Anda di halaman 1dari 4

FARMAKOKINETIKA OBAT PADA NEONATUS dan BAYI

Penggunaan obat pada bayi harus dipertimbangkan secara khusus karena adanya perbedaan laju
perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap
metabolisme dan ekskresi obat. Oleh karena itu, dalam pengobatan, bayi dan anak tidak dapat
diperlakukan sebagai orang dewasa berukuran kecil. Dosis, bentuk sediaan maupun rute
pemberiannya harus diperhatikan, agar tercapai hasil terapi yang optimum.
Proses fisiologis yang mempengaruhi variabel farmakokinetika pada bayi berubah secara
bermakna pada tahun pertama kehidupan, khususnya selama beberapa bulan pertama. Oleh sebab
itu, harus diberikan perhatian khusus pada farmakokinetika obat pada usia tersebut.

A. ABSORPSI OBAT

Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat meliputi :

1. Aliran Darah pada Tempat Pemberian Obat

Absorpsi setelah suntikan intramuskuler atau sub kutan pada bayi baru lahir seperti pada orang
dewasa sangat tergantung pada kecepatan aliran darah ke daerah otot atau daerah sub kutan
tempat suntikan.

Bayi preterm yang sakit, memerlukan suntikan intramuskuler namun pada bayi massa otot yang
dimiliki sangat sedikit. Kondisi ini diperumit dengan adanya pengurangan perfusi perifer
sehingga menyebabkan absorpsi berjalan lambat karena obat tetap tinggal di otot. Apabila
perfusi meningkat secara tiba-tiba, akan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah obat yang
memasuki sirkulasi sehingga terjadi konsentrasi obat yang tinggi dan menimbulkan ketoksikan.

2. Fungsi Saluran Cerna

Perubahan biokimia dan fisiologis yang bermakna terjadi pada saluran cerna neonatus tidak lama
setelah bayi lahir. Pada bayi full-term, sekresi asam lambung terjadi tidak lama setelah kelahiran
dan meningkat perlahan setelah beberapa jam. Pada bayi pre-term, sekresi asam lambung terjadi
lebih lambat dengan konsentrasi tertinggi terjadi pada usia 4 hari. Oleh karenanya, obat yang
dinonaktifkan oleh sekresi asam lambung sebaiknya tidak diberikan secara oral.
Waktu pengosongan lambung diperpanjang (sampai 6 atau 8 jam) pada kurang lebih hari
pertama kehidupan. Oleh karena itu, obat dapat diabsorpsi dengan lebih sempurna di dalam
lambung terutama untuk obat yang diabsorpsi di dalam lambung. Sedangkan untuk obat yang
diabsorpsi di dalam usus, efek terapeutiknya tertunda. Peristaltis pada bayi baru lahir berjalan
lambat sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih banyak sehingga dapat menimbulkan
toksisitas.
Aktivitas enzim saluran cerna cenderung lebih rendah pada bayi baru lahir daripada orang
dewasa. Bayi baru lahir memiliki konsentrasi asam empedu dan lipase yang rendah yang dapat
menurunkan absorpsi obat yang larut lipid.

B. DISTRIBUSI OBAT

Proses distribusi obat dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh

1. Komposisi Tubuh

Neonatus memiliki presentase air sebesar 70%-75% sedangkan pada orang dewasa 50%-60%.
Presentase air pada neonatus full-term 70% dari berat badannya dan pada neonatus pre-term 85%
dari berat badannya. Bayi pre-term memiliki lemak lebih sedikit dibandingkan bayi full-term.
40% dari berat badan neonatus merupakan cairan ekstrasel yang berperan penting untuk
menentukan konsentrasi obat pada reseptor. Dengan kata lain, bayi memiliki cairan ekstrasel
yang lebih banyak dibanding orang dewasa sehingga konsentrasi obat pada reseptor lebih banyak
yang pada akhirnya dapat menimbulkan ketoksikan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan
dosis pada bayi.
2. Ikatan Obat pada Protein Plasma

Ikatan obat-protein plasma pada neonatus pada umumnya kurang kuat. Kemampuan ikatan
protein yang kurang ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kualitatif dan kuantitatif pada
protein plasma neonatus dan juga karena adanya substrat-substrat eksogen dan endogen pada
plasma. Kurang kuatnya kemampuan ikatan obat-protein ini menyebabkan konsentrasi obat
bebas dalam plasma meningkat sehingga dapat meningkatkan timbulnya toksisitas.

3. Permeabilitas Membran

Barrier darah otak pada bayi baru lahir relatif lebih permeabel. Hal ini memungkinkan beberapa
obat melintasi aliran darah otak secara mudah. Keadaan ini menguntungkan, misalnya pada
pengobatan meningitis dengan antibiotika.

C. METABOLISME OBAT

Aktivitas metabolisme obat pada neonatus lebih rendah daripada orang dewasa. Hal ini
menyebabkan laju klirens obat lambat dan waktu paruh eliminasi obat panjang. Suatu obat
mungkin saja dieliminasi dalam beberapa hari pada dewasa tetapi memerlukan beberapa minggu
untuk dieliminasi pada neonatus. Adanya hal-hal semacam ini menyebabkan perubahan dosis
obat pada bayi dan anak.

Pada neonatus dimana si ibu menerima obat yang dapat menginduksi maturitas secara dini pada
enzim hepatis janin, maka kemampuan neonatus untuk memetabolisme obat tertentu akan lebih
besar daripada neonatus dimana si ibu tidak menerima obat serupa.

D. EKSKRESI OBAT

Eliminasi ginjal merupakan rute utama pada obat-obat antimikrobial. Eliminasi ginjal sangat
bergantung pada Glomerolus Filtration Rate (GFR) dan sekresi tubular. Kedua fungsi ini belum
berkembang secara sempurna pada neonatus dan akan menjadi sempurna pada usia 2 tahun. GFR
pada neonatus sekitar 30% GFR dewasa. Oleh karena itu, pada bayi, obat dan metabolit aktif
yang diekskresi lewat urin cenderung terakumulasi. Akibatnya, obat-obat yang diekskresi dengan
filtrasi glomerulus (seperti digoksin dan gentamisin) dan obat-obat yang sangat terpengaruh
sekresi tubuler (misalnya penisilin) paling lambat diekskresi pada bayi baru lahir.
Renal Blood Flow (RBF) atau aliran darah ginjal akan mempengaruhi laju eliminasi obat oleh
ginjal. Klirens suatu obat akan meningkat secara bermakna pada awal masa kanak setelah usia 1
tahun. Hal ini terutama dikarenakan relatif meningkatnya eliminasi renal dan hepatik suatu obat
pada anak dibanding dewasa. Karenanya, dosis obat yang akan diberikan pada bayi dan anak
harus disesuaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, Penggunaan Obat pada


Anak, http://piolk.ubaya.ac.id/datanb/piolk/rasional/20070322154542.pdf, diakses tanggal 25
Maret 2010

Anonim, 2010, Terapi Obat pada Penderita


Pediatri, http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=Ilmiah%20Popular&direkto
ri=ilmiah_popular&filepdf=0&pdf=&html=20060220-p0fl2yilmiah_popular.htm,diakses tanggal
25 Maret 2010

Gusrukhin,2008,Farmakoterapi pada Neonatus, Masa Laktasi dan


Anak, http://gusrukhin.files.wordpress.com/2008/08/laktasi-2.pdf, diakses tanggal 24 Maret 2010
Katzung, Bertram G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, 475-479, Salemba Empat, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai