Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan Fisik, Laboratorium, dan Penunjang Malaria

PEMICU 2. Demam tinggi dengan periode menggigil dan banyak


berkeringat
Nn. J , 26 tahun, berobat ke RSUI dengan keluhan pusing, demam, sakit
tenggorok sejak 3 hari yang lalu. Demam sudah dirasakan 5 hari,
dirasakan naik turun, didahului periode menggigil dan diikuti dengan
demam tinggi, dan mengalami banyak berkeringat. Demam disertai batuk
pilek. Pasien juga mengeluh nyeri di perut, mual dan muntah, makan tidak
selera. Pasien tinggal di daerah endemis malaria (Papua) dan sudah
pernah sakit malaria 3 kali, diberikan terapi tetapi tidak dilakukan
pemeriksaan kembali. Pasien juga mengalami diare, BAB 3 kali sehari,
sejak 3 hari yang lalu dengan riwayat makan pedas, dan BAK warna
kuning. Pasien baru pindah 2 minggu di Depok karena diterima sebagai
mahasiswa UI.
● Dari pemeriksaan fisis, pasien tampak sakit sedang, kesadaran
baik, FN 124 kali/menit, FP 22 kali/menit, Suhu 38,5 °C dan TD
97/69 mmHg.
● Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
● Lidah: Typhoid tongue (-)
● Paru: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-)
● Jantung: BJ 1-2 reguler
● Perut: hepar tidak teraba, nyeri tekan ringan di seluruh lapangan
perut, splenomegaly SII
● Ekstremitas: edema (-/-), petechie (-/-)
● Pemeriksaan laboratorium darah tepi: Hb=9,5 (N: 12-15) g/dl,
Leukosit 5.080 (N: 4000-10.000) /ul, Hitung jenis
0,1/0,8/90,9/7,5/0,7; Ht= 28,2 (N: 36-46)%, Trombosit = 135.000 (N:
150.000-410.000)/uL.

I. Pendahuluan

Keluhan yang dialami oleh Nn. J berusia 26 tahun diduga malaria. Ciri
khas dari malaria yang paling menonjol adalah adanya demam dengan
periode menggigil, demam tinggi, berkeringat, pusing, mual dan muntah,
nyeri perut, diare, dan splenomegaly. Gejala lain yang menyertai yaitu
adanya sakit tenggorokan dan batuk pilek. Akan tetapi, hal tersebut perlu
dipastikan kembali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan penunjang malaria.

II. Isi

Algoritma Deteksi Dini Malaria.1

Diagnosis Malaria

● Diagnosis klinis (berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik)

A. Anamnesis
Gejala utama pada malaria adalah demam dengan menggigil, berkeringat,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal, dan dapat disertai
sakit kepala. Hal-hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah :1,2
1. Tanyakan keluhan atau gejala yang dialami oleh pasien
- Malaria ringan -> demam, menggigil, dan berkeringat,
terutama pada pasien yang mengalami siklus tersebut yang
berulang-ulang. Keluhan lain seperti mual dan muntah,
diare, sakit kepala, nyeri otot, pegal-pegal.1,2
- Malaria berat -> demam yang sangat tinggi, penurunan
kesadaran, kebingungan, tanda-tanda neurologis, telapak
tangan pucat dan ikterik, konjungtiva pucat, oliguria, urin
berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever), kejang,
sangat lemah (prostration), gangguan pernapasan, anemia
berat, gagal ginjal, dan malaria serebral (koma). Dokter
umum yang menemukan pasien malaria berat atau dengan
komplikasi wajib merujuk ke spesialis.1,2,3
a. Gangguan pernapasan
Pasien dengan malaria dapat mengalami asidosis
metabolik, gangguan pernapasan, dan edema paru.
Tanda-tanda sindrom hyperpneic malaria meliputi alar
flaring, retraksi dada (interkostal atau subkostal),
penggunaan otot aksesori untuk pernapasan, atau
pernapasan dalam yang tidak normal.3

b. Anemia berat
Anemia yang berhubungan dengan malaria bersifat
multifaktorial. Bisa karena infeksi eritrosit dan hilangnya sel
darah merah yang terinfeksi, bisa juga karena supresi
sumsum tulang, atau hal yang lainnya.3

c. Gagal ginjal
Gagal ginjal menjadi komplikasi langka dari infeksi
malaria. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada
mikrovaskulatur di korteks ginjal dan menyebabkan gagal
ginjal oliguria. Sebagian besar, gagal ginjal bersifat
reversibel, tetapi tetap diperlukan dialisis suportif hingga
fungsi ginjal pulih. Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi P.
malariae kronis menyebabkan sindrom nefrotik.3

d. Cerebral Malaria atau Malaria Otak


Dapat terjadi koma. Koma biasanya dapat dibedakan
dari keadaan postiktal sekunder akibat kejang umum apabila
pasien tidak sadar kembali setelah 30 menit. Saat evaluasi
pasien malaria dengan koma, maka infeksi SSP dan
hipoglikemia harus disingkirkan.3

2. Riwayat sakit malaria/riwayat demam


3. Riwayat mengkonsumsi obat malaria
4. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
5. Riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria
6. Riwayat transfusi darah

B. Pemeriksaan Fisik
Temuan klinis yang biasanya dijumpai oleh penderita malaria pada saat
pemeriksaan fisik adalah :1,2
1. Demam (suhu tubuh aksila ≥ 37,5 °C)
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Pembesaran limpa (splenomegali)
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
5. Sklera ikterik
6. Manifestasi malaria berat

● Diagnosis Laboratorium
Diagnosis pasti malaria ditegakkan dengan ditemukannya parasit malaria
dalam darah.1

A. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan menggunakan mikroskop menjadi gold standard
(standar baku) pada malaria. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara membuat sediaan darah (SD) tebal dan tipis. Akan tetapi,
kekurangan SD yaitu sangat mengandalkan keahlian pemeriksa
dan sensitivitasnya rendah apabila parasitemia nya rendah (<100
parasit dalam 1 mikro liter darah). SD tebal dan tipis menggunakan
spesimen darah pasien dan kemudian diwarnai dengan pewarnaan
Romanovsky (paling sering Giemsa). Setelah itu, ditetesi minyak
imersi dan diperiksa dengan lensa objektif 100X. Apabila pewarna
Giemsa tidak ada, maka bisa menggunakan pewarnaan Wright.
Akan tetapi, kekurangan wright adalah sulit untuk identifikasi
spesies malaria.1,4

Tanda panah menunjukkan parasit Plasmodium falciparum yang menginfeksi


beberapa sel darah merah pasien.4

Tujuan pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis yaitu :1


a. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
b. Spesies dan stadium Plasmodium
c. Menghitung persentase sel darah merah pasien yang terinfeksi
parasit malaria.4
d. Kepadatan parasit :
1) Semi Kuantitatif
(-) : tidak ada parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar
(+) : ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB

Hubungan kepadatan parasit dengan mortalitas :


- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, mortalitas nya < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000/ul, mortalitas nya > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, mortalitas nya > 50 %
2) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikroliter darah pada sediaan
darah tebal (leukosit) atau darah tipis (eritrosit).
Contoh :
- Apabila ditemukan 1500 parasit per 200 leukosit,
sedangkan jumlah leukosit 8.000/uL, maka hitung parasit
= 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.
- Apabila ditemukan 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%.
Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit =
4.500.000/1000 X 50 = 225.000 parasit/uL.

Perbedaan Sediaan Darah Tebal dan Tipis5,6


1. Hapusan darah tebal
Hasil tertinggi yang didapatkan pada parasit apabila darah
diambil selama atau segera setelah demam, tetapi hapusan
darah ini tidak boleh ditunda hingga terjadi demam. Hapusan
darah tebal 20 kali lebih sensitif dibandingkan hapusan tipis,
tetapi sulit untuk identifikasi spesies. Parasitemia dapat dihitung
berdasarkan jumlah sel darah merah yang terinfeksi. Hapusan
darah ini merupakan tes kuantitatif.5

Pemeriksaan SD tebal menampilkan gambaran berupa


sisa-sisa leukosit, trombosit, dan eritrosit. Gambaran leukosit
dan trombosit pada SD tebal mirip dengan SD tipis, tetapi
ukurannya lebih kecil. SD tebal terdiri dari sejumlah besar
eritrosit yang lisis dan saling menumpuk. Hal itu dikarenakan air
dari zat warna Giemsa akan melisiskan isi eritrosit tersebut.
Hemoglobin adalah komponen utama eritrosit. Oleh karena itu,
proses ini disebut hemoglobinisasi. Hal ini dapat terlihat apabila
kita meletakkan SD tebal dalam bak pewarnaan berisi air.
Selama 1-2 menit, warna merah dari hemoglobin akan lepas
dari SD tebal dan warna berubah menjadi pucat dan jernih.6
2. Hapusan darah tipis
Hapusan darah tipis kurang sensitif dibandingkan hapusan
tebal, tetapi dapat mengidentifikasi spesies malaria yang
berbeda. Tes ini merupakan tes kualitatif.5

SD Tebal dan Tipis.6

Pembuatan Sediaan Darah6

Pembuatan Sediaan Darah.6


1. Tangan kiri pasien dihadapkan pada posisi telapak tangan ke atas.
2. Pilih jari manis atau jari tengah (pada bayi <6 bulan darah diambil
dari tumit dan bayi usia 6-12 bulan diambil dari ujung ibu jari kaki).
3. Sterilkan jari dengan kapas alkohol agar bersih dari minyak dan
kotoran yang menempel pada jari tersebut.
4. Setelah kering, tekan jari yang dipilih agar darah banyak terkumpul
di ujung jari.

Pembuatan Sediaan Darah.6


5. Tusuk jari di bagian ujung (agak di pinggir, dekat kuku) secara
cepat menggunakan lancet.
6. Darah yang pertama keluar dibersihkan dengan kapas kering,
untuk menghilangkan sisa alkohol dan bekuan darah.
7. Tekan ujung jari lagi hingga darah keluar, ambil kaca objek bersih
(kaca objek dipegang di bagian tepinya). Posisi object glass berada
di bawah jari tersebut.
8. Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2μl) di bagian tengah kaca objek
untuk SD tipis dan kemudian teteskan 2-3 tetes kecil darah (+ 6μl)
di bagian ujung untuk SD tebal.

Pembuatan Sediaan Darah.6


9. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.
10. Letakkan kaca objek tersebut di permukaan yang rata.
11. Untuk membuat SD tipis, ambil kaca objek baru (kaca objek kedua)
tetapi bukan cover glass. Tempelkan ujungnya pada tetes darah
kecil hingga darah tersebut menyebar sepanjang kaca objek .

Pembuatan Sediaan Darah.6


12. Pada sudut 45 derajat, geser kaca objek yang ke 2 tersebut dengan
cepat ke arah yang berlawanan dengan tetesan darah tebal di kaca
objek pertama, sehingga didapatkan sediaan hapus (bentuknya
seperti lidah).
13. Untuk SD tebal, ujung kaca objek ke 2 ditempelkan pada tiga tetes
darah tebal. Darah dibuat homogen dengan memutar ujung object
glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan berdiameter 1
cm.

Pembuatan Sediaan Darah.6


14. Kaca objek kemudian diberi label/etiket pada bagian ujungnya yang
dekat sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau
object glass frosted. Pada label dituliskan KODE/INISIAL
NAMA/TANGGAL PEMBUATAN.

Pembuatan Sediaan Darah.6


15. SD kemudian dikeringkan secara perlahan-lahan di tempat yang
datar. Lebih baik tidak menggunakan lampu (termasuk lampu
mikroskop) dan hair dryer karena nanti membuat SD menjadi retak
dan akhirnya mempengaruhi hasil pemeriksaan. untuk
mengeringkan SD dapat menggunakan kipas angin dengan
kekuatan kecil.
16. Saat dikeringkan, SD harus bebas dari debu, panas, gangguan
serangga (lalat, semut, kecoa, dll), kelembaban yang tinggi dan
getaran.
17. Setelah kering, darah tersebut segera diwarnai. Paling lambat yaitu
dalam waktu 24 jam.

Kesalahan pada pembuatan sediaan darah6


1. Jumlah darah terlalu banyak, sehingga warna SD tebal menjadi
terlalu biru/gelap. Parasit malaria pada SD tebal sulit dilihat karena
terlalu banyak leukosit. Demikian juga pada SD tipis, bertumpuknya
eritrosit membuat parasit sulit dilihat.

Kesalahan Pembuatan Sediaan Darah.6


2. Jumlah darah terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang
diperlukan untuk menyatakan bahwa SD tersebut negatif.

Kesalahan Pembuatan Sediaan Darah.6


3. SD berlemak atau kotor. Hal ini akan menyulitkan pemeriksaan.
Selain itu saat diwarnai, sebagian SD tebal dapat terlepas.
Kesalahan Pembuatan Sediaan Darah.6
4. Ujung kaca objek ke 2 yang bergerigi atau terlalu tajam yang
membuat penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.

