MODUL TUTORIAL
Pegangan Tutor
SISTEM RESPIRASI
Penyusun
Tim Sistem Respirasi PSPD FKK UMJ
Modul PBL ini untuk dipergunakan oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2020
KATA PENGANTAR
sistem respirasi.
Di dalam diktat ini terdapat tiga modul Tutorial yang terbagi atas : Modul 1
adalah modul “Batuk“ , didalamnya terdapat 3 skenario masalah batuk dan keluhan
yang berkaitan. Modul ketiga adalah modul “ Sesak Napas”, terdapat 3 skenario
masalah sesak dan keluhan yang berkaitan dengannya. Terima kasih kepada FK
UNHAS khususnya Tim Sistem Respirasi yang memberi ijin untuk mengembangkan
dan menggunakan buku ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
2017
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………….. 2
Selain mematuhi tata tertib umum, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
FKK UMJ harus mematuhi tata tertib rapat pleno seperti dibawah ini :
Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam tata tertib ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana semestinya.
Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran kuliahnya < 75 % dari seluruh jumlah
tatap muka perkuliahan (termasuk diskusi tutorial dan pleno), maka mahasiswa tidak
dapat mengikuti ujian (UTS, UAS, Ujian Teori Sistem).
1. Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat mengikuti
setiap kegiatan akademik.
2. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak
memperoleh pelayanan akademik.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program studinya
(mengisi KRS) pada waktu yang telah ditentukan sesuai kalender akademik
tidak boleh mengikuti segala aktifitas perkuliahan.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap kegiatan.
Bagi mahasiswa yang tidak hadir pleno akan mendapatkan sanksi tegas yang diatur
kemudian.
MODUL
Penyusun:
SISTEM RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Modul ini diberikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester dua yang
merupakan bagian dari pembelajaran Sistem Respirasi. Tujuan pemberian modul ini
adalah untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam menggali ilmu dasar pada
sistem respirasi, dimana pada modul ini diberikan satu skenario yang menunjukkan
suatu gejala normal pada sistem respirasi, yang banyak ditemukan. Mahasiswa
diharapkan mendiskusikan bukan hanya pada inti masalah tapi juga semua hal yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut, yaitu tentang anatomi, histologi,
fisiologi, serta proses biokimia yang terjadi.
Sebelum menggunakan modul ini, tutor dan mahasiswa harus membaca TIU
& TIK terlebih dahulu sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan
pembelajaran dari modul serta tercapainya kompetensi yang diharapkan. Bahan
untuk diskusi dapat diperoleh dari bahan referensi. Kuliah pakar akan diberikan
sebelum PBL, untuk membekali diskusi PBL agar lebih terarah, yang diberikan oleh
masing-masing dosen pemberi kuliah.
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiswa dalam
patomekanisme dan menegakkan diagnosa penyakit sistem respirasi serta
penanganannya.
Tim Penyusun
KASUS
Nina, perempuan, usia 20 tahun, bersama adiknya Tino, laki – laki usia 17 tahun
pergi ke senayan untuk olah raga lari pagi.
Setelah berlari sekitar 200 langkah, Nina sudah lelah dan nafasnya terengah – engah
(cepat dan dalam), sedangkan Tino masih dapat berlari dengan santai
Nina memang tidak biasa berolah raga dan kebetulan pagi itu ia sedang kurang sehat
dan sering bersin.
Sejumlah pelajar kelas 6 sebuah SD di Jakarta berlomba tahan lama menahan napas.
Mereka ingin menunjukkan kemampuannya menahan napas lebih lama, tetapi tidak
satupun yang mampu bertahan lebih dari 60 detik, walaupun ada yang berusaha
menjepit hidungnya.
Tinton, laki-laki usia 25 tahun, seorang penyapu jalan. Tiap hari ia bekerja dalam
suasana jalan yang berdebu. Suatu pagi ia memperhatikan dahak yang
dikeluarkannya pagi hari berwarna coklat. Ia khawatir paru – parunya rusak dan
memeriksakan dirinya ke dokter di Puskesmaa, tidak ada keluhan batuk dan
gangguan suara.
JADWAL KEGIATAN
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah dan tanya
jawab.
Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, dan
membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan.
4. Pertemuan terakhir: dilakukan dalam kelas besar dengan bentuk diskusi panel
untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kelompok dan menanyakan hal-
hal yang belum terjawab pada ahlinya (temu pakar). Dilanjutkan dengan kuliah
pakar untuk memberi penjelasan dan mengisi hal-hal yang belum diungkapkan
FUNGSI RESPIRASI
- Fungsi Ventilasi
- Fungsi Difusi
- Fungsi Perfusi
Inspirasi
• Inspirasi tenang:
– Proses aktif
– Diafragma
– M. interkostalis eksternus
• Inspirasi kuat otot-otot inspirasi tambahan:
– M.sternokleidomastoid
– M. skalenus
Ekspirasi
• Ekspirasi tenang:
– Proses pasif
– Gaya rekoil paru dan dinding toraks
• Ekspirasi kuat:
– Otot-otot abdominal
-- M. interkostalis eksternus
Ventilasi
• Ventilasi paru
– Volume udara keluar atau masuk dalam 1 menit
Isi alun napas (Tidal volume) x frekuensi respirasi
❖ Ruang rugi (dead space)
• Bagian saluran napas yang tidak mengalami pertukaran gas.
Ruang rugi anatomik (Anatomical dead space)
Ruang rugi fisiologik (Physiological dead space)
Rasio ventilasi-perfusi
· Rasio antara ventilasi alveolar (4.2 L/min) dan aliran darah paru (5
L/min)
· Gaya gravitasi menyebabkan darah lebih banyak ke bawah (uneven
matching of ventilation to perfusion)
(tekanan “negatif”)
Surfaktan
• Lapisan campuran lipoprotein yang menurunkan tegangan permukaan
dinding alveolus
• Disekresi oleh sel alveolus tipe II
• Alveolus mengecil lapisan menebal tidak mudah kolap
• Alveolus mengembang lapisan menipis tegangan permukaan ↑
menahan pengembangan lebih lanjut
• 90% tahanan saluran napas (airway resistance): peran trakea dan bronki Ø
tidak banyak berubah R: konstan
• Edema saluran napas atas R ↑↑
• Penampang total bronkioli sekitar 2000 kali trakea R rendah
• Bronkioli dapat menyempit dan kolaps Ø < pengaruhi tahanan saluran
napas
• Tahanan saluran napas ↑ compliance ¯ dispnea
Pengaturan Pernapasan:
Faktor Kimia
Perubahan kadar CO2, O2 dan H+ darah arteri
¯
Kemoreseptor perifer
Kemoreseptor pusat
¯
Perubahan frekuensi dan amplitudo pernapasan
Faktor non-kimia
Terutama: Faktor Saraf (Neural)
• Refleks Hering- Breuer
• Pulmonary Irritant Reflexes (Mechanoreceptor Reflexes)
• Pengaruh Pusat > tinggi:
– Hipotalamus
– Korteks serebrri
• Proprioseptor, baroreseptor, hormon.
Imbangan asam-basa
• Perubahan ventilasi dapat mengoreksi gangguan asam basa.
• Perubahan ventilasi dapat pula menimbulkan gangguan asam-basa
• Reaksi kimia :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3¯
Pegangan Tutor
MODUL
BATUK
Penyusun :
SISTEM RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Modul ini diberikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester dua yang
merupakan bagian dari pembelajaran Sistem Respirasi. Tujuan pemberian modul ini
adalah untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam penanganan penyakit pada
sistem respirasi, dimana pada modul ini diberikan satu skenario yang menunjukkan
suatu gejala klinik dari penyakit sistem respirasi yang banyak ditemukan yaitu batuk.
Mahasiswa diharapkan mendiskusikan bukan hanya pada inti masalah tapi juga
semua hal yang berhubungan dengan permasalahan tersebut, misalnya
patomekanisme penyakit dimana harus juga dibicarakan tentang anatomi, histologi,
fisiologi, serta proses biokimia yang terjadi. Yang dipentingkan disini adalah
bagaimana memecahkan masalah yang diberikan dan bukan diagnosisnya.
Sebelum menggunakan modul ini, tutor dan mahasiswa harus membaca TIU
& TIK terlebih dahulu sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan
pembelajaran dari modul serta tercapainya kompetensi yang diharapkan. Peran
tutor dalam mengarahkan tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi dapat
diperoleh dari bahan perkuliahan yang telah diberikan serta referensi yang diberikan
oleh masing-masing dosen pemberi kuliah.
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiswa dalam
menegakkan diagnosis penyakit sistem respirasi serta bagaimana penanganannya.
Penyusun
MODUL : BATUK
KASUS
SKENARIO 1
SKENARIO 2
Seorang anak perempuan usia 3 thn diantar ibunya ke RS dengan keluhan demam
tinggi, rewel dan sulit tidur sejak semalam. Menurut ibunya dalam 3 bulan terakhir
beberapa kali membawa anaknya ke dokter dengan keluhan batuk dan pilek yang
hilang timbul dan hampir 1 bulan terakhir ini batuk dan pilek anaknya tidak berhenti
yang kadang disertai sesak. Pada saat penimbangan di posyandu bulan lalu BB
anaknya 10 kg.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan otot bantu napas , tidak ditemukan wheezing
tetapi terdapat rhonchi di kedua paru. Orang tua pasien saat menggendong si anak
bajunya terkena dahak anak tersebut yang purulen
SKENARIO 3
Seorang laki laki usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk dengan
dahak sulit keluar sejak 3 minggu yang lalu. Keluhan lain yang dirasakan adalah
demam, suara serak, pilek, bersin dan hidung tersumbat. Pasien juga mengeluhkan
nyeri dada di daerah sternum dan kadang disertai rasa panas.
Keterangan :
- Langkah 1-5 dilakukan dalam diskusi pertama bersama tutor
JADWAL KEGIATAN
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah dan tanya
jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, dan
membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan.
7. Pertemuan terakhir: dilakukan dalam kelas besar dengan bentuk diskusi panel
untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kelompok dan menanyakan hal-
hal yang belum terjawab pada ahlinya (temu pakar). Dapat pula dilanjutkan
dengan kuliah pakar untuk memberi penjelasan dan mengisi hal-hal yang belum
diungkapkan
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Diskusi kelompok tanpa tutor
3. Konsultasi pakar
4. Kuliah khusus dalam kelas
5. Aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan
buku ajar, majallah, slide, tape atau video dan internet
6. Melakukan kegiatan praktikum : anatomi, fisiologi, histology,Patologi
Anatomi, Mikrobiologi, Patologi Klinik dan Gizi
PROBLEM TREE
Penyebab dan
DIAGNOSA BANDING
patomekanisme
Anatomi
Histologi
Mikrobiologi
BATUK
DIAGNOSIS
Epidemiologi Penatalaksanaan
Prevalensi &
Insidens Pengendalian Medikamentosa/non
medikamentosa
- 25 -Sistem Respirasi_Angkatan 2019_April-Mei 2020
Buku Pegangan Tutor
Preventif Promotif
BATUK
Batuk merupakan gejala yang sering dialami oleh manusia, batuk merupakan
suatu inspirasi dalam disertai dengan expirasi kuat dan penutupan glotis
Batuk spontan lebih banyak muncul sebagai suatu fenomena vagal dan karena
sebagian besar dicetuskan oleh struktur yang diinervasi oleh nervus dan cabang-
cabangnya, dalam hal ini termasuk bagian akhir dari orofaring,laring dan saluran
napas bagian bawah.Reseptor refleks batuk tersebar luas mulai dari mukosa hidung,
sinus paranasal, faring, laring, trakea dan bronkus. Bagian paling sensitive untuk
mencetuskan batuk adalah laring dan percabangan trakeobronkial khususnya karina
dan percabangan bronkus.
Reseptor batuk juga terdapat ditelinga, pleura, pericard, diafragma dan
lambung. Dari reseptor-reseptor ini rangsangan dialirkan melalui serabut aferen
n.vagus, n.trigeminus,n.glossofaringeus dan n.frenikus ke pusat batuk di medulla
oblongata. Dari pusat batuk rangsangan diteruskan melalui serabut eferen n.vagus,n.
Secara mekanis batuk terdiri dari empat fase yaitu fase iritasi, fase inspirasi,
fase kompressi ndan fase ekspulsi. Sebagai mekanisme pertahanan, batuk
mempunyai dua fungsi utama yaitu mencegah benda-benda asing memasuki saluran
pernapasan bawah, dan memebersihkan beda asing maupun sekresi yang berlebihan
pada saluran napas bagian bawah.
BRONKITIS AKUT/KRONIK
Bronkitis kronik salah suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam
satu tahunnya dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun.
Pada bronkitis kronik terjadi hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
bronkus, terjadi sekresi mukus yang berlebih dan lebih kental.Terdapat pula
peradangan difus, penambahan sel mononuklear di submukosa trakeobronkial,
metaplasia epitel bronkus dan silia berkurang dan dapat juga terjadi hiperplasia sel
goblet, sel radang di mukosa dan sub mukosa, edema, fibrosis peribronkial,
penyumbatan mukus intra luminal dan penambahan otot polos.
Ada 3 faktor penting yang berpengaruh pada timbulnya bronkitis kronik yaitu
: rokok, infeksi dan polusi, selain itu dapat pula faktor keturunan.
Gambaran klinis :
- batuk yang kadang disertai dahak/ sputum putih/mukoid bila ada infeksi
menjadi purulen atau mukopurulen yang kental
- sesak
- dapat timbul keluhan neurologis seperti kesadaran yang menurun sampai
koma, sakit kepala, tremor dan twitching
- Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, hanya
terdapat ronki pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah disertai sesak maka
PNEUMONI/ BRONKOPNEUMONI
Pneumoni adalah suatu peradangan dari parenkim paru dan bila melibatkan
cabang-cabang bronkus maka disebut bronkopneumoni. Secara klinis gambaran
pneumoni dan bronkopneumoni adalah sama, yang berbeda adalah hanya pada
gambaran radiologisnya.
Gambaran yang dapat ditemukan pada pneumoni lobaris (bila mengenai satu
lobus)adalah adanya berawan atau perselubungan yang mengenai satu lobus
dengan gambaran airbronchogram sign. Sedangkan bronkopneumoni dapat
ditemukan bercak-bercak/ berawan yang lokasinya dapat pada berbagai tempat di
lapangan paru.
Pneumoni dapat disebabkan oleh banyak mikroorganisme yaitu :
- Virus misalnya influensa, adenovirus, varicella. Sitomegalovirus
- Bakteri , baik gram positif misalnya pneumokokus , stapilokokus dan gram
negatif misalnya klebsiela, Haemofilus influenza, pseudomonas dll
Pneumoni viral
- Terjadi kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya penyumbatan
bronkus. Selanjutnya dapat terjadi infiltrat limfositik peribronkiolus dan
infeksi sel bulat interstisial baik di duktus alveolus maupun dinding alveolus.
- Klinis yang menonjol adalah batuk kering, kadang- kadang pilek dan dapat
terjadi gagal nafas
- Penataksanaannya dengan pemberian antivirus
Pneumoni Bakterial
- Dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dari nasofarings atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi
yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru-paru melalui saluran nafas masuk ke
bronkioli dan alveoli, menimbulkan peradangan hebat dan menghasilkan
cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial.
- Gejala klinis yang dapat timbul adalah : demam tinggi disertai menggigil dan
kadang-kadang muntah, nyeri pleura, batuk yang kadang disertai dahak yang
purulent atau dengan bercak darahdan pernafasan terganggu. Kadang disertai
sakit otot dan sakit kepala hebat
- Penderita tampak sakit berat, takikardi, pernafasan cepat , dangkal dan
pernafasan cuping hidung, kadang sianosis. Pada inspeksi dapat ditemukan
hemitoraks sisi lesi tampak tertinggal pada pernapasan. Pada perkusi
didapatkan redup pada daerah lesi, suara nafas bronkial dan vocal fremitus
mengeras serta ada ronki basah.
- Biasanya ditemukan leukositosis dan pergeseran kekiri pada hitung jenis
- Komplikasi yang dapat terjadi : atelektasis, abses paru, empiema,
pericarditis, sepsis
- Pengobatan : pemberian O2, bronkodilator, pemberian antibiotik
- Selain pemeriksaan radiologis, yang penting juga adalah pemeriksaan analisa
gas darah, karena sering terjadi hipoksia
BRONKIEKTASIS
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muskuler dinding bronkus.
- Gejala yang mungkin timbul yaitu batuk disertai sputum yang banyak yang
kadang mengandung darah, memiliki karakteristik dahak yang khas terdiri
dari 3 lapisan, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, nyeri pleura
dan lemah badan dapat timbul sesak dan sianosis
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah kasar dan kadang-kadang
ronki kering dan suara napas tambahan mengi
- Pemeriksaan penunjang yang penting adalah foto thorax dan ct scan thorax
dapat ditemukan saluran napas yang melebar membentuk gambaran cincin
(ektasis) dan kadang-kadang terdapat gambaran sarang tawon (honeycomb
appearance).
- Penatalaksanaannya yaitu pemberian antibiotik dan drainase sekret, serta
TUBERKULOSIS PARU
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
- Gejala yang dapat timbul adalah gejala respirasi : batuk produktif atau non
produktif, batuk darah, sesak bafas, nyeri dada, gejala sistemik: demam dan
malaise
- Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan perkusi redup atau hipersonor,
fremitus melemah atau mengeras dan pada auskultasi didapatkan suara nafas
dasar vesikuler atau bronkial. Serta dapat ditemukan suara nafas tambahan
berupa ronki basah kasar dan nyaring, mengi dan pleural friction.
- Etambutol
Jenis obat yang dipakai juga dapat berupa kombinasi dari empat macam obat oral
(4FDC RHZE), tiga macam obat oral (3FDC RHZ) dan dua macam obat
oral (2FDC RH)
Penyakit TBC merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam
Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dari Dinas Kesehatan, yang
berisikan usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
ASMA BRONKIAL
Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan
diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang reversibel, bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
atau berbahaya disertai efek ekstraparu yang berkonstribusi terhadap derajat berat
penyakit. (GOLD 2013). Faktor risiko PPOK adalah rokok, pajanan biomas dan
polusi udara. Karakteristik PPOK adalah keterbatasan aliran udara yang progresif
dan tidak sepenuhnya reversibel yang menyebabkan efek lokal pada saluran napas
dan sistemik. Respons inflamasi pada jalan napas disebabkan oleh zat toksik yang
masuk kesaluran napas terutama asap rokok.
Gejala yang dapat timbul adalah batuk bedahak, sesak napas dan cepat lelah
terutama saat melakukan aktifitas. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara
napas dasar bronkial dan suara napas tambahan ronkhi dan mengi. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah Spirometri yang didapatkan hasil restriksi dan
obstruksi, pemeriksaan radiologi seperti chest x ray didapatkan hiperaerasi,
diafragma mendatar dan jantung pendulum. Pasien PPOK dapat ditatalaksana
dengan menggunakan oksigen, bronkodilator, anti inflamasi dan antibiotik jika
diperlukan.
Pegangan Tutor
MODUL
SESAK NAPAS
Penyusun :
SISTEM RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
PENDAHULUAN
Modul ini diberikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester dua yang
merupakan bagian dari mata kuliah Sistem Respirasi. Tujuan pemberian modul ini
adalah untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam penanganan penyakit pada
sistem respirasi, dimana pada modul ini diberikan satu skenario yang menunjukkan
suatu gejala klinik dari penyakit sistem respirasi yang banyak ditemukan yaitu sesak
napas. Mahasiswa diharapkan mendiskusikan bukan hanya pada inti masalah tapi
juga semua hal yang berhubungan dengan permasalahan tersebut, misalnya
patomekanisme penyakit dimana harus juga dibicarakan tentang anatomi, histologi,
fisiologi, serta proses biokimia yang terjadi. Yang dipentingkan disini adalah
bagaimana memecahkan masalah yang diberikan dan bukan diagnosisnya.
Sebelum menggunakan modul ini, tutor dan mahasiswa harus membaca TIU
& TIK terlebih dahulu sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan
pembelajaran dari modul serta tercapainya kompetensi yang diharapkan. Peran
tutor dalam mengarahkan tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi dapat
diperoleh dari bahan perkuliahan yang telah diberikan serta referensi yang diberikan
oleh masing-masing dosen pemberi kuliah.
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiswa dalam
menegakkan diagnosis penyakit sistem respirasi serta bagaimana penanganannya.
Tim Penyusun :
KASUS
SKENARIO 1
Seorang laki laki usia 60 th datang dengan keluhan sesak napas yang semakin
memberat sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Sesak disertai dengan
keluhan batuk berdahak dengan jumlah dahak yang semakin bertambah.
Riwayat merokok merokok dengan indeks Brinkman sedang, dan terdapat
riwayat asma dalam keluarga yaitu ayah pasien
Pada catatan medis sebelumnya di dapatkan hasil spirometri VEP1 40%
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan suara napas vesikuler melemah, ekspirasi
tedengar lebih panjang dibandingkan ekspirasi dan terdapat suara napas
tambahan rhonki. Pasien sulit menjalankan ibadah shalat karena merasa sesak
napas saat berdiri lama
SKENARIO 2
Seorang anak perempuan usia 3 tahun dibawa ibu nya ke instalasi gawat darurat
dengan keluhan sesak napas yang semakin berat sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Menurut ibunya 1 minggu sebelumnya pasien mengalami batuk dan
pilek dan di bawa berobat ke klinik, tetapi tidak tampak perbaikan. Setelah itu
pasien mengalami muntah dan timbul demam, ibunya kembali membawa ke
klinik dan diberikan beberapa obat. Keesokan harinya pasien mulai tampak sesak
dan disertai bunyi mengi. Menurut ibunya pasien pernah menderita sesak yang
sama sebelumnya, dan terdapat riwayat alergi terhadap makanan laut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara napas tambahan wheezing dan rhonki.
SKENARIO 3
Seorang laki laki usia 50 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang
memberat sejak 3 hari SMRS. Sesak napas dirasakan semakin memberat
terutama saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada di sebelah kanan
terutama saat bernapas, batuk berdahak, nafsu makan menurun dan sering
berkeringat terutama malam hari. Pasien dengan riwayat merokok indeks
brinkman sedang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara napas vesikuler melemah,di hemitoraks
kanan, dan terdapat rhonkhi.
Pada pemeriksaan rontgen toraks didapatkan fibroinfiltrat di lobus atas paru kiri
dan daerah konsolidasi dengan airfluid level di hemitoraks kanan.
Setelah dilakukan tindakan pemasangan WSD keluar cairan pus di selang WSD
pasien dan pasien merasa tidak bisa ibadah karena kontak dengan cairan pus
Keterangan :
- Langkah 1-5 dilakukan dalam diskusi pertama bersama tutor
- Langkah 6 dilakukan dengan belajar mandiri,dapat dilakukan berkelompok
atau sendiri-sendiri, yang kemudian didiskusikan ulang bersama kellompok
(tanpa kehadiran tutor)
- Langkah tujuh dilakukan dalam diskusi dengan tutor
JADWAL KEGIATAN
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah dan tanya
jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, dan
membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan.
10. Pertemuan terakhir: dilakukan dalam kelas besar dengan bentuk diskusi panel
untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kelompok dan menanyakan hal-
hal yang belum terjawab pada ahlinya (temu pakar). Dapat pula dilanjutkan
dengan kuliah pakar untuk memberi penjelasan dan mengisi hal-hal yang belum
diungkapkan
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Diskusi kelompok tanpa tutor
3. Konsultasi pakar
4. Kuliah khusus dalam kelas
5. Aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan
buku ajar, majallah, slide, tape atau video dan internet
6. Melakukan kegiatan praktikum : anatomi, fisiologi, histology,Patologi
Anatomi, Mikrobiologi, Patologi Klinik dan Gizi
PROBLEM TREE
Anamnesis : Pemeriksaan Penunjang
onset sesak - Pemeriksaan radiologi thorax
sifat sesak - Pemeriksaan Mikrobiologi :
keadaan lain yg Fisik Diagnostik : sputum,biakan
berhubungan dengan - Pemeriksaan lab darah
sesak Inspeksi, palpasi, perkusi, - Pemeriksaan PA
keluhan lain yang auskultasi
menyertai sesak
Penyebab dan
DIAGNOSIS BANDING
patomekanisme
Anatomi
Histologi
Mikrobiologi
SESAK NAPAS
DIAGNOSIS
Epidemiologi Penatalaksanaan
- 43 -Sistem Respirasi_Angkatan 2019_April-Mei 2020
Prevalensi &
Insidens Pengendalian Medikamentosa/non
medikamentosa
Preventif Promotif
Buku Pegangan Tutor
PNEUMONIA
Pneumoni adalah suatu peradangan dari parenkim paru dan bila melibatkan
cabang-cabang bronkus maka disebut bronkopneumoni. Secara klinis gambaran
pneumoni dan bronkopneumoni adalah sama, yang berbeda adalah hanya pada
gambaran radiologisnya.
