Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MATARAM KUNO DAN KEDIRI

Oleh Kelompok 3 :

Kelas X IPS 1

Alhamda Aulia Diva


Debi Olivia
Hanifah Istiqomah
Sucy Ramadhani
Riski Diantama R
Riski Ramadhan
Naldika Wirora Nosa

TP. 2019 / 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Kerajaan Mataram Kuno


B. Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
C. Berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno
D. Kerajaan Kediri
E. Berkembangnya Kerajaan Kediri
F. Berakhirnya Kerajaan Kediri

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti
Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian,
Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752.
Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali
disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan
menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan
Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti
ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan
Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut
oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Sailendra
berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra.
Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan
berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia
bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap
sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Sedangkan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang
dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian.Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram
Kuno dan Kediri ini, antara lain :
1. Bagaimana latar belakang lahirnya kerajaan?
2. Kapan berdirinya kerajaan dan tahun berdiri kerajaan?
3. Siapa pendiri kerajaan dan raja peratama?
4. Apa saja sumber sejarah kerajaan?
5. Kapan berkembangnya kerajaan?
6. Sebab – sebab berkembangnya kerajaan?
7. Sebab mundur dan hancurnya kerajaan?
8. Apa saja peninggalan kerajaan ?
9. Apa saja hikmah dan nilai yang bisa di ambil dari kerajaan tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya kerajaan mataram kuno dan Kediri
2. Untuk mengetahui berdiri kerajaan matram kuno dan Kediri
3. Untuk mengetahui pendiri kerajaan mataram kuno dan Kediri
4. Untuk mengetahui sumber sejarah kerajaan mataram kuno dan Kediri
5. Untuyk mengetahui perkembangan sejarah kerajaan mataram kuno dan Kediri
6. Untuk mengetahui sebab perkembangan kerajaan mataram kuno dan Kediri
7. Untuk mengetahui sebab mundur dan hancurnya kerajaan mataram kuno dan Kediri
8. Untuk mengetahui peninggalan kerajaan mataram kuno dan Kediri
9. Untuk mengetahui hikmah dan nilai yang bias diambil dari kerajaan mataram kuno dan
Kediri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Mataram Kuno


1. Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut
Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama
kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau
Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang
merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari
Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian
melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda.
Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai
menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali.
Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk
membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan
Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang
pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
2. Tempat Berdirinya Kerajaan dan Tahun Berdiri Kerajaan

Kerajaan matram kuno ini berdiri pada tahun 732 M. Kerajaan ini berdiri di desa
Canggal (sebelah barat Magelang) pada saat itu di dirikan sebuah lingga di atas sebuah bukit
di daerah Kunjarakunja yang didirikam oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya disebuah
Pulau Mulia Jawa Dwipa yang dimana daerah ini merupakan daerah yang kaya raya akan
hasil bumi terutama padi dan emas.

3. Pendiri Kerajaan dan Raja Peratama


Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:

1. Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)


2. Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10. Mpu Daksa
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14. Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)

Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja sesudahnya
memakai gelar Sri Maharaja.

4. Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu
berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk
Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
a. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka
tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang
isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja
oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja
sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara
perempuan Sanna).
b. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan
pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran
atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan
untuk para Sanggha (umat Budha).
c. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai
Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
d. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh
Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan


candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang
antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi
Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi
Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu
saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

B. Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno


1. Raja yang Terkenal Kerajaan Mataram Kuno
Raja yang terkenal pada masa kerajaan Mataram Kuno :
a. Balitung
Balitung adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar tahun 899-
911 M. Balitung dikenal karena perluasan wilayah kerajaannya. Wilayah Kerajaan
mataram pada masanya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Pada tahun 907
ia menyusun prasasti Mantyasih (juga dikenal sebagai piagam Balitung), yang berisi
daftar raja-raja Mataram Kuno.

b. Samaratungga
Samaratungga adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar
tahun 812—833. Smaratungga terkenal karena selama masa pemerintahannya, dia
memprakarsai pembangunan monumen candi Borobudur yang merupakan candi
terbesar agama Buddha di indonesia dan di dunia. Samaratungga menikahi Dewi Tara,
putri penguasa kerajaan Sriwijaya yang bernama Dharmasetu, yang menciptakan
aliansi politik yang erat antara Mataram Kuno dan Sriwijaya.

c. Rakai Pikatan
Rakai Pikatan adalah adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah
sekitar tahun 838—850. Dia dikenal karena jasanya membangun candi Prambanan,
yang merupakan candi agama Hindu yang didedikasikan untuk Dewa Siwa.
Prambanan merupakan candi agama Hindu terbesar di Indonesia.
Rakai Pikatan menikahi putri Pramodhawardhani, putri raja Samaratunga. Pikatan
merebut tahta Mataram Kuno dari saudara iparnya Balaputra, dan memaksa Balaputra
pindah ke Sriwijaya.

d. Mpu Sindok
Mpu Sindok adalah adalah raja Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar
tahun 929–947. Mpu Sindok terkenal karena memindahkan pusat kerajaan dari lembah
Gunung Merapi di Jawa Tengah ke lembah Sungai Brantas di Jawa Timur.

