Rhinitis Alergi
Preceptor :
dr. Fivien Fedriani, Sp. THT-KL
Kandidat Dokter :
Cassa Victoria Regia Divandra, S.Ked
Ni Sayu Putu Desya Laksmi Putri, S.Ked
Firantika Dias Puteri, S.Ked
Keluhan Tambahan
Tenggorokan bengkak, rasa tersumbat pada sinus wajah dan saluran
pernapasan bagian atas serta sesak napas. Keluhan terjadi pada semua
musim dengan interval setiap 2 sampai 3 hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien memiliki gejala alergi seperti pilek, bersin-bersin, kemerahan, gatal pada
mata dan tenggorokan serta ruam setiap musim semi sejak berusia 13 tahun, pasien
terdiagnosis sebagai Rhinitis Alergi Musiman dan mendapat pengobatan antihistamin.
Sejak usia 20 tahun, frekuensi gejala alergi meningkat seperti bersin berlebihan,
hidung tersumbat dan pilek, tenggorokan bengkak, rasa tersumbat pada sinus wajah
dan saluran pernapasan bagian atas serta sesak napas. Keluhan terjadi pada semua
musim dengan interval setiap 2 sampai 3 hari.
Gejala pasien lebih parah pada malam dan pagi hari, dimulai dengan rasa gatal di
hidung dan tenggorokan, sehingga pasien menggunakan semprotan Flusinose untuk
mencegah perkembangan penyumbatan saluran pernapasan bagian atas dan sesak
napas. Cairan normal saline juga digunakan untuk menghilangkan kotoran melalui
irigasi dan berkumur. Rempah-rempah seperti merica, bawang putih, jahe, kunyit,
stroberi, terong, wewangian, Peganum harmala L., asap rokok, udara yang tercemar
dan bau deterjen yang kuat memicu atau memperburuk gejala.
Riwayat Menstruasi
Menstruasi teratur dengan interval 24 hari dan lama 7 hari (2 hari pertama
perdarahan sedang diikuti bercak) dan dismenore berat pada dua hari
pertama. Volume perdarahan secara bertahap berkurang dari 3 bulan
sebelum kunjungan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Rhinitis Alergi Musiman sejak usia 13 tahun, riwayat operasi dan masuk
rumah sakit karena operasi hidung diusia yang sama. Pasien dirawat
dengan spironolactone karena jerawat, dan ovarium polikistik sejak satu
setengah tahun lalu.
Pasien tidak toleran terhadap cuaca dingin, dan gejala alerginya memburuk
pada suhu hangat atau menghirup udara hangat. Makan-makanan bersuhu
hangat seperti rempah-rempah panas juga memperburuk gejala. Pasien lebih
menyukai makanan yang asam dan agak pahit. Pasien mengalami rasa haus
yang berlebihan setelah mengkonsumsi kebab dan makanan kering dan lebih
menyukai makanan berkuah daripada yang kering.
Pasien sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan jamur. Pasien
juga suka mengonsumsi makanan seperti kenari saat sarapan,
bawang putih dan selada dengan beberapa makanan. Ada beberapa
masalah yang berkaitan dengan kebiasaan makan dan minum, seperti
tidak mengunyah makanan dengan benar, makan cepat dan konsumsi
salad dan acar. Pasien mengantuk setelah makan, rasa haus dan
nafsu makan yang tinggi untuk minum air dingin. Pasien BAB setiap 1-
4 hari sekali. Urin, feses dan keringat tidak berwarna dan tidak berbau
menyengat.
Banyak minum air dingin (12 gelas sehari) dan minum air putih saat
bangun tidur, setelah mandi, dan saat berolahraga merupakan salah
satu kebiasaan buruk pasien untuk minum. Dalam hal tingkat aktivitas
fisik, pasien secara teratur bermain bola basket dan bola voli selama
masa remaja, tetapi berhenti dari olahraga sejak usia 20 tahun.
Sekitar beberapa bulan sebelum kunjungan, pasien pergi ke gym dan
melakukan aktivitas aerobik tiga kali seminggu. Tingkat polusi udara
tempat tinggal pasien (Tehran) relatif tinggi. Rentang tidur rata-rata
adalah 7 jam (11:00 malam hingga 6:00 pagi) pasien tidak tidur di
siang hari.
