Anda di halaman 1dari 15

CaseReport Session

* Internship/April 2020
** Pembimbing : dr.Marcellia Andhita

HERPES ZOOSTER

Oleh:
dr. Thomas Gredio Saputra*

Pembimbing:
dr. Marcellia Andhita **

INTERNSHIP
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM HERMINA
KABUPATEN SUKABUMI
PROVINSI JAWA BARAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

HERPES ZOOSTER

Oleh:
dr. Thomas Gredio Saputra

INTERNSHIP
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM HERMINA
KABUPATEN SUKABUMI
PROVINSI JAWA BARAT
2020

Jambi, April 2020

Pembimbing

dr. Marcellia Andhita


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sebab karena rahmatnya, tugas baca jurnal atau Case Report Session (CRS) yang
berjudul “Herpes Zooster” ini dapat terselesaikan. Tugas ini dibuat agar penulis
dan teman – teman sesama intenship periode ini dapat memahami tentang
patogenesis, komplikasi, dan pengobatan dari kasus ini. Selain itu juga sebagai
tugas dalam menjalankan Intenship di Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin
RS Hemina Sukabumi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Subagio, Sp.KK selaku
pembimbing dalam kepaniteraan klinik senior ini dan khususnya pembimbing
dalam tugas baca jurnal ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik
kedepannya. Akhir kata, semoga tugas baca jurnal ini bermanfaat bagi kita semua
dan dapat menambah informasi serta pengetahuan kita.

Jambi, April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Herpes Zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus


varicella zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Penyebarannya sama seperti varicella. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varicella. Kadang kadang varicella ini berlangsung subklinis.
Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara
aerogen dari pasien yang sedang menderita varicella atau herpes zooster.
Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur di atas 40 tahun
persentasenya 10 – 15%. Makin tua penderita makin tinggi persentasenya. Pada
penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya
pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau berusia lanjut
dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Pada herpes zooster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi
diantaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritik, uveitis, korioetinitis, dan neuritis
optik. Paralisis motorik terdapat pada 1 – 5% kasus yang terjadi akibat penjalaran
virus secara perkontinuitatum dari ganglion sensori ke sistem saraf yang
berdekatan.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


- Nama : Ny.S
- Umur : 45 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sukaaja
- Agama : Islam
- Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Timbul korengan pada dada kiri, punggung kiri sejak +/- 10 hari yang lalu
disertai rasa gatal dan panas
Keluhan Tambahan
Nyeri (+), gatal (+), pusing (+), pegal (+)
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan timbul korengan pada dada kiri, punggung
kiri sejak +/- 10 hari yang lalu disertai rasa gatal dan panas.
Keluhan diawali +/- 10 hari yang lalu dimana di dada kiri pasien dan bahu
hingga punggung kiri atas pasien timbul benjolan benjolan terasa gatal dan
nyeri berwarna kemerahan berisi cairan, selain itu juga pasien merasakan
pegal pada lengan kiri disertai rasa pusing sehingga pasien mengkonsumsi
obat sakit kepala. +/- 4 hari yang lalu pasien mengeluhkan benjolan
benjolan berisi cairan berubah warna menjadi abu-abu dan pecah
mengakibatkan timbulnya korengan di dada kiri pasien, bahu hingga
punggung, pasien lalu berobat ke puskesmas dan dirujuk ke RS Hemina
tanggal 18 Apil 2020 dan melakukan pengobatan.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke puskesmas di dekat rumah pasien sebelum
dirujuk ke RS Hemina

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, kelainan
kongenital (-) dan riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Alergi (-), Hipertensi (-), DM (-)

2.3 Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : compos mentis
- Pernapasan : 20i/x
- Suhu : 36,6 °C
- Nadi : 84i/x
- TD : 110/80 mmHg
- Status : IMT

Status Generalisata
- Kepala : normochepal, rambut tidak mudah dicabut
- Mata : sklera ikterik (-), conjungtiva anemis (-), isokor (-)
- THT : telinga : serumen (+), nyeri tekan tragus (-) nyeri
tarik (-)
: hidung : sekret (+)
: tenggorok : T1-T1
: leher : Pembesaran KGB (-/-)
- Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-)
- Lidah : atrofi papil (-), lidah kotor (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2
- Thoraks : Simetris, nyeri tekan (-), vesikuler (-), kelainan
sesuai status dermatologi
- Jantung : Iktus kordis tidak terlihat, BJ I/II normal reguler,
gallop (-), murmur (-)
- Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-./-)
- Abdomen : Datar, massa (-), pembesaran organ (-), timpani,
nyeri tekan(-) bising usus (+) normal
- Ekstremitas atas : akral hangat, CRT < 2 detik, kekuatan penuh
- Ekstremitas bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, kekuatan penuh

2.4 Status Dermatologis

Regio : Torakalis sinistra, clavicula sinistra, deltoid sinistra


Efloresensi : Tampak plaque eritematosa multiple dengan bentuk tidak
teratur, difuse herpetiformis, distribusi discreet dan terdapat sebagian
krusta sanguirolenta di atasnya, nyeri tekan (+)

2.5 Diagnosis Banding


Herpes Zooster
Varicella
2.6 Diagnosis
Herpes Zooster

2.7 Penatalaksanaan
Non medikamentosa :
1. Memberikan edukasi pada pasien mengenai penyakit yang diderita dan
pengobatannya
2. Pasien rawat jalan, menjalani terapi dan kontrol rutin
3. Mencegah garukan dan pengelupasan kulit secara paksa pada daerah lesi

Medikamentosa :
1. Asiklovir Tab 5 x 800 mg
2. Pregabalin Tab 2 x 75 mg
3. Prednison 3 x 20 mg

2.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam: Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam: Dubia ad Bonam
Quo ad Comesticum: Dubia ad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Herpes Zooster
3.1.1 Definisi
Herpes Zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varicella zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
3.1.2 Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varicella. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varicella. Kadang kadang varicella ini berlangsung subklinis.
Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara
aerogen dari pasien yang sedang menderita varicella atau herpes zooster.
3.1.3 Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan
daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang kadang virus ini juga menyerang
ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala gejala
gangguan motorik.
3.1.4 Gejala Klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah
daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama,
sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala prodromal baik sistemik ( demam, pusing, malaise )
maupun gejala prodromal lokal ( nyeri, otot tulang, gatal, pegal, dan sebagainya ).
Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi
cairan yang jernih kemudian menjadi keruh ( abu –abu ) dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang kadang vesikel mengandung darah dan disebut herpes zooster
hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus
dengan penyembuhan sikatriks.
Masa tunasnya 7 – 12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira kira seminggu sedangkan masa resolusi
berlangsung kira kira 1 -2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah
unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan
saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala
yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada
nervus trigeminus ( dengan ganglion gaseri) atau nervus facialis dan olfatikus.
Herpes zooster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus
trigeminus sehingga menimbulkan kelainan pada mata, di samping itu juga
cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya.
Herpes zooster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat
dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes
zooster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan billateral ditambah kelainan
kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar dan ada
umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang
kondisi fisiknya sangat lemah seperti penderita limfoma malignum.
Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat
berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun tahun dengan gradasi nyeri
yang bervariasi dalam kehidupan sehari hari.
3.1.5 Komplikasi
Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur di atas 40 tahun
persentasenya 10 – 15%. Makin tua penderita makin tinggi persentasenya. Pada
penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya
pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau berusia lanjut
dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Pada herpes zooster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi
diantaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritik, uveitis, korioetinitis, dan neuritis
optik. Paralisis motorik terdapat pada 1 – 5% kasus yang terjadi akibat penjalaran
virus secara perkontinuitatum dari ganglion sensori ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisa biasanya muncul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya
lesi. Berbagai paralisa dapat terjadi misalnya di muka, diafragma, batang tubuh,
ekstremitas, vesika urinaria,dan anus.
3.1.6 Pengobatan
Terapi sistemik umumnya bersifat simpatomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat
antiviral ialah herpes zooster oftalmikus dan pasien dengan imunitas mengingat
komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya
misalnya valasiklovir. Obat yang lebih baru ialah famsiklovir dan pansiklovir
yang mempunyai waktu paruh eliminasi yang lebih lama sehingga cukup
diberikan 3 x 250 mg/hari. Obat obat tersebut diberikan dalam 3 hari sejak lesi
muncul.
Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya
diberikan 7 hari sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena
konsentrasi dalam plasma yang lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul obat
obat tersebut dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru timbul lagi. Isoprinosin
sebagai immunomodulator tidak berguna karena awitan baru setelah 2 – 8
minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira kira hanya seminggu. Untuk
neuralgia pasca herpetik belum ada obat pilihan dapat dicoba akupungktur
Menurut FDA obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropati
pada neuralgia pascaherpetik adalah pregabalin. Obat ini lebih baik daripada gaba
karena efek samping yang lebih sedikit dan lebih potent ( 2 – 4x ), kerja lebih
cepat. Dosis awalnya adalah 2 x 75 mg/hari setelah 3 – 7 hari bila respons kurang
dapat dinaikan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimal adalah 600 mg sehari.
Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan
menghilang sendiri jadi obat tidak perlu dihentikan. Nyeri neuralgia pasca
herpetik bersifat individual. Nyeri tersebut dapat hilang spontan meskipun ada
yang sampai bertahun tahun
3.1.6 Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zooster oftalmikus prognosis bergantung
pada tindakan perawatan secara dini.
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis Herpes Zooster ditegakan pada pasien


berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dimana berdasarkan anamnesis
pasien timbul korengan pada dada kiri, punggung kiri sejak +/- 10 hari yang lalu
disertai rasa gatal, panas, nyeri, pusing dan pegal. Pada pemeriksaan dermatologi
ditemukan gambaran plaque eritematosa multiple dengan bentuk tidak teratur,
difuse herpetiformis, distribusi discreet dan terdapat sebagian krusta
sanguirolenta di atasnya, nyeri tekan (+). Dimana ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa herpes zooster merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varicella zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan keadaan umum pasien compos mentis, nyeri sedang, status gizi
cukup, suhu badan 36.6 C, RR 20x/i, dan denyut nadi 84x/i. Hal ini menunjukan
tanda tanda vital pasien yang baik, berdasarkan teori pasien akan menunjukan
gejala prodromal baik sistemik ( demam, pusing, malaise ) maupun gejala
prodromal lokal ( nyeri, otot tulang, gatal, pegal, dan sebagainya ) .
Terapi pada pasien ini adalah Asiklovir Tab 5 x 800 mg, Pregabalin Tab 2
x 75 mg Prednison 3 x 20 mg dimana ini sesuai dengan teori dimana pasien
diberikan antiviral yang biasanya digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya
misalnya valasiklovir. Obat yang lebih baru ialah famsiklovir dan pansiklovir
yang mempunyai waktu paruh eliminasi yang lebih lama dan dapat diberikan obat
untuk komplikasi neurologi pasca herpetik yang menurut FDA obat pertama yang
dapat digunakan untuk nyeri neuropati pada neuralgia pascaherpetik adalah
pregabalin. Obat ini lebih baik daripada gabaseperti gabapentine karena efek
samping yang lebih sedikit dan lebih potent ( 2 – 4x ), kerja lebih cepat.
BAB V
KESIMPULAN

1. Herpes Zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus


varicella zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
2. Penyebab penyakit ini diakibatkan oleh infeksi HSV yang menyerang
ganglion posterior sistem saraf tepi dan kranial dan bermanifestasi sesuai
area dermatom.
3. Penyakit ini menyerang pasien dengan keadaan immunocompromised.
4. Pada herpes zooster keluhan diawali dengan timbulnya vesikel eritem
berisi cairan yang kemudian menjadi papul berwarna keabuan dan menjadi
krusta.
5. Penggunaan antiviral dan obat obatan neurologi merupakan terapi utama.
6. Komplikasi yang umumnya timbul adalah neuropati post herpetik yang
menganggu kualitas hidup pasien.
7. Dengan penanganan yang tepat dan cepat maka prognosis Herpes zooster
sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, Ronny.P. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke Enam. Badan
Penerbit FKUI, Jakarta; hlmn 110 – 112
2. Daili, Fahmi S. Infeksi Menular Seksual Edisi ke Empat. Badan Penerbit
FKUI,Jakarta; hlmn 125 - 135

Anda mungkin juga menyukai