2. Perkembangan di bidang Sosial


Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Kuno tidak diketahui secara pasti. Namun,
melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa
kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Mataram Kuno sudah teratur. Hal ini dilihat
melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-
royong. Di samping itu, pembuatan candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan
mengkultuskan rajanya.

3. Perkembangan di bidang politik


Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa
Sanjaya ke 9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang berjasa besar
kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja-raja yang memerintah
pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah
a. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung
Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad
ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
b. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi
wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran
dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang
patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama
Candi Kalasan.
c. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau
berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu
menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi
tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah
o Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
o Guru Swadaya, Tuhan
o Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
o Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
d. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan
pesat.
e. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan.
Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga
malam.
f. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah
kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya
dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke
Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan
Candi Roro Jonggrang.
g. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki
gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
h. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan
pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
i. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang
Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
j. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk
menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
k. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan
kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh
Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong
sangat memperhatikan kaum brahmana
l. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal
dalam kancah politik internasional.

4. Perkembangan di bidang Ekonomi


Perekonomian kerajaan Mataram Kuno saat itu bertumpu pada sektor pertanian
karena letaknya yang cukup disebut sebagai pedalaman dan memiliki tanah yang subur.
Berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu
lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur

5. Perkembangan di bidang Budaya


Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab
Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri
beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha
yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik,
ceritanya diambil dari karya sastr Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan
dipadukan dengan budaya Jawa.

6. Sebab sebab berkembangnya kerajaan


a. Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan
b. Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna
mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri
Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan itu.
c. Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
 Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang
sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
 Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi
secara besar-besaran.
 Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu,
yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

C. Berakhirnya Kerajaan
1. Sebab mundurnya dan hancur kerajaan mataran kuno
a. Wafatnya Raja Sanna sehingga kerajaan Mataram menjadi pecah dan kebingungan.
b. Pernikahan Raja Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu
yang kontroversial sehingga menimbulkan berbagai pemberontakan.
c. Serangan dari Raja Wurawari yang bekerja sama dengan Sriwijaya saat Raja
Airlangga berada di Jawa meminang putri Dharmawangsa.

2. Raja terakhir kerajaan mataram kuno


Terjadi beberapa kali pertempuran antara Sriwijaya dan Mataram seperti
pertempuran yang terjadi di daerah Anjukladang (sekarang wilayah Nganjuk, provinsi
Jawa Timur) pertempuran ini di menangkan oleh Mpu Sindok ( yang pada saat itu
memimpin Mataram ).
3. Peninggalan kerajaan mataram kuno yang ada pada saat ini
a. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan merupakan salah satu prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari
kerajaan Mataram Kuno pada tahun 778 masehi. Prasasti ini menggunakan tulisan
dengan huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini ditemukan di
Kecamata Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Saat ini, prasasti ini disimpan di Museum
Nasional, Jakarta.

b. Prasasti Kedu (Mantyasih)


Prasasti Mantyasih atau Prasasti Tembaga Kedu merupakan prasasti peninggalan
Wangsa Sanjaya, kerajaan Mataram Kuno pada tahun 907 masehi. Prasasti ini berisisi
tentang daftar silsilah raja Mataram Kuno sebelum Raja Balitung. Prasasti ini
ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah.

c. Prasasti Ratu Boko


Prasasti Ratu Boko merupakan prasasti yang berisi tentang kekalahan
Balaputeradewa dalam peperangan dengan saudaranya sendiri yaitu
Pramodawardhani. Prasasti ini ditemukan di Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.

d. Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi yang terletak di Borobudur, Magelang,
Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Budha yang didirikan pada pemerintahan
wangsa Syailendra. Para pendiri candi ini menganut kepercayaan Budha Mahayana.
Para peneliti memperkirakan candi Borobudur ini didirikan pada tahun 800-an
masehi.

e. Candi Pawon
Candi Pawon merupakan candi yang terletak di antara Candi Mendut dan Candi
Borobudur. Dalam bahasa jawa, pawon memiliki arti dapur. Namun, nama Candi
Pawon bukan berarti bermakna candi dapur. Nama Candi Pawon saat ini masih belum
diketahui asal-usulnya.

4. Hikmah dan nilai yang bias di ambil dari kerajan mataram kuno
a. Hikmah yang dapat diambil yaitu adalah kuatnya toleransi agamanya, contohnya
perkawinan antara Rakai Pikatan yang beragama Hindu dengan Sri Pramowardhani
yang beragama Budha.

D. Kerajaan Kediri
1. Latar belakang kerajaan Kediri
Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan.
Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan, setelah
kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan
dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih payahnya, Medang Kamulan mencapai
kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk
mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga
meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri
Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi
pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir. Untuk menghindari
perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu
kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana Kediri
tetap menjadi kerajaan yang subur dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya
dikarenakan dibayang- bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal
itu menjadikan suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung
terhadap pangeran dan raja – raja antar kedua negara. Namun perseteruan ini berakhir
dengan kekalahan jenggala, kerajaan kembali dipersatukan dibawah kekuasaan Kediri.

2. Tempat berdirinya kerajaan Kediri


Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah
menjadi jalur pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota
api), yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.
3. Pendiri kerajaan dan raja pertama
a. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah
Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada
rakyat desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari
prasasti itu diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap
masyarakat dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

b. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah
Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak
memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya
.
c. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya.
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang
sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki
Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh
menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran
sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga
makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.Hasil bumi itu kemudian diangkut ke
kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut
sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan
spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak
tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan
Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa. Jika rakyat kecil hingga saat ini
ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan
beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.

d. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua)
itu, semua makhluk adalah engkau”. Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup
manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan
paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga
segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.

e. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang
memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake
Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Tidak diketahui dengan pasti
kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23
Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula
kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring
adalah Sri Gandra
.
f. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti
Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti
nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya
pangkat seseorang dalam istana.

g. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182)
dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185
Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu
Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga
dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.

h. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah
(1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan
Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana.
Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum
Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah
oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana
melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter
(1222 M)
4. Sumber sejarah kerajaan Kediri
a. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada
rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
b. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah
keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
c. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang
memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang
bebas dari pajak.
d. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama
hewan, seperti kebo waruga dan tikus finada.
e. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana
di Katang-katang.
f. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita
Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan
kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua
(1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M)
karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri
pada abad ke-12 dan 13 Masehi.

E. Berkembangnya kerajaan
1. Raja terkenal pada masa kerajaan Kediri
Pada masa kerajaan Kediri yang terkenal adalah Raja Jayabaya karna karya sastra
berkembang pesat dan kemenangan janggalan atas panjalu semasa pemerintahan raja
jayabaya.

2. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri,
Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag
berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga
(Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan
sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang
berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya
dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan
Medang Kamulan. Selama menjadi Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat
memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan
dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu
menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari
Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan
Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab
Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga
Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan
kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya
untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri,
Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu.
Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami
kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi
hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke
wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya
memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter,
pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan
Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.

3. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka
menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog
yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi
Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para
penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai
bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa
Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan
mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud
Syiwa.

4. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan.
Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai
Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama
perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai
Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas,
perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia.
Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa
rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor.
Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini
kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui
Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

5. Kehidupan Sosial Budaya


Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan ‘Kerajaan Kediri sudah
teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan
menjadi tiga golongan sebagai berikut :
a. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam
lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
b. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas
para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
c. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak
mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat.
Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan
Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab
Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan
Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya
terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan
Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

6. Sebab berkembangnya kerajaan Kediri


Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi
besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan
oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang
ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja
Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan
oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan
Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di
bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara
(1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang
selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk
menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan
Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.

F. Berakhirnya kerajaan Kediri


1. Sebab mundur dan hancur kerajaan Kediri
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda
Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya
Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan
memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian
meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga
berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan
Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken
Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan
prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat
itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa
pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah
kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai
Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292
Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang
memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di
masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kediri, namun
hanya bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang
dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
2. Raja terakhir kerajaan Kediri
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di
Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan
minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana
melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter
(1222 M).

3. Peninggalan kerajaan Kediri yang masih ada pada saat ini


a. Candi Gurah

Gambar Candi Gurah


Candi peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah candi gurah.
Peninggalan Kediri ini berada di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Ukuran dari
candi gurah ialah 9 x 9 m. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi gurah
tersebut cukup dekat dengan candi peninggalan dari Kerajaan Kediri yang lain.
Penemuan candi Gurah terletak di lahan Bapak Said pada tahun 1957. Namun pada
saat itu juga ditemukan beberapa arca dan bangunan lainnya.
b. Candi Penataran

Gambar Candi Penataran


Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Penataran.
Peninggalan Kediri ini berada di sebelah utara kota Blitar atau di lereng Gunung
Kelud arah barat daya. Di Jawa Timur terdapat candi terbesar dan terindah bernama
candi Penataran ini. Selain itu adapula beberapa prasasti yang terdapat disekitar
bangunan pada Candi Penataran tersebut. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri
diperkiranan telah dibangun pada abad ke 12 - 14 Masehi menurut pendapat para
peneliti. Pembuatan candi tersebut sudah ada sejak masa pemerintahan Raja
Wikramawardhana yakni Raja Srengga. Candi Penataran memiliki struktur bangunan
batu andesit berupa teras berundak.
Peninggalan Kerajaan Kediri yang berupa candi Penataran tersebut memiliki
corak Hindu. Di kala itu Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi candi Penataran
sebagai candi suci dalam melaksanakan pemujaan Siwa ke Hayang Acalapan sebagai
Girindra. Candi Penataran disebut juga Candi Palah. Di sekitar komplek candi
peninggalan Kediri ini terdapat satu buah prasasti Palah yang dibangun pada tahun
1194. Pembangunan ini dilakukan tahun 1190 - 1200 pada masa pemerintahan Kediri.
Karena adanya prasasti Palah inilah yang membuat Candi Penataran memiliki nama
lain yakni Candi Palah.
c. Candi Tondowongso

Gambar Candi Tondowongso


Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi
Tondowongso. Peninggalan Kediri ini penemuannya di Desa Gayam, Kecamatan
Gurah, Kediri, Jawa Timur pada tahun 2007. Candi Trondowongso memiliki
bentuk dan gaya arca yang pembangunannya sejak abad ke 9 menurut penelitian
yang dilakukan. Pada abad tersebut dikenal sebagai masa perpindahan awal pada
pusat poliik Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Namun pihak pemerintah belum
memperhatikan candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini sehingga terlihat
masih memprihatinkan.

d. Candi Mirigambar

Gambar Candi Mirigambar


Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Mirigambar.
Peninggalan Kediri ini penemuannya di lapangan Desa Mirigambar, Kecamatan
Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Menurut perkiraan para ahli, candi
peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini telah ada sejak tahun 1214 - 1310 Saka.
Candi Mirigambar memiliki struktur bangunan yang berasal dari batu bata merah.
Kemudian pada tahun 1965, candi ini telah mendapat perlindungan dari petinggi
desa Mirigambar sehingga masih dapat dikunjungi sampai sekarang.

e. Candi Tuban
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Tuban. Peninggalan
Kediri ini hanya tinggal pondasi saja sehingga keadaannya berkebalikan dengan
Candi Mirigambar. Bahkan peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi Tuban
tersebut telah di timbun dalam tanam karena pembangunannya tidak dapat dilakukan.
Candi Tuban sendiri terletak 500 meter dari lokasi Candi Mirigambar.

Adapun kitab peninggalan kerajaan Kediri :


a. Kitab kresnayana
b. Kitab gatotkacasraya
c. Kitab baratayuda
d. Kitab sumarasantaka
e. Kitab smaradahana
f. Kitab hariwangsa

Adapun prasasti peninggalan kerajaan Kediri :

a. Prasasti jarring
b. Prasasti kamulan
c. Prasasti galunggung
d. Prasasti talan
e. Prasasti panumbangan
f. Prasasti ngantang
g. Prasasti kertoyoso
h. Prasasti padelegan
i. Prasasti ceker
j. Prasasti sirahketing

4. Hikmah dan nilai yang bias diambil dari kerajaan Kediri :


a. Semangat gotong royong
b. pantang menyerah
c. selalu berusaha.

Nilai-nilai tersebut menginspirasi kita agar selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan,
seperti halnya kesuksesan yang telah dicapai kerajaan tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga
(1000-1049). Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga
yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu
(Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya
tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta
Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya
Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu
Kotanya Daha. Samarawijaya sebagai pewaris sah Kerajaan Kediri.
Letak Kerajaan Kediri terdapat di Jawa Timur, berada di sebelah selatan sungai
Brantas, Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.

B. SARAN
Kita sebagai penerima warisan (sejarah) hendaknya kita lebih giat lagi mencari
pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Dengan demikian kita akan bisa
menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang sebagi pemuda-pemudi bangsa sangat
penting memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun Bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

ITA MASRUROH, 2014 Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN


(Sekunci)

MELI HERLINA,2014 Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Batu


Jaya)

MUHAMMAD ILYAS,2014 WWW.gogle.COM. Rantau Durian I, MA.


BAITUROHMAN (Bangunan)

WASITD,2014 Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Sekunci)

Anda mungkin juga menyukai