Kesalahan Pembuatan Sediaan Darah.6


5. SD tebal yang terletak di ujung kaca objek dapat menyulitkan
pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak
bisa digeser).

Kesalahan Pembuatan Sediaan Darah.6

Pewarnaan Sediaan Darah6


1. SD tipis yang sudah kering difiksasi menggunakan methanol.
Jangan sampai terkena SD tebal.
2. Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas.
3. Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 cc giemsa stock
dan 97cc larutan buffer.
4. Tuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh
permukaan object glass. Biarkan 30-45 menit.
5. Tuang air bersih secara perlahan-lahan dari tepi kaca objek hingga
larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan
keringkan SD. Setelah kering, SD kemudian diperiksa.
6. Pada keadaan darurat dapat menggunakan pewarnaan cepat
dengan perbandingan 2:1 (yaitu 2 tetes giemsa stock dan 1 ml
larutan buffer) selama 15 menit. Dalam hal ini pewarnaan standar
tetap dilakukan.

Hasil Pemeriksaan SD Tebal dan Tipis5,7,8


- Eritrosit
Merupakan sel darah paling dominan pada SD tipis.
Normalnya berjumlah sekitar 5 juta/μl darah.
- Leukosit
Berjumlah 6.000-8.000/μl darah.
Leukosit terbagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Leukosit multilobul (PMN = polymorphonuclear)
★ Neutrofil
Jumlah normalnya mencapai 65% dari total leukosit.
Pada kasus malaria, dapat ditemukan pigmen malaria
yang merupakan sisa-sisa parasit yang difagositosis
oleh neutrofil.
★ Eosinofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 1-4% dari
total leukosit.
★ Basofil
Basofil berjumlah <1% dari total leukosit.
2. Leukosit non-multilobul
★ Monosit
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 2-10 % dari
total leukosit. Monosit dapat memfagositosis parasit
malaria.
★ Limfosit
Limfosit berjumlah 20-45% dari total leukosit.

- Trombosit/Platelets
Jumlah normalnya 150 – 400 ribu/μl darah. Pada kasus
malaria, terjadi penurunan jumlah trombosit yaitu
trombositopenia pada 50-68% pasien.5 Jumlah Trombosit
rendah pada infeksi malaria disebabkan karena selama
infeksi terjadi, terdapat kehilangan dari eritrosit.7

- Hemoglobin (Hb)
Pada kasus malaria, terjadi penurunan pada 25% pasien.5
Penurunan kadar hemoglobin disebabkan penghancuran sel
darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria.7
Hemoglobin adalah molekul dalam eritrosit yang mengangkut
oksigen ke jaringan.8

- Hematokrit (Ht)

Hematokrit adalah proporsi eritrosit dalam darah lengkap.


Nilai hematokrit merupakan volume semua eritrosit dalam
100 mL darah yang dinyatakan dalam persen (%). Pada
penderita malaria nilai hematokrit mengalami penurunan.
Penurunan nilai hematokrit ini dikarenakan oleh pecahnya
eritrosit pada infeksi malaria.9

B. Deteksi antigen
Deteksi antigen dilakukan dengan cara tes imunokromatografi atau
disebut juga dengan Rapid Diagnostic Test atau RDT yang memberikan
hasil cepat yaitu setelah 2-15 menit. Tes ini mudah dilakukan. RDT
digunakan pada kondisi gawat darurat, saat terjadi KLB, dan di daerah
terpencil yang fasilitasnya kurang memadai. RDT dapat digunakan untuk
identifikasi P. falciparum dan non P. Falciparum dengan mendeteksi
histidine-rich protein 2 (PfHRP-2) atau P. falciparum-specific parasite
lactate dehydrogenase (Pf-pLDH).1,2,5