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS BB : 70 kg
Keadaan umum : - TB : 170 cm
Kesadaran :-
Sistem kardiovaskuler : -
TANDA VITAL Sistem respirasi : Sesak
Tekanan darah : - Kulit : Kering, Hot Flashes (perasaan panas yang
Nadi :- bisa datang tiba-tiba)
Nafas :- Ekstremitas :
Suhu :- Atas : -
Bawah : -
Kepala dan wajah
Kemerahan pada pipi, warna wajah yang gelap dan mata yang gelap. Ada sedikit
kelembapan pada wajah dan kelopak mata pasien. Perubahan pada wajah
berkembang secara bertahap selama dua tahun terakhir dan gejala alergi
memburuk sejak saat itu.
Gejala lain di daerah kepala dan leher termasuk pruritus telinga dan peningkatan
serumen, langit-langit mulut yang nyeri, pilek dan hidung tersumbat. Hidung kering
dengan epistaksis sesekali, sekret kental pada oral saat bangun tidur, hipersalivasi
sesekali dengan konsistensi yang cukup encer, dan lendir postnasal kental
berwarna putih.
Lidah
Lidah bergigi dengan warna merah muda pucat, disertai peningkatan saliva, dan
lapisan putih yang tersebar di seluruh permukaan, lebih menonjol di bagian
posterior.
Mata
Mata gelap, lembab
Leher
-
Thorax
Terlihat adanya sesak nafas (retraksi dinding dada)
Ekstremitas Superior
Dingin, kulit kering pada lengan bawah
Ekstremitas Inferior
-
Diagnosis Banding
1. Rhinitis Alergi
2. Rhinitis Vasomotor
Diagnosis Kerja
1. Rhinitis Alergi
Tatalaksana
Pasien memiliki riwayat penggunaan obat semprot Flunisone.
2
Tinjauan
Pustaka
Pengertian
• Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada mukosa hidung yang
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut
• Menurut ARIA WHO kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
Epidemiologi
• Prevalensi rinitis alergi sekitar 2% - 25 % pada anak-anak dan 1% -
40% pada orang dewasa.
• Rhinitis alergi dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dari
berbagai usia
• Berdasarkan studi epidemiologi, prevalensi rinitis alergi di
Indonesia diperkirakan berkisar antara 10 - 20% dan secara
konstan meningkat.
• Usia rata-rata onset rinitis alergi adalah 8 - 11 tahun dan 80% rinitis
alergi berkembang pada usia 20 tahun.
Intermiten
Persisten Tidak Bila terdapat
(kadang- ditemukan: satu atau
(menetap)
kadang) gangguan lebih dari
tidur, gangguan
Sedang-berat
Ringan
gangguan yang
Bila gejala Bila gejala aktivitas disebutkan
< 4 hari per > 4 hari per harian, pada derajat
minggu minggu bersantai, ringan
berolahraga,
atau dan belajar bekerja
< 4 minggu > 4 minggu dan hal-hal
lain yang
mengganggu
Anamnesis
Gejala yang tidak berhubungan
Gejala Rhinitis Alergi
dengan rhinitis alergi :
Dua/lebih gejala dibawah ini yang
• Gejala unilateral
berlangsung selama >1jam sehari :
• Rhinore (yang encer dan • Hidung tersumbat tanpa gejala lain
banyak) • Sekret mukopurulen
• Bersin berulang (khas) • Post nasal drip dengan lendir kental
• Hidung tersumbat • Nyeri
• Hidung gatal • Epistaksis berulang
• Banyak air mata keluar • Anosmia
(lakrimasi)
Pemeriksaan Fisik
• Hidung pernapasan mulut terus-menerus, allergic salute, allergic crease,
dan pemeriksaan rhinoskopi
• Telinga umumnya tampak normal
• Sinus palpasi sinus untuk nyeri tekan atau ketukan gigi rahang atas
• Orofaring posterior tanda-tanda post nasal drip (akumulasi lendir di
bagian belakang hidung dan tenggorokan)
• Thorax dan kulit diperiksa untuk menemukan tanda alergi lain yang dapat
muncul bersamaan seperti asma (misalnya, mengi) atau dermatitis
Pemeriksaan Fisik
• Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema,
basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya
sekret encer yang banyak.
• Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak
hipertrofi
• Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila
fasilitas tersedia.
