Anda di halaman 1dari 9

Askep Ileus

A. PENGERTIAN
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi
usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan
kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagaian
dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total
usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis
dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap
hidup.

Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (Ileus ObstruktiI)
Suatu penyebab Iisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktiI ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

2. Neurogenik/Iungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraI ototnom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan
neurologis seperti penyakit parkinson.


B. ETILOLOGI
1. Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang
sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah
pembedahan abdomen.
2. Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam
bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus.
Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling
sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limIe mendorong
dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus
tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan
bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat
terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan
dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi.
Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya.
4. Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau
dinding dan otot abdomen.
5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen
usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding
usus.
6. Kelainan kongenital

C. TANDA DAN GEJALA
1. Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti
kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya
obstruksi dan bersiIat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan
darah dan mukus, tetapi bukan materi Iekal dan tidak terdapat
Ilatus.
Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya
menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus
terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum
maka muntah Iekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di
area gastriuntestinalyang terjadi, semakin jelas adaanya distensi
abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi
syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
2. Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersiIat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten.
Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi
dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi
dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien
menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

D. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patoIisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau Iungsional. Perbedaan utamanya pada
obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresiI akan teregang oleh
cairan dana gas (70 dari gas yang ditelan) akibat peningkatan
tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium
dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi
dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah
dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan
sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas
kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan
ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia,
insuIisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perIusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila
tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan
penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam
usus. EIek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi
dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi
toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi
sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah
elevasi diaIragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan
berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava
inIerior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan
aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan
darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang
dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang
terlibat cukup panjang.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,
demam dan atau diIoresis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal
b. Masukan dan keluaran seimbang
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala
syok.
b. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
c. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan
intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi
terhadap warna dan konsistensi
d. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk
memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke
hidung sampai selang pada posisi yang benar
e. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
I. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran
kurang dari 50 ml/jam
g. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
h. Pantau elektrolit, Hb dan Ht
i. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
j. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian
cairan per oral juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam
dan memberikanjumlah air yang telah diukur atau memberikan
cairan setelah selang usus diangkat.
k. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan,
untuk memperkirakan jumlah absorpsi.
l. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri
atau kekauan.
m. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak
adanya bising usus.
n. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
o. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
p. Observasi Ieses pertama terhadap warna, konsistensi dan
jumlah; hindari konstipasi

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan
ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat
ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan
menyangga lutut.
b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
c. Kaji keeIektiIan dan pantau terhadap eIek samping anlgesik;
hindari morIin
d. Berikan periode istirahat terencana.
e. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktiI atau
pasiI setiap 4 jam.
I. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan
perawatan kulit.
g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau
nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatiI penghilang nyeri.

3. KetidakeIektiIan pola naIas berhubungan dengan distensi
abdomen dan atau kekakuan.
Tujuan : pola naIas menjadi eIektiI.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan
latihan pernaIasan, pernaIasan yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
a. Kaji status pernaIasan; observasi terhadap menelan, 'pernaIasan
cepat
b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentiI
d. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam
dan napas dalam setiap jam.
e. Auskultasi dada terhadap bunyi naIas setiap 4 jam.

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan.
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping
positiI dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan
yang berhasil pada waktu lalu.
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut; berikan penenangan.
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.

F. PENATALAKSANAAN
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Terapi Na, K, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler.
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal
usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih
eIektiI dengan pasien berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi deIisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau inIeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran Ieses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai
prosedur kedua.
ILEUS
adalah hilangnya pasase isi usus. Ileus ObstruktiI adalah kerusakan
atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltic usus
sementara.

Ileus diklasiIikasikan menjadi :
1. Ileus Mekanik ;
a. Lokasi Obstruksi : ~ Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
~ Letak Tengah : Ileum Terminal
~ Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
b. Stadium : ~ Parsial ; menyumbat lumen sebagian
~ Simple/Komplit: menyumbat lumen total
~ Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa
2. Ileus Neurogenik
a. Adinamik : Ileus Paralitik
b. Dinamik : Ileus Spastik
3. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia

Etiologi

1. Ileus ObstruktiI
a. Hernia Inkarserata
b. Non Hernia : ~ Penyempitan lumen usus; ~ Isi Lumen : Benda
asing, skibala,
ascariasis.
~ Dinding Usus : stenosis (radang
kronik), keganasan.
~ Ekstra lumen : Tumor intraabdomen.
~ Adhesi
~ Invaginasi
~ Volvulus
~ MalIormasi Usus

2. Ileus Paralitik
a. Pembedahan Abdomen
b. Trauma abdomen
c. InIeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis
d. Pneumonia
e. Sepsis
I. Serangan Jantung
g. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
h. Kelainan metabolik yang mempengaruhi Iungsi otot
i. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi
j. Mesenteric ischemia

Diagnosis

1. SubyektiI -Anamnesis
Gejala Utama:
~ Nyeri-Kolik : o Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar
umbilikus
o Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
~ Muntah: o Stenosis Pilorus : Encer dan asam
o Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
o Obstruksi kolon : onset muntah lama.
~ Perut Kembung (distensi)
~ Konstipasi : o Tidak ada deIekasi
o Tidak ada Ilatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan Iemoral yang tidak dapat
kembali menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat
didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan darah.
Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri
perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya
dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang
berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan
onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

2. ObyektiI-Pemeriksaan Fisik
Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis
seperti:
~ Takikardia
~ Pireksia (demam)
~ Lokal tenderness dan guarding
~ Rebound tenderness
~ Nyeri lokal
~ Hilangnya suara usus local

Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi.


Obstruksi

Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steiIung. Benjolan pada
regio inguinal, Iemoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen
berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka
operasi sebelumnya.

Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada
Iase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

Perkusi
Hipertimpani

Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Rectal Toucher
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatiI : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

Radiologi
Foto Polos:
Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak
tangga (air step ladder) dan air-Iluid level. Penggunaan kontras
dikontraindikasikan adanya perIorasi-peritonitis. Barium enema
diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada
kecurigaan volvulus.

Paralitik

Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa
silent abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran Ioto
polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar
tanpa air-Iluid level.

!enanganan Ileus
1. KonservatiI
Penderita dirawat di rumah sakit.
Penderita dipuasakan
Kontrol status airway, breathing and circulation.
Dekompresi dengan nasogastric tube.
Intravenous Iluids and electrolyte
Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.
15

Macam
ileus
Nyeri Usus Distensi Muntah
borborigmi
Bising
usus
Ketegan
gan
abdome
n
Obstruks
i simple
tinggi

(kolik)
Meningka
t
-
Obstruks
i simple
rendah

(Kolik)

Lambat, Iekal
Meningka
t
-
Obstruks
i
strangula
si

(terus-
menerus,
terlokalisir)
Tak tentu
biasanya
meningkat

Paralitik Menurun -
Oklusi
vaskuler
Menurun

2. Farmakologis
Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
Analgesik apabila nyeri.

3. OperatiI
Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai
dengan
peritonitis.
Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi,
volvulus, dan
jenis obstruksi kolon.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric
untuk
mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
o Lisis pita untuk band
o Herniorepair untuk hernia inkarserata
o Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
o Reseksi usus dengan anastomosis
o Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

Komplikasi
Nekrosis usus
PerIorasi usus
Sepsis
Syok-dehidrasi
Abses
Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
Pneumonia aspirasi dari proses muntah
Gangguan elektrolit
Meninggal

!rognosis
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien
sebelumnya.
Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari
penyakit yang
mendasarinya
A.!engertian
Ileus !aralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut
yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.htm).
Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraI
otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga
tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya
amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/).
Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas), pasien tidak dapat buang air
besar.(http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/
tidak-bisa-buang-air-besak-karena-usus.html).
Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan
dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara
waktu berhenti. (www.medicastore.com).

Dari keempat deIinisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai
keluhan utama karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar.

B. Etiologi
1. Pembedahan Abdomen
2. Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas
kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada
dinding usus
3. InIeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis
4. Pneumonia
5. Sepsis
6. Serangan Jantung
7. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
8. Kelainan metabolik yang mempengaruhi Iungsi otot
9. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi
10. Mesenteric ischemia


C. !atofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Peristiwa patoIisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan
oleh penyebab mekanik atau Iungsional. Perbedaan utama adalah
obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula
diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Perubahan
patoIisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang
tersumbat secara progresiI akan teregang oleh cairan dan gas (70
dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh
karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna
setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan
utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah
penyempitan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-
hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perIusi jaringan
dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. EIek lokal peregangan
usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas
akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia. Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase
muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan
dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam
jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus
proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan
absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus
menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan
sendirinya secara terus menerus dan progresiI akan mengacaukan
peristaltik dan Iungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko
dehidrasi, iskemia, nekrosis, perIorasi, peritonitis, dan kematian.
2. ManiIestasi Klinik
a. Obstruksi Usus Halus Gejala awal biasanya berupa nyeri
abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah
berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersiIat hilang timbul.
Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi
Iekal dan tidak terdapat Ilatus. Pada obstruksi komplet, gelombang
peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya
berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila
obstruksi terjadi pada ileum maka muntah Iekal dapat terjadi.
Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi,
semakin jelas adanya distensi abdomen. Jika berlanjut terus dan
tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi
dan kehilangan volume plasma.
b. Obstruksi Usus Besar Nyeri perut yang bersiIat kolik dalam
kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi
intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama
bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi
disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-
satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat
distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar
melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah. 3. Komplikasi Dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi usus dan memicu iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin
toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi,
perIorasi tukak peptik yang ditandai oleh perangsangan peritoneum
yang mulai di epigastrium dan meluas ke seluruh peritoneum
akibat peritonitis generalisata. PerIorasi ileum pada tiIus biasanya
terjadi pada penderita yang demam kurang lebih dua minggu
disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang disusul oleh nyeri
perut, nyeri tekan, deIans muskuler, dan keadaan umum yang
merosot.dan berakhir pada kematian.

D. !enatalaksanaan Medis
1. Pengobatan dan Terapi Medis
a. Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti inIlamasi
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah Iase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest
2. KonservatiI
a. Laparatomi Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal
peritonitis seperti takikardia, pireksia (demam), lokal tenderness
dan guarding, rebound tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara
usus lokal, untuk mengetahui secara pasti hanya dengan tindakan
laparatomi.
. !erencanaan Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri epigastrium berhubungan dengan
proses patologispenyakitnya Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan rasa nyaman nyeri
terpenuhi
Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang
dirasakan dan mengetahui pemberian terapi sesuai indikasi.
b. Berikan posisi senyaman mungkin
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan
kenyamanan.
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional : Untuk mendukung tindakan yang telah diberikan guna
mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi (
ProIenid 3 x 1 supp ).
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan gangguan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Mual, muntah hilang, naIsu makan bertambah,
makan habis satu porsi
Rencana tindakan :
a. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah
Rasional : Untuk menilai keluhan yang ada yang dapat menggangu
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b. Kolaborasi pemberian obat anti emetik (Antacid )
Rasional : Membantu mengurangi rasa mual dan muntah.

3. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan syok
hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda tanda vital dalam batas normal, volume
cairan tubuh seimbang, intake cairan terpenuhi.
Rencana tindakan :
a. Monitor keadaan umum
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normalnya.
b. Observasi tanda tanda vital
Rasional : Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
c. Kaji intake dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
Rasional : Untuk memenuhi keseimbangan cairan

4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan gangguan pola eliminasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Pola eliminasi BAB normal
Rencana tindakan :
a. Kaji dan catat Irekuensi, warna dan konsistensi Ieces
Rasional : Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang
terjadi pada eliminasi Iekal.
b. Auskultasi bising usus
Rasional : Untuk mengetahui normal atau tidaknya pergerakan
usus.
c. Anjurkan klien untuk minum banyak
Rasional : Untuk merangsang pengeluaran Ieces.
d. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (LaxatiI)
Rasional : Untuk memberi kemudahan dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal
- pegal seluruh tubuh Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur
teratasi
Kriteria hasil : Pola tidur terpenuhi
Rencana tindakan :
a. Kaji pola tidur atau istirahat normal pasien
Rasional : Untuk mengetahui pola tidur yang normal pada pasien
dan dapat menentukan kelainan pada pola tidur.
b. Beri lingkungan yang nyaman
Rasional : Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
tidur.
c. Batasi pengunjung selama periode istirahat
Rasional : Untuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur pasien
d. Pertahankan tempat tidur yang hangat, bersih dan nyaman
Rasional : Supaya pasien dapat tidur dengan nyaman
e. Kolaborasi pemberian terapi analgetika
Rasional : Agar nengurangi rasa nyeri yang menggangu pola tidur
pasien

6. Kecemasan ringan sedang berhubungan dengan kondisi pasien
yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kecemasan tidak terjadi
Kriteria hasil : Kecemasan berkurang
Rencana tindakan :
a. Kaji rasa cemas klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien
b. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
Rasional : Untuk terbinanya hubungan saling pecaya antara
perawat dan pasien.
c. Berikan penjelasan tentang setiap prosedur yang dilakukan
terhadap klien
Rasional : Agar pasien mengetahui tujuan dari tindakan yang
dilakukan pada dirinya.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya inIormasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 324 jam diharapkan pengetahuan pasien
meningkat.
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan pasien meningkat
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya
Rasional : Pasien dapat mengetahui mengenai penyakitnya dan
mendapatkan inIormasi yang akurat.
b. Berikan waktu untuk mendengarkan emosi dan perasaan pasien
Rasional : Agar pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada
perawat
c. Beri penyuluhan mengenai penyakitnya
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
penyakitnya.

Definisi Ileus Obstruktif
Obstruksi usus dapat dideIinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi
usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan
perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan
darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (Ileus ObstruktiI)
Suatu penyebab Iisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktiI ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor
polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik/Iungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraI ototnom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit parkinson
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para
ahli, yaitu:
1. Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah
aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth,
2001).
2. Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus
(PatoIisiologi vol 4, hal 403).
3. Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).
4. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
(Reeves, 2001).
5. Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, Ilatus dan makanan dapat secara mekanis
atau Iungsional (Tucker, 1998).
6. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu
jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Dari deIinisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah
sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui
saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik.
C. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian
menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
1. Mekanis : Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari
tekanan pada usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma,
stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan abses.
2. Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang
usus (Brunner and Suddarth).
D. !atofisiologi
Peristiwa patoIisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau Iungsional. Perbedaan utamanya adalah
obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten
akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat proIesiI akan terenggang
oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus
sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka
tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena
dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan
cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan
toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka
kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan
kematian. (Pice and Wilson, hal 404)
E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri tekan pada abdomen.
2. Muntah.
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada Ieces dan Ilatus (Kapita Selekta,
2000, hal 318).
F. !emeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1 Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus.
2. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan
jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan inIeksi.
3. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh
udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila Ioto Iokus
tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk
mengetahui tempat obstruksi (Brunner and Suddarth, 2001, hal 1121).
.!enatalaksanaan Bedah dan Medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi
dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan Iungsi
usus kembali normal.
1. Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik
bermamIaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus
tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan
tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena
diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium,
klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung
penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia
dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
2. Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatiI tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat
dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada
pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat
memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa
dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab
obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
H. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau inIeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. PerIorasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen.
3. Sepsis, inIeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).

BAB III
KONSE! KE!ERAWATAN
A. !engkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien.
(Nursalam, 2001).
1 Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus Iactor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat
ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
3. Pemeriksan Iisik
a.Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
cEliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan deIekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan Ieces
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan Iekal. Membran mukosa pecah-
pecah. Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersiIat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
I. Pernapasan
Gejala : Peningkatan Irekuensi pernaIasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
g. Diagnostik Test
1 Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas
dan cairan dalam usus.
2) Pemeriksaan simtologi
3) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4) Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na

dan Cl
-
rendah
6) Rntgen toraks: diaIragma meninggi akibat distensi abdomen
7Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
8)Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktiI. (Doenges, Marilynn
E, 2000)

C. Rencana Intervensi
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen yang perlu
diperhatikan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan meliputi
menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana
tindakan dan dokumentasi (Nursalam, 2001, hal 52) Adapun renana
tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
obstruksi usus antara lain:
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.
Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks.
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang sampai hilang.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. TTV dalam batas normal.
d. Skala nyeri 3-0.
Intervensi:
a. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)
dan Iaktor pemberat/penghilang.
#,sion,l. Nyeri distensi abdomen, dan mual. Membiarkan pasien
rentang ketidaknyamanannya sendiri membantu mengidentiIikasi
intervensi yang tepat dan mengevaluasi keeIektiIan analgesia.
b. Pantau tanda-tanda vital.
#,sion,l. Respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi dan
pernaIasan, yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi.
Abnormalitas tanda vitalterus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung,
pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernaIas;
lingkungan tenang. Anjurkan penggunaan bimbingan imajinasi, tehnik
relaksasi. Berikan aktivitas hiburan.
#,sion,l. Memberikan dukungan (Iisik, emosional), menurunkan
tegangan otot, meningkatkan relaksasi, mengIokuskan ulang perhatian,
meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping.
d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih ditunda.
Tingkatkan privasi dan gunakan tindakan keperawatan untuk
meningkatkan relaksasi bila bila pasien berupaya untuk berkemih.
Tempatkan pada posisi semi-Iowler atau berdiri sesuai kebutuhan.
#,sion,l. Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan
otot. Posisi tegak meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat
membantu dalam berkemih.
Kolaborasi
e. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.
#,sion,l. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat
dan meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik.
I. Kateterisasi sesuai kebutuhan.
#,sion,l. Kateterisasi tunggal/multiIel dapat digunakan untuk
mengosongkan kandung kemih sampai Iungsinya kembali.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan
muntah.
Tujuan: Volume cairan seimbang.
Kriteria hasil :
a. Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang
hilang.
b. Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan
nadi, perubahan TD, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka
dengan sering selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah
terang atau bengkak insisi berlebihan.
#,sion,l. Tanda-tanda awal hemoragi usus atau pembentukan
hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.
b. Palpasi nadi periIer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan
status membran mukosa.
#,sion,l. Memberi inIormasi tentang volume sirkulasi umum dan
tingkat hidrasi.
c. Perhatikan adanya edema.
#,sion,l. Edema dapat terjadi kerena perpindahan cairan berkenaan
dengan penurunan kadar albumin serum/protein.
d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine, berat
jenis,. Kalkulasi keeimbangan 24 jam, dan timbang berat badan setiap
hari.
#,sion,l. Indikator langsung dari hidrasi/perIusi organ dan Iungsi.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.
#,sion,l. Perpindahan cairan dari ruang vaskuler menurunkan volume
sirkulasi dan merusak perIusi ginjal.
I. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT. tes
pH sesuai indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.
#,sion,l. Haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan eletrolit dan alkalosis metabolik dengan kehilangan
lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk mengkompensasi.
Hiperasiditas, ditunjukkan oleh pH kurang dari 5, menunjukkan pasien
beresiko ulkus stres. Pengubahan posisi mencegah pembentukan
magenstrase di lambung, yang dapat menyalurkan cairan gastrik dan
udara melalui selang NGT kedalam duodenum.
Kolaborasi:
g. Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.
#,sion,l. Meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan
distensi/tekanan di garis jahitan dan menurunkan mual/muntah, yang
dapat menyertai anastesia,manipulasi usus atau kondisi yang
sebelumnya ada, mis: kanker.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrisi.
Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
b. Berat badan stabil.
c. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi:
a. Tinjau Iaktor-Iaktor individual yang mempengaruhi kemampuan
untuk mencerna makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah
selang dilepas.
#,sion,l. Mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase Ilatus.
#,sion,l. Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2-4 hari).
c. IdentiIikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan
pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.
#,sion,l. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet.
Protein/vitamin C adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan
dan perbaikan. Malnutrisi adalah Iator dalam menurunkan pertahanan
terhadap inIeksi.
d. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan
berminyak.
#,sion,l. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus
halus, memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah
serat.
Kolaborasi
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis:
proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis:
simetidin (tagamet).
#,sion,l. Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan
pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan
ulserasi.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosi dan
kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan
interpretasi inIormasi, tidak mengenal sumber inIormasi, keterbatasan
kognitiI.
Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita
b. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar
c. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan
Intervensi:
d. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan kebutuhan
diet.
#,sion,l. Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi Iungsi usus.
e. Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien
dipulangkan dengan alat ini.
#,843,. Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kemampuan
perawatan diri.
I. Tinjau perawatan kulit disekitar selang.
#,sion,l. Membantu mencegah kerusakan kulit dan menurunkan resiko
inIeksi.
g. IdentiIikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis,
mis demam menetap, bengkak, eritema, atau terbukanya tepi luka,
perubahan karakteristik drainase.
#,sion,l. Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat
mencegah progresi situasi serius dan mengancam hidup.
h. Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak
mengangkat benda berat selama 6-8 minggu dan menghindari latihan
dan olahraga keras.
#,sion,l. Menurunkan resiko pembentukan hernia.

DAFTAR !USTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000. #enc,n, Asuh,n Keper,,t,n . Pedom,n
untuk Perenc,n,,n d,n Pendokument,si,n Per,,t,n p,sien. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Muttaqin, AriI. 2009. Asuh,n Keper,,t,n Klien Deng,n G,nggu,n
System K,rdiov,skul,r d,n Hem,tologi. Jakarta : Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Af,r . Keper,,t,n Medik,l Bed,h.
Jakarta : EGC.
Setiawan, Wawan. 2010. Intervensi d,n #,sion,l Ileus Obstruktif.
(http://wawanjokamblog.blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Januari
2011).
Zwani. 2007. Asuh,n Keper,,t,n P,d, P,sien deng,n Obstruksi Usus
(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html.
Diakses tanggal 11 Januari 2011).
Harnawati. 2008. Obstruksi Usus.
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/. Diakses
tanggal 11 Januari 2011).
Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi .
(http://barryvanilow.blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Januari 2011).

Anatomi Fisiologi Sistem !encernaan
Anatomi Iisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu:
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi,
bibir dan pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah
belakang bersambung dengan Iaring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan naIas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang.
3. EsoIagus (kerongkongan)
Panjangnya 25 cm, mulai dari Iaring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. EsoIagus terletak dibelakang trakea dan didepan
tulang punggung setelah melalui thorak menembus diaIragma masuk
kedalam abdomen ke lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung
antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak
disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal
membentuk spinkter pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari
osteum kordi samapi pilorus.
e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari
sisi kiri osteum kardium melalui Iundus kontrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior.
ungsi l,mbung
a. Menampung makanan.
b. Getah cerna lambung yang dihasilkan pepsin, asam garam, renin
dan lipak.
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan
obstruksi hasil pencernaan makanan.
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila
vateri.
b. Yeyunum dan ileum
Panjangnya sekitar 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyunum
dengan 2-3 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan
yeyunum dan ileum melekat pada dinding abdomen Iasterior dengan
perantara lipatan peritoneum yang berbentuk kipas disebut mesentrium.
c. Mukosa usus halus
Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro
villi memudahkan penernaan dan absorpasi
ungsi usus h,lus.
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limIe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus
halus.
6. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya 1 meter, lebar 5-6 cm, Iungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat Ieces. Usus besar terdiri
atas 7 bagian:
a. Sekum.
b. Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai
ke hati, panjangnya 13 cm.
c. Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang 6 cm.
d. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang 28 cm.
e. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah
dengan panjangnya 25 cm.
I. Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruI "S"
ujung bawah berhubungan dengan rektum.
g. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
7. Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar. (Drs. SyaiIuddin, hal 87-92).

Anda mungkin juga menyukai