Anda di halaman 1dari 14

PENUNTUN PRAKTIKUM

PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN

PENYAKIT GINJAL

Tujuan praktikum

Pada akhir praktikum, mahasiswa mampu:


1. Menghitung kebutuhan energi pasien penyakit ginjal
2. Menghitung besarnya kebutuhan protein pada pasien penyakit ginjal sesuai
dengan kondisi pasien dan derajat gangguan fungsi ginjalnya.
3. Menghitung keseimbangan nitrogen pasien penyakit ginjal
4. Menentukan komposisi zat gizi makro yang akan diberikan pada pasien ginjal
5. Memilih jenis protein bernilai biologis tinggi, dan menyusunnya dalam menu
yang akan diberikan pada pasien penyakit ginjal
6. Mengitung kandungan natrium dalam sediaan garam dapur dan
mengaplikasikan dalam penyusunan menu
7. Menghitung kandungan protein dalam sediaan formula komersial

Praktikum 1: menghitung kebutuhan energi pasien penyakit ginjal

Langkah yang dilakukan:

1. Tentukan berat badan, tinggi badan dan umur pasien. Bila pasien
overweight/obesitas, gunakan berat badan ideal.
2. Tentukan faktor aktifitas dan faktor stress (hanya untuk pasien rawat inap)
pasien.
3. Gunakan rumus Harris Bennedict untuk menghitung kebutuhan basal pasien
lalu kalikan dengan faktor aktifitas dan faktor stress (hanya untuk pasien
rawat inap) untuk mendapatkan kebutuhan energi pasien dalam 24 jam.

1
Rumus Harris Bennedict:

Perempua = 655,1 + 9,6 (BB) + 1,9 (TB) – 4,7 (U)


n
Laki-laki = 66,5 + 13,8 (BB) + 5,0 (TB) – 6,8 (U)

Keterangan:
BB = Berat Badan (dalam Kg)
TB = Tinggi Badan (dalam cm)
U = Umur (dalam tahun)

Faktor aktifitas (untuk pasien rawat jalan):

Jenis Kelamin
Aktifitas
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan 1,3 1,3
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00

Faktor aktifitas dan faktor stress untuk pasien rawat inap:

No Aktifitas Faktor No Jenis trauma/stress Faktor


Tidak ada stress, pasien
1. Istirahat di tempat tidur 1,2 1. 1,3
gizi baik
Stress ringan: radang
Tidak terikat di tempat saluran cerna, kanker,
2. 1,3 2. 1,4
tidur bedah elektif, trauma
rangka moderat
Stress sedang: sepsis,
3. bedah tulang, luka bakar, 1,5
trauma rangka mayor
Stress berat: trauma
4. multiple, sepsis, bedah 1,6
multisistim
5. Stress sangat berat: luka 1,7
kepala berat, sindroma

2
pernapasan akut, luka
bakar, sepsis
6. Luka bakar sangat berat 2,1

Contoh soal:
Pasien A, laki-laki berusia 49 tahun, BB = 50 kg, TB = 172 cm. Di rawat di rumah
sakit akibat menderita penyakit gagal ginjal kronik. Selama di rumah sakit, pasien A
hanya dapat terbaring di tempat tidur karena lemas. Dalam pemeriksaan diketahui
tekanan darah pasien 150/100 mmHg dengan kadar kreatinin pasien adalah 6,5.
Pasien juga mengalami dislipidemia.
Jawab:
 Faktor aktifitas pasien: terikat di tempat tidur = 1,2
 Faktor stress: ringan = 1,3
 Status gizi pasien berdasarkan IMT = 16,9 = gizi buruk
 Berat badan Ideal pasien = (172 cm – 100) – 10% (172 – 100) = 64,8 kg
 Kebutuhan energi istirahat (resting metabolic rate = RMR), dihitung
berdasarkan berat badan aktual pasien:
66,5 + 13,8 (BB) + 5,0 (TB) – 6,8 (U) = 66,5 + 13,8 (50) + 5,0 (172) – 6,8
(49) = 1200,34 kkal = 1283,3 kkal
 Kebutuhan energi terkoreksi (berdasarkan faktor aktifitas dan stress):
1200 x 1,2 x 1,3 = 2001,9 kkal/hari ≈ 2000 kkal
 Oleh karena pasien memiliki status gizi buruk, maka dilakukan upaya
manajemen berat badan untuk memperbaiki status gizinya tersebut secara
bertahap setelah kebutuhan energi yang dihitung berdasarkan berat badan
aktual dapat terpenuhi. Manajemen berat badan ini dilakukan dengan
menambahkan 500 kkal/hari hingga tercapai kenaikan berat badan yang
diharapkan.

