Oleh Kelompok 3 :
Kelas X IPS 1
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti
Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian,
Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752.
Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali
disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan
menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan
Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti
ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan
Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut
oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Sailendra
berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra.
Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan
berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia
bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap
sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Sedangkan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang
dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian.Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram
Kuno dan Kediri ini, antara lain :
1. Bagaimana latar belakang lahirnya kerajaan?
2. Kapan berdirinya kerajaan dan tahun berdiri kerajaan?
3. Siapa pendiri kerajaan dan raja peratama?
4. Apa saja sumber sejarah kerajaan?
5. Kapan berkembangnya kerajaan?
6. Sebab – sebab berkembangnya kerajaan?
7. Sebab mundur dan hancurnya kerajaan?
8. Apa saja peninggalan kerajaan ?
9. Apa saja hikmah dan nilai yang bisa di ambil dari kerajaan tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya kerajaan mataram kuno dan Kediri
2. Untuk mengetahui berdiri kerajaan matram kuno dan Kediri
3. Untuk mengetahui pendiri kerajaan mataram kuno dan Kediri
4. Untuk mengetahui sumber sejarah kerajaan mataram kuno dan Kediri
5. Untuyk mengetahui perkembangan sejarah kerajaan mataram kuno dan Kediri
6. Untuk mengetahui sebab perkembangan kerajaan mataram kuno dan Kediri
7. Untuk mengetahui sebab mundur dan hancurnya kerajaan mataram kuno dan Kediri
8. Untuk mengetahui peninggalan kerajaan mataram kuno dan Kediri
9. Untuk mengetahui hikmah dan nilai yang bias diambil dari kerajaan mataram kuno dan
Kediri
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan matram kuno ini berdiri pada tahun 732 M. Kerajaan ini berdiri di desa
Canggal (sebelah barat Magelang) pada saat itu di dirikan sebuah lingga di atas sebuah bukit
di daerah Kunjarakunja yang didirikam oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya disebuah
Pulau Mulia Jawa Dwipa yang dimana daerah ini merupakan daerah yang kaya raya akan
hasil bumi terutama padi dan emas.
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja sesudahnya
memakai gelar Sri Maharaja.
b. Samaratungga
Samaratungga adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar
tahun 812—833. Smaratungga terkenal karena selama masa pemerintahannya, dia
memprakarsai pembangunan monumen candi Borobudur yang merupakan candi
terbesar agama Buddha di indonesia dan di dunia. Samaratungga menikahi Dewi Tara,
putri penguasa kerajaan Sriwijaya yang bernama Dharmasetu, yang menciptakan
aliansi politik yang erat antara Mataram Kuno dan Sriwijaya.
c. Rakai Pikatan
Rakai Pikatan adalah adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah
sekitar tahun 838—850. Dia dikenal karena jasanya membangun candi Prambanan,
yang merupakan candi agama Hindu yang didedikasikan untuk Dewa Siwa.
Prambanan merupakan candi agama Hindu terbesar di Indonesia.
Rakai Pikatan menikahi putri Pramodhawardhani, putri raja Samaratunga. Pikatan
merebut tahta Mataram Kuno dari saudara iparnya Balaputra, dan memaksa Balaputra
pindah ke Sriwijaya.
d. Mpu Sindok
Mpu Sindok adalah adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar
tahun 929–947. Mpu Sindok terkenal karena memindahkan pusat kerajaan dari lembah
Gunung Merapi di Jawa Tengah ke lembah Sungai Brantas di Jawa Timur.
C. Berakhirnya Kerajaan
1. Sebab mundurnya dan hancur kerajaan mataran kuno
a. Wafatnya Raja Sanna sehingga kerajaan Mataram menjadi pecah dan kebingungan.
b. Pernikahan Raja Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu
yang kontroversial sehingga menimbulkan berbagai pemberontakan.
c. Serangan dari Raja Wurawari yang bekerja sama dengan Sriwijaya saat Raja
Airlangga berada di Jawa meminang putri Dharmawangsa.
d. Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi yang terletak di Borobudur, Magelang,
Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Budha yang didirikan pada pemerintahan
wangsa Syailendra. Para pendiri candi ini menganut kepercayaan Budha Mahayana.
Para peneliti memperkirakan candi Borobudur ini didirikan pada tahun 800-an
masehi.
e. Candi Pawon
Candi Pawon merupakan candi yang terletak di antara Candi Mendut dan Candi
Borobudur. Dalam bahasa jawa, pawon memiliki arti dapur. Namun, nama Candi
Pawon bukan berarti bermakna candi dapur. Nama Candi Pawon saat ini masih belum
diketahui asal-usulnya.
4. Hikmah dan nilai yang bias di ambil dari kerajan mataram kuno
a. Hikmah yang dapat diambil yaitu adalah kuatnya toleransi agamanya, contohnya
perkawinan antara Rakai Pikatan yang beragama Hindu dengan Sri Pramowardhani
yang beragama Budha.
D. Kerajaan Kediri
1. Latar belakang kerajaan Kediri
Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan.
Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan, setelah
kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan
dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih payahnya, Medang Kamulan mencapai
kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk
mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga
meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri
Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi
pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir. Untuk menghindari
perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu
kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana Kediri
tetap menjadi kerajaan yang subur dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya
dikarenakan dibayang- bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal
itu menjadikan suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung
terhadap pangeran dan raja – raja antar kedua negara. Namun perseteruan ini berakhir
dengan kekalahan jenggala, kerajaan kembali dipersatukan dibawah kekuasaan Kediri.
b. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah
Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak
memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya
.
c. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya.
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang
sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki
Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh
menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran
sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga
makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.Hasil bumi itu kemudian diangkut ke
kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut
sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan
spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak
tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan
Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa. Jika rakyat kecil hingga saat ini
ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan
beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.
d. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua)
itu, semua makhluk adalah engkau”. Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup
manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan
paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga
segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
e. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang
memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake
Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Tidak diketahui dengan pasti
kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23
Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula
kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring
adalah Sri Gandra
.
f. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti
Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti
nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya
pangkat seseorang dalam istana.
g. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182)
dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185
Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu
Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga
dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.
h. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah
(1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan
Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana.
Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum
Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah
oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana
melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter
(1222 M)
4. Sumber sejarah kerajaan Kediri
a. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada
rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
b. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah
keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
c. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang
memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang
bebas dari pajak.
d. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama
hewan, seperti kebo waruga dan tikus finada.
e. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana
di Katang-katang.
f. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita
Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan
kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua
(1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M)
karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri
pada abad ke-12 dan 13 Masehi.
E. Berkembangnya kerajaan
1. Raja terkenal pada masa kerajaan Kediri
Pada masa kerajaan Kediri yang terkenal adalah Raja Jayabaya karna karya sastra
berkembang pesat dan kemenangan janggalan atas panjalu semasa pemerintahan raja
jayabaya.
2. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri,
Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag
berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga
(Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan
sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang
berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya
dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan
Medang Kamulan. Selama menjadi Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat
memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan
dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu
menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari
Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan
Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab
Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga
Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan
kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya
untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri,
Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu.
Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami
kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi
hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke
wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya
memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter,
pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan
Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.
3. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka
menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog
yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi
Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para
penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai
bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa
Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan
mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud
Syiwa.
4. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan.
Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai
Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama
perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai
Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas,
perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia.
Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa
rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor.
Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini
kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui
Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d. Candi Mirigambar
e. Candi Tuban
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Tuban. Peninggalan
Kediri ini hanya tinggal pondasi saja sehingga keadaannya berkebalikan dengan
Candi Mirigambar. Bahkan peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi Tuban
tersebut telah di timbun dalam tanam karena pembangunannya tidak dapat dilakukan.
Candi Tuban sendiri terletak 500 meter dari lokasi Candi Mirigambar.
a. Prasasti jarring
b. Prasasti kamulan
c. Prasasti galunggung
d. Prasasti talan
e. Prasasti panumbangan
f. Prasasti ngantang
g. Prasasti kertoyoso
h. Prasasti padelegan
i. Prasasti ceker
j. Prasasti sirahketing
Nilai-nilai tersebut menginspirasi kita agar selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan,
seperti halnya kesuksesan yang telah dicapai kerajaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga
(1000-1049). Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga
yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu
(Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya
tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta
Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya
Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu
Kotanya Daha. Samarawijaya sebagai pewaris sah Kerajaan Kediri.
Letak Kerajaan Kediri terdapat di Jawa Timur, berada di sebelah selatan sungai
Brantas, Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.
B. SARAN
Kita sebagai penerima warisan (sejarah) hendaknya kita lebih giat lagi mencari
pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Dengan demikian kita akan bisa
menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang sebagi pemuda-pemudi bangsa sangat
penting memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun Bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA