Anda di halaman 1dari 23

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian
Bronchiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus,
yang menyebabkan obstruksi akut jalan nafas dan penurunan pertukaran gas
dalam alveoli. Lebih sering disebabkan oleh respiratory syncytial virus
(RSV), gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan,
terutama selama musim dingin dan awal musim semi (Admin, 2008).
Bronchiolitis adalah infeksi saluran pernapasan paling serius yang
diidap bayi berusia di bawah 12 bulan. Penyakit ini menyebabkan peradangan
bronchiolitis yaitu saluran udara terkecil di dalam paru-paru (Hidayat, 2010).
Bronkiolitis akut adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan
gejala utama akibat peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh virus
(Andrie, 2000).

1.1.2 Etiologi
1. Bronkhiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh Respiratory syncytial
virus (50%). Penyebab lainnya ialah parainfluenza virus, Eaton agent
(Mycoplasma pneumoniae), adenovirus dan beberapa virus lain.
2. Bakteri, pada kasus yang jarang ditemui.
3. Polutan (bahan kimia yang terkandung dalam udara).

1.1.3 Gejala
1. Biasanya dimulai dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) ringan
2. Dalam 2-3 hari bisa semakin parah yang disertai batuk berdesis
3. Napas bayi tersengal-sengal
4. Bayi terlihat panik dan gelisah
5. Pada kasus yang parah, bayi akan membiru dan ini merupakan situasi yang
gawat
6. Cuping hidung bayi akan terlihat membesar setiap kali menarik napas
7. Otot-otot antara tulang rusuk akan tertarik setiap kali menarik napas

1
1.1.4 Faktor Predisposisi
1. Sering berada di sekitar perokok
2. Usia bayi kurang dari 6 bulan
3. Hidup di lingkungan yang padat penduduk
4. Kurang konsumsi ASI
5. Lahir prematur
1.1.5 Manifestasi Klinis
1. Terjadinya bronkiolitis akut didahului dengan infeksi saluran napas bagian
atas yang relatif ringan. Infeksi saluran nafas ini dapat berupa batuk-batuk
paroksismal, pilek encer, bersin-bersin dan bisa disertai demam subfebril
atau tanpa demam. Kadang-kadang, pada bayi yang tidak mempunyai
riwayat ataupun demam sama sekali, dapat terjadi suatu keadaan hipotermi.
Gejala-gejala ini biasanya berlangsung beberapa hari.
2. Kemudian timbul distres pernafasan yang ditandai dengan keadaan dimana
anak menunjukkan gejala, seperti sesak nafas yang sifatnya progresif,
pernafasan cuping hidung yang disertai dengan retraksi interkostal dan
suprasternal. Pada keadaan yang berat dapat terdengar suara mengi.
Keadaan ini dikompensasi dengan pernafasan Kussmaul’s (pernafasan
cepat dan dalam). Pada akhirnya, anak menjadi gelisah, iritabel dan tampak
sianosis.
3. Selain itu, gejala lainnya dapat berupa kesulitan minum terutama pada bayi.
Hal ini disebabkan karena frekuensi napas yang cepat sehingga
menghalangi terjadinya proses menelan dan menghisap. Pada kasus yang
ringan, gejala-gejala tersebut menghilang dalam kurun waktu satu sampai
tiga hari hari. Sementara, pada kasus yang berat, gejalanya dapat tetap ada
sampai beberapa hari dan perjalanan penyakitnya berlangsung cepat.
4. Pada pemeriksaan fisik, dapat dilihat adanya distres pernapasan (keadaan
dimana frekuensi napas sekitar 60 x/menit, dengan pernapasan cuping
hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi dan juga sianosis).
Namun, pada bronkiolitis akut retraksi biasanya tidak dalam karena adanya
hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Hepar dan limpa
dapat teraba karena terdorong oleh diafragma akibat hiperinflasi paru-paru.
Kadang terdengar ronki basah nyaring halus pada akhir fase inspirasi atau
pada permulaan fase ekpirasi. Fase ekpirasinya memanjang dan mengi pada
keadaan tertentu dapat terdengar dengan jelas. Pada keadaan yang amat

2
berat suara pernafasan dapat tidak terdengar. Hal ini dapat dikarenakan
obstruksi yang terjadi sifatnya hampir menyeluruh.

1.1.6 Patofisiologi

1.1.7 Klasifikasi Bronkiolitis berdasarkan gejala klinis


Bronkiolitis
Ringan Sedang Berat
- Kemampuan untuk makan - Gangguan pernafasan - Tidak dapat untuk
normal sedang dengan beberapa makan
- Sedikit atau tidak ada kontraksi dinding - Gangguan pernafasan
gangguan pernafasan berat, dengan retraksi

3
- Tidak kebutuhan akan dada dan nafas cuping dinding dada yang
oksigen tambahan (saturasi hidung jelas, nafas cuping
O​2 - Hipoksemia ringan dan hidung dan dengkuran
> 95 % dapat dikoreksi dengan - Hipoksemia yang
oksigen tidak terkoreksi
- Mungkin menampakkan dengan oksigen
pernafasan yang pendek tambahan
ketika makan - Mungkin terdapat
- Mungkin memiliki peningkatan frekuensi
episode apnoe yang atau episode
singkat apnoe yang panjang
- Mungkin
menampakkan
peningkatan kelelahan

1.1.8 Komplikasi
Komplikasi dari bronkiolitis sangat minimal dan tergantung dari
penatalaksanaan penyakit sebelumnya. Adanya
gangguan fungsi paru yang menetap, dimana timbulnya whezing berulang dan
hiperaktifitas bronkial, otitis media akut, pneumonia bakterial dan gagal
jantung.

1.1.9 Pemeriksaan Diagnostik


Pada apusan darah tepi menunjukkan gambaran dalam batas normal.
Limfopenia yang sering ditemukan pada infeksi virus lain jarang ditemukan
pada brokiolitis. Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah akan
menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik maupun metabolik, yang dapat
ditandai dengan hiperkapnia, karena karbondioksida tidak dapat dikeluarkan,
akibat edem dan hipersekresi bronkiolus. Pada usapan nasofaring hanya
didapat flora komensal.

1.1.10 Penatalaksanaan
Infeksi oleh virus RSV biasanya bersifat ​self limiting ​disease,​ sehingga
pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif.
Prinsip pengobatannya adalah:
1. Oksigenasi

2. Cairan

3. Obat-obatan

4
a. Antivirus (Ribavirin)

b. Antibiotik

c. Bronkodilator dan Antiinflamasi (kortikosteroid)

d. Sedativa

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2.1. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


2.1.1. Pengkajian
1. Anamnesis
Gejala awal berupa gejala infeksi saluran
nafas atas akibat virus, seperti pilek ringan, batuk dan demam
yang mengenai anak usia maksimal 24 bulan yang lebih banyak terkena
adalah usia dibawah 12 bulan. ​Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk
yang disertai dengan sesak nafas. Selanjutnya dapat ditemukan wheezing,
merintih, nafas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel dan penurunan nafsu
makan. Adanya riwayat kontak dengan penderita infeksi saluran pernafasan
atas.

Kriteria bronkiolitis terdiri dari: (1) wheezing pertama kali, (2)umur


24 bulan atau kurang , (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi
virus misalnya batuk, pilek, demam dan menyingkirkan pneumonia atau
riwayat atopi yang dapat menyebabkan wheezing.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisis pada anak yang mengarah


ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya takipnea, takikardia, dan
peningkatan suhu diatas 38,5​0​C dan bisa mencapai suhu 41 ​0​C. Selain itu
dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan faringitis, dan otitis media.

