Anda di halaman 1dari 10

Program (Jenis ) Pelatihan

On the job training

OJT atau singkatan dari On the Job Training adalah sebuah pelatihan yang diperuntukkan bagi karyawan
oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Karyawan yang mengikuti OJT selain karyawan baru juga yang
mengalami pergantian divisi. Bentuk pelatihan yang dikenal dengan on the job training ini adalah suatu
cara pelatihan tentang pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi yang dibutuhkan oleh karyawan dalam
melakukan suatu pekerjaan khusus di tempat kerja.

Walaupun on the job training dan management trainee secara umum nampaknya sama, namun keduanya
berbeda. Management trainee adalah suatu proses pelatihan untuk pegawai agar bisa mencapai posisi
manajerial. Sedangkan on the job training adalah pelatihan yang diberikan pada karyawan baru agar bisa
mengerjakan tugasnya dengan baik.

Tujuan On The Job Training

Ada 3 aspek penting yang menjadi tujuan dilaksanakannya on the job training. Berikut penjelasan lengkap
ketiga aspek tersebut.

Pengetahuan (Knowledge)

On the job training memiliki tujuan utama untuk memberikan pengetahuan yang cukup kepada karyawan
mengenai tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Dengan ini, karyawan dapat memberikan performa yang
maksimal dalam posisi yang menjadi tanggung jawabnya.

Perilaku (Attitude)

Selain pengetahuan, on the job training diharapkan dapat membuat karyawan memiliki sikap dan perilaku
yang penuh inovasi dan motivasi. Salah satu cara perusahaan menilai motivasi kerjanya adalah dengan
mencatat presensi karyawan.

Keterampilan (Skill)

Tentunya, on the job training juga diharapkan dapat meningkatkan dan menyesuaikan keterampilan yang
dimiliki karyawan dengan bidang pekerjaannya.
Bentuk On The Job TrainingTerdapat beberapa bentuk on the job training yang biasa diterapkan oleh

perusahaan, antara lain:

1. Coaching

Jenis pelatihan ini adalah pelatihan metode one to one yang bertujuan agar karyawan yang mengikuti
pelatihan bisa mendapat jawaban pertanyaannya dari instruksi seniornya

2. Mentoring

Suatu bentuk pelatihan pada karyawan yang berada dalam jenjang manajerial, yang mana seniornya akan
memberikan instruksi khusus pada bawahan langsung untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Sama seperti
coaching, metode ini merupakan bentuk pelatihan one-to-one, yang mana manajer akan dianggap sebagai
mentor pada bawahan dan membimbingnya dalam kondisi yang sulit.

3. Job rotation

Tujuannya tentu agar membuat Anda lebih paham tentang latar pekerjaan lain di perusahaan tersebut. Hal
tersebut nantinya akan membuat Anda untuk tidak bosan karena melakukan pekerjaan yang sama terus
menerus. Selain itu, Anda juga bisa mengembangkan hubungan dengan orang lain di dalam perusahaan
tersebut.

4. Instruksional pekerjaan

Dengan adanya pelatihan ini, maka seorang pelatih akan bisa merancang suatu program latihannya sendiri.
Sehingga, Anda akan diberikan instruksi untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan instruksi tersebut. Anda
akan dipersilahkan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan keahlian Anda. Dalam akhir sesi latihan,
Anda akan diminta untuk memberikan feedback dan diberikan izin untuk bertanya terkait hal apapun yang
muncul di dalam program pelatihan tersebut.

5. Understudy

Pelatihan ini diberikan oleh atasan kepada bawahan yang selanjutnya akan menjadi asistennya. Biasanya,
bentuk pelatihan ini akan diberikan pada pegawai yang akan menggantikan atasan saat atasan tersebut
pensiun atau akan mendapatkan promosi jabatan yang lebih tinggi.

6. Apprenticeship

Pelatihan ini menggabungkan teori dan praktik serta banyak digunakan pada usaha manufaktur,
perdagangan ataupun teknikal yang perlu pelatihan jangka panjang untuk membentuk tenaga professional.

Lebih dari itu, OJT juga akan langsung melatih karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sehingga,
hal tersebut akan membuat pelatihan langsung terfokus secara lebih maksimal.

Manfaat On The Job Training


OJT banyak diterapkan di berbagai perusahaan karena memberikan banyak manfaat bagi perusahaan dan
juga karyawannya. Adapun beberapa manfaat OJT, antara lain:

 Meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan.


 Mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan banyak waktu dan tempat untuk melakukan
pelatihan.
 OJT dapat dilaksanakan secara bersamaan saat karyawa mengerjakan pekerjaannya.
 Lebih efektif dalam melatih karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaannya.
 Membantu karyawan baru untuk cepat beradaptasi.
 Dapat menjadi sarana team-building antara karyawan baru dengan karyawan lama.

Meski dinilai sangat bermanfaat, akan tetapi terdapat kelebihan dan kekurangan On the Job Training (OJT)
yang bisa dijadikan pertimbangan sebelum menyeleggarakannya.

Kelebihan On the Job Training (OJT)

OJT memiliki beberapa kelebihan yang menguntungkan bagi perusahaan. Kelebihan yang dimaksud
diantaranya:

1. Dengan adanya OJT dapat meminimalkan human error

2. Lebih memotivasi karyawan, karena pelatihan yang diberikan relevan dengan deskripsi pekerjaan

3. Karyawan bisa langsung melakukan praktik kerja sembari mengikuti pelatihan, bukan sekedar simulasi

4. Lebih mudah dijadwalkan karena sifatnya informal

5. Tidak memangkas jam kerja, karena pelatihan diberikan sembari karyawan bekerja seperti biasa. Sehingga
tidak mempengaruhi produktivitas perusahaan

6. Budget yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pelatihan cukup ringan, keseluruhan fasilitas dari
internal perusahaan

7. Tidak memerlukan pembimbing dari luar, melainkan karyawan senior di kantor

8. Relasi antar karyawan dan juga pembimbing lebih erat dan baik

Kekurangan On the Job Training (OJT)

Selain kelebihan, On the Job Training (OJT) juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya maupun
hasilnya. Adapun kekurangan tersebut meliputi:

1. Akibat pelatih atau pembimbing bukan tenaga profesional, maka terkadang pelatihan tidak fokus
2. Pelatihan dan praktik kerja yang dilakukan beriringan, terkadang membuat karyawan melewatkan
beberapa materi pelatihan

3. Kemungkinan karyawan terbebani karena harus bekerja sekaligus mengikuti pelatihan, sehingga motivasi
kerja justru kian berkurang.

Of the job training

Pengertian off the job training adalah sebuah pelatihan bagi para karyawan perusahaan yang
dipusatkan pada sebuah tempat yang jauh dari tempat kerja mereka. Para karyawan ini akan dilatih oleh ahli
profesional (trainer) yang sudah berpengalaman di bidangnya.

Melalui metode off the job training, para karyawan akan dilatih dengan berbagai macam materi, seperti
pengetahuan dan keterampilan kerja, studi kasus, praktik kepemimpinan, dan juga kerja dalam tim. Biasanya
off the job training dilakukan di perguruan tinggi atau tempat pusat pelatihan.

Selain off the job training, metode lain yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan tingkat
profesionalitas karyawannya yaitu menggunakan metode on the job training. Berikut ini perbedaan on the job
training dan off the job training.

Sifat Training

Salah satu perbedaan antara off the job training dan on the job training adalah sifat dari training/pelatihannya.
On the job training akan dipimpin langsung oleh atas perusahaan atau manajer di tempat kerja. Pelatihan
yang karyawan dapatkan adalah hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan tugas yang menjadi
tanggungjawab nantinya. Tujuannya adalah agar karyawan lebih cepat beradaptasi dan semakin mahir
mengerjakan bagiannya. Biasanya on the job training diperuntukan bagi karyawan baru di perusahaan
tersebut.

Lokasi

Selain itu, salah satu perbedaan lain antara off the job training dan on the job training, yakni lokasi pelatihan.
Berbeda dengan off the job training, on the job training langsung dilaksanakan di perusahaan tempat kita
bekerja. Sehingga pelatihan yang dilakukan tidak jauh dari lokasi tempat kerja seperti halnya dengan off the
job training.
Biaya
Kemudian, hal yang mencolok tentang perbedaan off the job training dan on the job training yaitu
mengenai biaya yang dikeluarkan. Karena on the job training dilakukan di perusahaan langsung, biaya
yang dikeluarkan biasanya akan lebih kecil dibandingkan dengan metode off the job training. Dengan kata
lain, on the job training tidak memerlukan biaya lagi untuk sewa tempat dan transportasi.

Instruktor
Perbedaan yang terakhir adalah tentang instruktur atau trainer. Pada off the job training akan
menggunakan instruktur dari luar perusahaan atau mereka berasal dari pusat pelatihan profesional.
Sedangkan metode on the job training menggunakan instruktur dari dalam perusahaan. Dengan kata lain,
para instruktur ini berasal dari kalangan senior seperti, staff senior, direktur, manajer, HR, serta kepala
divisi.

Metode of the job training

1. Bermain Peran

Metode bermain peran secara umum mengajak para peserta training untuk memainkan peran yang berbeda
ketika menghadapi suatu tantangan tertentu yang diberikan oleh trainernya. Manfaat off the job training
dengan menggunakan metode ini akan memberikan suatu perspektif baru dari berbagai sudut pandang.
Sehingga diharapkan para peserta training bisa menyelesaikan masalah-masalah di tempat kerja dengan tepat
dan cepat.

2. Studi Kasus

Pada metode ini, pelatih akan memberikan beberapa kasus yang bersifat fakta (berhubungan dengan dunia
kerja) atau bersifat hipotesis. Melalui metode off the job training ini, para peserta akan diberikan tugas untuk
menganalisis setiap kasus yang diberikan dengan cermat dan teliti.

Tujuannya adalah untuk mengasah keterampilan berpikir dan juga meningkatkan keterampilan
mengungkapkan gagasan terkait kasus. Hal ini sangat penting ketika para peserta diperhadapkan dengan
kasus-kasus nyata di tempat mereka bekerja. Dengan adanya studi kasus, para peserta akan terlatih dalam
mengambil keputusan dan bertindak dengan pertimbangan yang matang.
3. Vestibule Training (Pelatihan secara teknik)

Vestibule training sangat diperlukan untuk pengembangan keahlian para peserta. Teknik pelatihan ini
biasanya menggunakan mesin atau alat yang serupa dengan alat-alat yang ada di tempat kerja.

Contoh metode off the job training ini adalah ketika perusahaan membeli mesin atau alat baru, para karyawan
yang akan bertanggungjawab mengoperasikan alat baru tersebut perlu dilatih terlebih dahulu oleh seorang
trainer yang profesional. Tujuannya agar mereka ke depannya bisa mengoperasikan alat tersebut sehingga
dapat meminimalisir kerugian yang akan terjadi.

4. Simulasi

Penggunaan alat atau mesin yang mahal dan memiliki resiko tinggi di tempat kerja sangat perlu diperhatikan.
Maka dari itu, off the job training menjadi kesempatan bagi para peserta untuk mensimulasikan cara kerja
alat atau mesin tersebut harus dengan baik dan benar.

Contoh off the job training menggunakan metode simulasi yaitu penggunaan pesawat terbang. Seorang pilot
yang kelak menerbangkan sebuah pesawat harus menjalani pelatihan bagaimana cara menerbangkan pesawat
dengan benar. Keuntungan lain dari simulasi ini juga dapat mereduksi biaya pelatihan dan mengurangi resiko
kecelakaan kerja.

5. Perkuliahan

Untuk mengembangkan tingkat manajemen pekerjaan para peserta, perkuliahan di kelas menjadi pilihan yang
sering digunakan oleh para pelatih dalam memberikan wawasan kepada peserta training. Training dengan
mengikuti kelas perkuliahan biasanya sudah dikemas dalam beberapa topik bahasan yang sudah berurutan.

Pada kesempatan off the job training ini, peserta akan memiliki keleluasaan bertanya tentang masalah
administratif dan manajemen pekerjaan mereka kepada orang yang sudah profesional dibidangnya. Sehingga
peserta semakin memiliki kepekaan yang lebih baik dalam mengatur pekerjaannya setelah selesai pelatihan.
6. Permainan

Membangun sebuah tim kerja yang baik selama training penting bagi pengembangan profesional para
peserta. Salah satu metode off the job training yang cocok untuk membangun kerja tim adalah permainan.

Melalui aktivitas permainan, pelatih akan memberikan tantangan kepada peserta untuk dipecahkan baik
secara individu dan kelompok. Kekompakan peserta di dalam kelompok sangat menentukan keberhasilan
mereka dalam melalui fase demi fase permainan. Umumnya, melalui permainan, para peserta akan dilatih
beberapa hal berkaitan dengan dunia kerja mereka, seperti kepemimpinan, kerja tim, logika, manajemen,
serta kecepatan.

Kelebihan
 Membawa Masuk Perspektif Lain:

Jika sebuah perusahaan menginginkan para karyawannya untuk berinovasi, off the job training
merupakan salah satu pelatihan yang tepat untuk hal ini. Belajar dari para profesional di luar
perusahaan sangatlah baik bagi para karyawan untuk belajar perspektif baru sebanyak-banyaknya.

Hal ini nantinya akan berpengaruh baik ketika mereka kembali ke tempat kerja atau dunia nyata.
Dengan bekal dari off the job training, para karyawan bisa menawarkan inovasi atau ide baru dalam
menyelesaikan permasalahan di tempat kerja.
 Belajar dari Para Profesional Luar:

Untuk meningkatkan keahlian para karyawan, mendapatkan ilmu dan pengalaman dari para
profesional di luar perusahaan merupakan kesempatan yang sangat baik buat pertumbuhan
perusahaan itu sendiri.