Hasil yang dapat ditunjukkan oleh RDT adalah :2

RDT.2
Kekurangan RDT :4,5,10
- Kurang efektif mendeteksi apabila jumlah parasit malaria nya
rendah (kurang dari 100-200 parasit/mL darah)
- Sensitivitasnya kurang dari mikroskopis
- Sensitivitasnya rendah untuk mendeteksi P.ovale, P.malaria,
P.knowlesi (hanya dapat membedakan P. falciparum dan non P.
Falciparum) -> tidak bisa spesifik
- Tidak bisa melihat stadium parasit
- Tidak bisa membedakan kepadatan parasit (apakah ini infeksi nya
berat atau ringan)
- Harus dipastikan hasilnya dengan mikroskop. Mikroskop berguna
untuk menentukan spesies malaria yang terdeteksi oleh RDT dan
untuk mengukur proporsi sel darah merah yang terinfeksi
- Tidak bisa digunakan untuk evaluasi pengobatan karena setelah
pengobatan, antigen masih dapat bersirkulasi (RDT dapat
mengalami positif palsu hingga 2 minggu atau lebih setelah
pengobatan karena persistensi antigen yang bersirkulasi)
- Lebih mahal
- Tidak stabil pada penyimpanan di suhu ruangan

C. Deteksi Antibodi atau Tes Serologi


Dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi parasit malaria. Tes serologi
dilakukan menggunakan indirect immunofluorescence assay (IFA) atau
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tes serologi dapat
mendeteksi infeksi terdahulu, tetapi tidak dapat mendeteksi infeksi yang
sedang terjadi. Selain itu, tes serologis tidak praktis untuk diagnosis rutin
malaria akut karena membutuhkan waktu untuk pembentukan antibodi
dan juga persistensi antibodi.2,4

Indirect Fluorescent Antibody (IFA) Test.4


IFA dapat bertujuan untuk menentukan apakah pasien pernah terinfeksi
Plasmodium. Fluoresensi menunjukkan bahwa serum pasien yang diuji
mengandung antibodi yang bereaksi dengan antigen. Slide diperiksa
dengan mikroskop fluoresensi, dan reaksi positif menandakan bahwa
terdapat parasit yang berpendar warna hijau apel.4
● Diagnosis Molekuler
Dilakukan dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR) untuk
mendeteksi asam nukleat pada P. falciparum. PCR berguna untuk
konfirmasi spesies parasit malaria setelah diagnosis mikroskopis.2 PCR
dapat dilakukan apabila jumlah spesies parasit Plasmodium nya rendah.
PCR lebih sensitif dibandingkan hapusan darah, tetapi lebih mahal.1,5

● Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat diperlukan pemeriksaan
penunjang, seperti :1
1. Penghitungan jumlah leukosit dan trombosit
2. Pengukuran hemoglobin dan hematokrit
3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT,
alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan
kalium, analisis gas darah)
4. Urinalisis
5. Imaging
Radiografi dada digunakan apabila terdapat gejala pernapasan.
Apabila yang muncul adalah gejala SSP, maka dapat dibantu
dengan CT Scan untuk evaluasi edema serebral atau perdarahan.5
6. Pungsi lumbal
Apabila terdapat perubahan status mental pada pasien, serta hasil
hapusan darah tepi nya positif, maka perlu untuk dilakukan pungsi
lumbal untuk menyingkirkan bakteri meningitis.5

Alur Penemuan Penderita Malaria.1

III. Penutup
Kesimpulan Anamnesis & Pemeriksaan Fisik :
● Terdapat keluhan malaria yaitu demam (38,5 °C sudah ≥ 37,5 °C)
dengan periode menggigil, demam tinggi, berkeringat, demam
disertai batuk pilek, pusing, mual dan muntah, nyeri perut, diare,
dan splenomegaly SII (pembesaran limpa), tidak ada sklera ikterik
● Terdapat riwayat sakit malaria 3 kali
● Terdapat riwayat tinggal di daerah endemis malaria (Papua)
● Terdapat riwayat pernah mengkonsumsi obat malaria tetapi tidak
dilakukan pemeriksaan kembali
● Pasien tampak sakit sedang
● Kesadaran baik (tidak terdapat penurunan kesadaran)
● FN 124 kali/menit -> (usia 26-35 tahun, N: 95-170x/menit) -> Nn. J ,
berusia 26 tahun (normal)
● FP 22 kali/menit -> meningkat sedikit (N: 12-20x/menit)
● TD 97/69 mmHg -> menurun (N:120/80 mmHg)
● Malaria dan demam tifoid sama-sama ditandai dengan adanya
demam. Akan tetapi, diagnosis demam tifoid dapat disingkirkan
pada kasus karena hasil typhoid tongue (-). Typhoid tongue
menjadi ciri dari demam tifoid.
● Paru: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-)
- Vesikuler (+/+) -> suara paru normal, inspirium > ekspirium
serta lebih jelas
- Ronkhi (-/-) -> pasien mengalami demam disertai batuk pilek,
tetapi tidak terdapat penyumbatan jalan napas akibat lendir
sehingga hasil ronkhi (-/-).