Obstruksi saluran respiratori bawah akibat respon inflamasi akut akan


menimbulkan gejala ekspirasi memanjang hingga wheezing. Usaha-usaha

5
pernafasan yang dilakukan anak untuk mengatasi obstruksi akan
menimbulkan nafas cuping hidung dan retraksi interkostal. Selain itu dapat
juga ditemukan ronki dari pemeriksaan auskultasi paru. Sianosis dapat
terjadi dan bila gejala menghebat dapat terjadi apnea, terutama pada bayi
berusia (4,7) Selain itu ditemukan pernafasan yang pendek dan
saturasi O​2​ yang rendah dan tanda dehidrasi.

3. Pemeriksaan Penunjang

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti Laboratorium dan Radiologi,
berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya epidemic
Respiratory syncytial virus​ (RSV) di masyarakat

2.1.2. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema bronkial
dan peningkatan produksi mukus
Tujuan: Anak akan meningkat petukaran gas yang ditandai bernafas secara
mudah.
Kriteria Hasil:
(1). Mempertahankan pola pernafasan periodik
(2). Membran mukosa merah muda
(3). Meningkat pertukaran gas dan bernafas dengan mudah
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji frekuensi pernafasan dan pola nafas
R: Membantu dalam membedakan periode pertukaran pernafasan normal
dari serangan apnea.
2. Hisap jalan nafas sesuai indikasi
R: Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas.
3. Posisikan bayi terlentang / pada bawah dada diberi gulungan popok
untuk menghasilkan posisi ekstensi
R: Posisi ini dapat memudahkan pernafasan
4. Pertahankan suhu tubuh optimal
R: Peningkatan / penurunan suhu lingkungan dapat menimbulkan apnea

6
5. Berikan oksigen sesuai indikasi
R: Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernafasan
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
R: Mengatasi infeksi pernafasan / sepsis

2. Diagnosa: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolik.
Tujuan: Meningkatkan dan menjaga asupan nutrisi bayi.
Kriteria Hasil:
(1). BB meningkat
(2). Dapat minum/makan biasa
(3). Tidak muntah dan kembung
Intervensi dan Rasional:
1. Observasi reflek menghisap dan menelan
R: Reflek tersebut merupakan indikator perkembangan SSP
2. Timbang BB tiap hari.
R: Peningkatan BB bayi merupakan indikator peningkatan asupan nutrisi
Bayi
3. Observasi sisa lambung (jumlah dan warna)
R: Mengindikasikan asupan dan kerja lambung
4. Berikan minum susu 2 – 3 jam sesuai indikasi
R: Pemberian susu dapat menambah asupan nutrisi bayi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin
R: Membantu pertumbuhan dan pelengkap dari nutrisi yang telah
diberikan

2.1.3. Evaluasi
1. Jalan nafas berjalan secara normal.
2. Kebutuhan nutrisi tercukupi sesuai kebutuhan tubuh.

7
BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Sinta Atmawati


NIM : A1.07.44
Tanggal Pengkajian : 26 April 2011
No. Regester : 1102945
Ruang : Ruang Anak

PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama Pasien : An. S
Umur : 6 bulan
Alamat Pasien : TulungAgung
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

8
Penanggung jawab
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. R
Pendidikan Ayah/Ibu : SMP
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Tanggal Masuk rumah Sakit : 24 – 4 – 2011, Jam 18.40 WIB.
Diagnosa Medis : Bronchiolitis + BRPM

B. Keluhan Utama
Nafas sesak

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Mulai hari kamis yang lalu batuk (+), kemarin sesak (+), nafas engkrok-engkrok
(+), panas (+), malam ini muntah (+) 3x. Sebelumnya batuk pilek ± 1 minggu,
pergi ke bidan. Riwayat sesak sebelumnya.

D. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Prenatal :
An.S lahir dalam masa kehamilan 11 bulan. Selama masa kehamilan trimester
I-III ibu rajin memeriksakan kehamilannya di bidan. Saat hamil 1 bulan ibu
melakukan TT . Riwayat alergi (-).
Natal :
An.S lahir di RS. Trisna Medika TulungAgung melalui operasi sectio cesaria. BB
saat lahir 3600 gr, PB 46 cm dan tidak ada kelainan kongenital.
Post-Natal :
Perkembangan An.S setelah lahir sehat. Berat badannya bertambah seiring
dengan usianya.
Infant (1 bulan – 1 tahun) :
Saat ini An.S berumur 6 bulan. An.S beberapa bulan ini mengalami batuk pilek
yang berulang-ulang. Setelah dinyatakan sembuh oleh bidan, selang beberapa
minggu batuk pilek lagi disertai demam.

Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Perkembangan

9
a. Motorik halus : An.S dapat mengamati
sesuatu dengan baik, dapat mengambil
atau meraih benda-benda disekitarnya.
b. Motorik kasar : An.S dapat duduk
dan berdiri meskipun masih harus dipegangi
c. Kemampuan berbahasa : An.S menoleh
bila dipanggil atau mendengar suara,
mengoceh.
d. Kemampuan kognitif : An.S dapat
mengenali ibunya dan orang-orang yang
sudah dikenalnya.
e. Perkembangan sosial : An.S dapat
memperhatikan suara disekitarnya dan dapat
memungut benda yang tergeletak.
2. Pertumbuhan
a. Tinggi badan : 56 cm
b. Berat badan : 6 kg
c. Lingkar kepala : 40 cm
d. Lingkar dada : 42 cm
e. Panjang badan : 56 cm
f. Lingkar lengan atas : 14 cm

Imunisasi :
An.S sudah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu :
- 2 bulan BCG, DPT-1, Polio-1,
- 3 bulan DPT-2, Polio-2, HiB-1
- 4 bulan DPT-3, Polio-3, HiB-3, Hepatitis B-2

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Penyakit yang pernah/masih diderita keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
2. Struktur keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak
3. Fungsi keluarga

10
Keluarga An.S menjalankan perannya dengan baik, hubungan anggota
keluarga An.S terjalin dengan baik.

F. Mental Psikologi
1. Pola interaksi : An.S belum bisa beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya (RS).
2. Pola kognitif : An.S dapat mengenali ibunya dan orang-orang
yang sudah dikenalnya.
3. Pola emosi : An.S terkadang gelisah dan rewel
4. Konsep diri : An.S terkadang menangis bila didatangi oleh perawat
5. Pola pertahanan keluarga : Pertahanan keluarga
An.S sangat baik. Keluarga An.S selalu
membawa An.S berobat bila sakit, bila ada
masalah selalu dibicarakan bersama.

G. Sosial
1. Kultural : keluarga An.S tidak menjalankan ritual tertentu
2. Pola interaksi : An.S hanya mau berinteraksi dengan orang yang setiap hari
sering diliatnya, An.S takut dengan orang yang belum dikenalnya.
3. Lingkungan rumah : Orang tua An.S tinggal di daerah pedesaan dan dekat
dengan fasilitas kesehatan.

H. Spiritual
1. Anak : An.S beragama islam mengikuti orang tuanya
2. Orang tua : orang tua An.S beragama islam

I. Pengetahuan Keluarga
Keluarga kurang mengetahui tentang penyakit yang dialami anaknya. Keluarga
tetap berusaha memberikan pengobatan yang terbaik bagi anaknya.

J. Kebutuhan Dasar Neonatus / Anak


Kebutuhan An.S saat ini adalah pemenuhan nutrisi yang adekuat.

K. Pola Aktivitas Sehari-hari


No. POLA AKTIVITAS DI RUMAH DI RS

11
1. Pola Nutrisi :
a. Makan ASI dan Susu formula Susu formula
b. Minum
No. POLA AKTIVITAS DI RUMAH DI RS
2. Pola Eliminasi :
a. BAB Rutin setiap hari Rutin setiap hari
b. BAK sering sering
3. Pola Tidur Malam : ± 9 jam Malam : ± 8 jam
Siang : ± 4 jam Siang : ± 4 jam
Sering terbangun saat
tidur
4. Pola Aktivitas Berbaring, duduk, Lebih banyak berbaring,
tertawa, menelungkup, terkadang mau bermain,
bermain rewel
5. Kebersihan Diri Mandi 2x sehari Hanya diseka dengan air
(Personal Hygiene) hangat setiap pagi dan
sore

L. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Kesadaran : Pasien tampak lemah, kadang rewel, terpasang
O2 binasal, terpasang IV ditangan kiri dan terpasang selang lambung. Kesadaran
composmentis.

Tanda-tanda Vital :
- S : 36​2​ ºC - N : 140 x/mnt
- P : 64 x/mnt - TD : -

Pengukuran Pertumbuhan :
1. Tinggi badan : 56 cm
2. Berat badan : 6 kg
3. Lingkar kepala : 40 cm
4. Lingkar dada : 42 cm
5. Lingkar perut : 43 cm

12
6. Lingkar lengan atas : 14 cm
7. Kepala : bentuk simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
8. Mata : simetis, konjugtiva agak pucat, sclera putih
9. Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen
10. Hidung : bentuk simetris
11. Mulut : lembab
12. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
13. Dada : bentuk dada simetris
14. Abdomen : supel, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
15. Lengan : normal
16. Punggung : normal, tidak ada kelainan tulang belakang
17. Genetalia : normal, tidak ada kelainan
18. Pinggul, bokong dan anus : tidak ada kelainan
19. Tungkai dan kaki : normal

M. Tes Diagnostik
Tanggal 24-4-2011
- Pemeriksaan darah lengkap
- BGA
Tanggal 24-4-2011
- Foto rontgen = dada portable

N. Terapi Medis
Tanggal 24-4-2011
- Thymelon 7½ mg IV q 8 jam (1 hari)
- Nebulizer (ventolin 2 mg, bisolvon 8 tetes, saline 4 cc) q 8 jam
- Erocef 150 mg IV q 12 jam
- Yekadril 3 cc q ID
- Paracetamol 2,5 cc q 5 jam (1 hari)
- Vectrin 1,25 cc tid
- Nasafed 2 cc PO bid
- Zincare ½ pil per hari
- Vitamin A ¼ pil per hari
- Nystatin I + Glicerin 10 cc oles pada mulut sesering mungkin
- IV D ¼ NS 16 cc/ jam

13
Kediri, 27 April 2011

( SINTA ATMAWATI )

ANALISA DATA

14
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. S :- Edema dan akumulasi Gangguan
O : - Nafas mukus, eksudat pertukaran gas
engrok-engrok
- RR : 64 x/mnt Obstruksi saluran nafas
- O2 binasal 2 ltr kecil
- Saturasi 96-98 %
- Hr : 164 x/mnt Gangguan pertukaran gas
- pH : 7,2
- PCO2 : 44,9
mmHg
- PO2 : 55 mmHg
- HCO3 : 2-6
- Saturasi O2 : 84 %
- Batuk (+)
- IV D ¼ NS 16
cc/jam

2. S :- Sesak nafas Nutrisi kurang dari


O : - nafsu makan kebutuhan tubuh
menurun Bayi malas minum
- Terpasang
SL Nutrisi kurang dari
- Bising usus 5-6 kebutuhan
x/mnt
- BB : 6 kg
- Turgor kulit elastis
- Konjugtiva agak
pucat

15
16
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema bronkial dan peningkatan
produksi mucus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolic

PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN
NO INTERVENSI RA
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi dan pola 1.Membantu d
gas berhubungan keperawatan selama 2x24 nafas. periode pertu
dengan edema bronkial jam, jalan nafas kembali serangan apne
efektif dengan kriteria
dan peningkatan 2. Posisikan bayi terlentang / 2. Untuk mempe
hasil :
produksi mucus, bawah dada diberi
1. Pasien tidak sesak dan
ditandai dengan Nafas gulungan popok untuk
tidak batuk
ngrok-ngrok,RR : 64 2. RR : 60-80 x/mnt posisi ekstensi. 3.Peningkatan/pe
x/mnt,O2 binasal 2 ltr, 3. Tidak ada suara nafas 3. Pertahankan suhu tubuh lingkungan
Sat. 96-98 %,Hr : 164 tambahan, wheezing, optimal. apnea.
x/mnt, pH : 7,2, PCO2 : ronchi 4. Berikan O​2​ sesuai indikasi. 4.Perbaikan k
44,9 mmHg, PO2 : 55 4. Tidak menggunakan karbondioksid
alat bantu nafas
mmHg, HCO3 : 2-6, meningkatkan
5. Vital sign dalam batas
Sat. O2 : 84 %, Batuk 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Mengatasi
normal
(+) dalam pemberian antibiotik. sepsis.
6. Hasil BGA dalam batas
normal

17
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RAS

2. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Observasi reflek menghisap 1. Reflek terseb
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan dan menelan indikator per
berhubungan dengan dalam waktu 2 x 24 2. Timbang BB tiap hari. 2. Peningkatan
peningkatan kebutuhan jam, kebutuhan nutisi indikator pen
metabolic, ditandai terpenuhi dengan nutrisi bayi
dengan nafsu makan kriteria hasil : 3. Observasi sisa lambung 3. Mengindikas
menurun, Terpasang 1. Nafsu makan (jumlah dan warna) kerja lambun
SL, Bising usus 5-6 meningkat 4. Berikan minum susu 2 – 3 4. Pemberian s
x/mnt, BB sebelum 2. BB jam sesuai indikasi asupan nutris
sakit 6,3 kg, BB saat naik 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Membantu
sakit 6 kg. 3. Tidak terpasang SL dalam pemberian vitamin pelengkap d
diberikan

18
Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema
bronkial dan peningkatan produksi mucus
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam pola nafas teratur.
Kriteria hasil : - Pasien tidak sesak dan tidak batuk
- Tidak ada suara nafas tambahan, wheezing, ronchi
- Tidak menggunakan alat bantu nafas
- Vital sign dalam batas normal

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
27-4-2011 12 am 1. Mengukur suhu tubuh S = 36​2​º C RR = 64 x/mnt
2. Mengkaji frekuensi dan pola nafas.
3. Mengobservasi O​2
3​30 ​pm 4. Memberikan susu melalui SL
4 ​ ​pm 5. Memberikan obat melalui SL dan IV
5​30 ​pm 6. Pemeriksaan fisik
7. Pendokumentasian Askep

Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolic
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - Nafsu makan meningkat
- BB naik
- Tidak terpasang SL

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
27-4-2011 12 am 1. Mengukur suhu tubuh S = 36​2​º C RR = 64 x/mnt
2. Mengkaji frekuensi dan pola nafas.
3. Mengobservasi O​2
3​30 ​pm 4. Memberikan susu melalui SL
4 ​ ​pm 5. Memberikan obat melalui SL dan IV
5​30 ​pm 6. Pemeriksaan fisik
7. Pendokumentasian Askep

19
EVALUASI

TANGGAL &
DIAGNOSA EVALUASI
NO.
27-4-2011 Gangguan pertukaran gas S :-
O : - RR 64 x/mnt
- Terpasang O​2​ 1 liter

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

27-4-2011 Nutrisi kurang dari S :-


kebutuhan tubuh O : - nafsu makan masih kurang
- terpasang SL
- Suhu 36​2​ º C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

20
DAFTAR PUSTAKA

Saefuddin, (2001), Buku ​Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal,​ Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Hidayat, Aziz Alimul, (2005), ​Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I​, Edisi I, Jakarta:
Salemba Medika.

http://www.bahtiarAdmin.co.cc/2008/06/bronchiolitis.html

http://fk2000.blog.friendster.com/bronkiolitis/

http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-bronchiolitis.html

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai