Anda di halaman 1dari 8

APLIKASI DI DUNIA NYATA

Diare penyebab kematian

Diare merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak balita di Indonesia.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kemenkes Badan
Litbangkes pada tahun 2007, penyakit diare menjadi penyebab utama
kematian bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Diare dapat membunuh anakanak
karena diare sering menyebabkan dehidrasi tingkat berat.
Upaya pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang dalam
menjaga kebersihan makanan dan minuman. Dengan menerapkan kebiasaan
bersih, seseorang dapat terhindar dari mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare, misalnya dengan:
Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah
menyentuh daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, setelah
memegang uang, atau setelah bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan
sabun, dan bilas dengan air bersih.
Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak. Hindari memakan buahbuahan
atau sayuran mentah yang tidak dipotong sendiri.
Minum air matang.
Setiap tanggal 15 Oktober, masyarakat dunia memperingati Hari Cuci Tangan
Pakai Sabun Sedunia (HCTPS). Tangan adalah anggota badan yang banyak
digunakan untuk melakuan berbagai kegiatan sehari-hari termasuk makan,
minum, menyiapkan makanan, serta memberi makan anak atau bayi. Tangan
yang selalu bersih dan sehat akan mencegah kita dari serangan berbagai
penyakit.
Dalam sambutannya pada peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
tanggal 15 Oktober 2015, Menteri Kesehatan menyampaikan pentingnya
menyebarluaskan kebersihan tangan untuk menciptakan kehidupan yang
sehat terutama anak-anak dari kelompok usia sekolah agar mereka benarbenar
melakukan CTPS dengan air bersih yang mengalir, sebagai suatu
Gerakan masyarakat.
CTPS adalah cara yang sederhana, mudah, murah dan bermanfaat untuk
mencegah berbagai penyakit. Sebab, ada beberapa penyakit penyebab
kematian yang dapat dicegah dengan cuci tangan yang benar, seperti penyakit
Diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) yang sering menjadi
penyebab kematian anak-anak. Demikian juga penyakit Hepatitis, Typhus, dan
Flu Burung.
Pada kesempatan tersebut Menkes berpesan kepada para orang tua agar
dapat berperan mewujudkan kebiasaan masyarakat untuk CTPS serta mau
dan mampu menjadi contoh bagi anak-anak dan keluarganya dalam Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS.
Menkes mengingatkan perilaku mencuci tangan yang benar adalah jika
mencuci tangan dengan sabun. Adapun waktunya adalah 1) sebelum
menyiapkan makanan, 2) setiap kali tangan kotor seperti : setelah memegang
uang atau binatang, berkebun, setelah buang air besar, setelah menceboki
bayi/anak, 3) setelah menggunakan pestisida/insektisida, dan 4) sebelum
menyusui bayi.
Sumber : https://www.infodokterku.com/index.php/en/98-daftar-isicontent/
data/data-kesehatan/210-data-angka-diare-di-indonesia
Dengan mempelajari materi mengenai sistem pencernaan pada manusia
diharapkan kita dapat memahami organ-organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan serta upaya menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Bahaya Pengawet Makanan yang Harus Anda Tahu
Ririn Indriani
Senin, 26 Februari 2018 | 10:02 WIB

Ilustrasi berbagai jenis pengawet makanan. (Shutterstock)


Meski kadar pengawet makanan yang digunakan sedikit, tapi tetap berisiko bagi kesehatan
bila sering dikonsumsi.
Suara.com - Sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap makanan kemasan yang
dijual dipasaran memiliki kandungan bahan pengawet makanan di dalamnya.
Kadar dari bahan pengawet ini biasanya dicetak dan dimasukkan dalam
daftar bahan-bahan yang digunakan di kemasan pembungkus makanan
tersebut.
Kadar ini disebutkan dalam persen, agar pembeli mengetahui berapa banyak
bahan pengawet tersebut mendominasi makanan. Meskipun kebanyakan
kadarnya kecil, tapi tetap saja setiap bahan pengawet memiliki bahaya atau
risiko bagi kesehatan.
Lantas, apa saja bahaya pengawet makanan yang umum digunakan bagi
kesehatan? Simak ulasannya dikutip dari Go Dok.
1. Sodium benzoate
Sodium benzoate merupakan suatu bahan pengawet yang digunakan dalam
berbagai tahap pemrosesan produk makanan serta minuman kemasan.
Biasanya, bahan kimia ini dimasukkan sebagai salah satu bahan makanan di
label kemasan.
Suatu studi yang dilakukan pada 2007 menunjukkan bahwa pengawet sodium
benzoate berbengaruh pada tingkah hiperaktif anak-anak yang
mengonsumsinya. Tak hanya itu, bahaya pengawet makanan ini juga
termasuk reaksi zatnya terhadap vitamin C.
Saat ditambahkan vitamin C, sodium benzoate diketahui dapat menghasilkan
zat yang dapat menyebabkan kanker.
2. Sodium nitrite
Bahan pengawet yang satu ini biasa digunakan untuk mengawetkan daging,
dan biasanya ditemukan pada produk daging kalengan, kornet, dan sosis.
Meskipun belum ada kesepakatan dan bukti pasti mengenai hal ini, tapi
banyak yang mengatakan bahwa bahaya pengawet makanan ini menyebabkan
kanker lambung.
Banyak kalangan percaya bahwa mengonsumsi sodium nitrate atau produk
daging yang memiliki kandungan tersebut dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan kanker lambung.
3. Silicon dioxide
Bahan pengawet yang satu ini biasanya digunakan pada makanan kemasan
dan suplemen untuk mencegah bahan-bahannya tidak menggumpal dan
tercampur, meskipun sudah lama di dalam kemasan.
Banyak yang menduga bahwa zat kimia ini dapat menyebabkan kanker,
kerusakan organ, bahkan kematian. Namun, berdasarkan hasil penelitian
terbaru, hal-hal tersebut tidaklah benar dan silicon dioxide sudah dinyatakan
aman penggunaannya oleh FDA.
Namun, penggunaan bahan ini tetap harus dibatasi, yaitu maksimal sebanyak
2 persen dari total keseluruhan berat makanan. Tak hanya itu, Anda yang
memiliki alergi terhadap bahan kimia ini pun harus berhati-hati dalam
mengonsumsinya.
Ketahui kadar silicon dioxide dalam suatu makanan, sebelum
mengonsumsinya, ya!
4. Tertiary butylhydroquinone (TBHQ)
TBHQ merupakan suatu bahan pengawet yang digunakan untuk
memperpanjang usia penyimpanan makanan, menjaganya tetap awet dalam
jangka waktu lama, serta mencegah bau tengik.
TBHQ memiliki bau yang khas, dan biasanya ditemukan pada makanan
kalengan, makanan beku, dan camilan kering dalam kemasan. Seperti sodium
benzoate, salah satu bahaya pengawet makanan yang satu ini juga dikatakan
dapat membuat anak-anak dewasa menjadi hiperaktif.
Tak hanya itu, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Centers for Science in
The Public Interest (CSPI), ditemukan bahwa TBHQ menyebabkan
pembesaran hati, tumor, kelumpuhan, dan gejala gangguan syaraf pada
binatang yang dijadikan percobaan di laboratorium.
Karenanya, penggunaan TBHQ dalam proses pembuatan makanan sangat
disarankan untuk tidak berlebihan, begitu pula pengonsumsiannya.
Nah, itu dia macam-macam pengawet makanan dan bahaya pengawet
makanan yang harus Anda tahu, semoga bermanfaat!

https://www.suara.com/lifestyle/2018/02/26/100247/bahaya-pengawet-makanan-yang-harus-anda-
tahu
Akibat Pola Makan yang Tidak
Teratur

DokterSehat.com– Makan menjadi kebutuhan manusia untuk mendapatkan


asupan yang akan diubah menjadi energi untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas. Idealnya makan yang teratur adalah tiga kali sehari, yaitu di pagi
hari, siang hari, dan sore atau menjelang malam. Namun banyak orang yang
terkadang menyepelekan waktu makan. Hal inilah yang akan memunculkan
penyakit maag serta beberapa gangguan kesehatan lainnya. Dengan waktu
makan yang tidak teratur, tentunya dapat berdampak pada jumlah asupan
yang dibutuhkan tubuh menjadi berkurang.