Kesimpulan Pemeriksaan Mikroskopis :


➢ Hemoglobin (Hb) pada malaria menurun = 9,5 (N: 12-15) g/dl
➢ Trombositopenia (menurun) = 135.000 (N: 150.000-410.000)/uL
➢ Hematokrit (Ht) pada malaria menurun = 28,2 (N: 36-46)%
➢ Jumlah leukosit normal = 5.080 (N: 4000-10.000) /ul
➢ Hitung jenis leukosit 0,1/0,8/90,9/7,5/0,7 :8
a. Basofil 0,1 -> normal
N: 0-1%
b. Eosinofil 0,8 -> menurun
N: 1-3%
c. Neutrofil 90,9 -> meningkat
Neutrofil batang (N: 2-6%)
Neutrofil segmen (N: 50-70%)
d. Limfosit 7,5 -> menurun
N: 20-40%
e. Monosit 0,7 -> menurun
N: 2-8%

Penelitian di Thailand-Myanmar, mengungkapkan bahwa jumlah basofil,


eosinofil, limfosit, monosit semuanya menurun secara signifikan pada
pasien malaria falciparum dan malaria vivax. Sedangkan, jumlah neutrofil
biasanya lebih tinggi.11

Kesimpulan Keseluruhan :
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien
mengalami malaria ringan. Hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan
laboratorium. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis dini (sediaan darah
tebal & tipis, RDT, PCR, atau pemeriksaan penunjang lainnya) dan
pengobatan yang tepat agar tidak terjadi malaria berat.
Referensi

1. Kementerian Kesehatan. Pedoman tatalaksana malaria [Internet]. [Place


unknown]: Kementerian Kesehatan RI; 2013 [cited 2023 Apr 8]. Available
from:
https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2017/03/bn128-2013la
mp.pdf
2. Media Aesculapius FKUI. Malaria [Internet]. Depok: Media Aesculapius
FKUI; 2020 Mar 24 [cited 2023 Apr 8]. Available from:
https://beranisehat.com/malaria/
3. Herchline TE. Malaria clinical presentation [Internet]. [Place unknown]:
Medscape; 2020 Jun 3 [cited 2023 Apr 8]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/221134-clinical?icd=login_succes
s_gg_match_norm&isSocialFTC=true#b3
4. CDC. Malaria diagnostic tests [Internet]. US: CDC; 2023 Jan 12 [cited
2023 Apr 8]. Available from:
https://www.cdc.gov/malaria/diagnosis_treatment/diagnostic_tools.html
5. Herchline TE. Malaria workup [Internet]. [Place unknown]: Medscape;
2020 Jun 3 [cited 2023 Apr 8]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/221134-workup#c7
6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman teknis pemeriksaan parasit
malaria. Jakarta: Bakti Husada Kemenkes RI; 2011 Nov [2023 Apr 8].
7. Isnaini H, Kristinawati E, Rohmi R. Kadar hemoglobin dan jumlah
trombosit terhadap positivitas malaria di puskesmas meninting dan
gunung sari lombok barat [Internet]. JAMBS. 2018 [cited 2023 Apr
8];5(2):103-13. Available from:
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/114
8. FKUI. Buku panduan praktikum modul infeksi tropis 2022-2023. Depok:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2023 Mar 27 [cited 2023 Apr
8].
9. Rani. Gambaran nilai hematokrit pada penderita malaria tahun 2016-2021
(studi literatur) [Internet]. Poltekkes Kemenkes Palembang. 2021 [cited
2023 Apr 8]:1-35. Available from:
https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/2959
10. Djuardi Y. Pemeriksaan laboratorium parasitologi pada penyakit infeksi
[unpublished lecture notes]. Modul Infeksi Imunologi. Depok: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; lecture given 2023 Apr 5.
11. Kotepui M, Phunphuech B, Phiwklam N, Chupeerach C, Duangmano S.
Effect of malarial infection on haematological parameters in population
near Thailand-Myanmar border [Internet]. Malaria J. 2014 June 5 [cited
2023 Apr 8];13:218. doi: https://doi.org/10.1186/1475-2875-13-218

Anda mungkin juga menyukai