Pada umumnya, ada banyak pelatih profesional dari luar yang menguasai bidang-bidang khusus
yang berelasi dengan jenis pekerjaan setiap karyawan. Metode off the job training menawarkan
pelatihan yang berkualitas baik bagi para peserta.
 Konsentrasi Tinggi:

Off the job training tidak langsung akan menjauhkan mereka dari distraksi pekerjaan di kantor.
Sehingga mereka dapat memiliki fokus yang baik dalam belajar selama proses pelatihan
berlangsung. Dengan kata lain, manfaat off the job training adalah para peserta bisa menyerap
materi pelatihan dengan lebih baik sehingga dapat diaplikasikan pada pekerjaan mereka di
perusahaan.
 Menurunkan Pergantian Karyawan:

Keuntungan lain yang bisa didapatkan dari metode off the job training adalah bisa meminimalisir
karyawan-karyawan yang buruk pekerjaannya. Dengan adanya off the job training, keahlian
mereka akan dilatih sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan perusahaan. Jika
rata-rata karyawan sudah memiliki tingkat keprofesionalan yang baik, secara otomatis akan
menurunkan pergantian karyawan di dalam periode waktu tertentu.

Kekurangan
 Boros Biaya:

Ketika karyawan mengikuti sebuah off the job training, perusahaan tidak hanya membayar biaya
yang dikeluarkan untuk dapat pengetahuan dari para profesional. Perusahaan juga akan
mengeluarkan biaya untuk penyediaan hal-hal lain, seperti makanan, transportasi, modul pelatihan,
dan alat-alat pendukung pelatihan.
 Kehilangan Jam Kerja:

Salah satu kekurangan lain jika perusahaan ingin karyawan mengikuti metode off the job training
yakni karyawan secara otomatis tidak mengerjakan pekerjaan kantornya karena pelatihan dilakukan
di luar perusahaan. Hal ini bisa berdampak pada penumpukan pekerjaan kantor atau pelimpahan
tugas kepada karyawan lain yang tidak mengikuti training.
 Materi yang Kurang Relevan:

Off the job training tidak menutup kemungkinan bagi karyawan untuk mengikuti pelatihan agar
dapat menjauhi rutinitas kantor. Hal ini bisa berakibat buruk jika mereka hanya memenuhi
keinginan mereka sendiri tanpa tujuan untuk perusahaan. Sebagai hasilnya, materi yang dipelajari
bisa tidak sesuai dengan tujuan perusahaan.

Cara Menyusun off the job training


1. Perencanaan

Susunlah poin-poin kualifikasi yang perlu dikuasai oleh karyawan selama mengikuti pelatihan. Hal ini
bertujuan agar para karyawan yang menjadi peserta bisa sungguh-sungguh mengikuti pelatihan dengan benar.
Selain itu, jumlah peserta yang akan ikut training perlu diperhatikan juga agar mereka tidak terganggu
konsentrasinya serta pembagian pekerjaan kantor tetap bisa ditangani dengan baik.

2. Diskusikan dengan Manager

Agar mendapatkan persetujuan dan masukan yang baik, rencana off the job training perlu didiskusikan
dengan para pimpinan seperti manajer perusahaan. Sebab manajer banyak tahu tentang jenis pelatihan apa
yang cocok untuk setiap departemen atau divisi di dalam perusahaan tersebut. Mereka juga memiliki banyak
informasi tentang pelatih-pelatih di luar yang handal dibidangnya.

3. Implementasi

Setelah perencanaan off the job training sudah matang, saatnya satu per satu rencana tersebut
diimplementasikan. Dalam implementasi, semua karyawan yang sudah ditetapkan harus mengikuti pelatihan
sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mereka akan mendapatkan banyak wawasan yang maksimal.

4. Monitoring

Selama off the job training berlangsung, pihak HRD perlu memantau para karyawannya dari setiap proses
demi proses training. Hal ini dilakukan untuk memastikan seberapa jauh kemampuan para karyawan
menerima materi pelatihan serta bagaimana perkembangan yang mereka tunjukan selama pelatihan
berlangsung. Selain itu, monitoring juga dilakukan untuk memastikan kebutuhan para karyawan tetap
terpenuhi selama pelatihan.
5. Evaluasi

Tahap terakhir yang dilakukan adalah evaluasi. Melalui evaluasi, HRD bisa mengetahui seberapa jauh
karyawannya mengerti materi-materi dari off the job training serta bagaimana karyawan juga
mengimplementasi hasil pelatihan di dalam perusahaan. Selain itu, melalui evaluasi, HRD bisa menerima
masukan-masukan dari para karyawan untuk pelaksanaan training yang lebih baik kedepannya.

Kesimpulan
 Pengertian off the job training adalah sebuah pelatihan bagi para karyawan perusahaan yang
dipusatkan pada sebuah tempat yang jauh dari tempat kerja mereka.

 Metode untuk melaksanakan off the job training bermacam-macam dan bisa disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan.

 Off the job training memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.

 Untuk mendapatkan hasil yang maksimal melalui off the job training, pihak HRD perlu menyusun
program training secara matang.

Anda mungkin juga menyukai