Diantara tiga waktu makan, sarapan menjadi kategori yang paling banyak
ditinggalkan oleh sebagian orang. Padahal kebutuhan nutrisi ini sangat penting
untuk otak serta tubuh dalam melakukan aktivitas pagi hingga siang hari.
Banyak alasan mengapa sarapan menjadi kebiasaan yang ditinggalkan, antara
lain malas, terburu-buru berangkat kerja atau sekolah, timbul rasa ngantuk
setelah sarapan, bosan dengan menu yang disajikan, dan lain-lain. Selain
sarapan, makan malam pun kadang banyak ditinggalkan dengan alasan diet
bagi sebagian orang. Padahal kebiasaan makan tidak teratur inilah yang dapat
memicu berbagai gangguan kesehatan diantaranya:

Gangguan Penyerapan Gizi

Kebiasaan makan tidak teratur dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi


pada tubuh. Hal ini disebabkan oleh sistem yang membutuhkan gizi dan
berbagai macam vitamin yang diperlukan tubuh untuk melakukan proses
metabolisme yang dapat menghambat aktivitas. Selain itu, jika mengalami
kekurangan zat tersebut dapat berakibat pada tubuh yang mengambil vitamin
dan gizi dari bagian tubuh yang lain. Padahal vitamin dan gizi tersebut sudah
memiliki peranannya masing-masing.

Gangguan Pencernaan

Makanan yang dikonsumsi akan memberikan sumber tenaga untuk beraktivitas.


Sedangkan tubuh kita bekerja selama 10 hingga 12 jam setiap hari. Jika pola
makan Anda tidak teratur maka tubuh yang terus bekerja akan terganggu.
Dengan tiadanya asupan makanan yang masuk, maka tidak akan ada yang
dikonsumsi, padahal sistem pencernaan tetap akan bekerja. Dampaknya sistem
pencernaan tersebut akan melukai organ pencernaan sendiri.

Timbulnya Penyakit

Penyakit yang sering muncul jika pola makan tidak teratur adalah maag. Hal ini
disebabkan oleh organ lambung kita tidak bekerja sesuai dengan waktunya.
Lambung akan sangat tidak terbiasa dengan pola makan yang terus berganti-
ganti. Akibatnya lambung tidak bisa menyesuaikan waktu kerjanya, sehingga
dapat merusak bagian lambung itu sendiri.

https://doktersehat.com/akibat-pola-makan-yang-tidak-teratur/
5 Cara Mencegah Gangguan Pencernaan
- detikHealth
Share 0Tweet 0Share 00 komentar

Ilustrasi (dok: Thinkstock)

Jakarta - Banyak orang kadang-kadang merasakan mulas dan gangguan pencernaan,


terutama setelah makan besar atau banyak. Tetapi sebagian orang mendapatkan
masalah pencernaan lebih sering daripada orang kebanyakan.

Kebiasaan makan yang buruk, seperti tidak cukup mengunyah ketika makan, makan di
ketika larut malam dan makan sebelum aktivitas fisik yang berat dapat menyebabkan
gangguan pada sistem pencernaan. Hal tersebut dapat terjadi karena menyebabkan
produksi yang tidak cukup dari enzim pencernaan.

Ketika makan, tubuh akan melepaskan sekitar 22 jenis enzim pencernaan dari kelenjar
saliva, lambung, dan usus kecil. Setiap salah satu dari enzim yang bekerja pada jenis
makanan tertentu, misalnya protease memecah protein, amilase membantu mencerna
karbohidrat, dan lipase memecah lemak dan lipid.

Dengan memecah jenis-jenis makanan tersebut, enzim-enzim pencernaan membantu


tubuh mencerna dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan. Untuk pria, penuaan juga
dapat berkontribusi untuk gangguan pencernaan. Seiring dengan bertambahnya usia,
tubuh mulai menghasilkan tingkat lebih rendah dari enzim pencernaan, sehingga tidak
cukup untuk mencerna makanan.

Bagaimana cara untuk membantu mencegah gangguan pencernaan?

Berikut 5 cara untuk membantu mencegah gangguan pencernaan dan meningkatkan


kesehatan pencernaan secara keseluruhan seperti dikutip dari FoxNewsHealth, Selasa
(28/2/2012) antara lain:

1. Makan banyak serat setiap hari

Serat tidak hanya kunci untuk menjaga pencernaan, tetapi penting untuk kesehatan
secara keseluruhan. Sayangnya, makanan sehari-hari seringkali termasuk, junk food,
daging merah, dan makanan yang tinggi lemak yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan.

Diet tinggi serat merupakan bagian penting dari makanan sehat, selain membantu
pencernaan, juga dapat membantu mencegah diabetes, penyakit jantung koroner,
wasir, kanker kolorektal, dan penyakit lainnya. Hindari makanan yang dapat
menyebabkan kembung atau gas, termasuk brokoli, kacang panggang, kubis, kembang
kol, dan minuman berkarbonasi.

Jika intoleransi laktosa sebaiknya menghindari produk susu atau mengambil enzim
laktase untuk membantu pencernaan. Selain itu, sebaiknya juga minum banyak air,
karena dapat melumasi makanan di saluran pencernaan, membantu melarutkan
mineral, vitamin, dan nutrisi sehingga lebih mudah diserap, dan supaya tinja lebih lunak
untuk mencegah sembelit.

2. Mengunyah makanan dengan cukup

Mengunyah merupakan salah satu bagian yang paling penting dari pencernaan, namun
mungkin justru yang paling terlupakan. Mengunyah tidak hanya membantu memecah
makanan, namun juga merupakan tanda dari kelenjar ludah, lambung dan usus kecil
untuk mulai melepaskan enzim pencernaan.

3. Berolahraga secara teratur dan menghindari stres

Selain membantu mempertahankan gaya hidup sehat, olahraga juga dapat membantu
pencernaan. Sebuah studi ilmiah yang diterbitkan dalam Gastroenterology and
Hepatology journal telah menunjukkan bahwa, aktivitas fisik benar-benar dapat
membantu mengurangi masalah pencernaan. Stres di sisi lain dapat memiliki efek
negatif pada pencernaan.

4. Jangan terlalu sering menggunakan antasida

Asam di perut membantu tubuh mencerna makanan, namun dalam beberapa kasus
asam dapat kembali ke kerongkongan, sehingga menyebabkan sensasi terbakar dari
gangguan pencernaan. Ketika hal tersebut terjadi, orang sering mengonsumsi antasida
yang bekerja dengan menetralkan asam lambung. Namun, bila terlalu sering
digunakan, antasida dapat menyebabkan perut kehilangan fungsi dan rentan terhadap
infeksi bakteri.

5. Suplemen enzim pencernaan

Enzim pencernaan yang berasal dari sumber tanaman dapat membantu


mempromosikan pencernaan yang baik dan bahkan meningkatkan penyerapan gizi.
Dalam kasus di mana orang yang kurang cukup enzim pencernaan karena pola makan
yang buruk dan kesehatan, mengkonsumsi suplemen enzim dapat mengurangi gejala
gangguan pencernaan dan sakit perut.

Bahkan pada pria sehat, dengan enzim ekstra dapat membantu menjaga kesehatan
pencernaan. Sebuah enzim pencernaan yang baik berisi campuran amilase, lipase,
selulase (untuk mencerna serat tanaman), dan protease. Enzim-enzim tersebut
merupakan berbagai enzim kunci untuk mencapai pencernaan yang lebih baik dari
banyak makanan.

https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/d-1853392/5-cara-mencegah-gangguan-pencernaan

Anda mungkin juga menyukai