Anda di halaman 1dari 34

Diagnosis

Natural History of Disease


Preclinical Clinical Outcome

A B C D E F
A. Biologic onset of the condition
B. Pathologic evidence of disease detectable by screening
C. Signs and symptoms of disease
D. Health care sought
E. Diagnosis of disease
F. Treatment of disease
Diagnosa
 Keputusan yang diambil oleh dokter
mengenai penyakit yang diderita pasien

 Keputusan dokter tergantung pada


anamnese, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan lab/penunjang.
 Untuk menegakkan diagnosis diperlukan uji
diagnosis:
 Pemeriksaan klinis
 Pemeriksaan lab sederhana
 Pemeriksaan lain yg lbh canggih
 Diagnosis bisa dilakukan scr
 bertahap (serial): mis test tuberkulin dahulu baru
foto thorak
 Paralel: bbrp pemeriksaan dilaksanakan
sekaligus.
 Uji diagnostik yg ideal: uji yg memberi hasil
positif pd semua subjek yg sakit dan
memberikan hasil negatif pd semua subjek
yg tidak sakit.

 Tetapi ada kemungkinan diperoleh hasil uji


positif pd subjek yg sehat (false posititive)
dan hasil negatif pd subjek yg sakit (false
negative).
 Tujuan:
 Utk menegakkan diagnosis penyakit atau
menyingkirkan penyakit (sensitif : kemungkinan
negatif semu kecil; spesifik : kemungkinan positif
semu kecil)
 Utk keperluan screening (mencari subjek yg
asimptomatik)
 Utk pengobatan pasien memantau perjalanan
penyakit, mengidentifikasi komplikasi,
mengetahui kadar terapi suatu obat, menetapkan
prognosis dan mengkonfirmasi suatu hasil
pemeriksaan yg tak diduga
 Utk studi epidemiologis
 Prinsip dasar uji diagnostik:
 Uji diagnostik baru hrs memberi manfaat yg
lebih dibanding uji diagnostik yg sdh ada.
 Lebih sederhana/mudah, murah dan tidak invasif
 Dpt mendiagnosa pd fase lebih dini
 Uji diagnostik bbtk tabel 2x2:

Penyakit
Hasil uji Ya Tidak Jlh
Ya PB PS PB+PS
Tidak NS NB NB+NS
Jlh PB+NS PS+NB total
PB=positif benar ; PS = positif semu ; NS = negatif semu ; NB = negatif benar
 Pd uji diagnostik kita menentukan
bagaimana suatu uji dpt memisahkan
antara subjek yg sakit dgn yg tdk sakit.
 Cth
 Suatu uji diagnostik thd 100 pasien limfoma
malignum yg dibuktikan dgn biopsi, 65
menunjukkan hasil positif; sdgkan uji diagnostik
yg sama thd 100 pasien dgn pembesaran
kelenjar non-limfoma, hanya 30 yg menunjukkan
hasil uji positif. Bila dilakukan uji hipotesis dgn X 2,
tdpt hubungan yg bermakna (p<0,001) antara
hasil uji positif dgn tdptnya limfoma malignum.
Penyakit
Limfoma Non Jlh
limfoma
Positif PB PS PB+PS
65 30
Hasil uji Negatif NS NB NB+NS
35 70
Jlh PB+NS PS+NB Total
100 100 200
SENSITIVITAS dan SPESIFISITAS
BAKU EMAS
UJI Positif Negatif Jlh
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Jlh A+C B+D A+B+C+D

TABEL 2X2 HASIL UJI DIAGNOSTIK YAITU HASIL YG DIPEROLEH DGN UJI
YG DITELITI DAN DGN HASIL PD PEMERIKSAAN DGN BAKU EMAS.

Sensitivitas = A : (A+C)
Spesifisitas = D : (B+D)
Nilai prediksi positif (Positive Predictive Value ) = A : (A+B)
Nilai prediksi negatif (Negative Predictive Value) = D : (C+D)
 PRE-TEST PROBABILITY = PREVALENCE = (A+C ) /
(A+B+C+D)

LR = LIKELIHOOD RATIO
 LR+ = SENSITIVITY/(1-SPESIFICITY)
 LR- = (1- SENSITIVITY)/SPESIFICITY

 PRE TEST ODDS = PREVALENCE : ( 1- PREVALENCE)


 POST TEST ODDS = PRE TEST ODDS X LR
 POST TEST PROBABILITY = POST TEST ODDS : (1 +
POST TEST ODDS)
 Sensitivitas:
 memperlihatkan kemampuan alat diagnostik utk
mendeteksi penyakit.
 Kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan
positif bila dilakukan pd sekelompok subjek yg
sakit.
 Spesifisitas
 Menunjukkan kemampuan alat diagnostik utk
menentukan bahwa subjek tidak sakit
 Kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan
negatif bila dilakukan pd sekelompok subjek yg
sehat.
 Positive Predictive Value:
 Probabilitas seseorang menderita penyakit
apabila uji diagnostiknya positif.
 = A : (A+B)

 Negative Predictive Value:


 Probabilitas seseorang tidak menderita penyakit
apabila uji diagnostiknya negatif.
 = D : (C+D)
 Likelihood ratio:
 Probabilitas dari hasil test pad orang yang menderita
penyakit dibandingkan dengan probabilitas dari hasil
test pada orang yang tidak menderita penyakit.

 Likelihood ratio ini menunjukkan berapa kali


kemungkinan suatu hasil test dijumpai pada orang
yang menderita penyakit diabndingkan dengan
orang normal.
 POSITIVE LIKELIHOOD RATIO (LR+)
Menunjukkan berapa besar kemungkinan suatu test
memberikan hasil positif pada orang yang sakit
dibandingkan pada orang sehat.
= { a/(a+c)} / {b/(b+d)}
= SENSITIVITY / (1- SPECIFICITY)

 NEGATIVE LIKELIHOOD RATIO (LR-)


Menunjukkan berapa besar kemungkinan suatu test
memberikan hasil negatif pada orang yang sakit
dibandingkan pada orang sehat.
= { c/(a+c)} / {d/(b+d)}
= (1- SENSITIVITY ) / SPECIFICITY
Kemampuan suatu test yang valid, bila dapat merubah
pendapat kita dari apa yang kita pikirkan sebelum test
(pretest probability) ke apa yang kita pikirkan setelah test
(postest probability)

Test diagnostic akan lebih berguna bila test tsb


menghasilkan perubahan yang besar (big changes) dari
pretest probability ke postest probability.
Cth 1:

Penyakit
Limfoma Non Jlh
limfoma
Hasil uji Positif 65 30 95
Negatif 35 70 105
Jlh 100 100 200

Sensitivitas = A : (A+C) = 65 : 100 = 65%

Spesifisitas = D : (B+D) = 70 : 100 = 70%

Uji diagnostik terbaik adalah uji diagnostik yg


mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yg tertinggi
Cth 2:

Histopatologi
Ca Non Ca Jlh
Positif 13 4 17
Mammogra
Negatif 3 28 31
fi
Jlh 16 32 48

PRE-TEST
LR+: LR-:
SENSITIVITY: SPESIFICITY: PROBABILITY
SENS/ (1-SENS)
A/(A+C) D/(B+D) = PREVALENCE:
(1-SPEC) /SPEC
(A+C ) / (A+B+C+D)

(13/16)X100% 1-(13/16)
(28/32)X100% (13/16) 16/48
/(28/32)
/(1-28/32)
= 81,25%
=87,5% =6,5 = 33,3%
=0,21
PRE TEST ODDS= POST-TEST PROBABILITY=
POST TEST ODDS=
PREVALENCE: POST TEST ODDS:
PRE TEST ODDS X LR+
(1-PREVALENCE) (1+POST TEST ODDS)

0,5 X 6,5 3,25 : (1+3,25)


(16/48) : (1-16/48)
= 0.764
= 3,25 = 76,4%
= 0,5

Pretest probability Post test probability


33.3% 76.4%
SCREENING TEST
UNTUK DETEKSI
PENYAKIT
Screening
Definition

Early detection of preclinical disease in


asymptomatic persons
Screening
 Pencegahan primer merupakan cara yg terbaik untuk
mencegah penyakit
 Tapi bila hal tsb tdk mungkin dilakukan maka mendeteksi
tanda dan gejala penyakit serta pengobatan secara tuntas
mrpkn pertahanan kedua

 Untk mendeteksi tanda dan gejala penyakit scr dini dan


menemukn penyakit sebelum menimbulkan gejala dpt
dilakukan dg cara berikut:

1. Deteksi tanda dan gejala dini


2. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala
BATASAN
 Screening : cara untk mengidentifikasi penyakit yg belum
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain
yg dapat dg cepat memisahkn antara org yg mungkin
menderita penyakit dg org yg mungkin tdk menderita penyakit

 Screening tdk dimaksudkan untk mendiagnosa suatu penyakit,


shg bila hasil positif hrs dilakukan pemeriksaan yg lebih
intensif untk menentukan apakah yang bersangkutan sakit
atau tdk

 Bila diagnosa positif dilakukan pengobatan intensif agar tdk


membahayakn bagi dirinya dan lingkungannya (khususnya
penyakit menular)
PROSES PELAKSANAAN
 Pd kelompok individu yg tampak sehat tapi mempunyai
resiko tinggi menderita peny tertentu dilakukan pemeriksaan
(tes) dan hasil tes bisa positive atau negativ

 Individu dg hsl tes neg pd suatu saat dpt dilakukan tes ulang

 Individu dg hsl tes pos dilakukan tes tahap kedua yi


pemeriksaan diagnostik yg lebih spesifik dan bila hasilnya
positif dilakukan pengobatan secara intensif, sedangkan
individu dg hasil tes negatif dpt dilakukn tes ulang dan
seterusnya sampai semua penderita dpt terjaring
Kelompok org yg
tampak sehat
tes

Hasil tes (-)


Hasil tes (+)

Pemeriksaan
diagnostik

Hasil tes (-)

Hasil tes (+)

Pengobatan
intensif
 Pemeriksaan yg biasa dilakukan untuk screening
dpt berupa pemeriksaan laboratorium atau
radiologis, misalnya :
a. Pemeriksaan gula darah
b. Pemeriksaan radiologis untk uji tapis penyakit
TBC
 Pemeriksaan tsb dpt dilakukan :
a. Dengan cepat dpt memilih sasaran untk
pemeriksaan lbh lanjut (pem diagnostik)
b. Tdk mahal
c. Mdh dilakukan oleh petugas kesehatan
d. Tdk membahayakn yg diperiksa dan yg
memeriksa
TUJUAN
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dg
gejala tdk khas thd org2 yg tampak sehat,
ttp mungkin menderita penyakit yi org2 yg
mempunyai resiko tinggi untuk terkena
penyakit (population at risk)
2. Dengan ditemukannya penderita tanpa
gejala dpt dilakukan pengobatan secara
tuntas shg mdh disembuhkn dan tdk
membahayakn dirinya maupun
lingkungannya dan tdk menjadi sumber
penularan shg epidemi dpt dihindari
SASARAN
 Sasaran utama adalah penyakit kronis, spt :
1. Infeksi bakteri (lepra, TBC, dll)
2. Infeksi virus (hepatitis)
3. Penyakit2 non infeksi, spt :
a. Hipertensi
b. DM
c. Peny jantung
d. Ca cerviks
e. glaucoma
4. AIDS
KRITERIA EVALUASI
 Untuk menilai hasil uji tapis dibutuhkan
kriteria ttt spt berikut :
1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Yield
YIELD
 Yield merupakan juml penyakit yg
terdiagnosis dan diobati sbg hasil dari uji tapis
 Hasil ini dipengaruhi oleh berbagai f/ :
1. Sensitivitas alat uji tapis
2. Prevalensi penyakit yg tdk tampak
3. Uji tapis yg dilakukan sebelumnya
4. Kesadaran masyarakat
 Bila alat yg digunakan untuk screening
mempunyai sensitivitas yg rendah akan
dihasilkan banyak negatif semu yg berarti
banyak penderita yg tdk terdiagnosis, hal ini
dikatakan bahwa uji tapis dgn yield yg
rendah dan sebaliknya, jadi sensitivitas alat
dan yield mempunyai korelasi yg positif
 Makin tinggi prevalensi penyakit tanpa
gejala yg terdpt didalam masy akan
meningkatkan yield terutama penyakit
kronis, spt TBC, Ca, hipertensi, dan DM
 Bagi peny2 yg jarang dilakukan uji
screening akan mendapatkan yield yg tinggi
krn banyaknya penyakit tanpa gejala yg
terdapat di masy, dan sebaliknya
 Di masyarakat dg kesadaran yg tinggi thd
masalah kesehatan akan meningkatkn
partisipasi dlm uji tapis hingga kemungkinan
banyak penyakit tanpa gejala yg dpt
terdeteksi dan dg demikian yield akan
meningkat.
BEBERAPA PERTIMBANGAN
DILAKUKAN SCREENING
1. Biaya
2. Alat yg digunakan
3. Tes yg dilakukan untuk uji tapis hrs cepat agar
hasilnya segera dpt diketahui
4. Tes yg dilakukan hrs sesuai dg selera masy dan
tdk bertentangan dg norma yg berlaku
5. Penderita yg terdeteksi hrs mendapatkan
pengobatan dan besarnya biaya pengobatan hrs
menjadi pertimbangan
6. Disamping alat untk tes uji tapis hrs disediakan
jg alat yg dpt digunakan untk diagnosis, misal
DM

Anda mungkin juga menyukai