Dosen Pengampu :
Gery Sugiran, ST
Meli (32722001D20054)
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 14
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Makalah ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................... 3
A. Pengertian Penyakit Kusta ................................................................................................... 3
B. Penyebab Kusta.................................................................................................................... 3
C. Tanda dan Gejala Kusta ....................................................................................................... 4
2) Komplikasi Kusta ................................................................................................................ 5
D. Pengobatan dan Pencegahan Kusta...................................................................................... 5
E. Jumlah Kasus Kusta di Indonesia ........................................................................................ 6
F. Analisa Data ......................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas
hingga masalah sosial, ekonomi, dan budaya karena Kusta sampai saat ini masih
merupakan stigma di masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini
disebabkan masih kurangnya pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru
terhadap Kusta dan disabilitas yang ditimbulkannya. Dalam program nasional
Penanggulangan Kusta, dilakukan upaya secara berkesinambungan untuk menurunkan
beban Kusta. Sejak Multi Drug Therapy (MDT) diperkenalkan 3 dekade yang lalu,
masalah Kusta turun secara signifikan, perkampungan Kusta di hampir seluruh tempat
ditutup dan Kusta bisa diobati di rumah sakit dan Puskesmas.
Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan dalam pencegahan
dan pengendalian penyakit Kusta. Data WHO tahun 2020 menunjukkan Indonesia masih
menjadi penyumbang kasus baru Kusta nomor 3 terbesar di dunia dengan jumlah kasus
berkisar 8% dari kasus dunia. Melihat kembali pencapaian program hingga 13 Januari
2021, tercacat sebanyak 26 provinsi dan 401 kabupaten/kota mencapai eliminasi ditandai
dengan angka prevalensi kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk. Meskipun demikian,
masih banyak kantong-kantong kusta di berbagai wilayah di Indonesia. Sebanyak 9.061
kasus baru kusta ditemukan di Indonesia. Angka ini menurun dibanding penemuan kasus
kusta dalam beberapa tahun terakhir, yaitu berkisar 16.000-18.000 kasus baru per tahun.
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Makalah
TINJAUAN TEORI
Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang terjadi akibat infeksi menahun
yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang primer menyerang
syaraf tepi dan sekunder menyerang kulit dan yang lain kecuali susunan syaraf pusat. Bila
tidak di tangani secara tepat dan tepat, maka penyakit ini akan berlanjut dan bisa
menyebabkan kecacatan. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
Leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang
melapisi bagian dalam hidung.
• Pausibasiler : 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan
menyerang satu cabang saraf.
• Multibasiler : lesi > 5, kusta multibasiler tak seperti pausibasiler, rasa baalnya tidak
jelas, dan menyerang banyak cabang saraf.
B. Penyebab Kusta
Hal yang perlu diperhatikan adalah kusta juga bisa menular lewat kontak
langsung dengan binatang tertentu, seperti armadillo. Kusta memerlukan waktu inkubasi
yang cukup lama antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata membutuhkan 3-5 tahun
setelah tertular sampai timbulnya gejala.
3
4
Gejala utama kusta, yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi di
kulit berbentuk benjolan yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau lebih. Lesi kuit
juga disertai gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot. Penyakit kusta juga
bisa menyebabkan gejala lain pada kulit. Kondisi ini bergantung dari pertumbuhan
bakteri itu sendiri, dan jenis-jenis kusta akan mempengaruhi bagaimana kita
mengobatinya.
• Tuberkuloid
Jenis kusta yang paling ringan. Orang dengan tipe ini hanya memiliki satu atau
beberapa bercak datar berwarna pucat (kusta paucibacillary) disingkat PB. Daerah
kulit yang terkena bisa mati rasa karena kerusakan saraf di bawahnya. Kusta
tuberkuloid kurang menular dari jenis-jenis lainnya.
• Lepromatosa
Jenis kusta yang lebih parah. Pengidap kusta jenis ini akan memiliki benjolan luas di
kulit dan ruam (kusta multibasiler), mengalami mati rasa, dan kelemahan otot.
Selain itu, hidung, ginjal, dan organ reproduksi laki-laki juga dapat terpengaruh.
Kusta lepromatosa lebih menular dari kusta tuberkuloid.
• Borderline
Pada tipe ini, seseorang memiliki gejala gabungan dari kusta jenis tuberkuloid dan
jenis lepromatosa.
1) Diagnosa Dokter
2) Komplikasi Kusta
Kusta yang tak ditangani dengan cepat dan efektif bisa menimbulkan berbagai
komplikasi, yaitu:
• Gagal ginjal.
• Kerusakan permanen pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.
• Cacat progresif atau kerusakan permanen pada bigian hidung, alis, atau jari kaki.
Tujuan utama pengobatan kusta adalah untuk memutuskan mata rantai penularan,
menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan pengidap, serta mencegah
timbulnya kecacatan. Agar pasien bisa sembuh dan mencegah terjadinya resistensi,
pengobatan kusta menggunakan kombinasi beberapa antibiotic.
Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kusta, antara lain:
Jumlah kasus cacat tingkat 2 penderita baru penyakit kusta tahun 2011-2019 di Indonesia
8,71
8,4
6,82 6,6
6,33
5,27
4,26 4,22 4,18
Angka cacat
2019 2011
2018 2011
2017 2012
2012
2013
2014
2016 2015
2016
2017
2013
2015 2018
2019
2014
9
F. Analisa Data
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus baru
kusta setiap tahunnya. Prevalensi kusta di Indonesia sebesar 0.70 kasus/10.000 penduduk
dan angka penemuan kasus baru (NCDR) sebesar 8.08 kasus/10.000 penduduk pada
tahun 2017. Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil,
dengan jumlah Penderita Kusta baru pada tahun 2017 mencapai 15.910 Penderita Kusta
(angka penemuan Penderita Kusta baru 6,07 per 100.000 penduduk).
Berdasarkan Ditjen P2P Kemenkes RI tahun 2020 data angka cacat tingkat 2
penderita kusta tahun 2011 sampai 2019. Pada tahun 2011 didapati sebesar 8,4 , pada
tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 8,71, pada tahun 2013-2014 mengalami
penurunan menjadi 6,33, namun pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,27
menjadi 6,60, pada tahun 2016 sampai 2019 angka cacat terus menurun tiap tahunnya
sampai di 2019 sebesar 4,18.
Dari data diatas menunjukan angka cacat tingkat 2 penderita kusta per 1.000.000
penduduk di indonesia 4 tahun terkhir mangalami penurunan. Meski begitu angka
tersebut masih tinggi dan eliminasi provinsi di indonesia belum merata khusunya di
daerah timur yaitu di Sulawesi dan Papua. Pencapaian Eliminasi Kusta pada suatu
wilayah provinsi tidak selalu berbanding lurus terhadap pencapaian Eliminasi Kusta di
kabupaten/kota pada wilayah provinsi yang telah mencapai Eliminasi Kusta tersebut. Hal
ini disebabkan masih terdapat kantong-kantong Kusta pada kabupaten/kota di provinsi
tersebut karena penularan Kusta setempat masih tinggi dan adanya stigma terhadap
Kusta. Dengan adanya kantong-kantong Kusta pada kabupaten/kota tersebut maka
pencapaian angka prevalensi menuju Eliminasi Kusta di tingkat kabupaten/kota masih
belum dapat terwujud. Untuk itu, diperlukan kegiatan inovatif dan penemuan Penderita
Kusta secara aktif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil, dengan
jumlah Penderita Kusta baru pada tahun 2017 mencapai 15.910 Penderita Kusta (angka
penemuan Penderita Kusta baru 6,07 per 100.000 penduduk).
B. Saran
10
11
DAFTAR PUSTAKA
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulanga
n_Kusta.pdf
http://p2p.kemkes.go.id/pravalensi-kusta-pada-anak-tinggi-temukan-kasusnya-periksa-kontak-
dan-obati-sampai-tuntas/
11