Anda di halaman 1dari 48

1

Oleh :
Oktavia Sulistiana

Pembimbing :
Dr.Panal Hendrik Dolok Saribu Sp. An
2

PENDAHULUAN
TURP
 Reseksi kelenjar prostat
dilakukan trans-uretra
dengan mempergunakan
cairan irigasi (pembilas)
agar daerah yang akan
direseksi tetap terang dan
tidak tertutup oleh darah
BPH
 Proliferasi stroma dan
epitelial dari glanula prostat
4

Identitas Pasien

 Nama : Tn. IK
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 77 tahun
 BB : 60 kg
 Ruang : Bedah laki-laki
 No. MR : 833204
 Diagnosis : BPH
 Tindakan : TURP
 Tanggal : 1 Agustus 2016
5

ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Sulit BAK sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

Pasien mengeluh sulit BAK sejak 3 hari ini. Selama BAK,


pasien juga merasa perlu untuk mengedan kuat dan
pancaran kemihnya lemah, merembes dan merasa kurang
puas.
Keluhan BAK tidak lancar sudah dirasakan ± beberapa
bulan ini. Pasien berobat ke dokter urologi dan mendapat
obat minum, namun keluhan masih dirasakan.
± 1,5 tahun yang lalu pasien pernah operasi yaitu TURP
namun berulang kembali

 Pasien disarankan untuk menjalani operasi


6

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Dahulu

 Riwayat hipertensi (+)


terkontrol
 Riwayat Gastritis (+)
 Riwayat diabetes melitus (-) Riwayat Pengobatan
 Riwayat sakit jantung (-)
 Os sudah berobat ke dokter
 Riwayat astma (-) urologi namun keluhan
 Riwayat batuk lama (-) masih dirasakan
 Riwayat operasi  Os mengaku tidak ada
sebelumnya (+) BPH
alergi obat dan makanan
 Riwayat kebiasaan : tertentu
merokok (+), Alkohol (-),
Narkotik (-)
7

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
 TD : 140/90 mmHg
 N : 92 x/menit, isi cukup, reguler
 T : 36,5˚C
 RR : 22 x/menit
8

Pemeriksaan fisik
Normocephal
Pembesaran KGB (-)
RC (+) isokhor
JVP : 5+2 cmH2O
KA (-/-) SI (-/-)

Paru-Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tactil Jantung
fremitus simetris Inspeksi: IC tidak
Perkusi : sonor di terlihat
kedua lapangan Auskultasi : BJ I dan II
paru Reguler, Murmur (-),
Auskultasi : vesikuler Gallop (-)
(+) normal, ronkhi (-
/-), wheezing (-/-)
9

Pemeriksaan fisik

Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising
usus (+) normal Genitalia
Palpasi : soepel, terpasang volley
nyeri tekan (-), nyeri catheter
lepas (-)
Perkusi : Timpani di Ekstremitas
keempat kuadran Akral hangat (+)
Edema (-)
CRT < 2 dtk,
normoaktif
10

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin Kimia Darah
 SGOT : 33 U/L (<40)
 Wbc : 9,1 103/mm3 (3,5-
10,0)  SGPT : 56 U/L (<41)
 Rbc : 4,62 L 106 (3,80-5,80)  Ureum : 40,4 mg/dl (15-39)
 Hgb : 11,4 L gr/dl (11-16,5)  Kreatinin : 1,0 mg/dl (0,9-
 Hct : 33,6 L % (35-50%) 1,3)
 Plt : 468 103/mm3 (150-
400.103)
Rontgen Thoraks
 Pct : 0,37 % (100-500)
 BT : 2 menit (1-3 menit)
Kesan : Cardiomegali
 CT: 4 menit (2-6 menit)
USG Abdomen
Kesan : Cystitis dengan BPH
(volume 39,90)
11

Pra anestesi
 Penentuan Status Fisik ASA : 1 / 2 / 3 / 4 / 5
 Mallampati: grade 1

Persiapan Pra Anestesi:


 Pasien telah diberikan Informed Consent
 Rawat inap bila setuju operasi
 Pro TURP

Persiapan operasi :
 Cek elektrolit pre op
 Puasa 6 jam pre op
 Persiapan 1 PRC
12

Laporan Anestesi
Pukul 10.30 Masuk ruangan operasi
WIB Berbaring posisi terlentang
Dipasang alat pengukur tensi, saturasi, dan
elektroda
Dipasang oksigen nasal kanul 2L/m
Infus RL 1 kolf terpasang, kateter sudah
terpasang
Premedikasi
Pukul 10.45 Pasien didudukkan, spinal anestesi setinggi L3-
WIB L4 dengan bupivacaine 0,5% 20 mg
Pasien tidak dapat menggangkat kedua
kakinya  anestesi berhasil
13

Laporan Anestesi
Pukul 10.50 WIB Operasi dimulai
Pasien diposisikan litotomi
Pukul 10.55 WIB Infus Ringer laktat 500 ml (kedua)

Pukul 11.30 WIB Operasi selesai


Posisi pasien terlentang
14

Keadaan Selama Operasi

 Posisi : Lithotomi
 Penyulit anestesi : tidak ada
 Durasi anestesi : 60 menit

Input : RL kolf 1 (500 cc) + RL kolf 2 (500 cc) = 1000 cc


15

Kebutuhan Cairan Pasien


Jadwal Pemberian
Terapi Cairan Cairan

Maintenance Jam I = ½ PP + SO + M
= 2 cc x 60 Kg /jam = 600 + 360 + 120
= 120 cc/jam = 980 cc
Pengganti puasa
= 10 jam x 120 cc/jam
= 1200 cc Jam II = ¼ PP + SO + M
Stress operasi = 300 + 360 + 120
= 6 cc x 60 Kg/jam = 780 cc
= 360 cc/jam
16

Monitoring
Nadi RR
TD SpO2
Jam Kes (x/m (x/m Input Output EKG
(mmHg) (%)
) )
10.45 CM 84 22 140/80 99% RL - SR
200
cc

Keterangan:
- Pasien masuk dan diposisikan supinasi
- Pemasangan alat tensi, saturasi oksigen, elektroda, oksigen nasal
kanul (2L/m)
- Kantong urin dikosongkan : 300 cc
- Diberikan premedikasi
- Tidak ada tanda alergi obat
17

Monitoring
Nadi RR
TD SpO2
Jam Kes (x/m (x/m Input Output EKG
(mmHg) (%)
) )
11.00 CM 80 20 130/89 100% RL - SR
300
cc

Keterangan:
Pasien didudukkan
Anestesi spinal setinggi (L3-4) dengan bupivacaine 0,5% 20 mg
Pasien kesulitan menggerakkan kedua tungkai
Tidak ada tanda alergi obat
18

Monitoring
Nadi RR
TD SpO2
Jam Kes (x/m (x/m Input Output EKG
(mmHg) (%)
) )
11.15 CM 78 19 138/79 100 RL SR
% 200
cc

Keterangan:
Operasi dimulai
Pasien diposisikan lithotomi
Cairan irigasi menggunakan aquadest sterile
Reseksi jaringan prostat
Perdarahan dicauterisasi
19

Monitoring
Nadi RR
TD SpO2
Jam Kes (x/m (x/m Input Output EKG
(mmHg) (%)
) )
11.30 CM 75 22 140/87 100% RL SR
100
cc
Keterangan:
Operasi selesai
Pasien diposisikan supinasi
Hemodinamik stabil
Total urin 200 cc
Oksigen, Elektroda, Saturasi, Tensi dilepas
Pemasangan three way catheter, larutan NaCl 0,9%
Pasien dimasukkan ke ruangan pemulihan
20

Instruksi anestesi
Ruang Pemulihan Instruksi Post Op

 Masuk Jam : 11.35 WIB  Monitoring KU dan


tanda vital
 Keadaan Umum :
 Tirah baring dengan
 Kesadaran: CM, GCS: 15 bantal 1 x 24 jam
 Tanda vital : TD :  Boleh makan dan
140/80 mmHg Nadi : 82 minum secara
bertahap
x/menit RR : 22 x/menit
 Terapi sesuai dokter
 Scoring Alderate: 9 bedah urologi
21 8/26/2018
Klasifikasi
22

Early BPH Moderate BPH

Severe BPH
23 8/26/2018
24

Low Urinary Tract Syndrome


25

Faktor Risiko BPH


 Kadar Hormon
 Usia
 Ras
 Riwayat keluarga
 Obesitas, DM
 Pola diet
 Aktivitas seksual
 Merokok,alkohol
26 8/26/2018
27

Indikasi dilakukan TURP:


 Meningkatnya frekuensi buang air kecil.
 Kesulitan memulai buang air kecil.
 Aliran urin melambat.
 Berhenti sebentar di tengah aliran.
 Dribbling setelah urination.
 Tiba-tiba ada keinginan kuat untuk BAK.
 Perasaan tidak puas di akhir DAK
 Nyeri selama BAK.
 Retensi urin.
 Batu vesica urinaria
28
29

Spinal Anesthesia
 Analgesia spinal adalah
pemberian obat anestetik
lokal ke dalam ruang
subaraknoid di daerah
antara vertebra L2-L3 atau
L3-L4 atau L4-L5
31