Gambaran yang dapat ditemukan pada pneumoni lobaris (bila mengenai satu
lobus)adalah adanya berawan atau perselubungan yang mengenai satu lobus
dengan gambaran airbronchogram sign. Sedangkan bronkopneumoni dapat
Pneumoni Bakterialis
- Dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dari nasofarings atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang
jauh. Bakteri yang masuk ke paru-paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli
dan alveoli, menimbulkan peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema
yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial.
- Gejala klinis yang dapat timbul adalah : demam tinggi disertai menggigil dan
kadang-kadang muntah, nyeri pleura, batuk yang kadang disertai dahak yang
purulent atau dengan bercak darahdan pernafasan terganggu. Kadang disertai
sakit otot dan sakit kepala hebat
- Penderita tampak sakit berat, takikardi, pernafasan cepat , dangkal dan
pernafasan cuping hidung, kadang sianosis. Pada inspeksi dapat ditemukan
hemitoraks sisi lesi tampak tertinggal pada pernapasan. Pada perkusi didapatkan
redup pada daerah lesi, suara nafas bronkial dan vocal fremitus mengeras serta
ada ronki basah.
- Biasanya ditemukan leukositosis dan pergeseran kekiri pada hitung jenis
- Komplikasi yang dapat terjadi : atelektasis, abses paru, empiema, pericarditis,
sepsis
Ditemukan pada bayi/anak kecil, dengan gejala sakit sedang, subfebril dan
keadaan umum tidak terlalu terganggu. Gejala yang dapat ditemukan adalah pilek,
demam dan sesak yang pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ronki yang difus
pada satu atau kedua paru yang pada perkusi terdengar sonor.
Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan gambaran normal ataupun infiltrat
yang tersebar di kedua lapangan paru
BRONKIOLITIS
Penyakit ini dapat ditemukan pada usia 6 bln – 2thn, gambaran klinik yang
dapat ditemukan yaitu rhinitis, gelisah, anoreksia, muntah,
tachycardia,tachipnoe,dysnoe, cyanosis, retraksi dinding dada, ditemukan wheezing
dan crepitasi pada pemeriksaan auskultasi.
DD/ bronkopneumoni, bronkitis akut, asma bronkiale.
BRONKIEKTASIS
TUBERKULOSIS PARU
ASMA BRONKIAL
Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan
diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang reversibel, bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
atau berbahaya disertai efek ekstraparu yang berkonstribusi terhadap derajat berat
penyakit. (GOLD 2013). Faktor risiko PPOK adalah rokok, pajanan biomas dan
polusi udara. Karakteristik PPOK adalah keterbatasan aliran udara yang progresif
dan tidak sepenuhnya reversibel yang menyebabkan efek lokal pada saluran napas
dan sistemik. Respons inflamasi pada jalan napas disebabkan oleh zat toksik yang
masuk kesaluran napas terutama asap rokok.
Gejala yang dapat timbul adalah batuk bedahak, sesak napas dan cepat lelah
terutama saat melakukan aktifitas. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara
napas dasar bronkial dan suara napas tambahan ronkhi dan mengi. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah Spirometri yang didapatkan hasil restriksi dan
obstruksi, pemeriksaan radiologi seperti chest x ray didapatkan hiperaerasi,
diafragma mendatar dan jantung pendulum. Pasien PPOK dapat ditatalaksana
dengan menggunakan oksigen, bronkodilator, anti inflamasi dan antibiotik jika
diperlukan.