bimanual dan aorta.


a. Petugas memastikan tetesan cairan infuse yang berisi oksitosin 20
I.U berjalan dengan baik dan ergometrin 0,4 mg sudah
diberikan,tambahkan misoprostol bila perlu.
b. Penolong melakukan Kompresi Bimanual Eksternal dengan
menekan dinding belakang dan dinding depan uterus,bila
perdarahan berhenti,pertahankan posisi hingga uterus berkontraksi
dengan baik.
c. Bila perdarahan belum berhenti,lakukan Kompresi Bimanual
Internal dengan mendekatkan telapak luar dengan kepalan tangan
dalam pada fornik anterior,bila perdarahan berhenti, pertahankan
posisi hingga uterus berkontraksi dengan baik.
d. Bila perdarahan belum berhenti,lakukan Kompresi Aorta
Abdominalis dengan tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta
abdominalis maka pulsasi arteri femoralis akan berkurang/terhenti
e. Petugas mengobservasi Keadaan Umum dan TTV.
f. Petugas mengobservasi TFU,kontraksi dan perdarahan.
21. Kuretase
a. Setelah semua persiapan selesai, pasang spikulum sims pada
dinding belakang vagina
b. Cari porsio atau serviks kemudian jepit bagian depannya dengan
kogel tang, ditarik keluar supaya tampak jelas, juga untuk
meluruskan jalan lahir
c. Masukkan sonde uterus melalui kanlis servikalis, untuk
menentukan arah dan besarnya uterus. Cara memegang sonde sama
dengan memegang pensil
d. Bila jaringan dalam kanalis servikalis/ kavum uteri tamnpak
banyak, keluarkan dulu dengan abortus tang secara pelan-pelan,
e. Bila pembukaan kanalis servikalis masih kecil, lakukan dilatasi
dengan dilatator hegar mulai dari yang terkecil kemudian yang
lebih besar sesuai dengan yang dibutuhkan. Cara memegang
dilatator sama seperti cara memegang sonde, diarahkan sesuai
dengan arah uterus.
f. Sisa jaringan dikeluarkan dengan sendok kuret sampai bersih,
digunakan sendok kuret yang palinbg besar untuk mengurangi
resiko perforasi
g. Cara memagang kuret seperti mememgang pensil, dimasukkan
kedalam kavum uteri m,elaluai kanalis servikalis sesuai dengan
arah uterus secara gentle, kemudian kavum uteri dibersihkan secara
sistematis mu7lai dari fundus ke serviks dan sesuai dengan arah
jarum jam
h. Kemudian kuret diganti dengan yang kecil untuk membersihkan
terutama pada bagian kornu tempat ostium tuba
i. Bila uterus besar pada usia kehmilan lebih dari 12 minggu atau
pada uterus postpartum maka diberikan oksitosis 10 UI
intramuskuler atau drip sehingga uterus kontraksi, untuk
mengurangi resiko perforasi
Masa Post Natal
1. Masa nifas
 Masa nifas ( Puerpurium ) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari .
 Mengobservasi KU, TTV, TFU, Kontraksi, PPV
 Mengobservasi laktasi
 Merawat jahitan perineum atau jahitan luka operasi
2. Demam pasca persalinan
 Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celcius yang terjadi 24
jam setelah melahirkan.
 Mengkaji penyebab demam
 Mengobservasi tanda-tanda infeksi
 Melakukan pemeriksaan laboratorium
 Memberikan pengobatan sesuai kebutuhan.
 Mengobservasi TTV
3. Perdarahan pasca persalinan
 Perdarahan post partum adalah perdarahan 500cc atau lebih setelah
kala III selesai (setelah plasenta lahir).
 Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
 Menentukan penyebab perdarahan
 Melakukan tindakan sesuai penyebab perdarahan

Pelayanan Kesehatan Neonatal


a. Hiperbilirubinemia
 Lakukan pemeriksaan laboratorium (bilirubin total, direk,indirek, gol
darah)
 Berikan/lakukan foto terapi intensif bila kadar bilirubin lebih atau
sama dengan 10mg/dL
 Bayi yang mendapat foto terapi, berikan minum setiap 2-3 jam
 Periksa bilirubin ulang, bila turun hentikan pemberian foto terapi
b. Asfiksia
 Hangatkan bayi dibawah pemancar penas
 Apabila bayi lahir bugar, lakukan penanganan seperti bayi baru lahir
 Apabila bayi tidak bugar, isap lender terlebih dahulu mulai dari jalan
nafas dan hidung bila perlu dengan menggunakan laringoskope,
bersihkanmeconeum didaerah trakea sampai bersih, lalu rangsang bayi
untuk menangis.
 Bebaskan jalan nafas
- Posisikan bayi
- Pengisapan lender
- Pembebasan jalan nafas dari meconeum
- Mengeringkan bayi, merangsang, memposisikan kembali (posisi
mengidu atau sedikit ekstensi).
- Menilai usaha nafas, frekuensi jantung dan warna kulit

- Bila ada nafas spontan, frekuensi jantung >100x/menit, warna kulit


kemerahan maka bayi diberi perawatan suportif

- Apabila frekuensi jantung <100x/menit bayi dilakukan VTP


(selama 30 detik) kemudian dievaluasi usaha nafas, frekuensi
jantung>100x/menit bayi dilakukan perawatan suportif.

- Bila dilakukan setelah 30 detik melakukan VTP dengan oksigen


100% frekuensi jantung kurang dari 60x/menit maka dilakukan
kompresi dada.

- Setelah 30 detik nilai frekuensi jantung bayi :


- Bila FJ >60x/menit, hentikan kompresi dan lanjutkan VTP dengan
kecepatan 40-60 kali/menit
- Bila FJ >100x/menit, hentikan kompresi dada dan VTP secara bertahap
jika bayi telah bernafas spontan
- Bila FJ <60x/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belum dilakukan,
berikan epineprin.
- Apabila kegawatan tetap berlanjut neonatus dipindah ke perawatan
perinatologi atas petunjuk dokter (dengan pengantar rujukan)

c. Trauma kelahiran
d. Hipoglikemi
 Jaga kehangatan bayi
 Berikan glukosa per oral, bila tidak ada gejala klinis berikan glukosa
10% atau ASI PASI per oral secepatnya.
 Apabila bayi menunjukkan gejala klinis berikan secara IV bolus
glucose 10% 1-2 ml/kgBB diikuti dengan glucose 10% 3-5 ml/kg
BB / diikuti dengan glucose 10% 3-5 ml/kgBB/jam
 Periksa kadar gula darah setiap jam bilamana kadar gula darah tidak
stabil
 Bila memungkinkan diberikan diet secepatnya per oral

e. Kejang
 Petugas menanyakan adakah riwayat kejang dalam keluarga
 Riwayat kehamilan/prenatal
- Kehamilan kurang bulan
- Infeksi TORCH atau infeksi lain saat ibu hamil
- Pre-eklamsi, gawat janin
- Pemakaian obat golongan narkotik, metadon
- Imunisasi anti tetanus, rubella.
 Petugas menanyakan riwayat persalinan
- Adakah asfiksia, episode hipoksik, gawat janin.
- Trauma persalinan
- KPD
- Anestesi local
 Petugas menanyakan riwayat pascanatal
- Infeksi
- Bayi tampak kuning
- Perawatan TP tidak bersih dan kering, penggunaan obat tradisional,
infeksi TP
- Riwayat kejang
- Gerakan abnormal pada mata, mulut. Lidah dan ekstremitas, otot
mulut dan perut, dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau
tindakan pengobatan.

f. Sepsis neonatal
 Rawat bayi dalam ikubator
 Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan
 Pengaturan suhu dan posisi bayi diatur
 Terapi O2
 Pemberian cairan dan elektrolit, pada keadaan umum jelek diberikan
secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi, bila
keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara bertahap dan
parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi peroral.
 Berikan antibiotic sesuai instruksi dokter
 Atasi kejang
 Atasi hiperbilirubin
 Atasi anemia, syok
g. Gangguan keseimbangan dan elektrolit
h. Gangguan Pernafasan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
- Jaga kehangatan
- Berikan ASI bila memungkinkan menghisap, bila tidak berikan ASI
peras dengan salah satu alternative cara pemberian minum (dengan
sendok/melalui NGT)
- Kurangi pemberian Oksigen secara bertahap, bila ada perbaikan
gangguan napas hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas antara 30-
60 kali/menit.
- Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi nafas menetap
antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tnda sepsis, dan tidak ada
masalah lain, bayi dapat dipulangkan
i. Kelainan jantung
 Berikan terapi oksigen
 Tidurkan bayi dengan posisi setengah duduk
 Pantau pemberian cairan (retriksi cairan )
 Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
 Timbang BB tiap hari
 Hilangkan faktor yang memperberat : atasi demam, anemia, infeksi jika
ada
 Lakukan pemeriksaan thorak foto, darah rutin, Ekokardiografi untuk
pemeriksaan lebih lanjut
 Secepatnya untuk pemberian terapi gagal jantung

j. Gangguan pendarahan
 Berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan
 Jaga kehangatan bayi
 Observasi tanda-tanda perdarahan seperti ubun-ubun cembung, kejang,
bayi pucat, perut kembung tegang, berak hitam
 Periksa hemoglobin tiap hari sampai stabil selama tiga hari dan
kadarnya menunjukkan bayi tidak memerlukan transfusi
 Periksa denyut jantung bayi dan frekuensi napas tiap tiga jam sampai
keadaan bayi stabil
 Berikan vitamin K atau sesuai dengan tatalaksana bayi lahir

k. Shock
 Pertahankan jalan napas
 Berikan Oksigen sesuai kondisi bayi
 Pasang akses vaskuler secepatnya
 Berikan cairan kristaloid 10 ml/BB dalam waktu kurang dari 10 menit,
lalu respon terhadap pemberian cairan dengan menilai denyut jantung
nadi dan perfusi jaringan. Respon yanga baik ditandai dengan
penurunan denyut nadi, pebaikan perfusi jaringan dan perbaikan
tekanan darah bila terdapat hipotensi sebelumnya.
 Pasang kateter urine untuk menilai sirkulasi dengan memantau
produksi urin.
 Pemberian cairan resusitasi dapat diulangi, bila syok belum teratasi,
hingga volume ekstravaskuler optimal.
 Pemberian cairan resusitasi dihentikan bila penambahan volume tidak
lagi mengakibatkan perbaikan hemodinamik, dapat disertai terdapatnya
ronchi basah halus tidak nyaring, peningkatan tekanan jugular atau
pembesaran hati akut.
 Periksa dan atasi gangguan metabolic seperti hipoglikemi, hipokalsemi
dan asidosis.
 Bila syok belum teratasi lakukan pemasangan vena sentral. Bila
tekanan vena sentral kurang dari 10 mmHg, pemberian cairan
resusitasi dapat dilanjutkan hingga mencapai 10 mmHg.
 Bila syok belum teratasi setelah langkah 9, berikan dopamine 2-
10�g/kg/menit/dobutamine 5-20�g/kg/menit.
 Bila syok belum teratasi setelah langkah 10, berikan epineprin 0,05-
2�g/kg/menit, bila akral dingin (vasokonstriksi) atau norepineprin
0,05-2�g/kg/menit, bila akral hangat (vasodilatasi pada syok
distributive

m. Aspirasi mekoneum
 Hangatkan bayi dibawah pemancar penas
 Apabila bayi lahir bugar, lakukan penanganan seperti bayi baru lahir
 Apabila bayi tidak bugar, isap lender terlebih dahulu mulai dari jalan
nafas dan hidung bila perlu dengan menggunakan laringoskope,
bersihkanmeconeum didaerah trakea sampai bersih, lalu rangsang bayi
untuk menangis.
 Bebaskan jalan nafas
- Posisikan bayi
- Pengisapan lender
- Pembebasan jalan nafas dari meconeum
- Mengeringkan bayi, merangsang, memposisikan kembali (posisi
mengidu atau sedikit ekstensi).
- Menilai usaha nafas, frekuensi jantung dan warna kulit

- Bila ada nafas spontan, frekuensi jantung >100x/menit, warna kulit


kemerahan maka bayi diberi perawatan suportif
- Apabila frekuensi jantung <100x/menit bayi dilakukan VTP
(selama 30 detik) kemudian dievaluasi usaha nafas, frekuensi
jantung>100x/menit bayi dilakukan perawatan suportif.

- Bila dilakukan setelah 30 detik melakukan VTP dengan oksigen


100% frekuensi jantung kurang dari 60x/menit maka dilakukan
kompresi dada.

- Setelah 30 detik nilai frekuensi jantung bayi :


- Bila FJ >60x/menit, hentikan kompresi dan lanjutkan VTP dengan
kecepatan 40-60 kali/menit
- Bila FJ >100x/menit, hentikan kompresi dada dan VTP secara bertahap
jika bayi telah bernafas spontan
- Bila FJ <60x/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belum dilakukan,
berikan epineprin.

- Apabila kegawatan tetap berlanjut neonatus dipindah ke perawatan


perinatologi atas petunjuk dokter (dengan pengantar rujukan)

n. Inisiasi Menyusu dini


 Begitu bayi lahir, keringkansecepatnya terutama kepala, kecuali
tangannya, tanpa menghilangkan lemak putih
 Bersihkan mulut dan hidung, tali pusat diikat
 Bayi ditengkurapkan didada, perut ibu dengan kulit bayi melekat pada
kulit ibu
 Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama, bayi diberi topi
 Anjurkan ibu untuk menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati
putting
 Biarkan bayi mencari putting sendiri
 Dukung ibu dan bantu dalam mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu

 Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama kurang lebih 1
jam sampai proses menyusu awal selesai

 Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, dekatkan putting ke


bayi tapi jangan memasukkan putting ke mulut bayi.
 Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi
 Bila inisiasi menyusus dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar
operasi, menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar
pemulihan (RR)
 Setelah kontak kulit ibu dengan bayi sekitar 1 jam atau lebih, bayi baru
dipisahkan untuk penanganan BBL

o. Resusitasi Neonatus
p. Perawatan Metode Kanguru
 Ukur suhu tubuh bayi dengan thermometer
 Pakaikan baju kanguru bayi pada ibu
 Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru, menggunakan topi, popok dan
kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
 Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu, posisikan bayi
dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada
ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
 Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan
di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai
selendang yang dililitkan diperut ibu agar bayi tidak jatuh.
 Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi.
Selanjutnya ibu bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa
bayinya dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to skin contact)
seperti kanguru atau duduk dengan posisi yang nyaman

p. Penyakit Membran Hyalin


 Petugas menanyakan riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM
 Petugas menanyakan riwayat persalinan yang mengalami asfiksia
perinatal (gawat janin)
 Petugas menanyakan riwayat kelahiran saudara kandung dengan
penyakit membrane hialin.
 Pada pemeriksaan fisis ditemukan : takipnea (frekuensi napas
>60x/menit
 Grunting atau napas merintih, retraksi dinding dada, kadang dijmpai
sianosis, adanya tanda prematuritas, kadang ditemukan hipotermi.
 Pada foto thorak posisi AP dan lateral adanya gambaran penyakit
membrane hialin
 Bila syok masih belum teratasi setelah langkah no 11, pertimbangkan
pemberian hidrokortison, atau metal prednisone atau dexamethason 0,2
mg/kg
 Bila syok masih belum teratasi, dibutuhkan pemasangan pulmonary
artery catheter (PAC) untuk pengukuran dan intervensi lebih lanjut,
inotropik dan vasodilator digunakan untuk kasus curah jantung rendah
dan resistensi vaskuler sistemik tinggi. Vasopressor untuk kasus dengan
curah jantung rendah dan resistensi vaskuler sistemik rendah.
 Bila kadar laktat>2 mmol/L, saturasi vena sentral<70% dan hatokrit
<30%, dapat dilakukan tranfusi packed red cell disertai upaya
menurunkan konsumsi oksigen.

q. Pemberian minum pada bayi resiko tinggi


r. Pemberian cairan parenteral
s. Kelainan bawaan
Pelayanan Ginekologis
 Perdarahan uterus disfungsi
 Perdarahan menoragia
 Kista ovarium
 Mioma Uteri
 Infeksi Saluran Genitalia
 Perawatan Intensif Neonatal
 Pelayanan RSSIB
 Asuhan sayang ibu dan bayi, diantaranya : asuhan persalinan dan asuhan
BBL.
 Pelayanan Rawat Gabung
 Melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui
 Pelayanan Rawat Gabung
- Rawat Gabung adalah pelayanan yang diberikan kepada BBL
ditempatkan besama ibunya dalam satu ruangan.
- Rawat gabung dimaksudkan agar bayi mudah diamati dan
dijangkau ibunya setiap saat sehingga memungkinkan pemberian
ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhannya.
- Pelayanan Rawat Gabung dilakukan secara partial dimana
perawatan ibu dan bayi terpisah pada waktu tertentu ( misalnya
pada malam hari dan waktu kunjungan bayi dipisahkan dari
ibunya, untuk bayi yang mengalami asfiksia maka rawat gabung
dilaksanakan setelah tindakan resusitasi selesai )
 Pelayanan IMD
p. IMD adalah Inisiasi Menyusu Dini.
Dilakukan pada bayi bugar dan ibu yang tidak mengalami masalah dalam
persalinannya.
IMD dilakukan segera setelah bayi lahir selama 1 jam.
 Perawatan Metode Kanguru
p. Persiapan
Sebelum ibu mampu melaksanakan PMK dilakukan dengan latihan untuk
adaptasi terlebih dahulu 2-3 kali. Saat melakukan latihan ibu diajarkan
personal hygiene : dibiasakan mencuci tangan, kebersihan kulit bayi,
kebersihan tubuh ibu dengan mandi sebelum sebelum melakukan PMK
serta diajarkan tanda-tanda bahaya seperti :
 Kesulitan bernapas
 Bernafas sangat cepat atau sangat lambat
 Serangan henti napas sering dan lama
 Bayi terasa dingin : suhu bayi dibawah normal walaupun dilakukan
penghangatan
 Sulit minum : bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti
minum atau muntah
 Kejang
 Diare
 Sclera/kulit menjadi kuning
q. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PMK perlu diperhatikan 4 komponen PMK, yaitu
a. Posisi bayi
 Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada
menempel kedada ibu. Posisi bayi ini dijaga dengan kain panjang
atau pengikat lainnya. Kepala dipalingkan kesisi kanan atau kiri
dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat
berada dibawah kuping bayi. Tungkai bayi haruslah dlam posisi
“kodok” tangna harus dalam posisi fleksi. Ikatkan kain dengan kuat
agar saat ibu bangun dari duduk bayi tidak tergelincir
 Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut menutupi
dada si bayi. Perut bayi jangna sampai tertekan dan sebaiknya
berada disekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat
melkukan pernapasan perut. Berikut adalah cara memasukkan dan
mengeluarkan bayi dari baju kanguru, misalnya saat disusui.
 Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher
sampai punggung bayi
 Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi
saluran napas ketika berada pada posisi tegak
 Tempatkan tangan lainnya dibawah pantat bayi
b. Nutrisi dengan pemberian ASI
Dengan melakukan PMK proses menyusui menjadi lebih baerhasil dan
sebagian besar bayi dipulangkan memperoleh ASI. Bayi pada
kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu diberi minum
melalui pipa orogastrik, untuk ASI yang diperas
Bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat diberi mkinum
melalui cangkir kecil. Sedangkan bayi-bayi usia kehamilan sekitar 32
minggu atau lebih sudah dapat mulai menyusu pasda ibu
c. Dukungan (support)
Saat bayi telah lahir, ibu menemukan dukungan dari berbagai pihak,
diantaranya berupa :
 Dukungan emosional : Ibu memerlukan dukungan untuk
melakukan PMK. Banyak ibu-ibu muda yang mengalami
ketraguan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan bayi
pertamanya sehinga membutuhkan dukungan dari keluarga,
teman serta petugas kesehatan
 Dukungan fisik : selama beberapa minggu pertama PMK,
merawat bayi akan sangat menyita waktu ibu, istirahat dan tidur
yang cukup sangat penting pada peranannya pada PMK. Oleh
karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas rumah.
 Dukungan edukasi : sangat penting memberikan informasi yang
ibu butuhkan agar ia dapat memahami seluruh proses PMK dan
mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK menjadi
lebih bermakna dan akan meningkatkan kemungkinan bahwa
ibu akan nerhasil menjalankan PMK baik dirumah sakit
ataupun saat dirumah.
 Dukungan bias diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh
anggota keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan,
akan sangat sulit bagi ibu untuk dapat melakukan PMK dengan
berhasil.
d. Pemulangan
Pemulangan bayi dilakukan atas persetujuan dokter berdasarkan
laporan perawat. Bayi PMK dapat dipulanghkan dari rumah sakit
setelah memenuhi criteria dibawah ini
 Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan
tidak ada henti nafas atau infeksi
 Bayi minum dengan baik
 Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya
15g/kg/hr)untuk sekurang-kurangnya tiga nari berturut-turut
 Ibu mampu merawat bayi dan dapat dating secara teratur untuk
melkukan follow up
Mereka akan tetap memerlukan dukungan meskipun tidak sesering dan
seintensif seperti sebelumnya. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau
lokasi RS letaknya jauh pemulangan dapat ditunda. Sebelum
dipulangkan, pastikan ibu sudah mengerti tanda-tanda bagaimana cara
merujuk ke RS jika ada bahaya
e. Monitoring kondisi bayi
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
 Tanda vital 3x/hari (setiap ganti shift)
 Berat badan bayi 1x/hari
 Panjang badan dan lingkar kepala 1x/minggu
 Tumbuh kembang bayi :terutama panca inderanya
f. Monitoring kondisi ibu
Hal-hal yang perlu dimonitoring antara lain :
 Tanda-tanda vital
 Involusi uteri
 Laktasi
 Perdarahan post partum
 Luka operasi
 Luka perineum
g. Penanganan Pencegahan
 Untuk mencegah BBLR mendapat penyakit, maka BBLR perlu
mendapat imunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan
 Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan
adanya penyakit, baik yang dilaporkan atau tidak oleh ibu
 Tangani setiap penyakit berdasarkan standar operasional
prosedur dan juklak local
 Jika pertambahan berat badan tidak mencukupi, Tanya dan cari
permasalahannya, penyebab dan solusi . Semua ini umumnya
berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit
h. Kriteria dan persyaratan
Kriteri bayi (BBLR) untuk PMK di RS :
 Berat lahir kurang dari 2500 gram
 Grafik berat badan cenderung naik
 Kondisi secara umum baik
 Suhu tubuh stabil (36,5-37,5)
 Mempunyai kemampuan cukup mengisap dan menelan
 Ibu atau pengganti bersedia untuk proses melaksanakan PMK
 Bayi sudah tidak memerlukan infuse
Persyaratan dan persiapan ibu :
 Bersedia dan mampu melaksanakan PMK
 Mempunyai kemampuan fisik dan mental
 Siap pakaian (baju dengan kancing depan)
 Kain panjang untuk menahan bayi
 Kuku harus bersih dan tidak diperkenankan menggunakan cat
kuku
i. Perawatan Metode kanguru
 Bayi yang telah dinyatakan sehat oleh dr SpA, dan infuse telah
dilepas, sudah tidak memakai alat bantu nafas, dan dipersiapkan
untuk pulang
 Perawat membuat kontrak waktu dengan ibu/keluarga bayi
 Ibu/keluarga bayi datang pada jam yang telah ditentukan oleh
perawat
 Perawat melakukan identifikasi dengan ibu/keluarga dengan
menunjukkan KTP/SIM
 Ibu/keluarga bayi diberikan informasi mengenai pelayanan PMK,
setelah setuju maka ibu/keluarga menandatangani inform concent
 Petugas memberikan edukasi kepada ibu/keluarga bayi mengenai
pelaksanaan PMK
 Ibu/keluarga serta petugas melakukan cuci tangan sesuai dengan
prosedur
 Petugas melatih kepada ibu/keluarga untuk melakukan PMK
terutama mengenai posisi bayi, cara menyusui dan personal
hygiene
 Setelah ibu/keluarga dilatih maka dilakukan uji coba penerapan
PMK
 Petugas mengobservasi terhadap bayi dan ibu/keluarga selama
melaksanakan perawatan PMK
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
Pemenuhan logistik dengan metode perencanaan yaitu seminggu sekali. Logistik
meliputi : ATK, penunjang keperawatan, linen, barang-barang non medis diminta
setiap satu minggu sekali, sedangkan obat obatan dan alkes(diminta setiap
hari).Alat medis dimintakan sesuai program.
B. Permintaan & pengadaan
1. Permintaan barang Medis
a. Permintaan barang Medis dilakukan ke bagian pembelian medis, dengan
form permintaan barang
b. Pengadaan barang Medis dipesan melalui satu pintu oleh bagian
pembelian medis setelah barang diterima kemudian didistribusikan ke
bagian unit kerja yang membutuhkan.
2. Permintaan barang Non Medis
a. Permintaan barang dilakukan ke bagian Gudang Non Medis dengan form
permintaan barang
b. Pengadaan barang dipesan melalui satu pintu oleh bagian gudang Non
Medis, setelah barang diterima kemudian didistribusikan ke unit kerja
yang membutuhkan
Permintaan barang ke gudang Non Medis dapat dilaksanakan pada hari
selasa
C. Monitoring & evaluasi
Permintaan penggunaan bahan habis pakai dan obat menggunakan buku
inventaris. Setiap kali pemakaian dicatat pada buku dan awal bulan dilakukan
stok opname dengan bagian akounting dan dilaporkan sebagai laporan bulanan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dibawah ini cara penerapan 6 sasaran keselamatan pasien di ruang rawat inap.

Sasaran 1 : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Setiap petugas harus melakukan Identifikasi terhadap pasien secara benar yaitu
dengan cara menanyakan nama pasien dan tanggal lahir atau alamat, kemudian
petugas mencocokkan dengan gelang identitas yang dipakai pasien. Adapaun
identifikasi dilakukan petugas saat
a. Petugas akan memberikan obat baik obat oral maupun obat injeksi
b. Memberikan transfusi baik darah maupun produk darah
c. Mengambil sampel darah maupun spesimen
d. Petugas akan melakukan prosedur tindakan kepada pasien
Identifikasi dilakukan untuk menghindari terjadinya kejadian salah pasien yang
akan mengakibatkan salah tindakan ,salah hasil interpretasi dll.
Untuk pasien bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit Bumi Waras akan
menggunakan 2 gelang identitas sesuai dengan jenis kelamin bayi, gelang 1 dengan
menggunakan stiker ibu bayi dan dipasang pada kaki kanan. Setelah didaftarkan ke
pendaftaran untuk mendapatkan no RM bayi akan mendapatkan gelang ke 2,
kemudian dipasangkan dengan stiker bayi di tangan kanan.
Bayi yang datang dari UGD akan mendapatkan gelang sesuai dengan identitas
bayi tersebut

Sasaran 2 ; PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Bahwa untuk mendapatkan keakuratan informasi dalam proses serah terima pasien
,petugas menggunakan tehnik SBAR dan CBAK .
a. SBAR
Digunakan saat serah terima pasien,dan melaporkan kondisi pasien kepada dokter
S: Menyebutkan situasi atau keadaan dari pasien
B: Menyebutkan latar belakang dari keadaan pasien tersebut
A: Menyebutkan kesimpulan dari keadaan pasien tersebut
R: Meminta rekomendasi atau instruksi dari dokter atau penerima laporan

b. CBAK
Adalah cara saat petugas menerima instruksi yaitu dengan cara menulis, kemudian
membaca ulang dan konfirmasi.
Hal ini harus dilakukan supaya tidak ada instruksi yang keliru

Sasaran 3 : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI
1. Elektrolit pekat sebaiknya tidak disimpan dalam unit perawatan pasien kecuali di
Kamar Bedah, Kamar Bersalin, ICU,HDN,UGD , dibutuhkan secara klinis sesuai
kebijakan RS
2. Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label “High
Alert” yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas
3. Obat – obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi (High Alert) :
a. Elektrolit pekat
 Ca Gluconas 100mg/10ml
 KCl 7,46%
 Meylon / Na Bicarbonat 8,4%
 MgSO4 40%
 NaCl 3%
b. LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip), misalnya :
 Bactecyn caps – Cespan caps (Rupa obat Mirip)
 Rhinofed tab – Vometa FT tab (Rupa obat Mirip)
 Asam Mefenamat tab – Asam Traneksamat (Ucapan Obat Mirip)
 Fenris syr – Ferris syr (Ucapan Obat Mirip)
4. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran
5. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA / NORUM
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat memberi atau menerima
instruksi
7. Tempat penyimpanan obat harus selalu dalam keadaan terkunci, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Untuk tempat penyimpanan obat narkotika harus memiliki 2 pintu
dengan kunci yang berbeda
b. Obat – obat narkotika dan psikotropika harus ditangani dan
didokumentasikan menurut Undang – Undang
c. Untuk obat yang masuk kategori High Alert harus berada dalam tempat
khusus dengan diberi label “High Alert”
d. Semua kejadian Medication Error baik yang “telah tejadi atau hampir
terjadi” harus dilaporkan sesuai prosedur
8. Dalam pemberian obat kepada pasien, semua Perawat harus memenuhi prinsip –
prinsip 6 benar :
a. Benar pasien (Right Patient)
 Gunakan minimal 2 identitas
 Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis
 Anamnesis riwayat alergi
 Anamnesis kehamilan / menyusui
 Anamnesis lemgkap riwayat obat / penggunaan obat saat ini dan buat
daftar obat – obat tersebut
 Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan di rumah
 Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan
tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten (double check)
b. Benar obat (Right Medication)
 Beri label semua obat dan tempat obat
c. Benar dosis (Right Dose)
 Dosis obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
dihitung dan dicek oleh dua orang yang kompeten (double check)
 Jika ragu, konsultasikan dengan dokter penulis resep
d. Benar cara pemberian (Right Rute)
 Cara pemberian obat harus sesuai jenis sediaan obat
e. Benar waktu (Right Time)
 Sesuai waktu yang ditentukan : sebelum makan, setelah makan,
saat makan
 Perhatikan waktu pemberian :
3 x sehari  tiap 8 jam
2 x sehari  tiap 12 jam
i. x sehari  tiap 24 jam

f. Benar dokumentasi (Right Documentation)


 Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat
harus didokumentasikan
 Setelah memberikan obat, langsung diparaf dan diberi nama siapa
yang memberikan obat tersebur
 Setiap perubahan jenis / dosis / jadwal / cara pemberian obat harus
diberi nama dan paraf yang mengubahnya
 Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan : efek
samping obat (ESO) dicatat pada Formulir Pelaporan Efek
Samping Obat
 Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)  laporkan
kepada Tim PMKP
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)  laporkan
kepada Tim PMKP

Sasaran 4 : KEPASTIAN TEPAT LOKASI,TEPAT PROSEDUR,TEPAT


PASIEN OPERASI
a. Menggunakan tanda yang mudah dikenali garis panah minimal 5 cm (
) untuk lokasi operasi dan mengikut sertakan pasien dalam proses
penandaan
b. Menggunakan ceklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat,
prosedur yang tepat dan pasien yang tepat sebelum operasi dan seluruh
dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia benar dan berfungsi
c. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur Time
Out, sesaat sebelum prosedur operasi dimulai

Sasaran 5 : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tanggung jawab pada
personil dan dokter,adapun kewaspadaan standar yang harus dilakukan :
1. Menjaga kebersihan tangan dengan melakukan 5 moment cuci tangan yaitu:
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan prosedur invasif
3) Setelah kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
2. Menggunakan alkohol/ Handrub/Gel (tanpa air ) bila tangan tidak tampak kotor
sebagai pengganti kebersihan tangan dengan menggunakan air

Sasaran 6 : PENGURANGAN RISIKO CIDERA AKIBAT PASIEN JATUH

a. Setiap pasien yang di rawat dilakukan asesmen awal resiko jatuh mulai dari UGD
b. Semua pasien anak < 5 tahun, geriatri >60 th, pasien ICU, pasien HDN, pasien
Peristi, adalah pasien berisiko jatuh, tidak dilakukan penilaian, tidak dilakukan
pemasangan gelang tetapi langsung dilakukan intervensi

c. Asesmen ulang resiko jatuh dilakukan di ruang rawat inap atau jika terjadi
perubahan kondisi klinis pasien.
d. setiap pasien dengan resiko jatuh dipasang gelang berwarna kuning yang
bergambar perawat atau keluarga menurut keadaan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Penanganan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja yang terjadi dari karyawan berangkat dari rumah ke
tempat kerja, kejadian di tempat kerja dan dalam perjalanan dari tempat kerja ke
rumah denagn rute yang sama. Bila terjadi kecelakaan kerja karyawan yang
bersangkutan/keluarga karyawan/rekan kerja melaporkan kepada kepala unit
kerja terkait untuk seterusnya dilaporkan ke bagian SDM paling lambat dalam
waktu 2x24 jam. Penanganan kecelakaan akibat kerja dilakukan di UGD RSMR.
Apabila kecelakaan terjadi diluar RS maka penanganan dapat dilakukan
dipelayanan kesehatan terdekat untuk selanjutnya ditangani atau dirujuk ke RS
Bumi Waras.

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Jenis – jenis APD yang dibutuhkan oleh TIM PONEK:
1. Pelindung kepala ( Head protection )
Pelindung kepala digunakan untuk melindungi kepala dari kontaminasi dan
juga dapat mencegah kotoran rambut mengenai tubuh pasien seperti pada
saat tindakan operatif.
2. Pelindung mata ( eye protection )
Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan darah
maupun cairan tubuh dari pasien. Misal pada persalinan, kuretage maupun
operasi, dll.
3. Pelindung tangan ( hand protection )
Pelindung tangan yang digunakan petugas ada beberapa macam, antara
lain :
 Sarung tangan pendek
Sarung tangan pendek digunakan untuk tindakan – tindakan yang
tidak beresiko mengenai daerah tangan sampai siku. Misal :
Tindakan VT, tindakan curettage, dll.
 Sarung tangan panjang
Sarung tangan panjang digunakan untuk tindakan yang beresiko
terkena cairan tubuh pasien pada daerah tangan sampai siku. Misal :
Tindakan manual plasenta, tindakan persalinan.
 Sarung tangan panjang instrument
Sarung tangan panjang instrument digunakan untuk tindakan
pembersihan instrument yang sudah terkontaminasi cairan tubuh
pasien.
4. Pelindung pernafasan ( respiratory protection )
Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi petugas dari penularan
penyakit via droplet dan juga melindungi pasien dari penularan penyakit.
Pada kasus pasien yang mengidap TBC aktif, Varicella, flu, dll.
5. Sepatu Industrial ( Industrial footwear )
Sepatu ini digunakan untuk melindungi petugas dari paparan cairan tubuh
pasien yang dapat menularkan penyakit. Karena tidak selalu tubuh petugas
dalam kondisi yang prima,adakalanya petugas memiliki luka yang dapat
menjadi media penularan penyakit.
6. Pakaian pelindung ( protection clothing )
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi petugas dari cairan tubuh
pasien.

C. Program Pemeriksaan Kesehatan


1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan sebelum karyawan bekerja di
rumah sakit meliputi : pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin, HbSAg,
urine rutin, pemeriksaan kimia darah, kehamilan(khusus wanita) EKG,
rontgen foto thorak, dan TKMI (khusus dokter umum, dokter gigi, dan
dokter spesialis).
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan
bergabung dengan Rumah Sakit Bumi Waras dan dilakukan dengan tujuan
mempertahankan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Jenis
pemeriksaan berkala disesuaikan dengan jenis jabatan dan kondisi ruang
kerja.
3. Pemeriksaan Kesehatan di Akhir Masa Kerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan
purna tugas
4. Pemeliharan kesehatan karyawan
Merupakam pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kesehatan bagi
karyawan yang sedang sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Alat-alat yang harus dilakukan kalibrasi meliputi syring pump, infus pump,
akutren, pulse oximetry, Inkubator, infant warmer, CPAP, Neopuf, timbangan bayi,
EKG, USG, CTG, Ventilator, dopler, bedside monitor, tensimeter, alat-alat
tersebut dikalibrasi minimal 1 tahun sekali. Kalibrasi dilakukan secara internal
oleh tehnisi elektromedis. Secara eksternal oleh lembaga yang terakreditasi.
Dokumentasi hasil kalibrasi dengan stiker dan dicatat pada kartu pemeliharaan.
B. Preventive Maintenance Alat
Perawatan alat berkala dilakukan dengan cara hand over, dari satu shif ke shif
berikutnya dilakukan pembersihan alat setelah digunakan dikembalikan ke tempat
semula atau tempat penyimpanan. Ada pengecekan harian alat untuk unit dan
secara berkala setiap 2 minggu/3 bulan kecuali yang dilakukan oleh IPSRS dan
didokumentasikan didalam cheklist maintenence dan kartu pemeliharaan alat.
C. Corrective Maintenance Alat
Jika ada alat rusak maka unit mengajukan proses perbaikan kepada bagian
IPSRS dengan menggunakan form perbaikan barang. Jika alat tidak dapat
diperbaiki maka unit mengajukan permintaan pergantian alat atau perbaikan alat
dilakukan oleh vendor. Proses ini didokumentasikan dikartu maintenance.
D. Pendidikan dan Pelatihan staf
1. Mandatory training
a. Basic life suport
b. K3
c. PPI dan hand hygiene
d. Pasien safety
e. Customer cervice
f. Service Ekscellent
g. Mutu
2. Pelatihan lain-lain
a. Manajemen bangsal untuk level kepala bangsal
b. Penatalaksanaan BBLR
c. Clinical Instruktur untuk level pembimbing klinik
d. Resusitasi Neonatus untuk level kepala jaga/perawat senior
e. Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru
f. Managemen Laktasi
g. Konseling Menyusui
h. PPGD ON
i. APN
j. Pelatihan perawat kamar bedah dasar
k. BTCLS
l. Pelatihan anasthesi

ABSTRAKSI DATA INDIKATOR KUNCI

Judul Indikator : Keberhasilan Asi Eksklusif Pada Bayi Lahir Spontan di Ruang Kebidanan
Definisi : Keberhasilan asi eksklusif pada bayi lahir spontan di RS BumiWaras dinilai bi

Operasional lahir spontan hanya mendapat ASI selama perawatan diruang kebidanan denga

mencapai 80%
Bagian/Unit : Kebidanan bagian Neonatus
Person In : Karu Kebidanan

Charge
KebijakanMutu : -
Rasionalisasi : Dengan adanya keberhasilan Asi Eksklusi dapat menurunkan angka kesakitan

bayi serta menjadikan RS yang saying ibu dan bayi


Formula :

Kalkulasi
Numerator : Jumlah bayi lahir spontan di RSBW yang ASI Eksklusif perbulan
Denominator : Jumlah bayi yang lahir spontan di RSBW perbulan
Kriteria Inklusi : Seluruh bayi yang lahir spontan di RS BumiWaras
Kriteria : Bayi yang lahir spontan di luar RSBW dan bayi yang lahir SC

Eksklusi
Metodologi : Concurrent

Pengumpulan

data
TipePengukuran : Proses dan outcome
Sumber Data : Buku pelaporan ASI Eksklusif
Waktu : Paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya

Pelaporan
Frekuensi : Setiap 1 bulan

Pelaporan
Target Kinerja : 80 %
JumlahSampel : Total Populasi
Area : Ruang kebidanan bagian neonatus

Monitoring
Rencana : Melalui rapat bulanan di unit kebidanan

Komunikasi

kestaf
Referensi : SK Dir No. ……… tentang ASI Eksklusif

ABSTRAKSI DATA INDIKATOR KUNCI


RUANG KEMUNING RS BUMI WARAS
Judul Indikator : Penggunaan gelang identitas pada bayi baru lahir spontan dan SC di
Definisi Operasional : Penggunaan gelang identitas pada Bayi lahir spontan dan SC di ruan

mendapatkan perawatan di RS BumiWaras dengan target mencapai


Bagian/Unit : Kebidanan bagian Neonatus
Person In Charge : Karu Kebidanan
KebijakanMutu : -
Rasionalisasi : Dengan penggunaan gelang identitas pada bayi baru lahir dapat men

pemberian therapy, meningkatkan keselamatan pasien serta peningk


Formula Kalkulasi :

Numerator : Jumlah bayi baru lahir spontan dan SC di RSBW yang menggunaka
Denominator : Jumlah bayi yang lahir spontan dan SC di RSBW perbulan
KriteriaInklusi : Seluruh bayi yang lahir di RS Bumi Waras baik lahir spontan maupu
KriteriaEksklusi : Bayi yang lahirdi luar RSBW
MetodologiPengumpulan : Concurrent

data
TipePengukuran : Proses dan outcome
Sumber Data : Buku Laporan Neonatus
WaktuPelaporan : Paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya
FrekuensiPelaporan : Setiap 1 bulan
Target Kinerja : 100 %
JumlahSampel : Total Populasi
Area Monitoring : Ruang kebidanan bagian neonatus
RencanaKomunikasikestaf : Melalui rapat bulanan di unit kebidanan
Referensi : SK Dir No. ……… tentang Sasaran Keselamatan Pasien point 1

ABSTRAKSI DATA INDIKATOR KUNCI


Judul Indikator : Ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien Pre Operasi SC di rua
Definisi Operasional : Ketepatan penggunakan antibiotik sebelum Operasi SC di RS Bumi

dengan indikasi dan sesuai advice dokter yang penggunaannya haru

dalamwaktu 1 bulan.
Bagian/Unit : Kebidanan
Person In Charge : KaruKebidanan
KebijakanMutu : -
Rasionalisasi : Dengan ketepatan dalam pemberian antibiotik sebelum operasi SC d

keselamatan dan kenyamanan pasien


Formula Kalkulasi :

Numerator : Jumlah pasien yang mendapat antibiotik pre operasi sc secara tepat
Denominator : Jumlah seluruh pasien yang operasi sc di RS BumiWaras setiap bula
KriteriaInklusi : Seluruh pasien yang operasi sc di RS BumiWaras
KriteriaEksklusi : Pasien yang partus spontan di RSBW
MetodologiPengumpulan : Concurrent

data
TipePengukuran : Proses dan outcome
Sumber Data : Buku laporan vk
WaktuPelaporan : Paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya
FrekuensiPelaporan : Setiap 1 bulan
Target Kinerja : 70 %
JumlahSampel : Total Populasi
Area Monitoring : Ruang kebidanan
RencanaKomunikasikestaf : Melalui rapat bulanan di unit kebidanan
Referensi : SK Dir No. ……… tentang sasaran keselamatan pasien
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman pelayanan Ruang Kemuning RS Bumi Waras mempunyai


peranan yang penting sebagai pedoman bagi staf keperawatan dan manajemen Rumah
Sakit Bumi Waras dalam memahami organisasi dalam pelayanan keperawatan.

Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak atau staf Rumah Sakit
Bumi Waras kami butuhkan demi kesempurnaan program pengorganisasian ini.
Dengan demikian dapat diharapkan mutu pelayanan keperawatan dapat memberikan
kontribusi yang maksimal demi terwujudnya Rumah Sakit Bumi Waras sebagai
pilihan utama Provinsi Lampung.

Ditetapkan di Bandar Lampung


Pada tanggal : 25 Agustus 2015
Direktur Utama

Dr. Kuswandi, Sp. JP

Anda mungkin juga menyukai