Indikasi anestesi spinal


 Bedah ekstremitas bawah
 Bedah panggul
 Tindakan sekitar rectum-perineum
 Bedah obstetri-ginekologi
 Bedah urologi
 Bedah abdomen bawah
 Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatrik
biasanya dikombinasi dengan anestesia umum ringan
32

Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi Relative


 Pasien menolak  Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)
 Infeksi pada tempat suntikan  Infeksi sekitar tempat suntikan
 Hipovolemia berat, syok  Kelainan neurologis
 Koagulopati atau mendapat  Kelainan psikis
terapi antikoagulan  Bedah lama
 Tekanan intrakranial  Penyakit jantung
meninggi  Hipovolemia ringan
 Fasilitas resusitasi minim  Nyeri pinggang kronis
 Kurang pengalaman atau
tanpa didampingi konsultan
anesthesia
33

Peralatan Anestesi Spinal


34

Anestetik lokal yang paling sering


digunakan:

 Lidokaine (xylobain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat


isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)

 Lidokaine (xylobain, lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%:


berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)

 Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005,


sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)

 Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat


jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
35

Teknik Analgesia Spinal


36
37

Komplikasi Regional Anestesi

 Hipotensi berat
 Bradikardia
 Hipoventilasi
 Trauma pembuluh darah
 Trauma saraf
 Mual-muntah
 Gangguang pendengaran
 Blok spinal tinggi atau spinal total.
38

Komplikasi pasca tindakan:


 Nyeri tempat suntikan
 Nyeri punggung
 Nyeri kepala karena kebocoran likuor
 Retensio urin
 Meningitis
39 8/26/2018

Analisa kasus
Tn.IK (77 th) dengan BPH (ASA II)  TURP  Regional Anestesi

“Awake TURP” lebih dipilih daripada anestesia umum karena


hal berikut :
 Manifestasi awal dari Sindrom TURP lebih bisa dideteksi pada
pasien yang sadar
 Vasodilatasi periferal berfungsi untuk membantu
meminimalisir overload sirkulasi
 Komplikasi hiponatremi akibat tertariknya Na+ oleh air
irrigator dapat cepat dikenali dengan adanya penurunan
kesadaran, mual, kejang
 Kehilangan darah akan lebih sedikit
40

Analisa kasus
Premedikasi : Ondancentron (4mg) Ranitidine (50 mg)
Dexamethason (5mg)

Tujuan pemberian Premedikasi :


 Mengurangi kecemasan dan ketakutan
 Memperlancar induksi dan anesthesia
 Mengurangi sekresi ludah dan broncus
 Meminimalkan jumlah obat anesthetic
 Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
 Mengurangi isi cairan lambung
 Mengurangi reflek yang membahayakan
41

Analisa kasus
Tn.IK(77 th) dengan BPH (BB 60 kg)  TURP  Regional Anestesi
 lama puasa 10 jam

Kebutuhan Cairan Pemberian Cairan Cairan yang diberikan


Perioperatif

Maintenance Jam I = ½ PP + SO + M 10.30 WIB : RL kolf 1


= 2 cc x 60 Kg /jam = 600 + 360 + 120 (500 cc)
= 120 cc/jam = 980 cc
10.55 WIB : RL kolf 2
Pengganti Puasa Jam II = ¼ PP + SO + M (500 cc)
= 10 jam x 120 cc/jam = 300 + 360 + 120
= 1200 cc = 780 cc

Stress Operasi
= 6 cc x 60 Kg/jam
= 360 cc/jam
42

Analisa kasus
Tn.IK (77 th) dengan BPH  TURP  lithotomy position  60
minutes duration
43 8/26/2018
44 8/26/2018
45

Lithotomy Position
46

Kesimpulan
 BPH terjadi karena proliferasi stroma dan epithelial dari
glandula prostat, gejala–gejala BPH dikenal sebagai
Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)

 TURP merupakan sebuah operasi reseksi kelenjar prostat


yang dilakukan transurethral dengan menggunakan
cairan irigan (pembilas) yang dimaksudkan
menghilangkan hyperplasia prostat yang menekan uretra

 Teknik Spinal merupakan teknik anestesi regional yang


memberikan keuntungan tertentu selama intraoperative
TURP. Hal perlu diperhatikan mengenali tanda-tanda
kelainan yang diakibatkan terjadinya sindroma TURP
47

Kesimpulan
 Sindroma TURP terjadi akibat terabsorbsi nya cairan irigasi
kedalam sirkulasi tubuh yang dapat mengakibatkan
komplikasi tertentu

 Anestesi spinal dapat mempertahankan kesadaran


pasien, dalam keadaan sadar pasien akan lebih mudah
untuk dipantau

 Pada kasus ini tindakan anestesi dan tindakan operatif


berjalan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai