Pertama, kita masuk ke pembahasan mengenai orientasi. Orientasi di sini bermakna sebagai
sebuah proses penyampaian informasi berupa latar belakang organisasi dan sebagainya
kepada para pegawai baru. Minimalnya, orientasi harus bisa mencapai empat hal: Pegawai
baru merasa disambut hangat oleh organisasi dan merasa senang menjadi bagian organisasi,
mereka harus mengerti organisasi secara garis besarnya, mereka harus mengerti apa saja yang
diharapkan dalam hal performa maupun perilaku, serta mereka harus tersosialisasi akan
bagaimana seorang yang merupakan bagian organisasi bertindak dan melakukan sesuatu.
Proses orientasi bermacam-macam, secara ekstrim ada yang prosesnya hanya sebuah diskusi
selama 10 menit saja hingga program panjang yang berlangsung hingga hitungan mingguan.
Dalam proses orientasi, sudah hal yang biasa jika pegawai baru diberikan buku panduan yang
berisikan informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku dan berbagai informasi
lainnya.
Setelah orientasi, kita mengenal ada yang namanya pelatihan. Pelatihan bermakna proses
untuk memberikan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja terhadap pegawai. Pelatihan
memiliki peran kunci dalam manajemen performa, yakni pendekatan terintegrasi dalam
mengelola pegawai, termasuk di dalamnya dalam hal melatih dan memberikan penghargaan
kepada pegawai. Membawa pendekatan manajemen performa ke dalam pelatihan berarti
memberikan pelatihan yang bisa membuat tiap pegawainya mencapai sasaran organisasi.
Mengenai pelatihan, manajer terlebih dahulu harus menganalisis apa saja pelatihan yang
dibutuhkan. Tugas utama di sini adalah menjabarkan sebuah pekerjaan ke dalam bentuk
tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan dalam pekerjaan itu, kemudian bagian pentingnya
adalah memutuskan bentuk pelatihan seperti apa yang sesuai dengan semua itu. Setelah
organisasi sudah memutuskan untuk melatih pegawai dan sudah mengidentifikasi pelatihan
apa yang mereka butuhkan, langkah selanjutnya adalah menyusun program pelatihan.
Berbagai metode pelatihan yang sudah sering dipakai adalah: pelatihan on-the-job, yang
bermakna membiarkan pegawai belajar dengan melakukan langsung pekerjaannya, pelatihan
macam ini juga biasanya dilakukan dengan menaruh seorang ahli yang akan memberikan
contoh maupun instruksi kepada pegawai baru. Metode lainnya adalah pelatihan
apprenticeship yang merupakan proses terstruktur yang menjadikan seseorang terampil
melalui kombinasi pembelajaran dan pelatihan on-the-job. Metode pelatihan lainnya
mencakup pembelajaran informal, pelatihan instruksi pekerjaan, kuliah, pembelajaran
terprogram, pelatihan berbasis audiovisual, pelatihan simulasi, pelatihan berbasis komputer,
pelatihan dengan Electronic Performance Support System(EPSS), yakni perangkat
terkomputerisasi yang mampu mengotomasi pelatihan, dokumentasi, dan dukungan penerima
panggilan otomatis. Masih mengenai metode pelatihan, ada juga pelatihan berbasis internet,
serta e-learning. Tentu pada praktiknya, masih ada banyak metode pelatihan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu di sini.
Terahir, setelah melaksanakan pelatihan, tentu kita juga ingin mengukur apakah pelatihan
yang kita selenggarakan sudah terbilang sukses atau belum. Untuk itu, ada empat kategori
dasar yang bisa digunakan untuk mengukur hasil dari pelatihan, yakni: