Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis banding

1. Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD


a. Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yag
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh syok.
b. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
Flavivirus. Virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci,
anjing, kelelawar dan primata. Penelitian atropoda menunjukkan virus dengue dapat
bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomyia) dan Toxorhynchites.
c. Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Pada umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis
selama 2-3 hari (tidak demam tetapi memiliki risiko syok jika tidak mendapat
pengobatan)
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin (haemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan
darah tepi)
- Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ketiga dpaat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
- Trombosit: umumnya trombositopenia pada hari ke 3-8
- Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
- Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT,APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah
- Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
- SGOT/SGPT: dapat meningkat
- Ureum, kreatinin: dilakukan jika terjadi gangguan fungsi ginjal
- Imuno serologi
IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai mingguke-3, menghilang
setelah 60-90 hari
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2

Pemeriksaan radiologis: didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan

Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG

2. Malaria
a. Definisi: infeksi parasite yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah
b. Etiologi: malaria disebabkan oleh plasmodium yang menginfeksi eritrosit.
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium yang menyebabkan
malaria tertian (benign malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan
malaria tropika (malignan malaria)
c. Manifestasi klinis
- Manifestasi umum malaria
Karakteristik malaria: demam periodik, anemia dan splenomegali.
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa keleduan,
malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan
tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang
dingin. Gejala klasik (Trias Malaria):
1) Periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering memakai
selimut, saat menggigil seluruh badan bergetar dan gigi-gigi terantuk, diikuti
meningkatnya suhu
2) Periode panas: muka merah, nadi cepat, panas badan tetap tinggi beberapa
jam, diikuti dengan keadaan berkeringat
3) Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature turun dan
penderita merasa sehat.
d. Pemeriksaan penunjang
- Tetesan preparat darah
Menghitung jumlah parasite pada tetes tebal per 200 leukosit. Bila leukosit
10.000/µl maka hitung parasitnya ialah jumlah parasitdikalikan 50 merupakan
jumlah parasite per mikro-liter darah.
- Tetesan darah tepi
Untuk mengidentifikasi jenis plasmodium. Kepadatan parasite dinyatakan sebagai
hitung parasite (parasite count), dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
mengandung parasite per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasite > 100.000/µl
darah menandakan infeksi yang berat.
- Tes antigen: P-F test
Digunakan untuk mendeteksi antigen P. Falciparum. Optimal dapat mendeteksi 0-
200 parasit/ µl darah dan dapat membedakan apakah infeksi P. Falciparum atau P.
vivax.
- Tes serologi
Digunakan untuk mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada
keadaan parasite sangat minimal. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan
test >1:20 dinyatakan positif.
3. Demam tifoid
a. Definisi:
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh salmonella typhi
b. Etiologi:
Demam tifoid disebabkan oleh salmonella typhi (S. typhi) dan salmonella paratyphi
(S. paratyphi)
c. Manifestasi klinis:
Minggu pertama: gejala seperti infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Pemeriksaan fisik: suhu badan meningkat. Demam meningkat pada sore atau malam
hari
Minggu kedua: gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah
yang berselaput, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,
stupor, koma, delirium, atau psikosis.
d. Pemeriksaan penunjang:
- Pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia. Leukositosis
dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Dapat ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia. Laju Endap Darah dapat meningkat
- SGOT dan SGPT seringkali meningkat
- Uji Widal
Dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. typhi.
- Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil
negative tidak menyingkirkan demam tifoid.

Anda mungkin juga menyukai