Tugas
Tentukan kebutuhan energi pasien gagal ginjal kronik sesuai kasus yang diberikan
pada anda. Diskusikan dalam kelompok

3
Praktikum 2: menghitung kebutuhan protein pasien penyakit ginjal

Langkah yang dilakukan:

1. Tentukan derajat gangguan ginjal berdasarkan rumus estimated glomerulus


filtration rate (eGFR) berikut:
(140 – U) x {BB (x 0,85 untuk perempuan)}
eGFR =
72 x (nilai kreatinin)

2. Bila pasien memiliki eGFR < 15, dan tidak menjalankan dialisis, maka
besarnya protein yang diberikan adalah sebanyak 0,6 g/kgBBI.
Tabel derajat gangguan ginjal berdasarkan nilai eGFR

Derajat Gambaran GFR (mL/min/1,73 m2)

Kerusakan ginjal dengan GFR yang


1 ≥ 90
normal atau meningkat

Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR


2 60 – 89
ringan

3 Penurunan GFR sedang 30 – 59

4 Penurunan GFR berat 15 – 29

5 Gagal ginjal < 15 (atau dialisis

Contoh soal:
Berdasarkan soal pada praktikum 1, berapakah besarnya protein yang diberikan?
Jawab:
 Nilai eGFR pasien:
(140 – 49) x 50
eGFR = = 9,72 mL/menit 1,72 m2
(72 x 6,5)

 Derajat gangguan ginjal yang dialami: derajat 5 = gagal ginjal tahap akhir

4
 Berdasarkan derajat gangguan ginjal tersebut, maka besarnya protein yang
diberikan adalah: 0,6 gram x BBI = 0,6 x 64,8 kg = 38,88 gram/24 jam

Tugas;
Hitunglah kebutuhan protein pasien pada kasus yang diberikan berdasarkan nilai
eGFR pasien tersebut.

Praktikum 3: menghitung keseimbangan protein pasien penyakit ginjal

Langkah yang dilakukan:

 Lakukan pemeriksaan kadar urinary urea nitrogren (UUN) dengan


mengumpulkan urin 24 jam pasien
 Hitung besarnya UUN total dengan menggunakan rumus:
(kadar UUN 24 jam) x (volume urin 24 jam)
UUN total =
100
 Hitung besarnya asupan nitrogen berdasarkan asupan protein pasien sesuai
data recall 24 jam dengan membagi asupan protein dengan konstanta 6,25
 Hitung besarnya keseimbangan nitrogen dengan menggunakan rumus
berikut:
Δ N = (asupan nitrogen total) – (UUN total + 4)
Contoh soal:
Bagaimana keseimbangan protein pasien pada praktikum 1, bila kadar UUN pasien
adalah 500 mg/dl, dan volume urin 24 jam 2000 ml. Diketahui asupan protein dalam
24 jam terakhir adalah adalah 62,5 gram.
Jawaban:
UUN total pasien = (500 x 2000)/ 100 = 10.000 mg = 10 gram
Besarnya asupan nitrogen = 62,5/6,25 = 10 gram
Keseimbangan nitrogen = (10) – (10 + 4) = - 4. Keseimbangan protein pasien
negatif, menunjukkan asupan protein pasien kurang dan tidak sesuai dengan
kebutuhannya.
Oleh karena 1 gram protein = 6,25 gram nitrogen, maka bila pasien tersebut
kekurangan 4 gram nitrogen, maka jumlah defisiensi protein untuk pasien tersebut
adalah = 4 x 6,25 = 25 gram.