Tanda dan Gejala Khas
a) Allergic shinner : statis vena oleh karena
obstruksi hidung
b) Allergic sallute : gerakan gosok hidung
c) Allergic crease : garis melintang dorsum
nasi 1/3 bawah
d) Facies adenoid : karena mulut sering
terbuka
e) Cobblestone appearance : dinding post
faring granuler dan edema
f) Geograpic tongue : lidah seperti
gambaran peta
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sitologi Berguna sebagai pelengkap. Jika ditemukan eosinofil
hidung meningkat, menunjukkan kemungkinan alergen berasal dari
alergen inhalan
Hitung eosinophil darah Dapat normal atau meningkat
tepi
Pemeriksaan IgE total Dengan metode prist-paper radio immunosorbent test, RAST,
atau ELISA meningkat
Uji Kulit • Uji intrakutan tunggal atau serial (skin end-point
titration/SET), uji cukit (prick test)
• Uji tempel (patch test). SET dilakukan untuk alergen inhalan
dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi
yang bertingkat kepekatannya. Keuntungannya adalah
selain menentukan alergen penyebab, juga dapat
menentukan derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi
Tatalaksana
● Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan
alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi
● Medikamentosa : Antihistamin (antagonis histamin H-1), Dekongestan
(agonis alfa adrenergik), Kortikosteroid topikal, Antikolinergik
(ipratropium bromide untuk mengatasi rinore)
● Operatif (konkotomi)
● Imunoterapi
Rekomendasi ARIA WHO 2019
Keterangan :
● Pada pasien dengan IAR kombinasi INCS IAR (intermittent allergic rhinitis)
+ OAH atau INCS tunggal, atau INCS + PAR (persistent allergic rhinitis)
INCS (intranasal corticosteroid)
INAH, tergantung pada preferensi pasien. INAH (intranasal antihistamine)
Pada permulaan pengobatan (2 minggu OAH (oral antihistamine)
pertama), kombinasi dari INCS + INAH akan
bekerja lebih cepat dibandingkan INCS
tunggal sehingga mungkin lebih dipilih oleh
pasien
● Pada pasien dengan PAR INCS tunggal
atau INCS + OAH atau INCS + INAH
Pemilihan Farmakoterapi Pada
Pasien Dengan Rhinitis Alergi
(Seidman et al. 2015. Guideline Otolaryngology Development Group. AAO-HNSF. Clinical practice guideline: Allergic Rhinitis
Analisis Anamnesis
Keluhan Utama
Bersin, pilek, hidung tersumbat,
setiap 2 sampai 3 hari
(Seidman et al. 2015. Guideline Otolaryngology Development Group. AAO-HNSF. Clinical practice guideline: Allergic Rhinitis
Analisis Tatalaksana
Rempah-rempah seperti merica, bawang putih,
jahe, kunyit, stroberi, terong, wewangian, Peganum
harmala L., asap rokok, udara yang tercemar dan
bau deterjen yang kuat memicu atau memperburuk
gejala pada pasien
Non Medikamentosa:
• Menghindari alergen, diberikan lembaran petunjuk cara menghindari alergen debu rumah
• Mengganti kasur berbusa dengan bahan lain yang tidak menimbulkan alergi
• Menghindari pemakaian karpet berbulu
Irawati N dan Rusmono N. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 7.
Jakarta: Universitas Indonesia Publishing.
Iskandar N, Soepardi E, Bashiruddin J. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Klimek L, et al . 2019. ARIA Guidline 2019 : Treatment of Allergic Rhinitis in the German Health System.
Allergolige select. 3 : 22-50
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7066682/pdf/allergologieselect-3-022.pdf
Lakhani N, North M, Ellis AK. 2012. Clinical Manifestations of Allergic Rhinitis. Journal Allergy and Therapy
S5.
Seidman DM et al. 2015. Clinical Practice Guideline: Allergic Rhinitis. Otolaryngology- Head and Neck Surgery
Vol. 152 (IS) S1-S43.
DAFTAR PUSTAKA
Small P, Keith PK, Kim H. 2018. Allergic Rhinitis. Allergy Asthma Clin Immunol .14(2):31-41
https://aacijournal.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/s13223-018-0280-7.pdf
Liu B, Feng J. 2021. The Role of Nasal Endoscopy in Allergic Rhinitis and House Dust Mite Sublingual
Immunotherapy. Int Arch Allergy Immunol. 182:690–96. https://www.karger.com/Article/Pdf/513810