Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Payudara

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari
pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita.
Pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah
lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak
dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium. Batas-batas payudara sebagai berikut:7

1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :


- superior : iga II atau III
- inferior : iga VI atau VII
- medial : pinggir sternum
- lateral : garis aksilaris anterior / linea mid axillae
2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya :
- superior : hampir sampai ke klavikula
- medial : garis tengah
- lateral : m. latissimus dorsi
Gambar 1. Struktur Sekitar Payudara

Pada sekitar 95% wanita, terdapat perpanjangan batas kuadran lateral atas payudara sampai
ke axilla, yaitu “axillary tail of spence”. Pada daerah ini jaringan payudara memasuki suatu rongga
pada fascia axillaris yang disebut “Foramen of Langer”; sehingga payudara pada daerah ini terletak
dibawah fascia axillaris, dan bukan superfisial dari fascia axillaris.7

Gambar 2. Tail of Spence dan Kuadran Pada Payudara


Struktur Payudara

Payudara terdiri dari berbagai struktur :


 parenkim epitelial
 lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening
 otot dan fascia

Gambar 3. Struktur Payudara

Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15 – 20 lobus, yang masing-masing


mempunyai saluran ke papilla mammae yang disebut duktus laktiferus. Tiap lobus dibentuk oleh
lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10 – 100 asini grup. Lobulus-lobulus ini
merupakan struktur dasar dari glandula mamma. Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis
superfisialis dimana permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper.
Ligamentum “suspensory” Cooper ini bekerja sebagai jaringan penunjang yang kuat diantara lobus
dan parenkim, dan diantara dermis kulit dengan bagian dalam fascia pektoralis superfisilais.Pada
invasi keganasan, bagian ligamen ini dapat terkontraksi, membentuk fiksasi dan retraksi kulit.7

Epidermis pada puting susu dan areola adalah berpigmen; yang dilapisi keratinisasi dari
epitel stratified aquamous. Pada pubertas, puting semakin berpigmen dan menonjol. Terdapat
kumpulan serabut otot polos yang radier dan sirkumferensial, serta longitudinal pada daerah duktus
laktiferus.Pada daerah areola terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar areola
asesorius. Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-penonjolan kecil pada permukaan areola
yang disebut glandula areola “Montgomery tubercles”.Pada puncak puting terdapat banyak
akhiran sel-sel saraf dan Meissner’s Corpuscles pada dermis puting. Areola mengandung sedikit
sitruktur ini.7

Gambar 4. Adneksa Payudara

Pada keadaan normal, komponen glandular tampak renggang; mengandung banyak elemen
duktus. Pada awal siklus menstruasi, duktulus tampak seperti tali dengan lumen yang sempit. Pada
saat ovulasi, dengan stimulasi estrogen, lumen membesar, dan terdapat penumpukan sekresi
kelenjar sehingga cairan dan lemak tertimbun di jaringan penunjang. Jika proses stimulasi ini
berhenti, komponen glandular ini akan kembali regresi.7

Vaskularisasi Payudara

A. Arteri

Payudara mendapat pendarahan terutama dari dua sumber utama:

1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna. Perforator II, III, dan IV dari intercostal
anterior dan cabang-cabang a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir
sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pertoralis mayor dan memberi
pendarahan tepi medial glandula mamma.8
2. Cabang-cabang dari a. axillaris:
 Rami pectoralis a. thorako-akromialis
Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor. Setelah menembus m.
pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep
surface).
 Arteri thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna)
Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara
 Arteri thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi
m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan
pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angle”.

Gambar 5. Vaskularisasi Arteri Payudara

B. Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

1. Cabang-cabang perforantes V. mammaria interna. Vena ini merupakan vena terbesar yang
mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang
kemudian bermuara pada v. innominata.
2. Cabang-cabang v. aksilaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan
v. thorako dorsalis.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v.
vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat
langsung terjadi di paru).7

Gambar 6. Vaskularisasi Payudara

Persarafan Payudara

Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis, sedangkan
jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh sistem simpatis. Persarafan sensoris di bagian
superior dan lateral berasal dari n. supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral n. interkostalis
torasik. Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang anterior n. interkostalis torasik. Kuadran
lateral atas payudara dipersarafi terutama oleh n. interkostovertebralis (C8 dan T1). Pada
mastektomi dengan diseksi aksila, n. interkostobrakialis dan n. kutaneus brakius medialis yang
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas sedapat mungkin dipertahankan
agar tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.8,9
Gambar 7. Persarafan Payudara

Sistem Limfatik Payudara

Pengaliran pembuluh limfatik terutama bersifat unidireksional (searah), kecuali di daerah


subareolar dan daerah sentral payudara, atau pada keadaan dimana terjadinya obstruksi limfatik
menyebabkan terjadinya aliran balik bidireksional. Hal ini dapat terjadi karena pembuluh limfe
tidak berkatup; sehingga aliran balik ini memungkinkan terjadinya metastasis.10
Pengaliran limfatik dibagi 3 bagian:
1. Drainase Kulit
Mengalirkan pembuluh limfe dari kulit sekitarnya, dan tidak termasuk areola dan
papilla. Terdapat komunikasi antara pembuluh dermis dengan pembuluh dermis pada payudara
kontralateral, sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran tumor ke KGB dan payudara
kontralateral

2. Drainase Areolar
Yaitu pleksus subareolar dari Sappey; selanjutnya akan bergabung dengan KGB aksilla.

3. Drainase Aksiler
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila :
1. KGB mammaria eksterna.
Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi
medial aksila. Grup ini dibagi dalam dua kelompok :
- Kelompok superior. Kelompok KGB ini terletak setinggi interkostal II-III
- Kelompok imferior. Kelompok KGB ini terletak setinggi interkostal IV-V-VI
2. KGB Skapula
KGB terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis, mulai dari
percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapuralis, sampai ke tempat masuknya v. thorako-
dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.

3. KGB sentral (central nodes)


KGB ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa
diantaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira
pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. KGB ini adalah kelenjar yang relatif
paling mudah diraba. Dan merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak
jumlahnya.

4. KGB interpektoral (Rotter’s nodes)


KGB ini terletak diantara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis
v. thorako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.

5. KGB v. aksilaris
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral, mulai dari white
tendon m. latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v. aksilaris–v.
thorako-akromialis.

6. KGB subklavikula
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksilaris, mulai dari sedikit medial
percabangan v. aksilaris – v. thorako-akromialis sampai di mana v. aksilaris menghilang di
bawah tendo m. subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksila yang tertinggi dan
termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening
aksila masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh KGB aksila ini terletak di bawah fasia
kostokorakoid.7
Gambar 8. Level Kelenjar Getah Bening sesuai m. pectoralis minor

Kelompok kelenjar ini kemudian dibagi lagi dalam 3 level atau tingkat, berdasarkan
hubungannya dengan m. pectoralis minor.10
 Level I
Terletak lateral / dibawah batas bawah m. pectoralis minor. Termasuk:
- KGB mamaria eksterna
- KGB vena aksilaris
- KGB grup scapular
 Level II
Terletak didalam (deep) atau dibelakang m. pectoralis minor yaitu grup sentral.
 Level III
Terletak medial atau diatas dari batas atas m. pectoralis minor yaitu grup subclavicular.

2.2. Kelainan pada Payudara


2.2.1. Pembendungan Air Susu
a. Definisi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).

Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat
pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini
semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum
lancar.

Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan
menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting
menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih
meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran
tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus)
secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

b. Etiologi Bendungan ASI


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
 Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi
ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara
tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
 Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau
jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
 Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau
menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
 Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi
tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya
terjadi bendungan ASI.
 Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
c. Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
 Bengkak pada payudara
 Payudara terasa keras
 Payudara terasa panas dan nyeri

Gambar payudara Bengkak


d. Pencegahan
 Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah
dilahirkan.
 Susui bayi tanpa dijadwal (on demand).
 Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
 Perawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169).
 Menyusui yang sering
 Memakai kantong yang memadai
 Hindari tekanan lokal pada payudara
(Wiknjosastro, 2006)
e. Penatalaksanaan
 Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek.
 Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di
isap oleh bayi.
 Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
 Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin.
 Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus.
Gambar 3.

Anda mungkin juga menyukai