5
Dengan perhitungan tersebut, maka dapat ditambahkan protein sebanyak 25 gram
terhadap jumlah asupan protein sebelumnya. Namun, dalam beberapa keadaan, bila
pemantauan UUN tidak dapat dilakukan, maka besarnya protein dapat diberikan
sesuai ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tugas:
Hitunglah keseimbangan nitrogen pada kasus yang diberikan!

Praktikum 4: menentukan komposisi zat gizi makro bagi pasien penyakit ginjal

Langkah yang dilakukan:

1. Tentukan kebutuhan energi pasien dalam sehari.


2. Perhatikan gambaran laboratorium pasien, utamanya kadar kreatinin, UUN,
dan albumin pasien untuk menetapkan jumlah protein yang akan diberikan.
3. Jumlah protein yang diberikan ditentukan berdasarkan derajat gangguan
ginjal. Bila dapat dilakukan pemeriksaan UUN, maka jumlah protein diberikan
berdasarkan rerata keseimbangan protein yang dihitung. Hal ini untuk
mencegah terjadinya defisiensi protein yang kelak akan mempengaruhi
prognosis penderita. Hipoalbuminemia yang berkepanjangan akan
menimbulkan komplikasi dan memperpanjang masa rawat. Setelah
mendapatkan jumlah yang diharapkan, hitunglah persentase protein terhadap
asupan energi total:
Kebutuhan protein dalam gram x 4 kkal
X 100%
Kebutuhan energi terkoreksi
Jenis protein yang diberikan adalah yang memiliki nilai biologis tinggi, yaitu
jenis protein hewani yang memiliki kandungan asam amino esensial yang
lengkap.
4. Jumlah lemak yang diberikan untuk pasien penyakit ginjal adalah maksimal
30% dari asupan energi total. Dengan membatasi lemak jenuh < 7% perhari.
Profil lemak pasien penyakit ginjal seringkali bermasalah. Pembatasan lemak
jenuh diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol LDL yang seringkali
meningkat. Penggunaan lemak tak jenuh ganda (PUFA) dan lemak tak jenuh
tunggal (MUFA) terbukti dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL.

6
Dalam NCEP ATP III, PUFA dapat diberikan setidaknya 10% dari energi total,
dan MUFA sebanyak 20%. Namun perlu diperhatikan metode penyiapan
makanan, penggunaan PUFA dan MUFA untuk menggoreng justru dapat
berdampak fatal karena menyebabkan terbentuknya lemak trans. Perhatikan
fungsi hati, adanya penurunan fungsi hati menjadi indikasi untuk membatasi
asupan lemak total dalam sehari setidaknya 25% dari asupan energi total.
Penggunaan lemak jenuh jenis rantai sedang (MCT = medium chain
triglyceride) dapat meringankan kerja hati karena metabolismenya di luar
hari), namun penggunaan jenis minyak ini dibatasi pada pasien dengan
trigliserida > 300.
5. Setelah komposisi protein dan lemak ditetapkan, jumlah karbohidrat yang
diberikan dapat ditentukan dengan mengurangi 100% kebutuhan energi total
dengan persentase lemak dan protein.
6. Hal penting lain dalam menetapkan komposisi zat gizi pada diet pasien
penyakit ginjal adalah cairan. Pasien gagal ginjal kronik seringkali mengalami
retensi cairan akibat gangguan ginjal yang dialaminya, sehingga dibutuhkan
pembatasan cairan. Pada pasien yang mengalami oligouri, maka besarnya
cairan diberikan sesuai dengan output urin selama 24 jam dan menambahkan
dengan insensible water loss (IWL) yang besarnya berkisar 500 – 750 ml
tergantung aktifitas pasien. Bila pasien mengalami anuri, maka besarnya
cairan yang diberikan maksimal 1000 ml/hari.
7. Tentukan konsistensi makanan berdasarkan kemampuan pasien dalam
mengunyah dan menelan makanan. Adanya gangguan saluran cerna tertentu
membutuhkan formula enteral khusus agar pasien dapat menerima asupan
nutrisi secara adekuat.

Contoh soal:
Berdasarkan soal pada praktikum 1, tentukan komposisi zat gizi makro yang
diberikan! Pemeriksaan UUN tidak dapat dilakukan. Volume urin pasien dalam 24
jam = 1200 ml.
Jawaban:

7
Berdasarkan praktikum 1, kebutuhan energi terkoreksi pasien sebelum dilakukan
manajemen berat badan adalah 2000 kkal.
Komposisi zat gizi makro:
 Protein
Diberikan sesuai dengan keadaan fungsi ginjal dan berat badan ideal pasien
0,6 gram x BBI = 0,6 x 64,8 kg = 38,88 gram/24 jam
Persentase komposisi protein terhadap asupan energi: 38,88 x 4 = 155, 52
kkal/2000 kkal = 0,077 ≈ 0,08 x 100% = 8%.
 Lemak
Lemak diberikan sesuai dengan ketentuan NCEP ATP III sebesar 30% dengan
komposisi:
13% MUFA, 10% PUFA dan SFA ≤ 7%
 Karbohidrat
Jumlah karbohidrat yang diberikan:
100% - (8% + 30%) = 62% = 1240 kkal = 1240/4 = 310 gram karbohidrat/hari
 Cairan
Jumlah cairan maksimal yang diberikan pada pasien tersebut didasarkan pada
output urin 24 jam dengan IWL 500 ml, adalah: 1200 ml + 500 ml = 1700 ml/24 jam

Tugas:
Berdasarkan kasus yang telah kalian terima, susunlah menu berdasarkan komposisi
zat gizi yang telah dihitung.

Praktikum 5: memilih jenis protein dengan nilai biologis tinggi

Jenis protein yang memiliki nilai biologis tinggi adalah protein hewani. Jenis protein
ini memiliki kandungan asam amino yang lengkap. Dalam beberapa literatur
besarnya protein dengan nilai biologis tinggi diberikan sebanyak 60% dari total
kebutuhan protein yang dihitung. Pemberian protein hewani sebaiknya dilakukan
dengan mempertimbangkan kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang biasanya
juga ditemukan dalam protein hewani. Dari keseluruhan jenis protein hewani, maka
putih telur adalah pilihan yang baik. Produk susu sebaiknya diberikan tidak lebih dari
satu porsi perhari.

8
Contoh soal:
Berapa besarnya protein bernilai biologis tinggi yang diberikan pada kasus praktikum
1?
Jawab:
Besarnya kebutuhan protein: 0,6 gram x BBI = 0,6 x 64,8 kg = 38,88 gram/24 jam
Protein dengan nilai biologis tinggi = 60% x 38,88 gram = 23,32 gram.

Tugas
Berdasarkan menu yang telah disusun pada praktikum sebelumnya, aplikasikan
perhitungan ini untuk menentukan jenis dan jumlah yang diberikan pada kasus yang
diberikan.

Praktikum 6: menghitung kadar natrium dalam garam dapur

Pasien penyakit ginjal seringkali disertai dengan hipertensi akibat retensi natrium.
Sehingga dalam pengaturan diet diperlukan pembatasan asupan natrium yang
berasal dari diet. Secara umum jumlah natrium yang diperkenankan pada pasien
gagal ginjal kronik ditentukan berdasarkan apakah pasien akan menjalani dialisis
atau tidak. Berikut adalah jumlah natrium maksimal yang dianjurkan bagi pasien
gagal ginjal kronik:

Continuous
Peritoneal renal Post
Zat gizi predialisis Hemodialisis
dialisis replacement transplant
therapy
Natrium 1 – 3 g/hari 2 – 3 g/hari 2 – 4 g/hari Sesuaikan, 2 – 4 g/hari
balans cairan
Cairan sesuaikan 500-750 Tidak sesuaikan Tidak

9
ml+urine dibatasi dibatasi
output, bila
anuri 1000
ml/hari

Upaya pembatasan asupan natrium ini dilakukan dengan mengurangi atau


menghilangkan asupan garam dapur. Pembatasan ini didasarkan pada adanya
hipertensi dan edema pada pasien. Diet rendah garam dibagi menjadi tiga sesuai
dengan indikasinya, sebagai berikut:

Diet rendah garam Kandungan Na (mg) Indikasi Pengolahan makanan


I 200 - 400 Edema, asites dan Hindari bahan
atau hipertensi berat makanan tinggi
natrium.
Jangan menambahkan
garam dalam proses
memasak
II 600 – 800 Edema, asites dan Dapat menambahkan
atau hipertensi sedang ½ sendok teh garam
dapur dalam proses
memasak
III 1000 – 1200 Edema dan atau Dapat menambahkan 1
hipertensi sedang sendok teh garam
dapur dalam proses
memasak.

Kandungan natrium dalam garam dapur adalah sebesar 40%, sehingga bila dalam
satu sendok teh garam dapur seberat ± 4 g, maka kandungan natrium adalah
sebesar 1,6 gram.

Contoh soal
Berapakah jumlah natrium yang dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal kronik yang
disertai hipertensi berat dan edema, bila diketahui pasien menggunakan garam
dapur sebanyak 3 sendok teh tiap harinya. Berapakah jumlah garam yang harus
dikurangi?
Jawaban

10
Jumlah garam dapur yang dikonsumsi sebanyak 3 sendok teh = 3 x 4 gram = 12
gram. Kandungan natrium dalam 12 gram gram dapur = 40% x 12 gram = 4,8 gram
= 4800 mg. Jumlah natrium yang diizinkan adalah 200 – 400 mg, sehingga dengan
demikian pasien ini harus mengurangi asupan natrium 4200 – 4400 mg atau setara
dengan ± 3 sendok teh. Pasien diminta untuk tidak lagi menambahkan garam dalam
masakannya.

Tugas
Hitunglah kelebihan garam dapur yang dikonsumsi pasien pada kasus yang
diberikan pada anda!

Praktikum 7: menghitung kandungan protein formula komersial

Setiap formula komersial yang ditujukan sebagai makanan pengganti untuk penyakit
tertentu memiliki komposisi zat gizi yang berbeda-beda sesuai dengan
peruntukkannya. Pada formula komersial untuk penyakit ginjal biasanya
mengandung protein yang sangat sedikit (direstriksi), namun dengan mengetahui
besarnya kebutuhan protein pasien, beberapa formula yang tidak secara khusus
ditujukan untuk pasien ginjal tetap dapat diberikan dengan memperhitungkan
komposisi zat gizi makro yang terkandung.

Contoh soal
Berdasarkan kasus pada praktikum 1, dengan kebutuhan energi pasien sebanyak
2000 kkal dengan protein sebanyak 38,88 gram/hari, berapa porsi nefrisol yang
dapat diberikan?
Jawaban:
Dalam 1 sajian nefrisol sebanyak 4 sendok takar dalam 200 cc air mengandung 260
kkal dan 5 gram protein. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diberikan nefrisol
sebanyak 7,6 porsi ≈ 8 porsi, dengan asupan protein sebanyak 40 gram.

Tugas
Hitunglah jumlah porsi yang dapat dianjurkan sesuai dengan kasus yang telah
diberikan pada anda, bila pasien hanya akan mengkonsumsi formula komersial
selama 24 jam.
11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai